Anda di halaman 1dari 18

Gel

Pengertian
Gel yang kadang disebut jelly merupakan
sistem semi padat (massa lembek) terdiri atas
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel
terdiri atas jaringan partikel kecil yang
terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua
fase (misalnya gel aluminium hidroksida).
Kandungan air yang tinggi dalam basis gel
dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada
stratum korneum sehingga akan memudahkan
penetrasi obat melalui kulit.
Tujuan umum penggunaan obat pada terapi
dermatologi adalah untuk menghasilkan efek
terapetik pada tempat- tempat spesifik di jaringan
epidermis. Gel mempunyai sifat yang menyejukkan,
melembabkan, mudah penggunaannya, mudah
berpenetrasi pada kulit sehingga memberikan efek
penyembuhan. Secara ideal, basis dan pembawa
harus mudah diaplikasikan pada kulit, tidak
mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit
Basis gel yang digunakan dalam sediaan gel
adalah hidroksipropil metil selulosa (HPMC)
yang merupakan derivat sintetis selulosa dan
termasuk dalam basis hidrofilik
Keuntungan sediaan gel:
Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit
saat digunakan, penampilan sediaan yang
jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit
setelah kering meninggalkan film tembus
pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernapasan pori
tidak terganggu, mudah dicuci dengan air,
pelepasan obatnya baik dan kemampuan
penyebarannya pada kulit baik
kerugian
• Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal (Lachman, 1994).
• Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan
atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
• Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol
yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan
mata,
• Alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan
film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak
semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif
Penggolongan Gel
1. Berdasarkan sifat fasa koloid
• Gel anorganik,  contoh : bentonit magma.
• Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
2. Berdasarkan sifat pelarut
• Hidrogel (pelarut air)
• Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik) Contoh : plastibase
(suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak
mineral dan didinginkan secara  shock cooled), dan dispersi logam
stearat dalam minyak (Lachman, 1994).
• Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah
diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh
evaporasi pelarut, sehingga sisa – sisa kerangka gel yang
tertinggal
3. Berdasarkan bentuk struktur gel
• Kumparan acak
• Heliks
• Batang
• Bangunan kartu (Lachman, 1994).

4. Berdasarkan jenis fase terdispersi


• Gel fase tunggal
• Gel sistem dua fasa,
Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut :

1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen
pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume.
2. Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya
kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas
permukaan gel.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel
dapat terbentuk melalui penurunan temperatur
tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah
pemanasan hingga suhu tertentu.
4. Efek elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan
berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion
berkompetisi secara efektif dengan koloid
terhadap pelarut yang ada dan koloid
digaramkan (melarut).
5. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel
gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel
terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan
dispersi padatan yang terflokulasi memberikan
sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan
menunjukkan jalan aliran non – Newton yang
dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan
peningkatan laju aliran
Penggolongan basis gel
Basis gel atau bahan pembentuk gel (gelling agent)
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Protein, contoh: Kolagen dan Gelatin.
2) Polisakarida, contoh: Agar, Alginat, Starch, Guar gum,
Pektin.
3) Polimer semisintetik, contoh: Metil selulosa, CMC, HPMC,
HPC.
4) Polimer sintetik, contoh: Carbomer, Poloxamer,
Polyacrilamide.
5) Bahan anorganik, contoh: Aluminium hidroksida, Bentonit
Secara umum pembuatan gel dan basis larut air dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Pembuatan gel dengan air dingin
Basis dikembangkan dengan dalam air dingin sambil diaduk
sampai terbentuk campuran yang homogen, kemudian zat aktif
dan bahan lainnya ditambahkan kedalamnya sambil diaduk sampai
terbentuk gel yang jernih.
2. Pembuatan gel dengan air panas
Basis dikembangkan dalam air panas, kemudian diaduk sampai
terbentuk campuran yang homogen, kemudian didalamnya
ditambahkan zat aktif dan bahan lainnya sambil diaduk sampai
terbentuk gel yang jernih (Rowe et al., 2006).
Evaluasi Sediaan Gel

1. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan pemeriksaan secara visual setelah
gel berada dalam wadah, dengan melihat bentuk atau penampakan dan
adanya daya agregat. Syarat homogenitas adalah tidak boleh
mengandung bahan kasar yang dapat teraba (Lachman, 1994).
2. pH
pH formulasi gel ditetapkan dengan menggunakan pH meter digital. pH
sediaan disesuaikan dengan pH kulit berkisar 5-6,5 (Lachman, 1994).
3. Kadar Obat
Kadar obat diukur dengan menggunakan alat Spektrofotometri. Sediaan
gel yang baik tidak mempengaruhi kandungan obat didalamnya
(Lachman, 1994).
4. Viskositas
Pengukuran viskositas gel dilakukan dengan menggunakan
Viscotester Brookfield, untuk mengetahui kekentalan gel.
5. Daya Sebar
Salah satu kriteria gel yang ideal adalah memiliki
kemampuan daya sebar yang baik. Sediaan gel diharapkan
dapat menyebar ketika diaplikasikan pada area kulit.
6. Uji Iritasi Kulit
7. Uji Stabilitas
Formulasi sediaan yang mengandung kadar air yang tinggi
dan terdiri dari bahan padat, harus disimpan pada
temperatur yang dingin sebelum 14 hari.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai