Anda di halaman 1dari 33

GEL, LINIMENT/OBAT

GOSOK/OLESAN DAN SAPONES


Oleh:
Diah Ramadhani, S.Farm., M.Si., Apt.
GEL/JELLY
DEFINISI
• Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-
kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan
• Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari
zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul
senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling
terserap oleh cairan
• Menurut Ansel (1989), gel merupakan sediaan
semipadat yang jernih, tembus cahaya dan
mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid
mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan
yang saling berikatan pada fase terdispersi
KEGUNAAN
• sediaan gel banyak digunakan pada:
1. produk obat-obatan
2. Kosmetik
3. Makanan
• Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk
perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi dan
pasta gigi
Keuntungan sediaan gel
• efek pendinginan pada kulit saat digunakan
• penampilan sediaan yang jernih dan elegan
• pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis,
daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori
sehingga pernapasan pori tidak terganggu
• mudah dicuci dengan air
• pelepasan obatnya baik
• kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kerugian sediaan gel
harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan
agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur,
tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika
berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal

Untuk hidroalkoholik: gel dengan kandungan alkohol yang tinggi


dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan
yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari,
alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film
yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area
tertutupi atau kontak dengan zat aktif
Sifat dan karakteristik gel
– Swelling: Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat
mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume
– Sineresis: Suatu proses yg terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.
Cairan yg terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel
– Efek suhu: Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui
penurunan temperatur tapi dpt juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan
hingga suhu tertentu
– Efek elektrolit: Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel
hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut
yang ada dan koloid digaramkan (melarut)
– Elastisitas dan rigiditas: Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan
nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel
– Rheologi: Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang
terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan
aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan
laju aliran.
Penggolongan gel
A. Berdasarkan sifat fasa koloid :
• Gel anorganik, contoh : bentonit magma
• Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
B. Berdasarkan sifat pelarut :
• Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer
hidrofilik yang berikatan secara cross-linking melalui ikatan
kimia atau gaya kohesi. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas
yang tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan
yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan; hidrogel
bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi
karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya.
Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan
kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh:
bentonit magma, gelatin
• Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).
Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM
rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan
didinginkan secara shock cooled), dan dispersi
logam stearat dalam minyak.
• Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut
yang rendah diketahui sebagai xerogel. Xerogel
sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga
sisa – sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini
dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan
penambahan agen yang mengimbibisi, dan
mengembangkan matriks gel. Contoh: gelatin
kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan
sellulosa kering dan polystyrene.
• C. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):
• Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik
yang disebarkan ke seluruh cairan sedemikian rupa
hingga tidak terlihat adanya ikatan/batasan antara
molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase
tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal
karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan).
Molekul organik larut dalam fasa kontinu.
• Gel sistem dua fasa, terbentuk jika massa gel terdiri
dari jaringan partikel kecil yang terpisah. Dalam sistem
ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara
keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
Dasar Gel
1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel
anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya
sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan
hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi
harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989)
2. Dasar gel hidrofilik
umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan
dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk
dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel
hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan pengembang,
air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi
• Penampilan gel
• Inkompatibilitas
• Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman
dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam
formulasi
• Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan
pengawet
• Viskositas sediaan gel yang tepat
• Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak
menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di
bawah temperatur yang tidak terkontrol
• Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat
sebab pelarut yang digunakan tidak bersifat
melarutkan gel
FORMULA SEDIAAN GEL
• Formula Umum/standar
R/ Zat aktif
Basis gel
Zat tambahan

• PROSEDUR PEMBUATAN
1. Timbang sejumlah gelling agent sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Gelling agent dikembangkan sesuai dengan caranya masing-masing
3. Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya
4. Tambahkan gelling agent yang sudah dikembangkan ke dalam campuran
tersebut atau sebaliknya sambil diaduk terus-menerus hingga homogen
tapi jangan terlalu kuat karena akan menyerap udara sehingga
menyebabkan timbulnya gelembung udara dalam sediaan yang nantinya
dapat mempengaruhi pH sediaan.
5. Gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi gel dan diisikan ke
dalam tube sebanyak yang dibutuhkan
6. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah yang
dilengkapi brosur dan etiket
R/ Na-alginat 7g
Gliserol 7g
Metil hidroksi benzoate 0,2 g
Ca-glukonat 0,05 g
Air hingga 100 g
Catatan: basis ini harus disimpan semalam sebelum
digunakan
Metoda pembuatan :
 Na-alginat dibasahkan dengan gliserol dalam mortir
 Pengawet dan Ca-glukonat dilarutkan ke dalam 80 mL
air dengan bantuan pemanasan, lalu dinginkan hingga
60oC dan diaduk atau distirer cepat
 Campuran Na-alginat-gliserol ditambahkan ke dalam
vorteks dengan jumlah sedikit, lalu diaduk lebih lanjut
hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam
wadah
CONTOH SEDIAAN GEL DIPASARAN
Cara penyimpanan gel
• Penyimpanan dalam wadah tertutup baik,
• Dalam wadah bermulut lebar terlindung dari
cahaya dan ditempat sejuk
• Gel Lubrikan harus dikemas dalam tube dan
harus disterilkan.
• Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube
steril.
• Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas
dalam tube atau pot salep.
• Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara
untuk mencegah penguapan.
LINIMENTA
Definisi
• Linimenta adalah sediaan cair atau kental,
mengandung analgetika dan zat yang mempunyai
sifat rubifasien, melemaskan otot atau
menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar
• Catatan
Pada etiket harus juga tertera ; “Obat luar”
Linimentum tidak digunakan untuk kulit yang luka
atau lecet
 Analgetik dan melemaskan otot digunakan dgn
cara mengoleskan ke kulit dengan kain flanel
Menghangatkan digunakan dgn cara
mengoleskan sambil memijat & mengurut
Sifat-sifat linimenta
• Dipakai pada kulit yang utuh
• Apabila pelarutnya minyak, iritasinya
berkurang apabila dibandingkan dengan
pelarut alkohol
• Linimentum dengan pelarut alkohol atau
hidroalkohol baik digunakan untuk tujuan
counter iritan sedang pelarut minyak cocok
untuk tujuan memijat atau mengurut.
Keuntungan
• Zat yang ditambahkan diabsorpsi lebih cepat.
• Mudah dicuci
• sangat baik untuk pemakaian pada kulit
• Penetrasi lebih baik dari sediaan salep
Jenis linimenta
• Campuran lemak padat dengan lemak lunak
• Campuran minyak dan cairan alkali (dibuat
dengan cara penyabunan)
• Linimentum dengan Balsamun Peruvianum Ol.
Terebinthinae
• Linimentum dengan minyak (harus memakai
gom)
• Emulsi yang digunakan sebagai liniment, yaitu
Emulsum Benzylis Benzoatus
• Linimentum Chloroform (dengan cara
pencampuran biasa)
Cara Pembuatan Linimentum
1. Mencampurkan seperti pada pembuatan
salep
Contoh : Linimen Gondopuro.(F.N)
2. Dengan penyabunan (terjadi penyabunan)
Contoh : Linimen Amonia.(F.N.) Lotio benzil
benzoas.(F.N)
3. Terbentuk dari emulsi
Contoh : Peruvianum Emulsi I (F.N) Peruvianum
Emulsun II (F.N)
Contoh formulasi linimenta
Sediaan Liniment di pasaran
• Tawon Oil
• Bacteria Restraining Liniment
• Konicare Caju puti Oil
• Muay Thai Liniment (Liquid)
• Cap Lang Caju Puti Oil
• Equine Liniment Leg & Muscle
• Minyak Urut GPU
• Sloan’s Liniment
• Methyl Salicylate Liniment
• Tiger Liniment
Cara penyimpanan
• Disimpan dalam botol berwarna/kecoklatan
• Wadah bermulut kecil, agar mudah dituang
• Disimpan di tempat sejuk
• Pada etiket tertera “obat luar”
SAPONES/SABUN
DEFINISI
• Sabun adalah sediaan ½ padat untuk obat luar
yang penggunaannya digosok sampai berbusa,
dibiarkan sebentar lalu dicuci bersih
• Sabun merupakan suatu surfaktan yang dapat
digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan
• Sapones/Sapo/Sabun adalah campuran senyawa
garam alkali seperti natrium atau kalium; dengan
asam lemak tinggi pada suhu 80-100oC melalui
proses saponifikasi atau penyabunan
• Pembuatan dilakukan dengan menyabunkan
lemak padat atau minyak lemak dengan alkali.
Penggunaan sabun

Anti septik Anti ketombe

Anti acne Anti jamur


Penggolongan sabun
a. berdasarkan bentuk sediaan:
• Padat Batang. Contoh: Sabun Mandi Padat
• Padat Serbuk. Contoh: Deterjen (Beberapa
menyebut deterjen dan sabun berbeda)
• Cair. Contoh: Sabun Mandi Cair, Sabun Pencuci
Piring
• Semi Padat. Contoh: Sabun Colek Pencuci
Piring atau baju
b. sabun berdasarkan manfaatnya dibagi menjadi:
• Sabun Biasa: Merupakan sabun yang digunakan
untuk menghilangkan kotoran yang menempel
pada tubuh. Beberapa sabun juga telah
dilengkapi dengan antiseptik, Sehingga sabun
biasa juga dapat digunakan untuk kesehatan
• Sabun Kesehatan: Sabun ini biasanya
mengandung bahan antiseptik yang ditujukan
untuk Kesehatan.
• Sabun Kosmetik: Biasanya mengandung bahan-
bahan untuk menunjang perawatan tubuh.
Seperti Pencerah, Pelembab
Cara kerja sabun
• Sabun mengandung surfaktan yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan air, terdiri dari
komponen hidrofobik (tidak suka air) dan hidrofilik
(suka air)
• bagian hidrofobik akan mengikat zat nonpolar seperti
minyak dan kotoran sedangkan bagian hidrofilik akan
mengikat air, sehingga keduanya dapat bercampur
• ini kenapa sabun dapat digunakan ketika tubuh dalam
keadaan basah. Ketika sabun diusapkan ketubuh dalam
keadaan kering, tidak akan muncul busa
• Semakin sedikit busa sabun yang muncul saat kita
mandi menunjukkan bahwa tubuh kita banyak
mengandung minyak atau kotoran.
Cara penyimpanan
Sabun yang belum dibuka/digunakan dan masih berada dalam kotak
kemasan/pembungkusnya:
1. Simpan sabun di tempat yang sejuk & kering serta terhindar dari sinar
matahari langsung
2. Hindarkan suhu & kelembaban udara yang tinggi di tempat penyimpanan
sabun
3. Simpan dalam lemari pendingin/kulkas untuk mempertahankan kualitas
sabun & memperpanjang masa simpan.
Apabila Sabun sudah dibuka dari kemasan dan digunakan, maka saran
penyimpan berikut sebaiknya diperhatikan:
1. Tiriskan Sabun segera setelah digunakan dan pilih kotak sabun yang ada
lubang-lubang kecil di bagian bawahnya untuk meniriskan air.
2. Pasang tutup kotak/tempat sabun apabila Sabun hendak disimpan selain di
kamar mandi untuk menghindari Sabun digigiti oleh semut & tikus.
3. Apabila Sabun yang sudah dibuka dari kemasan dan tidak akan digunakan
untuk sementara waktu, disarankan untuk menaruhnya dalam tempat
tertutup dan disimpan dalam lemari pendingin/kulkas.

Anda mungkin juga menyukai