Anda di halaman 1dari 21

Pengertian Sediaan Gel

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang, jernih, tembus
cahaya, dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid
mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling
berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).

Zat zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi,


koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan
sebagai basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada
produk obat obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses
industri. Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit,
sampo, sediaan pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).

Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai


tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika
masa gel terdiri dari kelompok kelompok partikel kecil yang berbeda,
maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989).

Polimer polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel


farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam
alginat, serta bahan bahan sintetis dan semisintetis seperti metil
selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, clan karbopol yang
merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang
terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu
prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel
(Lachman., dkk, 1994).

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus


cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid
mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling
berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989). Gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil.

Senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing masing


terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal
315). Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat
dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik,
masing masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium
Nasional, hal 315)

Sediaan gel (dari bahasa Latin gelu = membeku, dingin, es


atau gelatus = membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat
berbeda fase: padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang
lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu
dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat,
kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga
memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar agar,
dan gel rambut.

Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy) : menjadi cairan


ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang.
Beberapa gel juga menunjukkan gejala histeresis.

Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk


membentuk aerogel (‘gel udara’), yang merupakan bahan dengan sifat-
sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang
sangat besar, dan isolator panas yang sangat baik.

Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi,


perkembangan di dunia farmasi pun tak mau ketinggalan. Semakin hari
semakin banyak kebutuhan, terutama untuk menunjang penampilan.
Berbagai macam bentuk sediaan farmasi, baik itu liquid, solid dan
semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.

Pernahkah kamu merasa bahwa sediaan krim dan lotion lebih banyak di
pasaran daripada sediaan gel?

Salah satu sediaan yang dikembangkan oleh para ahli saat ini adalah gel,
berikut merupakan definisi gel menurut beberapa sumber :

 Farmakope Indonesia edisi IV : Gel kadang kadang disebut


jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan.
 Formularium Nasional : Gel adalah sediaan bermassa lembek,
berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik
atau makromolekul senyawa organik, masing masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan.
 Ansel : Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang
terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel
anorganik yang terkecil atau molekul organik yang besar dan saling
diresapi cairan.

Kegunaan Sediaan Gel


1. Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampo, parfum, pasta gigi,
dan kulit dan sediaan perawatan rambut.
2. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non
streril) atau dimasukkan kedalam lubang tubuh atau mata (gel
steril) (FI IV, hal 8)
3. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada
granulasi tablet bahan pelindung koloid dan suspensi, bahan
pengental ada sediaan cairan oral dan basis suppositoria.

Kegunaan (Lachman,1989. Pharmaceuitical Dosage System. Dysperse


system. Volume 2, hal 495 496)

Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral,
dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat
dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long acting yang diinjeksikan
secara intramuskular.

Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi


tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada
sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.

Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik,


termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit dan sediaan
perawatan rambut.

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non
streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (Fl
IV, hal 8).

Keuntungan, Kerugian, dan Kekurangan Sediaan Gel


Keuntungan sediaan gel

Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994). Adalah sebagai berikut:

 Kemampuan penyebarannya baik pada kulit


 Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
 Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
 Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

Untuk Hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan


penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit
setelah kering meninggalkan film tembus pandang, eiastic, daya lekat
tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernafasan pori tidak
terganggu, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik,
kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

Kerugian sediaan gel

Untuk hidrogei : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan
agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel
tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.

Kekurangan sediaan gel

Untuk hidroalkaholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat


menyebabkan pedih pada mata, penampilan yang buruk pada kulit bila
terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan
cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah pecah sehingga
tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

Baca juga: Sediaan Salep (Unguenta) Lengkap

Pengolongan Berdasarkan Sifat Fase Koloid


 Gel anorganik, contoh : bentonit magma
 Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
Berdasarkan sifat pelarut :

 Hidrogel (pelarut air)

Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang


saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti
interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik.

Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel


mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan
jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi
sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan
jaringan dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis
sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan
sekitarnya.

Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan


yang rendah setelah mengembang. Contoh: bentonit magma, gelatin

Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh: plastibase (suatu


polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan
didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam
minyak.

 Xerogel

Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui
sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut,
sehingga sisa sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat
dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang
mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel.

Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa
kering dan polystyrene.

Berdasarkan bentuk struktur gel :

 Kumparan acak
 Heliks
 Batang
 Bangunan kartu

Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel) :

Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal
dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom
alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu.

Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, masa gel kadang kadang dinyatakan sebagai
magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan
terdispersi pada fasa kontinu.

1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik
ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk
padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera
ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh
pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama
penggunaan topikal. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan
tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
3. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat
tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk
dikeluarkan atau digunakan).
4. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat
juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya
pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental
dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
5. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan
oleh pemanasan disebut thermogelationl anorganik tidak larut,
hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontiniu.

Sifat dan Karakteristik Gel


Sifat dan karakteristik gel (disperse system) adalah sebagai berikut :
1. Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat


mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut
akan berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi antara
pelarut dengan gel.

Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar


polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan
komponen gel berkurang.

2. Sineresis.

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.
Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada
waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk
massa gel yang tegar.

Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi


akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya
perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks
berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan.
Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui


penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah
pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut
hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental.

Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena


pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation.

4. Efek elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel


hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap
pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut), Gel yang tidak terlalu
hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan
rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah
pemberian tekanan geser.

Gel Na alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah


konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya
pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak
larut.

5. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,
selama transformasi dari bentuk 501 menjadi gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel.

Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan


mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam macam
tergantung dari komponen pembentuk gel.

6. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang


terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan
menunjukkan jalan aliran non Newton yang dikarakterisasi oleh
penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

Teori Pembentukan Gel


Menurut Fardiaz (1989) sifat pembentukan gel bervariasi dari satu jenis
hidrokoloid ke hidrokoloid yang lainnya tergantung pada jenisnya. Gel
mungkin mengandung 99,9% air tetapi mempunyai sifat lebih khas
seperti padatan, khususnya sifat elastisitas (elasticity) dan
kekakuan (rigidity).

Gelasi atau pembentukan gel merupakan fenomena yang menarik dan


sangat kompleks, namun sampai saat ini masih banyak hal hal yang
belum diketahui tentang mekanismenya. Pada prinsipnya pembentukan
gel hidrokoloid terjadi karena adanya pembentukan jala atau jaringan
tiga dimensi oleh molekul primer yang terentang pada seluruh volume
gel yang terbentuk dengan merangkap sejumlah air di dalamnya.
Terjadi ikatan silang pada polimer polimer yang terdiri dari molekul
rantai panjang dalam jumlah yang cukup maka akan terbentuk
bangunan tiga dimensi yang kontinyu sehingga molekul pelarut akan
terjebak diantaranya, terjadi immobilisasimolekul pelarut dan terbentuk
struktur yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya maupun tekanan
tertentu.

Gelasi merupakan fenomena yang melibatkan penggabungan,atau


terjadinya ikatan silang antar arantai rantai polimer. Ada tiga teori yang
dapat digunakan untuk menjelaskan pembentukan gel dan mendapat
banyak dukungan dari para ahli kimia koloid, yaitu :

a. Teori adsorpsi pelarut

Teori ini menyatakan bahwa gel terjadi sebagai akibat adsorpsi molekul
pelarut oleh partikel terlarut selama pendinginan yaitu dalam bentuk
pembesaran molekul akibat pelapisan zat terlarut oleh molekul molekul
pelarut.

Pembesaran partikel terjadi terus menerus sehingga molekul zat telarut


yang telah membesar bersinggungan dan tumpang tindih melingkari
satu sama lain sehingga seluruh sistem menjadi tetap dan kaku. Adsorpsi
zat pelarut akan meningkat dengan makin rendahnya suhu.

b. Teori jaringan tiga dimensi

Teori ini hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh Oakenfull
clan Tobolsky. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan senyawa
senyawa untuk mengadakan gelasi disebabkan oleh terbentuknya
struktur berserat atau terjadinya reaksi di dalam molekul itu serat.

Selama pendinginan serat tersebut membentuk jaringan tiga dimensi.


Ikatan yang menentukan dalam jaringan tiga dimensi kemungkinan
merupakan ikatan primer dari gugusan fungsional dan ikatan sekunder
yang terdiri dari ikatan hidrogen atau dapat juga terjadi antara gugus
alkil.

Baca juga: Sediaan Krim (Cream): Uraian dan Penjelasan Lengkap


Tipe ikatan yang terdapat dalam jaringan tiga dimensi akan menentukan
tipe gel yang dihasilkan.

c. Teori orientasi partikel

Teori ini menyatakan bahwa pada sisi tertentu terdapat kecenderungan


bagi partikel terlarut dan solven untuk berorientasi dalam konfigurasi
yang tertentu melalui pengaruh gaya dengan jangkauan yang panjang,
seperti yang terjadi pada kristal.

Mekanisme pembentukan gel dapat berbeda beda tergantung pada jenis


bahan pembentuknya. Diantaranya yang paling berbeda dalam hal jenis
dan sifat sifatnya adalah gel yang dibentuk oleh gelatin, suatu jenis
protein dan gel yang dibentuk oleh polisakarida.

Kebanyakan hidrokoloid adalah polisakarida. Polisakarida yang memiliki


empat tipe struktur yang berbeda yaitu linear, bercabang tunggal, linier
berselang, dan tipe semak akan menghasilkan viskositas larutan yang
tergantung pada ukuran molekul, bentuk molekul, dan muatannya.

Jika molekul memiliki muatan yang dihasilkan dari ionisasi gugus


tertentu seperti karboksil, maka pengaruh muatan sangat besar. Gaya
tolak menolak Coulomb dari muatan muatan negatif yang tersebar
sepanjang molekul polisakarida cenderung meluruskan molekul
(polimer), yang menghasilkan larutan dengan viskositas tinggi.

Polisakarida linier dengan berat molekul yang sama dengan polisakarida


tipe semak, akan mempunyai viskositas yang lebih besar dalam
larutannya sebab girasi atau perputar‘an gerak polimer struktur linier
meliputi daerah yang lebih luas dan volume yang lebih besar.

Hal ini akan menyebabkan gesekan antar molekul lebih mudah terjadi
sehingga lebih meningkatkan gaya gesek dan viskositas larutan,
dibandingkan dengan polimer yang memiliki tingkat percabangan yang
tinggi. Namun hal ini tidak terjadi pada polimer linier yang tidak
bermuatan yang cenderung membentuk larutan yang tidak stabil.

Dasar Gel
Dasar gel yang umum digunakan adalah :
1. Dasar gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel partikel anorganik,


bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali
interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan
hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang
dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).

2. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya
tarik menarik pada pelarut dari bahan bahan hidrofilik kebalikan dari
tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik.

Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan


memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik
umummnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan
dan bahan pengawet (Voigt, 1994).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Gel


Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan gel hidrokoloid,
faktor faktor ini dapat berdiri sendiri atau berhubungan satu sama lain
sehingga memberikan pengaruh yang sangat kompleks.

Di antara faktor faktor tersebut yang paling menonjol adalah


konsentrasi, suhu, pH,dan adanya ion atau komponen aktif lainnya.

a. Pengaruh konsentrasi

Konsentrasi hidrokoloid sangat berpengaruh terhadap kekentalan


larutannya. Pada konsentrasi yang rendah larutan hidrokoloid biasanya
akan bersifat sebagai aliran Newtonian dengan meningkatnya kosentrasi
maka sifat alirannya akan berubah menjadi non Newtonian.

Hampir semua hidrokoloid memiliki kekentalan yang tinggi pada


konsentrasi yang sangat rendah antara 1 5% kecuali pada gum arab yang
sifat Newtoniannya tetap dipertahankan sampai dengan konsentrasi
40%.

b. Pengaruh suhu

Pada beberapa hidrokoloid suhu akan menyebabkan penurunan


kekentalan, karena itu kenaikan suhu dapat mengubah sifat aliran yang
semula non Newtonian menjadi Newtonian.

c. Pengaruh pH

Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik pada


kisaran pH tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan
kekentalan dengan meningkatnya pH hingga mencapai titik tertentu dan
kemudian akan makin menurun bila pH terus ditingkatkan.

d. Pengaruh ion

Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion ion logam tertentu untuk


membentuk gelnya, karena pembentukan gel tersebut melibatkan
pembentukan jembatan melalui ion ionselektif.

e. Pengaruh komponen aktif lainnya

Sifat fungsional beberapa jenis hidrokoloid dapat dipengaruhi oleh


adanya hidrokoloid lain. Pengaruh ini dapat bersifat negatif dalam arti
sifat fungsional makin berkurang dengan adanya hidrokoloid lain
ataupun bersifat positif karena adanya pengaruh sinergis antara
hidrokoloid hidrokoloid yang bergabung.

Zat Tambahan pada Sediaan Gel


 Komponen gel
 Zat aktif/berkhasiat
 Gelling Agent

Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur yaitu gum


arab, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut
berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam
cairan nonpolar.
Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk
gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari
beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel
yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak
mineral.

1. Adalah substansi hidrokoloid yang memberi konsistensi tiksotropi


pada gel
2. Dikenal juga sebagai ‘solidiflers’ atau ‘stabilizer’ dan ‘thickening
agent’
3. > larut dalam air dingin daripada air panas
4. Metilselulose dan polaxamer kelarutan > air dingin, bentonit,
gelatin, Na CMC
5. > larut dalam air panas
6. Gelling agent perlu neutralizer setelah dibasahi dalam medium
pendispersi
7. Digunakan dengan konsentrasi 0,5-10%
8. Kebanyakan perlu waktu 24 48 jam untuk terhidrasi sempurna
serta mencapai viskositas dan kejernihan maksimum
9. Obat dapat ditambahkan sebelum gel terbentuk jika adanya obat
tidak mempengaruhi pembentukan gel. Viskositas berkisar 1000-
100.000 cps

Contoh:

Tragacanth

 Polisakarida komplek alami dengan variasi sifat reologi dan


kualitas mikrobiologinya
 Diperoleh dari getah tanaman genus Astragalus
 Viskos, tidak berbau, tidak berwarna
 Konsentrasi yang diperlukan 5%
 Perlu dibasahi dengan etanol atau gliserin sebelum didispersi
dalam air
 Digunakan untuk treatmen luka bakar topikal
 Bersifat asam dan memiliki BM 840.000
 Berfungsi sebagai ‘demulscent’ dan ‘suspending agent’

Fenugreek Mucilage
 Diekstrakdengan multiple maserasi biji jinten hitam
 Mengandung polisakarida galaktomanan
 Larut lambat dalam air, cepat dalam air panas membentuk larutan
koloidal viskous
 Ceiling concentration 2,5-3,5

Turunan Selulosa
Hidroksi propil metilselulose (HPMC)

HPMC merupakan turunan dari metal selulosa yang memiliki ciri-ciri


serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat sukar
larut dalam eter, etanol atau aseton. Dapat mudah larut dalam air panas
dan akan segera menggumpal dan membentuk koloid.

Mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan


dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi lainnya (Anonim, 2006;
Rowe., dkk, 2005).

Metilselulosa

 Larut dalam air dingin tapi tidak larut dalam air panas
 Nonionik dan stabil dalam spektrum pH luas
 Non toksik
 Kompatibel dengan air, alkohol (70%), dan propilenglikol (50%)
 Kejernihan, hidrasi, dan viskositas maksimum tercapai jika gel
didinginkan 0-I0° C selama 1 jam
 Merk pasarannya Methocel HG dan Methocel MC

Hidroksietilselulosa

 Membentuk lapisan oklusif ketika diaplikasikan ke kulit dan


dibiarkan kering
 pH 5,5 8,5
 Larut dalam air dingin dan panas
 Pendispersian lebih mudah dengan bantuan pengadukan pada
suhu 20-25° C kemudian dipanaskan hingga 60-70°C

Hidroksipropilselulosa

 Terhidrasi dan swelling dalam air


 Gel yang terbentuk lebih encer
 pH 5,5 8,5
 Larut dalam air dingin< 38°C membentuk koloidal halus dan
jernih, suhu 40-45°C presipitasi
 Larut dalam pelarut organic dingin maupun panas (exzetanol)
 Gel stabil pada pH 6 8, pada pH rendah dan asam akan
terhidrolisis dan viskositas menurun, demikian juga kenaikan suhu
hingga 45 C juga menurunkan viskositas

Hidroksipropilmetilselulosa = Hipromelose

 Membentuk gel kental tapi toleransi terhadap ion muatan positif


rendah
 Terdispersi dalam air dingin praktis tidak larut dalam air panas
 Penggunaan sebagai ‘thickening agent 0,25 5%
 Bersifat nonionic sehingga tidak bereaksi dengan garam metal
membentuk presipitat
 Inkompatibel dengan senyawa pengoksidasi

Cmc

 Umum digunakan dalam bentuk garam sodium, dikenal sebagai


carmellose sodium
 Membentuk gel kental
 Stabilitas maksimum pH 7-9
 Konsentrasi untuk gel 3-6%
 Larut dalam air di segala temperatur
 Presipitasi terjadi pada pH < 2 dan bila dicampur dengan ethanol
95%
 Inkompatibel dengan senyawa sangat asam, garam besi, logam
aluminium, merkuri, seng dan presipitasi dengan protein
bermuatan positif.

Baca juga: Materi Sediaan Kapsul Menurut Farmakope Indonesia

Carbopol=carbomer

 Membentuk larutan asam pH 3,0


 Penetralisir ditambahkan untuk menaikan pH dan menyebabkan
disperse mengental membentuk gel (KOH, NaOH, TEA)

Zat tambahan
Polietilen (gelling oil)

Zat digunakan dalam gel hidrofobik menghasilkan gel yang lembut,


mudah tersebar, dan apisan/film yang tahan air pada permukaan kulit.

Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada


suhu tinggi (di atas 800C) kemudian langsung didinginkan dengan cepat
untuk mengendapkan kristal yang merupakan pembentukan matriks.

Koloid padat terdispersi

Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara


pembentukan jaringan karena gaya tarik menarik antar partikel seperti
ikatan hidrogen

Surfaktan

Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral,
air, dan konsentrasi yang tinggi (20 40%) dari surfaktan anionik.
Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi. Bentuk komersial yang
paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.

Wax

Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar


seperti beeswax, carnauba wax, setil ester wax.

Polivinil alkohol

Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang
terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang
baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda
dalam viskositas dan angka penyabunan.

Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi
semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet
sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan
inkompatibilitasnya dengan gelling agent.

Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent

1. Tragakan: metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi


benzoat 0,05 % w/v
2. Na alginate: metil hidroksi benzoat 0,1 0,2 % w/v, atau klorokresol
0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
3. Pektin: asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 %
w/v atau klorokresol 0,1 0,2 % w/v
4. Starch glyserin: metil hidroksi benzoat 0,1 0,2 % w/v atau asam
benzoat 0,2 % w/v
5. MC: fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida
0,02% w/v
6. Na CMC: metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi
benzoat 0,02 % w/v
7. Polivinil alkohol: klorheksidin asetat 0,02 % w/v

Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung


air. Biasanya digunakan pelarut air yang mengandung metilparaben
0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet.

Chelating agent

Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam
berat. Contohnya EDTA

Penambahan bahan higroskopis

Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol,


propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %

Penyimpanan Gel
Cara penyimpanan sediaan gel :

1. Gel Lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan.


2. Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.
3. Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau
pot salep.
4. Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah
penguapan.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Formulasi


Penampilan gel :

1. Transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang


terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak
membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang
bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan
dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau
pengendapan zat kationik tersebut).
3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.
4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet
sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat
solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan
sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak
menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah
temperatur yang tidak terkontrol.
7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat
penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang
dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan
gel).
8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila
daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar
gel maka sistem gel akan rusak.

Metode Pembuatan Gel


Menurut Khristantyo (2010), pada prinsipnya metode pembuatan
sediaan semisolid dibagi menjadi dua :
1. Metode pelehan (fusion), disini zat pembawa dan zat berkhasiat
dilelehkan bersamadan diaduk sampai membentuk fasa yang
homogen. Dalam hal ini perlu diperhatikan stabilitas zat berkhasiat
terhadap suhu yang tinggi pada saat pelelehan.
2. Trirurasi, zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang
akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian
dilanjutkan dengan penambahan basis. Dapat juga digunakan
pelarut organik untuk melarutkan terlebih dahulu zat
aktifnya,kemudian baru dicampur dengan basis yang akan
digunakan.

Evaluasi Sediaan Gel


A. Evaluasi Fisik

1. Penampilan
Yang dilihat penampilan, warna dan bau.
2. Homogenitas
Caranya: Oleskan sedikit gel di atas kaca objek dan diamati
susunan partikel yang terbentuk atau ketidak homogenan.
3. Viskositas/rheologi
Menggunakan viscometer Stromer dan viscometer Brookfield
4. Distribusi ukuran partikel
Prosedur:
• Sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada slide
mikroskop
• Lihat di bawah mikroskop
• Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati
sumber cahaya
• Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa dapat mengukur
partikel 0,4-0,5 mm. Dengan lensa khusus dan sinar UV, batas
yang lebih rendah dapat diperluas sampai 0,1
5. Uji Kebocoran
6. Isi minimum
7. Penetapan pH
8. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Ivantina
“Pelepasan Diklofenak dari Sediaan Salep”)
Prinsip: mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan
gel dengan cara mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan
penerima pada waktu-waktu tertentu
9. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Sriningsih
“Kecepatan Difusi Kloramfenikol dari Sediaan Salep”)
Prinsip: Menguji difusi bahan aktif dari sediaan gel menggunakan
suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif
dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu)
10. Stabilitas gel (Dosage Form, Disperse System vol.2 hal 507) 1
tube
a. Yield value suatu sediaan viskoelastis dapat ditentukan dengan
menggunakan penetrometer. Alat ini berupa logam kerucut atau
jarum. Dalamnya penetrasi yang dihasilkan dilihat dari sudut
kontak dengan sediaan di bawah suatu tekanan.Yield value ini
dapat dihitung dengan rumus :
So = yield value
m = massa kerucut dan fasa gerak (g)
g = percepatan gravitasi
p = dalamnya penetrasi (cm)
n = konstanta material mendekati 2Yield value antara 100 1000
dines/cm² menunjukkan kemampuan untuk mudah tersebar. Nilai
di bawah ini menunjukkan sediaan terlalu lunak dan mudah
mengalir, di atas nilai ini menunjukkan terlalu keras dan tidak
dapat tersebar.
11. Dilakukan uji dipercepat dengan :
– Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik)
Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 30000
RPM). Amati apakah terjadi pemisahan atau tidak (Lachman hal
1081)
– Manipulasi suhu
Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40,
50, 60, 70 ° Amati dengan bantuan indicator (seperti sudan merah)
mulai suhu berapa terjadi pemisahan, makin tinggi suhu bearti
makin stabil)

B. Evaluasi kimia

 Identifikasi zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia


lain)
 Penetapan kadar zat aktif (sesuai dengan monografi FI
IV/kompendialain)

C. Evaluasi biologi

 Uji penetapan potensi antibiuotik (lihat lampiran F1 IV hal 891)


 Uji sterilitas (lihat Lampiran FI IV Hal 855)

Syarat-syarat Sediaan Gel


1. Memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, tidak mudah mengalir
pada permukaan kulit
2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan Memiliki
derajat kejernihan tinggi (efek estetika)
3. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti
film saat pemakaian
4. Mudah tercucikan dengan air
5. Daya lubrikasi tinggi
6. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat digunakan
(Formularium Nasional, hal 315).

Mekanisme Kerja Sediaan Topical (Gel)


Penetrasi sel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak
digunakan pada kondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel
analgetik.

Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel
membentuk lapisan absorbsi.

Anda mungkin juga menyukai