Anda di halaman 1dari 28

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SECARA

RASIONAL
Pendahuluan

• Golongan obat yang paling banyak digunakanan di dunia adalah


antibiotika. Diperkirakan lebih dari seperempat anggaran rumah sakit
dibelanjakan untuk kebutuhan antibiotika ( WHO, 2003).
• Pemakaian antibiotika secara rasional mutlak menjadi keharusan.
Kerasional pemakaian antibiotik tersebut meliputi tepat indikasi, tepat
penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping obat.
• Pemakaian antibiotik yang tidak rasional akan menyebabkan munculnya
banyak efek samping dan mendorong munculnya bakteri resisten.
• Salah satu efek samping yang ditakutkan dari antibiotika adalah
munculnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika tersebut.
• Pemilihan antibiotik merupakan suatu kunci penting dalam
pengobatan kasus-kasus infeksi.
• Masalahglobal yang saat ini dihadapi adalah tingginya angka
penggunaan antibiotik yang tidak tepat indikasinya.
• Beragam penyebab yang menyebabkan penyalahgunaan antibiotik.
• Dampak pada pengobatanadalah terjadinya resistensi antibiotik.
• Dengan penggunaan antibiotik secara rasional akan memberikan
optimalisasi terapi antibiotik ini sehingga memberikan hasil yang
optimal juga.
Prinsip Kerja Antibiotik

• Terdapat tiga aspek yang saling berkaitan, yaitu aspek antibiotik,


kuman dan host.
• Penggunaan antimikroba secara prinsip berbeda dengan obat pada
umumnya oleh karena target antimikroba adalah sel kuman
sedangkan obat lain adalah sel host.
• Dalam penggunaannya, antibiotik diharapkan mampu mencapai
lokasi infeksi dengan kadar yang cukup (melebihi kadar hambat
minimal/KHM), masuk/penetrasi ke dalam sel bakteri dan bekerja
mengganggu proses metabolisme bakteri sehingga bakteri tersebut
menjadi tidak aktif atau mati; namun efek toksik pada sel host
diharapkan seminimal mungkin.
Mekanisme kerja antibiotic bermacam-
macam, antara lain:
• Bakteri menghasilkan enzim betalaktamase yang memecah cincin betalaktam
darai anti biotika, contohnya adalah penisilin
• Menhambat pengikatan antibiotika pada ribososm bakteri sehingga terjadi
kegagalan proses translasi: streptomisin
• Mutasi pada bakteri sehingga antibiotika gagal membentuk dinding peptidoglikan
(vankomisin)
• Mutasi dari bakteri yang menyebabkan perubahan penisilin binding protein (PBP)
sehhingga penisislin gagal mengikat PBP (penisilin)
Lanjutan......

• Produksi target berlebihan. Bakteri yang rseisten terhadap antibiotika


sulfonamamid dikarenakan bakteri tersebut mampu membentukl para
aminobenzoic acid berlebihan. Bakteri yang resisten terhadap
trimetropim disebabkan karena bakteri tersebut memproduksi enzim
dihidrofolat reduktase berlebihan.
• Bakteri meproduksi porin yang sempit sehingga antibiotika tidak bisa
masuk kedalam sel misalnya starin tertentu dari E.coli
• Mutasi bakteri yag menyebabkan perubahan pada gena pengkode enzim
yang memetabolisme bakteri, ciontohnay mutasi bakteri pada gena
pengkode KatG sehingga isoniazid gagal membunuh bakteri
• Balter membentuk protein yang melindungi target obat, contohnya
rsistensi sifrofloksasin karena bakteri membentuk protein yang mengikat
DNA polymerase
Kombinasi Antibiotik

• Kombinasi antimikroba digunakan pada infeksi berat yang belum


diketahui dengan jelas kumankuman penyebabnya.
• Dalam hal ini pemberian kombinasi antimikroba ditujukan untuk
mencapai spektrum antimikrobial yang seluas mungkin.
• Selain itu, kombinasi antimikroba juga digunakan untuk mencapai
efek sinergistik dan juga untuk menghambat timbulnya resistensi
terhadap obat-obatan antimikroba yang digunakan.
Efek Samping Antibiotik

• Efek samping dapat berupa efek toksik, alergi, atau biologis. Efek
samping seperti paralisis respiratorik dapat terjadi setelah instilasi
neomicin, gentamicin, tobramycin, streptomycin atau amikacin secara
intraperitoneal atau intrapleural.
• Erithromycin estolac sering menyebabkan hepatitis kolestatik.
• Antibiotik seperti rifampicin, cotrimoxazole dan isoniazide potensial
hematotoksik dan hepatotoksik.
• Pemakaian chloramphenicol yang melampaui batas keamanan akan
menekan fungsi sumsum tulang dan berakibat anemia dan neutropenia
• Anemia aplastik secara eksplisit merupakan efek samping yang dapat
mengakibatkan kematian pasien setelah pemakaian chloramphenicol.
Lanjutan......

• Efek samping alergi terutama disebabkan oleh penggunaan


penicilin dan cephalosporin. Keadaan paling jarang adalah
kejadian syok anafilaktik.
• Kejadian yang lebih sering timbul adalah ruam dan urtikaria.
• Efek samping biolobiologis disebabkan karena pengaruh antibiotik
terhadap flora normal di kulit maupun di selaputselaput lendir
tubuh.
• Biasanya terjadi pada penggunaan obat antimikroba berspektrum
luas.
Aspek Mikrobiologik Kuman

• Jenis kuman patogen hendaknya diidentifikasi sebelum dimulainya


terapi.
• Pemeriksaan biakan dan resistensi sebaiknya dilakukan sebelum
pemberian terapi, namun karena hasilnya membutuhkan waktu
lama maka terapi empirik dapat diberikan dengan panduan
pemeriksaan yang lebih sederhana seperti pewarnaan gram.
• Dalam pemilihan antibiotik untuk terapi empirik, data
mikrobiologi khususnya mengenai pola kepekaan kuman dan data
patogen resisten di rumah sakit setempat merupakan hal yang
sangat penting.
• Pola kepekaan kuman yang berasal dari komunitas atau kuman
nosokomial terhadap tiap jenis antibiotik merupakan panduan untuk
menentukan antibiotik yang akan diberikan dalam terapi empirik.
• Semakin luas cakupan suatu antibiotik terhadap akan meningkatkan
probabilitas keberhasilan pengobatan
• Selain data mengenai pola kepekaan, data surveilans patogen resisten
baik yang berasal dari komunitas (misalnya penicillin resistance
S.pneumoniae/PRSP) atau kuman nosokomial (methicillin resistance
S.aureus/MRSA), extended spectrum beta-lactamase/ESBL juga
merupakan pertimbangan dalam menentukan pilihan antibiotik
Aspek Penderita

• Beberapa aspek dari penderita perlu diperhatikan dalam pemberian


antibiotik, antara lain derajat infeksi, tempat infeksi, usia, berat badan,
faktor genetik, penyakit komorbid, status imunitas, adanya kehamilan
atau laktasi, riwayat alergi dan faktor sosio ekonomi.
• Dari segi derajat infeksi pada penderita, perlu diperhatikan berat
ringannya infeksi dari gejala klinik, jenis dan patogenitas mikroba, serta
status imunitas penderita.
• Pada infeksi ringan, pemberian antibiotik tidak perlu diberikan seketika.
pemberian antibiotik justru akan memberikan kesempatan kepada tubuh
untuk merangsang timbulnya mekanisme kekebalan tubuh.
• Namun pada infeksi yang berat dan atau telah berlangsung lama, terapi
antibiotik dapat segera dimulai.
• Tempat infeksi juga mempengaruhi pertimbangan pemberian
antibiotik seperti organ yang memiliki vaskularisasi sedikit seperti
tulang, atau organ yang memiliki sawar khusus seperti susunan
saraf pusat.
• Pada organ tersebut, pemberian antibiotik harus meliputi
antibiotik yang dapat menembus lapisan tersebut sehinggaobat
dapat bekerja secara efektif.
• Selain itu adanya abses, jaringan nekrotik, mukus yang banyak,
benda asing, dan sebagainya juga dapat mengurangi efektifitas
kerja antibiotik sehingga diperlukan tindakan seperti pembersihan
luka insisi dan sebagainya sebelum antibiotik diberikan
• Usia juga mempengaruhi pertimbangan dalam pemberian antibiotik.
• Pada neonatus karena kerja berbagai organ seperti hepar dan ginjal yang
belum sempurna akan meningkatkan risiko terjadinya toksisitas dari
obat.
• Demikian pula pada usia lanjut dengan adanya penurunan berbagai
fungsi organ karena proses penuaan.
• Adanya penyakit komorbid seperti kelainan hati atau ginjal juga harus
diperhatikan karena dapat menurunkan efektifitas obat dan
memperberat efek toksisitas.
• Selain itu, kelainan genetik seperti defisiensi enzim Glucose-6-Phospate
Dehydrogenase (G6PD) juga dapat menimbulkan anemia hemolitik pada
pemberian antibiotik tertentu seperti chloramphenicol dan sulfonamide.
• Status imunitas baik imunitas selular maupun humoral pada
penderita harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis
antibiotik.
• Pada penderita yang imunokompeten, antibiotik dengan efek
bakteriostatik mungkin cukup efektif untuk mengendalikan infeksi
tertentu, sedangkan pada pasien dengan penurunan status imun,
pada infeksi yang sama mungkin diperlukan antibiotik dengan efek
bakterisidal untuk mengatasinya
• Adanya kehamilan dan laktasi akan mempengaruhi pemilihan
antibiotik karena beberapa dapat menembus sawar darah plasenta
dan masuk ke peredaran darah janin serta menimbulkan efek yang
tidak diinginkan, seperti efek teratogenik dan sebagainya.
• Ibu hamil juga pada umumnya lebih peka terhadap pengaruh obat
obat tertentu, termasuk antibiotik.
• Demikian pula dengan laktasi, karena beberapa antibiotik juga
dapat ditemukan dalam air susu.
• Untuk itu, pertimbangan baik untuk ibu maupun janin harus
diperhatikan untuk menghindari efek yang tidak diinginkan.
• Dalam pertimbangan biaya, selain harga obat harus pula
diperhatikan lama dan interval pemberian obat, sehubungan
dengan jumlah obat yang diperlukan.
• Biaya pengobatan tersebut merupakan salah satu aspek
sosioekonomi dari suatu penyakit.
Pola Pemberian Antimikroba

• Berdasarkan ketiga aspek tersebut maka antibiotik dapat diberikan


berdasarkan beberapa pola tertentu, antara lain : direktif,
kalkulatif, interventif, omnisprektif dan profilaktif.
• Pada terapi antibiotik direktif, kuman penyebab infeksi sudah
diketahui dan kepekaan terhadap antibiotik sudah ditentukan,
sehingga dapat dipilih obat antibiotik efektif dengan spektrum
sempit. Kesulitan yang akan dihadapi adalah tersedianya fasilitas
pemeriksaan mikrobiologis yang cepat dan tepat
• Terapi antibiotik kalkulatif memberikan obat secara best guess. Dalam
hal ini, pemilihan harus didasarkan pada antibiotik yang diduga akan
ampuh terhadap mikroba yang sedang menyebabkan infeksi pada
jaringan atau organ yang dikeluhkan. Penilaian keadaan klinis yang
tepat dan kemungkinan kuman penyebab sangat penting dalam
penerapan terapi antibiotik kalkulatif
• Pada infeksi tertentu metoda penggunaan antibiotik harus selalu
berpedoman pada sebuah protokol pemberian antibiotik dan dapat
menambah kelompok obat antibiotik lainnya. Bila respon yang didapat
tidak memuaskan, maka protokol-protokol ini akan menyesuaikan
dengan perkembangan dan pengalaman terkini tentang penggunaan
berbagai jenis antibiotik baru. Cara pengobatan ini dikenalsebagai terapi
antimikrobial interventif
• Terapi antibiotik omnispektrif diberikan bila hendak dijangkau
spektrum antibiotik seluas-luasnya dan dapat diberikan secara
empirik. Beberapa keadaan yang membutuhkan terapi ini yaitu
infeksi pada leukemia, luka bakar, peritonitis dan syok septik.
• Sebagai terapi profilaksis, obat antibiotik dapat digunakan untuk
mencegah infeksi baru pada seseorang atau untuk mencegah
kekambuhan dan terutama digunakan untuk mencegah
komplikasikomplikasi serius pada waktu dilakukan tindakan
pembedahan.
Kejadian resistensi

• Salah satu penyebab meningkatnya kejadian resistensi adalah


penggunaan antibiotika yang tidak rasional. Kesalahan bisa pada
dokter pemberi resep, apoteker dan pada regulasi peredaran obat
(baca antibiotika)
• Untuk meresepkan antibiotika 3 hal yang harus diperhatikan
adalah:
• Apakah antibiotika memang diperlukan?
• JIka memang antibiotika diperlukan, pilihan antibiotika yang paling
rasional apa (first choice) ?
• Efektifkah pemberian antibiotika tersebut ?
Apakah antibiotika diperlukan ?

Hal yang perlu diingat untuk menjawah hal di atas adalah:


• Antibiotika hanya untuk infeksi bakterial
• Antibiotika bukan untuk infeksi virus
• Tidak semua demam disebabkan oleh infeksi bakterial
• Tidak ada bukti bahwa antibiotika dapat mencegah infeksi
sekunder bakteri karena pada penderita dengan infeksi virus
Bagaimana memilih antibiotika? (antibiotika
first choice)

Dalam memilih antibiotika maka perlu mempertimbangkan beberapa


faktor antara lain:
a. Jenis bakteri
b. Factor antibiotika
c. Factor pasien
Pemilihan antibiotika berdasar jenis bakteri:
• Jika bakteri penyebab infeksi teridentifikasi, maka dipilih
antibiotika sesuai spektrumnya atau sensitivitasnya
• Ingat: antibiotika yang efektif untuk infeksi berat belum tentu
efektif untuk infeksi ringan
Pemilihan antibiotika berdasar faktor antibiotika
• Beberapa kaidah pemilihan antibiotika yang harus diperhatikan adalah:
a. Pertimbangkan profil farmakokinetik dan dinamik antibiotika
b. Pertimbangkan kemungkinan toksisitas/kemungkinan adverse
effectnya
c. Pertimbangkan interaksi obat
d. Pertimbangkan harga obat

• INGAT: Tidak ada universal antibiotics. Antibiotika generasi terbaru


belum tentu lebih baik dari generasi awal
Kesimpulan

• Pemberian antibiotik secara rasional meliputi pemilihan tepat


jenis, dosis, cara pemberian dan penghentian obat yang
berkualitas baik yang manfaatnya sudah terbukti, aman pada
pemakaian dan terjangkau harganya oleh pasien
Daftar Pustaka

• Kuswandi, 2011, strategi mengatasi bakteri yang resisten terhadap antibiotika,


pidato pengukuhan gurubesar UGM.
• Rizal, 2010, Microbial pattern and antimicrobial resistance of isolates collected
from various specimen in DR. OEN Solo Baru, Hospiatl, Surakarta, The
Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.7. 392-399
• Santillan, R.M., Garcia, G.R., Benavente, I.H., Garcia, E.M., 2000, Efficay of
cefixime in the therapy of thyfoid fever, Proc. West pharmacol.Soc, 43:65-66.
• WHO, Drug And Therapeutic Committees; A Practical Guide, Department of
Essential Drugs and Medicines Policy Geneva, Switzerland, 2003
• Medical review “Pemilihan Antibiotik yang Rasional” PPDS Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia/RSUPN Cipto Mangunkusumo

Anda mungkin juga menyukai