1. Pengertian Sirup
Menurut FI Edisi III sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%.
2. Jenis Sirup
Ada 3 macam sirup dalam Teori Ilmu Resep jilid II, yaitu:
Sirup simpleks:
Mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25% b/v.
Sirup obat:
Mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan
digunakan untuk pengobatan.
Sirup pewangi:
Tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap
lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak
dan bau obat yang tidak
Kerugian dari bentuk sediaan sirup dalam Teori Ilmu Resep jilid II adalah:
1) Tidak cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan
2) Formulasi sulit untuk bahan berkelarutan rendah
3) Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense
atau eliksir).
4. Komponen Sirup
1) Zat aktif
Zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup.
Contoh Zat aktif yang bisa dibuat dalam bentuk sirup:
Paracetamol
Ambroksol HCL
CTM
Pseudoefedrin HCL
2) Pelarut
Pelarut adalah cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut sebagai
zat pebawa. Pelarut yang umum digunakan dalam pembuatan sirup adalah air.
3) Pemanis
Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis ditambahkan untuk
memberikan rasa manis pada sirup. Karena sirup identik dengan rasa manis.
Ada dua klasifikasi pemanis(Permenkes no 33 th 2012):
Pemanis alami (natural sweetener)
Adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya
secara sintetik ataupun fermentasi. Contohnya:
Sorbitol
Sorbitol sirup
Manitol
Isomaltitol
Glikosida steviol
Maltitol
Maltitol sirup
Laktitol
Silitol
Eritriol
Pemanis buatan (Artificial Sweetener)
Adalah pemanis yang diproses secara kimiawi dan senyawa tersebut tidak
terdapat di alam. Contohnya:
Asesulfam-K
Aspartam
Asam siklamat
Kalsium siklamat
Natrium siklamat
Sakarin
Kalsium sakarin
Kalium sakarin
Natrium sakarin
Sukralosa
Pemanis yang paling umum digunakan adalah sukrosa.
4) Zat penstabil
Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar sirup dalam keadaan stabil, contoh
dari zat penstabil adalah:
Antioksidan
Antioksidan adalah:
senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan cara mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif
Tujuan penambahan:
Antioksidan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk,
mencegah ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma,
serta kerusakan fisik lain yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi
Klasifikasi antioksidan:
Antioksidan terbagi atas:
a. Antioksidan untuk sistem bahan obat hidrofil
Senyawa anorganik mengandung belerang
Senyawa kelompok ini akan terurai di dalam larutan asam menjadi
asam belerang, yang akan mengikat oksigen molekuler yang ada dalam
larutan. Konsentrasi penggunaannya sebesar 0,05-0,15%
Contoh:
- natrium bisulfit (NaHSO3)
- natrium sulfit (Na2HSO3)
- natrium matabisulfit (Na2H2SO5)
Asam askorbat
Asam askorbat dan garam natriumnya memiliki sifat yang stabil. Asam
askorbat secara fisiologis tidak menimbulkan masalah dan cocok
digunakan untuk menstablkan sediaan obat. Konsentrasi yang
digunakan 0,01 sampai 0,1%
Pendapar
Pendapar adalah:
Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menjaga
(mempertahankan) pH-nya dari penambahan asam, basa, maupun
pengenceran oleh air .
Tujuan penambahan:
mempertahankan nilai pH meskipun ditambah sedikit asam, sedikit basa,
atau sedikit air (pengenceran).
Pendapar terdiri dari:
a) Campuran asam lemah dengan garamnya
Contoh: Campuran dari larutan CH3COOH (asam lemah) dan larutan
CH3COONa (basa konjugasi) membentuk larutan buffer asam, dengan
reaksi:
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O .
b) Campuran basa lemah dengan garamnya.
Contoh: Campuran dari larutan NH4OH (basa lemah) dan larutan NH4CL
(asam konjugasi) membentuk larutan buffer basa, dengan reaksi:
NH4OH + HCl → NH4CL + H2O .
Klasifikasi dapar:
a) Larutan buffer / penyangga Bersifat Asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).
Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan
garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat
dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran
akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam
lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan
seperti natriumNa), kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang
mengandung CH3COOH dan CH3COO– yang mengalami kesetimbangan.
Dengan proses sebagai berikut:
Pada Penambahan Asam
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri.
Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO–
membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO–(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)
Pada Penambahan Basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH– dari basa itu
akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi
ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan
berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang
ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk
ion CH3COO– dan air.
CH3COOH(aq) + OH–(aq) → CH3COO–(aq) + H2O(l)
b) Larutan buffer / penyangga Bersifat Basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang
garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih.
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang
mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan
proses sebagai berikut:
Pada Penambahan Asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat
ion OH–. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan,
sehingga konsentrasi ion OH– dapat dipertahankan. Disamping itu
penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3),
bukannya ion OH–. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa
NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)
Pada Penambahan Basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan
bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH– dapat dipertahankan.
Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+),
membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH–(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)
Cara Kerja Larutan Penyangga:
Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam
dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion
OH–. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak
mengubah pH-nya secara signifikan.
Sifat Larutan Buffer
Sifat – Sifat dari Larutan Buffer Adalah:
5) Pengawet
Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan agar sirup tahan lama dan
bisa di pakai berulang- ulang. Penambahan pengawet biasanya pada sediaan
dengan dosis berulang. Pengawet yang dapat digunakan pada sediaan sirup antara
lain adalah sodium benzoat, metil paraben dan propil paraben.
6) Pewarna
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut corigen
coloris. Pewarna ditambahkan jika diperlukan. Penambahan pewarna biasanya
agar sediaan menjadi lebih menarik dan tidak berwarna pucat. Pewarna yang
digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain
dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan.
Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan
kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Contoh
pewarna yang dapat digunakan pada sediaan sirup antara lain adalah sunset yellow
dan tartrazine yang akan memberikan warna kuning. Warna sirup harus
menyesuaikan dengan perasa yang ditambahkan.
7) Perasa
Penambahan perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan sirup
yang akan di berikan pada pasien kurang enak atau terlalu pahit. Perasa dan
pewarna harus sesuai.
5. Pembuatan Sirup
Kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat dengan cara sebagai beikut (Farmakope
Indonesia edisi III):
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga
larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung gukosida antrakinon,
ditambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia. Pada
pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan nipagin 0,25% b/v
atau pengawet yang cocok. Sirup disimpan dalam wadah tertutup rapat, dan
ditempat yang sejuk.
2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Chlorpheniramine Maleat
(CTM) propilen glikol,sukrosa, asam sitrat, esensial jeruk,sunset yellow, aquadest,
natrium sitrat.
4) Cara Pembuatan
Pembuatan sediaan sirup, pertama yang dilakukan adalah menimbang
CTM 48 mg.
setelah itu dilarutkan dengan aquadest 20ml (disisihkan).
Sukrosa ditimbang sebanyak 36 gram lalu di larutkan dalam 15 ml air
panas (disisihkan).
Timbang propilen glikol sebanyak 18 gram, asam sitrat 1,2 gram , dan
natrium sitrat 1,2 gram.
Kemudian asam sitrat dan natrium sitrat dilarutkan dalam 10 ml aquadest
(disisihkan).
Lalu aduk sukrosa dan propilen glikol sampai homogen.
Kemudian CTM dan campuran sukrosa propilen diaduk sampai homogen.
Lalu campuran tadi di tambahkan esensial jeruk secukupnya.
Larutan yang sudah di tambahkan larutan jeruk di campur dengan
campuran asam sitrat dan natrium sitrat sampai homogen.
Kemudian di tambahkan sisa aquadest sampai 60 ml.
h) Penetapan kadar zat aktif dalam sediaan (Farmakope Indonesia edisi IV)
Tujuan :
Secara kuantitatif mengetahui konsentrasi zat aktiv dalam sediaan.
Metode :
Sesuai dengan yang tertera pada monografi sediaan sirup dengan
kandungan zat aktif tertentu pada Farmakope Indonesia.