SEDIAAN PASTA
DISUSUN OLEH :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah Teknologi
Sediaan Semi Solid Sediaan Pasta. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada
dosen yang telah membimbing kami dan teman-teman yang telah mendukung terselesaikannya
makalah ini.
Makalah ini juga bisa selesai atas kerjasama yang baik dan peran serta dari para anggota
kelompok ini. Tentunya makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, yang mudah- mudahan
masih bisa dimaklumi.
Kami selaku penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan
memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih kepada banyak orang. Dan sekiranya jika ada
kekurangan, dapat diberikan saran yang membangun bagi kelompok kami kedepannya
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi didunia farmasi. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus
dikembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid
telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikonsumsi
masyarakat. Selain itu, sediaan semi solid digunakan untuk pemakaiaan luar seperti krim ,
salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakaan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semi solid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Seiaan Pasta
2. Apa saja kekurangan dan kelebihan sediaan pasta
3. Bagaimana formulasi dan perhitugan sediaan pasta?
4. Bagaimana metode pembuatan pasta ?
5. Apa saja kontrol kualitas sediaan pasta
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi sediaan pasta
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan pasta
3. Mengetahui formulasi dan cara perhitungan serta cara kerja pembuatan pasta
4. Mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam pembuatan pasta
5. Mengetahui apa saja kontrol kualitas sediaan pasta
BAB II
PEMBAHASAN
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena
merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka
digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh.
Anief, Apt.)
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan
bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian
topical
Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep
untuk penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak
mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya
sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana
bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki
bagian yang tinggi.
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk
sampai 50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak
dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi
perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.
2.2 MACAM- MACAM PASTA
Adapun macam- macam pasta adalah
1. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai
afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti
serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari
salep. Contoh pasta berlemak adalah Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta (F.N.
1978), Zinci Pasta (F.N. 1978) dan Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N. 1978)
2. Pasta kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat
(serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis
ichthanolum atau Tumenol
Ammonim, zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer. Contoh:
R/ Bentoniti 1
Sulfur praecip. 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
Ichthamoli 0,5
Glycerini
Aquae aa 5
3. Pasta pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan Salep Tiga Dara
R/ zinci oxydi
Olei olivae
Calcii Hidroxydi Solutio aa 10
4. Pasta dentifriciae ( pasta gigi)
Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri dari
serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi
digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal.
Misalnya, pasta gigi Triamsinolon Asetonida.
- Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal.
- Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
- Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %
- Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka
akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.
- sekret/sputum merupakan pendeteksian kuman seperti tuberkulosis
pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhietaksis
- Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan
daya kerja lokal.
- Konsentrasi lebih kental dari salep.
- Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep.
b. Kekurangan pasta :
Serbuk biji kopi digunakan sebagai zat aktif dengan fungsinya sebagai antibakteri
khususnya Staphylococcus aureus. Digunakan konsentrasi 30% karena merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus.
(Anggi, 2016)
b. Pati jagung
Pati jagung digunakan sebagai pengeras. Karena konsistensi pasta yang keras dapat
membuat sediaan lebih lama tertempel pada permukaan kulit. Sifat pengering untuk
luka akut yang cenderung mengeras, menggelembung atau mengeluarkan cairan
c. Nipasol
Nipasol atau propyl paraben digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,6%
d. Gliserol
Digunakan gliserol untuk menambah efek emolien agar sediaan mempunyai efek
dingin di kulit selagi dipakai
e. Vaselin kuning
Perhitungan
2. Vaselin kuning diambil sebagian dan dilebur pada suhu 70ºC menggunakan
waterbath.
4. Ditambahkan pati jagung, nipasol dan sisa vaselin yang dilebur pada suhu 70ºC
sambil digerus.
Metode pembuatan pasta sama dengan pembuatan salep. Untuk basis semisolid
metode fusion (pelelehan dan triturasi dapat digunakan). Triturasi sendiri cocok
digunakan untuk pembawa likuid.
1. Metode Fusion
Zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fase yang homogen.
2. Metode Triturasi
Zat yang tdk larut dicampur dengan sedikit basis atau bahan pembantu,
kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Bisa juga digunakan
pelarut organik untuk melarutkan bahan aktifnya baru ditambahkan basisnya