Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEDIAAN SEMI SOLID

SEDIAAN PASTA

DISUSUN OLEH :

1. MELDA RATIH INDARSARI


2. ARNOLDUS S AWARDUS
3. MUSHOLLIFAH ARDIANTI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESAHATAN UNIVERSITAS KADIRI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah Teknologi
Sediaan Semi Solid Sediaan Pasta. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada
dosen yang telah membimbing kami dan teman-teman yang telah mendukung terselesaikannya
makalah ini.

Makalah ini juga bisa selesai atas kerjasama yang baik dan peran serta dari para anggota
kelompok ini. Tentunya makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, yang mudah- mudahan
masih bisa dimaklumi.

Kami selaku penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan
memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih kepada banyak orang. Dan sekiranya jika ada
kekurangan, dapat diberikan saran yang membangun bagi kelompok kami kedepannya

Kediri, 19 Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi didunia farmasi. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus
dikembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid
telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikonsumsi
masyarakat. Selain itu, sediaan semi solid digunakan untuk pemakaiaan luar seperti krim ,
salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakaan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semi solid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Seiaan Pasta
2. Apa saja kekurangan dan kelebihan sediaan pasta
3. Bagaimana formulasi dan perhitugan sediaan pasta?
4. Bagaimana metode pembuatan pasta ?
5. Apa saja kontrol kualitas sediaan pasta
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi sediaan pasta
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan pasta
3. Mengetahui formulasi dan cara perhitungan serta cara kerja pembuatan pasta
4. Mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam pembuatan pasta
5. Mengetahui apa saja kontrol kualitas sediaan pasta
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PASTA

Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena
merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka
digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh.
Anief, Apt.)
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan
bahan obat yang
 berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian
topical
Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep
untuk penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak
mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya
sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana
bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki
bagian yang tinggi.
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk
sampai 50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak
dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi
perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.
2.2 MACAM- MACAM PASTA
Adapun macam- macam pasta adalah
1. Pasta Berlemak  
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai
afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti
serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari
salep. Contoh pasta berlemak adalah Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta (F.N.
1978), Zinci Pasta (F.N. 1978) dan Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N. 1978)
2. Pasta kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat
(serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis
ichthanolum atau Tumenol
Ammonim, zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer. Contoh:
R/ Bentoniti 1
Sulfur praecip. 2

Zinci Oxydi 10

Talci 10

Ichthamoli 0,5

Glycerini
Aquae aa 5
3. Pasta pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan Salep Tiga Dara
R/ zinci oxydi
Olei olivae
Calcii Hidroxydi Solutio aa 10
4. Pasta dentifriciae ( pasta gigi)
Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri dari
serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi
digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal.
Misalnya, pasta gigi Triamsinolon Asetonida.

2.3 BASIS ATAU PEMBAWANYA


Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh
berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:
a. Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
- Tidak diabsorbsi oleh kulit
- Inert
- Tidak bercampur dengan air
- Daya absorbsi air rndah
- Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan
meningkatkan absorbsi obat melalui kulit
- Dibagi menjadi 5 yaitu : soft parraffin, hard paraffin, liquid paraffin, paraffin
substitude, paraffin ointment
Contoh : vaselin, white petrolatum/ paraffin, white ointment
b. Basis Absorbsi
Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan
cair Terbagi :
- Non emulsi, basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam minyak
terdiri atas : wool fat, wool alcohols. Beeswax and cholesterol
- Emulsi A/M, terdiri atas : Hydrous wool fat ( lanolin), oily cream
c. Larut air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang
tak larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil,
tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah
menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian
sediaan pasta.
d. Air, misibel misalnya salep beremulsi

2.4 KARAKTERISTIK PASTA

- Daya adsorbs pasta lebih besar

- Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat


pemakaian. Sehingga cocok untuk luka akut.

- Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.

- Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal.
- Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.

- Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.

- Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %

2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PASTA


a. Kelebihan pasta :

- Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka
akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.
- sekret/sputum merupakan pendeteksian kuman seperti tuberkulosis
pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhietaksis
- Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan
daya kerja lokal.
- Konsentrasi lebih kental dari salep.
- Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep.
b. Kekurangan pasta :

- Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.

- Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis

- Dapat menyebabkan iritasi kulit

2.6 FORMULASI DAN PERHITUNGAN

Rancangan Formulasi Pasta Serbuk Kopi


Bahan Fungsi Konsentrasi Standart

Serbuk Biji Kopi Zat Aktif 30% 30-40 %

Pati Jagung Pengeras 3%

 Nipasol Pengawet 0,6%

Gliserol Vaselin Pelembut Basis 20%


kuning pasta
Ad 100 %
Alasan pemilihan bahan aktif :

a. Serbuk biji kopi

Serbuk biji kopi digunakan sebagai zat aktif dengan fungsinya sebagai antibakteri
khususnya Staphylococcus aureus. Digunakan konsentrasi 30% karena merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus.
(Anggi, 2016)

b. Pati jagung

Pati jagung digunakan sebagai pengeras. Karena konsistensi pasta yang keras dapat
membuat sediaan lebih lama tertempel pada permukaan kulit. Sifat pengering untuk
luka akut yang cenderung mengeras, menggelembung atau mengeluarkan cairan

c. Nipasol

Nipasol atau propyl paraben digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,6%

d. Gliserol

Digunakan gliserol untuk menambah efek emolien agar sediaan mempunyai efek
dingin di kulit selagi dipakai

e. Vaselin kuning

konsistensi, kelunakan dan sifat vaselin yang netral serta kemampuan


menyebarnya yang mudah pada kulit. Maka dari itu, basis vaselin lebih banyak
digunakan. Hal ini sesuai dengan sifat vaselin yang merupakan basis yang
berminyak dan bebas air sehingga dapat bertahan pada kulit untuk waktu yang
lama. Basis vaselin juga mudah bercampur dengan bahan obat dan stabil dalam
penyimpanan.

 Perhitungan

1.  Serbuk biji kopi = 30/100 x 15 g = 4,5 g

2.  Pati jagung = 3/100 x 15 g = 0,45 g

3.   Nipasol = 0,6/100 x 15 g = 0,09 g

4.  Gliserol = 20/100 x 15 g = 2,4 g

5.  Vaselin kuning = 15 g –  (4,5 + 0,45 + 0,09 + 2,4 ) = 12,06g


 Cara kerja

1. Timbang semua bahan

2. Vaselin kuning diambil sebagian dan dilebur pada suhu 70ºC menggunakan
waterbath.

3. Digerus serbuk kopi, kemudian ditambahkan sedikit demi sediki setengah


vaselin kuning yang tidak dileburkan hingga homogen.

4. Ditambahkan pati jagung, nipasol dan sisa vaselin yang dilebur pada suhu 70ºC
sambil digerus.

5. Ditambahkan glireol sedikit demi sedikit samapai diperoleh pasta yang


homogen.

6. Dimasukkan ke dalam tube dan diberi etiket


2.7 METODE PEMBUATAN

Metode pembuatan pasta sama dengan pembuatan salep. Untuk basis semisolid
metode fusion (pelelehan dan triturasi dapat digunakan). Triturasi sendiri cocok
digunakan untuk pembawa likuid.

1. Metode Fusion

Zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fase yang homogen.

2. Metode Triturasi

Zat yang tdk larut dicampur dengan sedikit basis atau bahan pembantu,
kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Bisa juga digunakan
pelarut organik untuk melarutkan bahan aktifnya baru ditambahkan basisnya

2.8 EVALUASI SEDIAAN PASTA

Untuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan beberapa pengujian,


yakni:
1. Organoleptik
Merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk
mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair),
warna (misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak berbau).
(Anonim, 2000).
2. PH
Pasta dimasukkan dalam cawan dan diletakkan kertas indikator pH. pH pasta
diketahui dengan mengamati perubahan warna pada kertas pH. Pengujian
pertama dilakukan pada hari dimana sediaan dibuat, selanjutnya disimpan
selama satu minggu dan diuji organoleptisnya lagi begitu seterusnya sampai
satu bulan (Anonim, 2008).
3. Viskositas
Pasta dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada viskometer rion. Viskositas
pasta diketahui dengan mengamati nilai “dpas”. Pengujian pertama dilakukan 
pada hari dimana sediaan dibuat, selanjutnya disimpan selama satu minggu
dan diuji organoleptisnya lagi begitu seterusnya sampai satu bulan (Nayeem
dan Karvekar, 2011).
4. Uji daya sebar
Sebanyak 0,50 gram diletakkan ditengah-tengah kaca, ditutup dengan kaca
lain yang telah ditimbang dan dibiarkan selama satu menit kemudian diukur
diameter sebar pasta. Setelah itu, diberi penambahan beban tiap satu menit
sebesar 50 gram hingga 1000 gram lalu diukur diameternya yang cukup
untuk melihat pengaruh beban terhadap daya sebar pasta (Nayeem dan
Karvekar, 2011). Dalam pengujian daya sebar pasta ini, masing-masing pasta
yang akan diuji dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, rata-rata diameter
pengukuran (membujur, melintang) dari tiga kali pengujian. Pengujian
pertama dilakukan pada hari dimana sediaan dibuat, selanjutnya disimpan
selama satu minggu dan diuji organoleptisnya lagi begitu seterusnya sampai
satu bulan
5. Uji daya lekat
Pengujian daya lekat pasta dilakukan menggunakan alat uji daya lekat.
Sebanyak 250 mg pasta diratakan pada salah satu gelas objek kemudian
ditutup dengan gelas objek yang lain. Setelah itu, diberikan tindihan beban 1
kg selama 5 menit. Pasangan gelas objek ini kemudian dipasangkan pada alat
uji daya lekat dan bersamaan dengan pemberian beban pada alat uji daya lekat
1 kg dan stopwatch dinyalakan. Waktu dihitung mulai dari pemberian beban
dan beban dihentikan ketika gelas objek tersebut terlepas. Pengujian pertama
dilakukan pada hari dimana sediaan dibuat, selanjutnya disimpan selama satu
minggu dan diuji organoleptisnya lagi begitu seterusnya sampai satu bulan
(Nayeem dan Karvekar, 2011).
6. Uji homogenitas
Masing-masing pasta yang akan diuji, dioleskan pada tiga buah gelas objek
untuk diamati homogenitasnya dibawah sinar. Apabila tidak terdapat butiran -
butiran kasar diatas gelas obyek tersebut maka pasta yang diuji dinyatakan
homogen. Pengujian homogenitas ini dilakukan sebanyak tiga kali replikasi.
Pengujian pertama dilakukan pada hari dimana sediaan dibuat, selanjutnya
disimpan selama satu minggu dan diuji organoleptisnya lagi begitu seterusnya
sampai satu bulan (Anonim, 2008).
7. Resitensi panas
Uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep atau gel
dalam daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan terus
menerus. Caranya yakni salap dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan
dalam pertukaran kontinue suhu yang berbeda- beda (misalnya 20 jam pada
370C dan 4 jam pada 400C) dan ditentukan waktunya (Voigt, 1994).

Anda mungkin juga menyukai