NAMA ANGGOTA :
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 FARMASI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana.
Atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak maka makalah ini dapat diselesaikan,
oleh karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih kepada:
1. Apt. Almahera, S. Farm., M. Farm. Selaku pembimbing mata kuliah Teknologi Sediaan
Semi Solida yang telah memberikan saya kepercayaan untuk menyusun makalah ini.
2. Orang tua yang banyak memberikan motivasi dan bantuan baik moril mau pun materi
sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat
berbagai kekurangan di dalamnya. Olehnya itu penulis memohon maaf atas kekurangan
tersebut dan pembaca memberikan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
KELOMPOK III
II
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii-iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................6
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................6-7
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................8
2.1 Pengertian Salep ...........................................................................................8
2.2 Fungsi Salep....................................................................................................8
2.3 Dasar Salep.....................................................................................................8
2.4 Persyaratan Salep..........................................................................................9
2.5 Kontrol Kualitas Dasar Salep......................................................................9
2.6 Keuntungan Dan Kerugian Salep..............................................................10
2.7 Bahan-Bahan Penyusun Berbasis Salep....................................................10
2.7.1 Salep Dasar I......................................................................................11
2.7.2 Salep Dasar II.....................................................................................11
2.7.3 Salep Dasar III...................................................................................11
2.7.4 Salep Dasar IV...................................................................................11
2.8 Metode Pembuatan Salep...........................................................................12
2.9 Cara Pembuatan Salep...............................................................................12
2.10 Uji Stabilitas Salep.....................................................................................13
2.11 Evaluasi Salep............................................................................................13
2.11.1 Uji Organolleptis .............................................................................14
2.11.2 Uji Homogenitas...............................................................................14
2.11.3 Uji Daya Sebar.................................................................................14
2.11.4 Uji pH ...............................................................................................14
2.11.5 Uji Viskositas...................................................................................14
2.12 Pengemasan Dan Penyimpann Salep.......................................................15
III
2.13 Pengawetan Salep......................................................................................15
2.14 Inkompatibilitas Salep...............................................................................16
2.14.1 Inkompatibilitas Terapeutik...........................................................16
2.14.2 Inkompatibilitas Fisika...................................................................16
2.14.3 Inkompatibilitas Kimia...................................................................17
2.15 Contoh-Contoh Obat Salep.......................................................................17
2.15.1 Obat Bisul, Koreng Dan Borok......................................................17
2.15.2 Obat Eskema....................................................................................18
2.15.3 Obat Kudis.......................................................................................18
2.15.4 Obat Kurab, Panu Kutu Air...........................................................19
BAB III PENUTUP......................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
3.2 Saran ........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
LAMPIRAN...................................................................................................................22
IV
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat menjadi bentuk tertentu hingga
siap digunakan sebagai obat serta bagaimana teknologi pembuatan obat dalam bentuk
sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien disebut dengan ilmu farmasetika.
Salah satu formulasi sediaan farmasi yang akan dibahas pada subab berikutnya adalah salep.
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit, yang
sakit atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal. Salep digunakan untuk mengobati
penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan
kulit agar dapat memberikan efek yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaan
setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lender. Bahan
obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok . Salep tidak boleh
berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat
keras atau narkotik adalah 10 % .
Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh
suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam salep harus halus. Oleh karena itu
pada saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah, salep yang harus digerus
dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserap oleh
kulit.
5
1.2 Rumusan Masalah
10. Bagaimana cara penyimpanan, pengemasan dan pengawetaan pada sediaan salep ?
5. Untuk mengetahui dan memahami cara kontrol kuliatas dasar pada salep.
6. Untuk mengetahui dan memahami keuntungan dan kerugian dari penggunaan salep.
6
8. Untuk mengetahui dan memahami metode dan cara pembuatan salep.
9. Untuk mengetahui dan memahami uji stabilitas adan evaluasi sdiaan salep.
10. Untuk mengetahui dan memahami cara penyimpanan, pengemasan dan pengawetaan
pada sediaan salep.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical kulit
atau selaput lender salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan
obat dalam salep mengandung obat keras narkotika adalah 10 %. ( FI IV )
Sebagai bahan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit yang dengan
larutan berair dan perangsang kulit.
a. Salep Hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep
berlemak ( greasy bases ) tidak dapat dicuci dengan air misalnya campuran lemak-lemak
dan minyak lemak.
b. Salep Hidrotilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya dasar tipe
M/A. ( Syamsuni, 2006 )
8
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang
cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam Dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang
mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang
mengandung air. (Anonim, 2015)
Kadar: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) yang
digunakan vaselin.
Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukkan susunan yang homogeny.
Stabil selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas,
stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam kamar.
Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang apling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat
aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
9
Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair
pada pengobatan dan Lembut, mudah dioleskan serta mudah melepaskan zat aktif
(Anief, 2007).
Salep dasar adalah zat pembawa dengan massa lembek, mudah dioleskan,
umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang telah mempunyai massa lembek atau
zat cair, zat padat yang terlebih dahulu diubah menjadi massa yang lembek. Jika dalam
komposisi tidak disebutkan salep dasar, maka dapat digunakan vaselin putih. Jika dalam
komposisi disebutkan salep dasar yang cocok. Pemilihan salep dasar yang dikehendaki
harus disesuaikan dengan sifat obatnya dan tujuan penggunaannya.
10
2.7.1 Salep Dasar I
Salep Dasar II umumnya digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak
bulu domba terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30 bagian kolesterol, 30
bagian stearilalkohol, 80 bagian Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau
salep dasar sarap lainnya yang cocok. Salep dasar-II mudah menyerap air.
Salep dasar-lII dapat digunakan campuran yang terdiri dari 0,25 bagian
Metil paraden, 0,15 bagian Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120
bagian Propilengiikol, 20 bagian Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air
secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar emulsi lainnya yang cocok.
Salep dasar III mudah dicuci.
11
2.8 Metode Pembuatan Salep
Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep
dasar. Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;
Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan
diaduk sampai membentuk fasa yang homogeny.
Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan
dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan
penambahan sisa basis. Ketentuan lain;
– Zat yang dapat larut dalam basis salep: (Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)ad mudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian
basis (sama banyak) ad homogenkan ad tambah sisa basis
– Zat yang mudah larut dalam air dan stabil: Bila masa salep mengandung air dan
obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam
air dan dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
Dalam praktikum sediaan salep, alat dan bahan yang biasa digunakan sebagai berikut:
Alat:
Lumpang
Mortir
Cawan penguap
Sendok spatel
Cawan penguap
Bahan:
12
Sulfur Praecipitat 0,4 gram
Vaselin Flavum 9,4 gram
Camphora 0,5 gram
Cara kerja
Ditimbang asam salisilat 0,2 g dan champora 0,5 g kemudian dimasukan kedalam
lumpang ditetesi dengan etanol digerus ad larutkan.
Ditambahkan Vaselin Flavum sedikit demi sedikit kedalam mortir gerus ad homogen.
Semua bahan dimasukan kedalam mortir di campur sampai homogen dan sampai rata.
Memasukkan ke dalam pot dan diberi etiket biru ( penggunaan untuk obat luar ) dan
dikemas dengan rapi.
13
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahanfisik pada
sediaan, yaitu timbulnya bau dan perubahan warna.
2.11.4 Uji pH
14
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari
gelas tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih. Botol
plastik juga dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk salep
yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng atau plastik,
beberapa di antaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan
digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina, telinga, atau hidung.
Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi dari bagian ujung belakang
yang terbuka (ujung yang berlawanan dari ujung tutup) dari tube yang kemudian ditutup
dengan disegel. Tube salep untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 30
gram. Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan
mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang ke dalam botol dengan memakai spatula
yang fleksibel dan menekannya ke bawah, sejajar melalui tepi botol guna menghindari
kemungkinan terperangkapnya udara di dalam botol. Salep dalam tube lebih luas
pemakaiannya daripada botol, disebabkan lebih mudah dan menyenangkan digunakan
oleh pasien dan tidak mudah menimbulkan keracunan.
Pengisian dalam tube juga mengurangi terkena udara dan menghindari kontaminasi
dari mikroba yang potensial, oleh karena itu akan lebih stabil dan dapat tahan lama pada
pemakaian dibandingkan dengan salep dalam botol. Kebanyakan salep harus disimpan
pada temperatur di bawah 30° C untuk mencegah melembek apalagi dasar salepnya
bersifat dapat mencair.
15
2.14 Inkompatibilitas Sediaan Salep
Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu
dicampur/dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan
perubahan demikian rupa hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo) berlainan
dari pada yang diharapkan. Hasil kerjanya kadang kadang menguntungkan,
namun dalam banyak hal justru merugikan dan malah dapat berakibat fatal.
Sebagai contoh: Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila diberikan bersama-
sama dengan suatu antasida (yang mengandung kalsium, aluminium, magnesium
atau bismuth). Fenobarbital dengan MAO inhibitors menimbulkan efek potensiasi
dari barbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapat menimbulkan
chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagi terhadap malaria. Mencampur hipnotik
dan sedatif dengan kafein hanya dalam perbandingan yang tertentu saja rasionil.
Apapun harus diperhatikan bahwa mengombinasikan berbagai antibiotik tanpa
indikasi bakteriologis yang layak sebaiknya tidak dianjurkan.
16
reaksi reaksi di mana terjadi senyawa baru yang mengendap. Reaksi antara obat
yang bereaksi asam dan basa. Reaksi yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi
maupun hidrolisa. Perubahan-perubahan warna, terbentuknya gas dll.
Obat bisul, koreng, dan borok yang telah lama dikenal ialah salep diachylon dan
salep ichthyol. Selain itu penyakit koreng juga dapat diobati dengan asam salisilat,
salep yang mengandung sulfa, penisilina, dan belerang. Contoh obat yang digunakan
untuk obat bisul, koreng, dan borok : Unguentum 01. Jec. Aselli (mengandung
minyak ikan) Unguentum sulfuris salicylatum (mengandung asam salisilat dan
belerang) Unguentum sulfanilamide (mengandung sulfinamida) Unguentum penisilin
(mengandung penisilina).
Untuk eskema biasanya digunakan salep yang mengandung bahan teer (misalnya
ichthyol, pix liquida, oleum cadium), belerang, asam salisilat, solutio acetatis alumini
basicus. Contoh salep skema : Pasta zinci salicylata lassar (mengandung asam
17
salisilat, seng oksida, amilum tritici dan vaselin kuning) Mixtura agitanda ichthyloii
(mengandung ichthyol, seng oksida, talk, gliserin dan air) Untuk eskem basah
digunakan campuran seng oksida, oleum olivarum, air kapur yang sama banyaknya.
Untuk penyakit eskema sekarang terkenal obat obat modern, antara lain : Salep
allercyl buatan Pabrik Bode Scenhemic, EBIZALF buatan pabrik USFI, Conimycin
krim buatan pabrik Medial kenrose Indonesia, Dexatropic Krim, buatan pabrik
Organon.
Untuk penyakit kudis biasanya digunakan salep yang mengandung belerang, teer,
natrium benzoat dan gammexaan. Contoh obat kudis : Linimentum sulfuris,
mengandung oleum cocos dan belerang sama banyak. Emulsum benzoatis benzylici,
mengandung natrium benzoat, emulgide, minyak wijen dan air. Unguentum sulfuris,
mengandung belerang dan vaselin. Contoh obat paten modern yang digunakan untuk
penyakit kudis : Crotaderm krim, buatan pabrik Bayer Pagoda selep, buatan pabrik
Afiat Herocyn selep, buatan pabrik Coronet.
18
Gambar 4. Crystaderma Cream
Kurab, panu dan kutu air biasanya disebabkan oleh infeksi dengan kapang kapang.
Obat yang biasa digunakan untuk menyembuhkan penyakit ini ialah asam salsilat,
belerang, jodium. Contoh obat kurab, panu, dan kutu air: Salicyl spiritus 5 10%
Unguentum sulfuris salicylatum, mengandung asam salisilat, belerang, dan vaselin
kuning Unguentum whitfield, mengandung asam benzoat, asam salisilat, lanolin dan
vaselin putih. Contoh obat paten modern yang digunakan untuk pengobatan kurab,
panu dan kutu air: Kalpanax tingtur buatan pabrik Kalbe Farma, Radas tingtur buatan
pabrik Prafa, Pantox tingtur buatan pabrik Cendo.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari subab pembahasan tersebut dapat disimpulkkan bahwa salep merupakan adalah
sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical kulit atau selaput lender
salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep
mengandung obat keras narkotika adalah 10 % dan dapat berupa massa lembek, mudah
dioleskan, umumnya berlemak dan mengandug obat. Salep umumnya dibuat dengan
melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep dasar.
3.2 Saran
Diperlukan lebih banyak lagi dalam hal uji formulasi sediaan salep dan ditingkatkan.
Diharapkan semakin berkembangnya teknologi modern adanya penemuan formula yang
lebih dari proses pembuatan salep itu sediri dan menjamin kualitas suatu produk lebih
terjamin mutunya. Disini lah pihak farmasi yang berperan dalam hal pengadaan dan
penemuan formula dari sediaan obat tersebut salah satunya adalah salep.
20
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Anief, M. 2005. Manajemen Farmasi. Yogyakarta : Gadja Mada University Press.
[2]. Anief M., 2006, Farmasetika, Gadja Mada University Press, Yogyakata.
[3]. Anonim. 2004. Ilmu Resep Teori jilid III. Pusdinakes Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
[5]. Mukhlishah, N.R.I., Sugihartini, N., Yuwono, Tedjo,. 2016. Daya Iritasi dan Sifat Fisik
Sediaan Salep pada Basis Hidrokarbon. Majalah Farmaseutik, Vol. 12 No. 1 Tahun 2016-
UAD.
[7]. Widodo, Hendra. ( 2013 ). Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker, D-Medika , Jogjakarta.
21
LAMPIRAN
22