DOSEN PEMBINA :
NAMA KELOMPOK :
FAKUTLAS KESEHATAN
2020/2021
I
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. I
BAB I ................................................................................................................................. 3
II
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian dari sistem saraf yang
mengkoordinasi kegiatan dari semua bagian tubuh hewan bilaterian-yaitu, semua
hewan multiseluler kecuali simetris radial spons dan binatang seperti ubur-ubur.
Pada vertebrata, sistem saraf pusat yang ditutupi dalam meninges.
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat
penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang,
otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi
maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
1. Durameter
Terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai
endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang
kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater
3. Piameter
3
Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-
lipatan permukaan otak.
Selaput yang terletak pada bagian paling luar dari otak dan melekat pada
bagian tengkorak bagian dalam.
2. Arakhnoid
Lapisan yang terdapat pada bagian dalam lapisan meninges, lapisan ini
merupakan bagian yang sangat tipis dan mengandung banyak sel darah merah.
3. Ruang subarakhnoid
Ruangan yang berisi cairan yang berguna untuk melindungi otak. Cairan
tersebut sebagai cairan serebrospinal yang nantinya akan melindungi sistem saraf
pusat dari goncangan dan bisa menyerasikan semua tekanan otak.
4
2. Otak Kecil
Pada bagian ini berfungsi sebagai pusat koordinasi gerakan antar otot yang
terjadi secara sadar, seimbang dan posisi tubuh. Dengan kata lain, otak kecil ialah
pusat keseimbangan tubuh.
Pada bagian ini berfungsi sebagai pusat gerak refleks, sebab di dalam
sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, motorik dan saraf penghubung.
Fungsi saraf tersebut ialah sebagai penghantar impuls dari ke otak.
4. Sumsum Lanjutan
Bagian ini berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, pengendali mutah dan
pengatur beberapa gerakan refleks seperti batuk, bersin dan berkedip dan selain
itu juga sumsum ini berfungsi untuk pusat pernafasan.
5. Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla
oblongata), dan jembatan varol.
1. Otak besar
Bagian yang paling menonjol dari otak besar adalah otak depan, yang
terdapat di bagian depan. Otak besar terdiri dari dua belahan, yaitu belahan kiri
dan kanan.Setiap belahan mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan, yaitu
belahan kiri mengatur dan melayani tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan
kanan mengatur dan melayani tubuh bagian kiri Jika otak belahan kiri mengalami
gangguan maka tubuh bagian kanan akan mengalami gangguan, bahkan
kelumpuhan.
Tiap-tiap belahan otak besar yang disebutkan di atas dibagi menjadi empat
lobus yaitu frontal, pariental, okspital, dan temporal. Antara lobus frontal dan
lobus pariental dipisahkan oleh sulkus sentralis atau celah Rolando.
5
Otak besar tersusun atas dua lapisan yaitu, lapisan luar (korteks) dan
lapisan dalam.
a. Lapisan luar
Lapisan luar merupakan lapisan tipis bewarna abu-abu. Lapisan ini berisi
badan sel saraf. Permukaan lapisan korteks berlipat-lipat, sehingga permukaanya
menjadi lebih luas. Lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf.
b. Lapisan dalam
Otak besar merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang
sangat penting dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan
dengan kepandaian (inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Secara terperinci, aktivitas tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda. Di
depan celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi
mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut
mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah Anterior pada lobus
frontalis berhubungan dengan kemampuan berpikir.
6
rasa haus,rasa lapar dan kenyang, pengeluaran urin, pengaturan pengeluaran
hormon dari kelenjar pituitari bagian anterior dan posterior, serta perilaku
reproduktif. Talamus terletak di sebelah atas hipotalamus, berperan sebagai
stasiun relay untuk informasi sensori yang dikirim ke otak besar. Jadi, talamus
akan menyeleksi dan menyalurkan implus-implus sensori yang penting menuju ke
otak besar pencernaan, pernafasan dan lain-lain.
c. Lapisan mesoderm
Disebut juga sebagai lapisan tengah. Lapisan ini akan berubah menjadi
struktur kerangka dan otot.
d. Lapisan ectoderm
Disebut juga sebagai lapisan luar. Lapisan ini berubah menjadi permukaan
kulit, rambut, sistem saraf, termasuk organ persepsi atau indera. Setelah ini
berkembanglah sistem saraf pada otak dengan cara neurulation yaitu saat
ectoderm melipat tubuhnya untuk membentuk tabung saraf(neural tube).Tabung
saraf kemudian berdiferensiasi kembali menjadi subdivisi otak depan,otak tengah
dan sumsum tulang belakang (korda spinal).
2. Otak tengah
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-
kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang
mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
7
berfungsi membantu koordinasi gerak mata, ukuran Pupil mata
(melebar/menyempit), dan refleks pendengaran tertentu.
Otak tengah yang telah aktif dapat memancarkan gelombang otak dengan
lebih kuat dibandingkan dengan otak tengah yang belum diaktifkan.Otak tengah
yang aktif juga dapat menjadi penyeimbang perkembangan antara otak kanan dan
otak kiri.
3. Otak belakang
Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan
kananotak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan konteks otak besar.
8
detak jantung, tekanan udara, suhu tubuh, pelebaran atau penyempitan pembuluh
darah, gerak alat pencernaan, dan sekrresi kelenjar pencernaan.
Fungsi lainnya ialah mengatur gerak refleks, seperti batuk, bersin, dan
berkedip. Di antara sumsum lanjutan terdapat talamus yang terdiri atas dua
tonjolan.Peranan talamus ini sebagai tempat meneruskan implus ke daerah sensori
pada korteks otak besar untuk disatukan. Selain itu, talamus memiliki hubungan
ke berbagai bagian otak sehiingga merupakan tempat lalu lintas implus di antara
bagian-bagian otak dan serebrum.
4. Otak kecil
9
belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor.
Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang
akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf
motor. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf
membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak
merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari
otak merupakan saluran desenden.
Bagi mereka yang memiliki penyakit ensefaltis atau adanya infeksi pada
bagian otak, biasanya akan mendapatkan demam dan rasa sakit kepa yang sangat
hebat. Mereka juga mudah lelah dan merasa ngantuk, kerap kali mereka
kebingungan dengan apa yang ada disekitarnya. Pemicu lahirnya penyakit ini
karena virus. Pada saat terinfeksi virus, sistem imum akan melakukan percobaan
untuk melawannya, namun tidak berhasil. Karena kerap kali jika sistem imun
melawan malah akan mendapatkan keadaan yang makin parah dan bisa saja
berakhir menjadi pembekakan pada otak. Ini disebabkan karena virus yang
dilawan semakin berkembangn dan kekurangan ruang sehingga otak akan terus
mendorong pada tulang tengkorak. Kondisi ini sangatlah berbahaya dan bisa
menyebabkan terjadinya kematian.
Bakteri dan virus yang masuk kedalam tubuh akan terus berkembang
bahan menjalar sampai kebagian otak dan juga sum-sum tulang belakang.
Walaupun tidak banyak orang yang mendapatkan penyakit diakibatkan adanya
infeksi pada sistem saraf namun resiko untuk mendapatkan penyakit ini sangatlah
besar. Karena jika sudah mendapatkan penyakit ini, mereka yang berhasil sembuh
tidak bisa kembali pada keadaan semula saat dia sehat.
10
3) Terkena Radang Selaput atau Meningitis
4) Sindrom Raye
5) Epilepsi
Epilepsi adalah penyakit saraf yang bisa menyebabkan kejang dan sangat
sering didengar ditelinga banyak orang. Ada 3 jenis penyakit epilepsy
diantaranya: Epilepsi kriptogenik, simptomatik dan juga idiopatik. Pada epilepsy
simptomatik biasanya akan mengakibatkan terjadi kejang-kejang yang disebabkan
gangguan pada kerusakan otak. Begitu juga pada idiopatik. Sedangkan pada
mereka yang mengalami epilepsy kriptogenik bisa mengakibatkan penderita
11
kejang tanpa tahu alasannya karena dalam struktur otak mereka tidak ada
kesehalahan. Mereka yang menderita epilepsy kriptogenik juga akan mendapatkan
masalah saat belajar.
6) Hidrosefalus
7) Alzheimer
8) Vertigo
Apabila Anda sering mengalami sakit pada kepala sampai merasa bahwa
sekelilingnya ikut berputar, ada kemungkinan Anda terserang vertigo. Mereka
yang mengalami vertigo juga biasanya akan mengalami hilang keseimbangan
12
untuk beberapa waktu. Ini yang akan menyebabkan mereka sulit berdiri, sampai
sulit berjalan. Mereka juga biasanya mengalami rasa mual sampai muntah. Ada
macam-macam vertigo dari mulai vertigo ringat hingga vertigo berat. Apabila
masih ada dalam tahap yang ringan, biasanya vertigo tidak akan terlalu sakt.
Namun jika sudah sangat parah, rasa sakitnya bisa sangat parah dan mengganggu
pada aktivitas penderita. Rasa sakitnya biasa berlangsung dalam waktu yang
berbeda-beda, ada yang hanya beberapa detik saja, atauh bahkan berhari-hari. Hal
ini bisa sangat mengganggu bagi penderita.
9) Parkinson
11) Stroke
13
pembuluh darah, bisa juga karena penyumbatan akibat emboli. Pada penderita
stroke biasanya wajaj mereka menjadi tidak simetris, ada juga yang tidak bisa
menggerakan tubuhnya sama sekali.
Itulah macam-macam penyakit syarah yang bisa menyerang siapa saja. Penyakit
tersebut bisa saja awalnya disebabkan karena penularan bakteri dari lingkungan
dan makanan, sehingga ada baiknya Anda meminimaliris resiko kerusakan saraf
dengan menjaga lingkungan dan asupan makanan pada tubuh.
Penatalaksanaan :
14
a. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan foto X ray thoraks, foto kepala
(sinus/ mastoid), dapat diusulkan untuk mengidentifikasi fokus primer
infeksi.
b. Pemeriksaan EEG Pada pemeriksaan EEG dijumpai gelombang lambat
yang difus di kedua hemisfer, penurunan voltase karena efusi subdural
atau aktivitas delta fokal bila bersamaan dengan abses otak.
c. CT SCAN dan MRI Dapat mengetahui adanya edema otak, hidrosefalus
atau massa otak yang menyertai meningitis.
d. CT SCAN dan MRI Dapat mengetahui adanya edema otak, hidrosefalus
atau massa otak yang menyertai meningitis.
Perawatan umum
a. Istirahat mutlak diperlukan ,
Jika infeksi cukup berat dibutuhkan perawatan di ruang isolasi. Fungsi
respirasi harus dikontrol ketat, pipa endotrakeal atau trakeostomi diperlukan
jika terjadi distress respirasi. Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu
penanganan khusus. Penyulit lain yang perlu dipantau adalah adanya kejang,
hiperpireksia, edema otak, serta kekurangan gizi.
b. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri
penyebabnya. Pemberian initial antibiotik secara empiric (empirical
antimicrobial) dapat diberikan tanpa harus menunggu hasil kultur cairan
serebrospinal. Setelah hasil kutur terbukti adanya spesifik mikroorganisme,
baru terapi antibiotik spesifik (specific antimicrobial) diberikan.
2. PENYAKIT ENSEFALITIS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
15
Pemeriksaan yang dapat diusulkan dalam ensefalitis dalam kaitannya
untuk mencari penyebab, port d’ entre ataupun menemukan komplikasi dari
ensefalitis diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan cairan serobrospinal melalui lumbal pungsi (hati hati jika ada
peningkatan TIK). LP sebaiknya dilakukan pada semua pasien yang
dicurigai ensefalitis viral.
b. Pemeriksaan darah lengkap , kultur darah untuk mendiagnosis pasti
penyebab bakteri dan sensitivitas.
c. Pemeriksaan feses dan urin
d. Pemeriksaan serologik darah (VDRL, TPHA)
e. Pemeriksaan titer antibody
f. Pemeriksaan BUN dan kreatinin , untuk mengetahui status hidrasi pasien
g. Pemeriksaan liver function test , unutk mengetahui komplikasi pada organ
hepar atau menyesuaikan dosis obat yang diberikan.
h. EEG
i. X Foto (thorax atau kepala)
j. CT-Scan dengan atau tanpa kontras perlu dilakukan pada semua pasien
ensefalitis. Pada toksoplasma ensefalitis terdapat gambaran nodular atau
ring enhancing lesion.
k. MRI, lebih sensitif dari CT Scan.
Penatalaksanaan Pengobatan
a. Ensefalitis supurativa
- Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
- Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
b. Ensefalitis syphilis
- Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
- Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x
500mg oral selama 14 hari.
16
Bila alergi penicillin :
-Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari - Eritromisin 4 x 500 mg
per oral selama 30 hari - Kloramfenikol 4 x 1 g intra vena selama 6
minggu - Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari
3. Malaria serebal
Pemeriksaan Fisik
- Demam (T ≥ 37,5°C).
- Konjunctiva atau telapak tangan pucat.
- Pembesaran limpa (splenomegali).
- Pembesaran hati (hepatomegali). Pada tersangka malaria berat ditemukan
tanda-tanda klinis sebagai berikut :
- Temperatur rektal ≥ 40°C.
- Nadi cepat dan lemah/kecil.
- Tekanan darah sistolik 35 kali per manit pada orang dewasa atau >40 kali
per menit pada balita, anak dibawah 1 tahun >50 kali per menit.
- Penurunan derajat kesadaran dengan GCS
Pemeriksaan penunjang
17
Pemeriksaan fisik membantu dalam mendiagnosis kejang bila merupakan
suatu sindrom. Sebagai contoh adanya abnormalitas dermatologi , misalnya cafe
au lait spot pada neurofibromatosis , adenoma sebaceum dan port wine stain pada
sturge weber syndrom yang disertai kejang. emeriksaan neurologi meliputi status
mental, “gait“ , koordinasi, saraf kranialis, fungsi motorik dan sensorik, serta
refleks tendon. Adanya defisit neurologi seperti hemiparese ,distonia, disfasia,
gangguan lapangan pandang, papiledem mungkin dapat menunjukkan adanya
lateralisasi atau lesi struktur di area otak yang terbatas
Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu mendukung
diagnosis klinis dan menetapkan jenis/ mengklasifikasikan kejang.
Misalnya Kejang tipe absan pada EEG dijumpai 3 Hz generalisata,
kompleks spike wave simetris atau pada tipe mioklonik juvenil dijumpai
polyspike wave .
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. MRI : berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak
jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium , untuk menentukan penyebab kejang, seperti a. Hitung
darah lengkap :
a. mengevaluasi trombosit dan hematokrit
b. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. Kadar gula darah
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
18
1.4 PENYAKIT-PENYAKIT GENETIK DAN PERKEMBANGAN,
PENYAKIT-PENYAKIT INFLAMASI/DEGENERATIF DAN
NEOPLASMA PADA SISTEM SARAF PUSAT
a. Multiple sclerosis
Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit yang menyerang sistem
saraf pusat. Gejala penyakit ini sangat bervariasi dan tidak dapat
diprediksi. Penyebab pasti multiple sclerosis tidak diketahui.
Penyakit ini juga belum ada obatnya. Tapi, perawatan yang tepat
dapat meringankan gejala dan memperlambat keparahan penyakit.
b. Penyakit alzheimer
Menurut Mayo Clinic, penyakit alzheimer adalah kelainan yang
membuat sel otak terus-menerus mengalami penurunan fungsi.
Penyakit ini menjadi penyebab utama demensia yang kerap
menyerang kalangan lansia. Penyakit alzheimer dapat membuat
penderitanya mengalami gangguan berpikir dan berperilaku,
sehingga penderitanya tidak bisa mandiri.
19
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Tunkel Allan, Barry JH,Sheldon LK, Bruce AK, Karen LR,Michael S et
al. Practice Guidelines for the management of bacterial meningitis. Clin
infect Dis 2004;39:1267-84
[2]
Kacprowicz, Robert F., Meningitis in Adults. Available from
http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_adults/article_em.htm,.
Diakses tanggal 18 Agustus 2015.
[3]
Samuel, M Keim. Meningitis in children, Available from
http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_children/article_em.htm.
Diakses 9 maret 2011.
[4]
Rahayu RA. Penyakit parkinson. In: Sudoyo AW et al [editor]. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Ed.5. Jakarta : Interna Publishing. Hal.854-9
[5] .
Ardikal, dkk. n.d. 2013. Sistem Saraf Pusat: Anatomi Fisiologi. Jakarta:
Erguruan Tinggi Mohammad Husni Thamrin
20