KRISTALOGRAFI FARMASI
POLIMORFISME BAHAN AKTIF FARMASI
Kelompok :6G
Nama Anggota : 1.
2. Eka Kartika I (24185559A)
3. Marcherriva iqlima K.P (24185594A)
4. Astatin Ardhiasari (24185602A)
c. Polimorfisme parasetamol
Parasetamol adalah senyawa derivate para amino fenol. Parasetaml
merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan
digunakan sejak tahun 1893. Efek analgesic, parasetamol serupa dengan
parasetamol berupa serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dan rasanya
sedikit pahit. Parasetamol memiliki kelarutan 1:70 dalam air, 1:20 salam air
mendidih, 1:7 dalam alcohol, 1:3 aseton, 1:40 dalam gliserol, 1:9 dalam
propilenglikol, sangat mudah larut dalam klorofom, praktis tidak larut dalam
eter dan larut dalam larutan alkali hidroksida. Jarak lebur parasetamol antara
168 derajat Celsius dan 172 derajat Celsius.
Parasetamol mempunyai tiga bentuk polimorf yaitu bentuk monoklin
(bentuk I), bentuk ortorombik (bentuk II) dan bentuk sangat tidak stabil
(bentuk III). Bentuk monoklin umumnya digunakan pada pembuatan tablet.
Bentuk ini mempunyai struktur dengan sedikit datar. Pada proses pembuatan
tablet, kristal bentuk ini dibuat menggunakan proses granulasi basah dan
membutuhkan bahan tambahan berupa plasticizer pada formulasinya.
Sebaliknya, bentuk ortorombik tersusun atas molekul-molekul yang terkikat
oleh ikatan hydrogen yang tersusun pada baris antiparallel. Bentuk ini
mempunyai struktur yang lebih datar sehingga menghasilakn aliran yang
bersifat plastis selama proses pengempaan. Bentuk ortorombik dapat
dihasilkan dari pendinginan lelehan parasetamol secara perlahan dan
kristalisasi larutan etanol yang disertai proses seeding dengan kondisi
terkontrol.
d. Polimorfisme Ibu Profen
Pada umumnya senyawa organic dan anorganik yang relevan bagi dunia
kefarmasian dapat berada pada satu atau berbagai bentuk kristal. Sifat dimana
suatu senyawa memiliki lebih dari satu bentuk kristal disebut polimorfisme.
Polimorf mempunyai kandungan kimia yang sama, tetapi bentuk kristal yang
berbeda. Perbedaan bentuk kristal ini menyebabkan sifat fisika yang berbeda
seperti bobot jenis, kekerasan, kemampuan tabletasi, indeks bias, suhu lebur,
stabilitas, dan laju disolusi. Perbedaan dalam sifat fisika dari berbagai bentuk padat
memiliki efek penting dalam proses pengo- lahan zat aktif menjadi sediaan obat.
Berbagai proses farmasi selama pe- ngembangan obat seperti pengeringan,
penggilingan, dan penggerusan secara signifikan mempengaruhi bentuk kristal zat
aktif di dalam sediaan obat. Oleh karena itu, sejak awal disarankan untuk memilih
bentuk polimorfik zat aktif yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang paling
stabil selama proses pengembangan obat (Soewandhi, Sundani. 2006).
Umumnya, bentuk kristal dari ibuprofen menunjukkan beberapa kekurangan
yang akan mempengaruhi sifat-sifatnya dalam memformulasi. Ibuprofen memiliki
sifat alir yang buruk karena sifat kohesif yang terlalu tinggi. Masalah lainnya
dalam memformulasi bahan ini adalah kecenderungan yang tinggi untuk lengket
pada cetakan dan mempu- nyai laju disolusi yang buruk. Karena kekurangan
tersebut maka diperlu- kan suatu cara yang dapat memper- baiki sifat-sifatnya,
salah satunya dengan cara memilih bentuk kristal ibuprofen yang lebih baik
dibandingkan kristal bahan baku ibuprofen yang umum digunakan.
Pada tahun 2005, Nada dan Al- Saidan melakukan penelitian untuk
memodifikasi bentuk kristal ibu- profen menggunakan metode Kristalisasi
pendinginan dan penguapan dengan pelarut etanol. Modifikasi kristal ini juga
dilakukan oleh Garekani, dimana digunakan pelarut metanol dan etanol (Garekani,
et al, 2001). Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa modifikasi kristal ibuprofen dengan pelarut-pelarut tertentu dapat
memperbaiki dan meningkatkan karakter dari zat tersebut, seperti sifat alir serbuk,
kompresibilitas dan kecepatan disolusi. Berdasarkan penelitian di atas, maka
dilakukan modifikasi kristal untuk menghasilkan bentuk kristal ibuprofen dengan
karakter yang baik. Pada penelitian ini, digunakan metode kristalisasi dengan cara
pendinginan, penguapan, dan penambahan air. Pembentukan kristal ini dilakukan
terhadap larutan jenuh ibuprofen dalam beberapa pelarut yaitu etanol, metanol dan
aseton. Kristal yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan
mikroskop optik, Scanning Electron Microscopy (SEM), Differential Scanning
Calorimetry (DSC) dan Difraksi Sinar-x Serbuk, serta karakterisasi sifat
farmasetiknya yaitu laju alir, indeks kompresibilias, sudut repose, dan disolusi
V. Pentingnya Materi Bahasan Dalam Perkuliahan Farfis II :
Dapat mengetahui tentang polimorfisme bahan aktif farmasi pada obat yang masih
sering dikonsumsi oleh masyarakat. Kemudian terdapat empat contoh obat yang
mengalami polimorfisme bahan aktif farmasi yang diberikan pada makalah ini
yaitu:
1. Polimorfisme simetidin
2. Polimorfisme oleum cacao
3. Polimorfisme parasetamol
4. Polimorfisme ibu profen
VI. Referensi
Goeswin Agoes. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. ITB : Bandung
Putri, Sabrina. 2011. Oleum cacao.http://id.scribd.com/doc/56234011/Oleum-
Cacao Makalah. (21/01/2014)
Soewandi, Sunandi Nurono. 2007. Polimorfisme Diklofenak Natrium. J.Sains
Tek. Far., 12(1)2007.
SundaniN.S.,Führer,C.,1983,Beitragzur Aufklärung kristallographischer
VeränderungenvonArzneistoffenbeimechanischerBearbeitung,
Dissertation,NaturwissenschaftlichenFakultätderTUCarolo
WilhelminazuBraunschweig.
SundaniN.S.,Jessie,S.P.,Rachmat,M.,Moegihardjo,2005,“ProfilDisolusi
CampuranPeritektikMixed-crystalsIbuprofendanAsetaminofen”,
,ActaPharmaceuticaIndonesia,ITB,VolXXX,No.2,68-71
Juwita, oki. 2008. Kristalisasi dan karakter kristal parasetamol, universitas
indonseia : depok
Soewandhi, Sundani N. 2006. Kristalografi Farmasi I. Bandung: ITB. 9-12,
104-105,208.
Resenack N & Muller B.W. (2002). International Journal of
Pharmaceutis.Ibuprofen Crystal with Optimized Properties,Vol. 245, Hal, 9-24