Anda di halaman 1dari 42

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

PETUNJUK PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

Penyusun:
Aristha Novyra Putri, S.Farm., M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2017
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdulilah kepada Allah SWT akhirnya


petunjuk praktikum teknologi sediaan farmasi ini dapat penulis wujudkan. Buku
petunjuk praktikum ini disusun untuk mahasiswa/mahasiswi S1 Farmasi. Maksud dan
tujuan dari pembuatan petunjuk praktikum ini adalh agar mahasiswa dapat mengenal dan
mengetahui rancangan formula, memproduksi, dan mengevaluasi sediaan farmasi
khususnya sediaan solid yaitu tablet dan kapsul.
Harapan kami semoga dengan lebih mengenal dan mengetahui proses dalam
perancangan sediaan farmasi kemudian dilanjutkan dengan preformulasi dan akhirnya
dituangkan dalam pemilihan formula, serta evaluasi uji sediaan sampai menjadi produk
jadi yang bermutu.
Petunjuk praktikum ini masih terdapat kekuarangan dan perlu evaluasi, serta
perbaikan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangunsangat diharapkan untuk
menyempurnakan buku petunjuk praktikum ini.

Penyusun
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

PERCOBAAN I
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN EMULSI (O/W)

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula,
memproduksi, dan mengevaluasi emulsi

II. TEORI
2.1 Pengertian Emulsi
Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi dimana fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam
fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi (emulgator). Fase
cairan terdispersi disebut fase dalam, sedangkan fase cairan pembawanya disebut fase
luar.
2.2 Jenis Emulsi
Berdasarkan jenisnya, emulsi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
1. Emulsi o/w. Emulsi yang terbentuk jika fase dalam berupa minyak dan fase
luarnya air, sehingga disebut dengan emulsi minyak dalam air (o/w)
2. Emulsi w/o. Emulsi yang terbentuk jika fase dalamnya air dan fase luar berupa
minyak, disebut emulsi air dalam minyak (w/o)
2.3 Tujuan Pembuatan Sediaan Emulsi
Tujuan pembuatan emulsi adalah untuk membuat suatu sediaan yang stabil dan
rata dari dua cairan yang tidak bercampur, untuk pemberian obat yang memponyai rasa
lebih enak, serta memudahkan absorpsi obat (Ansel, 1989).
2.4 Penggunaan Emulsi
Berdasarkan penggunaannya, emulsi dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Emulsi untuk pemakaian dalam. Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi per oral
dan injeksi intravena.
2. Emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi untuk pemakaian luar digunakan pada kulit
atau membran mukosa, seperti linimen, losion, dan krim (Anief, 1999)
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

2.5 Pembuatan Emulsi


1. Metode Pembuatan
a. Metode Gom Kering (metode continental/metode 4:2:1)
Metode ini khusus untuk emulsi dengan zat pengemulsi gom kering. Basis emulsi
(corpus emuls) dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu sisa
air dan bahan lain ditambahkan kemudian.
b. Metode Gom Basah (metode inggris)
Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dengan musilago atau gom yang
dilarutkan sebagai zat pengemulsi. Dalam metode ini digunakan proporsi minyak, air
dan gom yang sama seperti pada metode gom kering.
c. Metode Botol
Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dari minyak-minyak menguap yang
juga mempunyai viskositas rendah (Anief, 1999; Ansel, 1989).

2. Pemilihan Zat Tambahan


Zat-zat tambahan yang umumnya ditambahkan pada formula suatu emulsi
diantaranya:
a. Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang berfungsi untuk mencegah oksidasi dari fase minyak
yang terdapat dalam suatu sediaan emulsi. Contoh zat yang biasa digunakan sebagai
antioksidan adalah BHA (butylated hydroxyanisole), BHT (butylated
hydroxytoluene) dan tokoferol.
b. Humektan
Humektan adalah zat yang ditambahkan untuk mengurangi penguapan air. Contoh
zat yang biasa digunakan sebagai humektan diantaranya propilenglikol, gliserol dan
sorbitol (Aulton, 1988).
c. Pengawet
Pengawet digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Contoh
pengawet diantaranya asam benzoat dan turunannya, metil paraben (nipagin), dan
propil paraben (nipasol), benzalkonium klorida, fenil merkuri nitrat (Anief, 1999;
Ansel, 1989).
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

d. Pemberi rasa
Pemberi rasa digunakan untuk memberi rasa enak sekaligus pewangi ke dalam suatu
sediaan emulsi oral. Contoh pemberi rasa diantaranya minyak kayu manis, minyak
jeruk, minyak permen, vanili. Contoh pemanis diantaranya dekstrosa, sukrosa,
natrium sakarin, sorbitol, gliserin.
e. Pewarna
Zat pewarna digunakan untuk mewarnai sediaan farmasi untuk tujuan estetika dan
sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan.
f. Pendapar
Zat pendapar digunakan untuk menahan perubahan pH pada pengenceran dan
penambahan asam atau basa. Contoh pendapar diantaranya kalium metafosfat,
kalium dihirogen fosfat, dan natrium asetat (Ansel, 1989).
2.6 Zat Pengemulsi
Zat pengemulsi dapat digolongkan berdasarkan sumber sebagai berikut:
a. Golongan karbohidrat, seperti gom, tragakan, agar dan pektin.
b. Golongan protein, seperti gelatin, kuning telur, dan kasein.
c. Golongan alkohol berbobot molekul tinggi, seperti stearil alkohol, setil alkohol,
gliseril monostearat, kolesterol, dan turunan kolesterol.
d. Golongan surfaktan (sintetik), bisa yang bersifat anionik, kationik, dan nonionik.
e. Golongan zat padat terbagi halus, seperti bentonit, magnesium hidroksida, dan
alumunium hidroksida (Ansel, 1989).
2.7 Kestabilan Sediaan Emulsi
1. Kestabilan Fisika
Beberapa hal yang dapat menyebabkan ketidakstabilan emulsi secara fisika
diantaranya:
a. Creaming
Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu
mengandung butir-butir tetesan (fase terdispersi) lebih banyak daripada lapisan yang lain
dibandingkan keadaan emulsi awal. Beberapa hal yang dapat mencegah pembentukan
cream yaitu:
1) Memperkecil ukuran tetes-tetes cairan yang terdispersi
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

2) Meningkatkan viskositas fase luar/fase kontinyu


3) Memperkecil perbedaan kerapatan antara kedua fase cairan
4) Mengontrol konsentrasi fase terdispersi
Laju creaming dinyatakan dalam hokum Stokes sebagai berikut:
𝑑2 (−0 )𝑔
V=
18 0

Keterangan:
V = laju cremaing (cm/detik)
D = diameter globul fase terdispersi (cm)
 = kerapatan fase terdispersi (g/mL)
0 = kerapatan medium disperse (g/mL)
G = percepatan gravitasi (m/s)
0 = viskositas medium disperse (Poise)

b. Koalesensi (breaking)
Koalesensi adalah peristiwa penggabungan globul-globul minyak sebagai fase
dalam menjadi lebih besar yang menyebabkan emulsi tidak terbentuk kembali (pecah).
Hal ini dikarenakan koalesensi bersifat ireversibel.
c. Inversi
Inversi adalah peristiwa berubahnya jenis emulsi dari o/w menjadi w/o atau
sebaliknya (Aulton, 1988; Gennaro, 1990).
2.8 Evaluasi Sediaan Emulsi
Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sediaan
emulsi pada penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan pada pembuatan emulsi, antara
lain sebagai berikut:
- Organoleptis (rasa, bau, warna, konsistensi),
- Pengamatan secara fisika (rasio pemisahan fase, viskositas, redispersibilitas, uji tipe
emulsi, ukuran globul fase dalam, sifat aliran),
- Pengamatan secara kimia (pengukuran pH),
- Pengamatan secara biologi (angka cemaran mikroba).
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

III. FORMULA EMULSI (O/W)

R/ Paraffin. liq 3 gr
P. G. A 1,5 gr
Tragakan 200 mg
Ol. Anisi qs
Aquadest 50 mL

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Timbangan analitik
- Mortar/stamper
- Batang pengaduk
- Piknometer
- pH meter
- beaker glass 20 mL
- Botol 60 mL
- Viskometer Stromer
- Kabel listrik, lampu, dan batrai

b. Bahan
- Paraffin. liq
- P. G. A
- Tragakan
- Ol. Anisi
- Aquadest
- Metilen blue

V. CARA KERJA
1. Buat korpus emulsi, dengan melarutkan P.G.A menggunakan air (1,5 bobot
P.G.A), kemudian tambahkan tragakan.
2. Setelah korpus emulsi jadi, campurkan paraffin liq dan ol. anisi aduk pelan-pelan
3. Suspensikan dengan air dalam botol, aduk hingga homogen
4. Kemas dan beri etiket

VI. EVALUASI UJI EMULSI


1. Uji Pemerian
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Warna
- Rasa
- Bau
2. Pemeriksaan BJ
- Timbang piknometer kosong (Wpikno)
- Isi piknometer kosong dengan aquadest hingga penuh, kemudian timbang
(Wpikno+air)
- Hitung selisih antara Wpikno+air dan Wpikno, sehingga didapatkan Wair. Kemudian
bagi Wair dengan massa jenis air sehingga didapatkan volume air (Vair)
- Masukkan larutan sirup dari masing-masing formula ke dalam piknometer
kosong, kemudian timbang (Wpikno+emulsi)
- Hitung selisih antara Wpikno+emulsi dan Wpikno, sehingga di dapatkan Wemulsi
- Bagi Wemulsi dengan Wair sehingga diperoleh massa jenis emulsi
- Kemudian bagi massa jenis emulsi dengan massa jenis air, sehingga diperoleh
berat jenis emulsi
3. Pemeriksaan pH
- Tuangkan emulsi masing-masing dalam gelas 20 mL
- Ukur pH menggunakan pH meter dengan mencelupkan dalam emulsi
4. Volume Terpindahkan
- Masukkan emulsi yang telah dibuat dalam botol coklat 50 gram yang telah
ditara
- Tuang emulsi dari dalam botol ke dalam gelas ukur 100 mL
- Amati volume terpindahkan dari sediaan emulsi yang telah dibuat
5. Pemeriksaan Viskositas
- Masukkan sediaan ke dalam beaker glass
- Pasang alat viscometer stormer dan masukkan spindle ke dalam sediaan
- Pilih pengatur kecepatan, amati pada layar sampai menunjukkan angka/nilai
konstan
- Catat viskositasnya
- Konversikan ke satuan CP (Centi Poise)
6. Uji tipe emulsi
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

a. Pendispersian dengan pelarut (air)


Tambahkan sampel dengan air
Penafsiran hasil: dapat diencerkan dengan air atau tidak
b. Uji dispersi zat warna
Masukkan emulsi ke dalam vial, kemudian tetesi dengan beberapa tetes larutan
metilen blue, amati disperse warna dalam emulsi
c. Uji hantaran listrik
Masukkan 25 mL emulsi ke dalam gelas piala, hubungkan dengan rangkaian
arus listrik.
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

PERCOBAAN II
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula,
memproduksi, dan mengevaluasi sediaan suspensi

II. TEORI
2.1 Pengertian Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan
seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti
suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspense adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume
yang sama). Semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan
semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viskositas)
Penambahan viskositas cairan membuat gerakan dari partikel yang dikandungnya
akan diperlambat. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
3. Jumlah Partikel (Konsentrasi)
Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan Partikel
Suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam campuran bahan yang
sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

2.3 Metode Pembuatan Suspensi


1. Metode Dispersi, dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam
mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan
2. Metode Praesipitasi. Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut
organik yang hrndak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan
pensuspensi dalam air.
2.4 Sistem Pembentukan Suspensi
1. Sistem Flokulasi
- partikel merupakan agregat yang bebas
- sedimentasi terjadi capat
- sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi
kembali seperti semula
- wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
2. Sistem deflokulasi
- partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
- sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah
dan ukuran partikel adalah minimal
- sediment terbentuk lambat
- akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
(Anonim, 2004 )
2.5 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
1. Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut:
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,
karena rasa obat yang tergantung kelarutannya
2. Kerugian sediaan suspensi antara lain sebagai berikut:
a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres,
tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar
kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator ( Anief, 1987)

III. FORMULA SUSPENSI AMPICILLIN TRIHYDRAT

R/ Ibuprofen 2%
Gom Arab 2,5%
Na CMC 0,25%
Propilenglikol 25%
Sorbitol 20%
Pewarna qs
Aquadest ad 100 mL

Komposisi (b/v)

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Batang pengaduk - Mortir
- Beker glass 250 mL - pH meter
- Beaker glass 100 mL - Pipet tetes
- Botol kaca - Stamper
- Gelas ukur 100 mL - Tabung reaksi
- Timbangan analitik - Viscometer strormer
- Hot plate
- Piknometer

b. Bahan
- Ibuprofen
- Gom Arab
- Na-CMC
- Propilenglikol
- Sorbitol
- Pewarna
- Aquadest

V. CARA KERJA
1. Timbang semua bahan dengan perhitungan yang tepat
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

2. Larutkan serbuk gom arab dengan air sebanyak 7 kalinya dalam mortar
3. Larutkan Na-CMC ke dalam air panas sebanyak 20 kalinya, aduk hingga larut dan
mengembang (dalam mortar lain).
4. Campurkan larutan serbuk gom arab dan larutan Na-CMC
5. Larutkan ibuprofen dengan propilenglikol, tambahkan sorbitol gerus hingga
homogen
6. Campuran ibuprofen ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran serbuk
gom arab dan Na-CMC smbil diaduk hingga homogen
7. Tambahkan pewarna secukupnya, aduk hingga homogen
8. Tambahkan aquadest hingga tanda batas yang ditentukan.
9. Kemas dan beri etiket
10. Uji evaluasi sediaan

VI. EVALUASI UJI


1. Uji pemerian produk
- Lakukan uji pemeriksaan organoleptis (warna, bau, rasa)
2. Volume Sedimentasi
- Masukkan 10 mL suspensi ke dalam gelas ukur, catat sebagai volume awal (Vo)
- Diamkan tanpa gangguan selama ± 24 jam, catat volume sebagai volume akhir
(Vu)
Parameter pengendapan dari suatu suspense dapat ditentukan dengan mengukur
volume sedimentasi (F) yaitu perbandingan volume akhir endapan (Vu) dengan
volume awal (Vo) sebelum terjadi pengendapan, yaitu:
𝑽𝒖
𝑭=
𝑽𝒐
3. Viskositas
- Masukkan sediaan ke dalam beaker glass
- Pasang alat viscometer stormer dan masukkan spindle ke dalam sediaan
- Pilih pengatur kecepatan, amati pada layar sampai menunjukkan angka/nilai
konstan
- Catat viskositasnya
- Konversikan ke satuan CP (Centi Poise)
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

4. Bobot Jenis
- Ukur bobot jenis menggunakan piknometer
- Timbang piknometer kosong, kering, dan bersih (A gram)
- Isi dengan air dan timbang kembali (A1 gram)
- Keluarkan air, keringkan, bersihkan, kemudian isi dengan sediaan, dan timbang
(A2 gram).
- Hitung bobot jenisnya
𝑨𝟐 − 𝑨
𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 = 𝐁𝐉 𝐀𝐢𝐫 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐮𝐡𝐮 𝐫𝐮𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧
𝑨𝟏 − 𝑨
5. pH
- Masukkan dalam beker glass
- Ukur pHnya dengan pHmeter
- Catat hasilnya
6. Redispersi
- Evaluasi suspensi ini dilakukan setelah pengukuran volume sedimentasi
konstan.
- Tabung reaksi diputar 180º (dikocok) dan dibalikkan ke posisi semula
Kemampuan redispersi dikatakan baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan
diberi angka 100%
7. Kebocoran
- Masukkan botol dalam baskom yang berisi air
- Amati apakah botol mengalami kebocoran atau tidak
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

PERCOBAAN III
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SALEP

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula,
memproduksi, dan mengevaluasi sediaan salep.

II. TEORI
2.1 Definisi Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok.
2.2 Formulasi Sediaan Salep
1. Zat Aktif
2. Basis
3. Bahan Tambahan
- Softener
- Thickening agent
- Levigating agent
- Antioksidan
- Enhancer
- Humectant
2.3 Metode Pembuatan Salep
Pembuatan formulasi sediaan salep dapat dilakukan dengan dua metode umum
yaitu metode pencampuran dan metode peleburan. Dalam metode pencampuran,
komponen salep dicampur bersama-sama sampai diperoleh massa sediaan yang
homogen. Penghalusan komponen sebelum proses pencampuran kadang diperlukan
sehingga dapat dihasilkan salep yang tidak kasar saat digunakan. Pada metode peleburan
semua bahan dicampur dan dilebur pada temperatur yang lebih tinggi daripada titik leleh
semua bahan, kemudian dilakukan pendinginan dengan pengadukan konstan.
Pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan sediaan menjadi keras karena
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

terbentuk banyak kristal yang berukuran kecil, sedangkan pendinginan yang terlalu
lambat akan menghasilkan sedikit kristal sehingga produk menjadi lembek
2.4 Basis Salep
Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu
sebagai berikut:
1. Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon merupakan basis salep yang benar-benar bebas dari air.
Formulasi basis hidrokarbon dibuat dengan mencampur hidrokarbon cair (minyak
mineral dan paraffin cair) dengan hidrokarbon yang mempunyai rantai alkyl lebih
panjang dan titik leleh lebih tinggi misalnya paraffin putih ataupin paraffin kuning.
Penggunaan basis salep hidrokarbon sebagai system penghantaran obat topical sangat
terbatas, karena sebagaian obat relatif tidak larut dalam minyak hidrokarbon. Masalah
ini dapat diatasi dengan meningkatkan kelarutan obat dalam basis hidrokarbon, yaitu
dengan mencampurkan pelarut-pelarut yang dapat campur dengan basis hidrokarbon,
misalnya isopropyl miristat atau propilen glikol. Salep hidrokarbon digunakan terutama
sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mongering, dan tidak tampak berubah pada waktu
lama
2. Basis absorpsi (basis serap)
Basis salep serap merupakan basis salep seperti basis hidrokarbon
(berlemak/berminyak) akan tetapi dapat bercampur atau menyerap air dalam jumlah
tertentu. Basis salep serap dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : basis salep yang
dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (paraffin hidrofilik
dan lanolin anhidrat) dan basis yang terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Basis salep serap juga
bermanfaat sebagai emolien (DepKes RI, 1995).
3. Basis yang dapat dicuci dengan air
Basis salep yang dapat dicuci dengan air merupakan basis yang bersifat dapat
dicuci dari kulit dan pakaian dengan menggunakan air. Dalam penggunaannya, salep
dengan basis jenis ini mampu untuk mengabsorpsi cairan serosal yang keluar dalam
kondisi dermatologi. Obat jenis tertentu dapat diabsorpsi lebih baik oleh kulit jika
menggunakan dasar salep ini. Contoh basis salep yang dapat tercuci dengan air adalah
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

basis yang terdiri dari alkohol stearat dan petrolatum putih (fase minyak), propilen glikol
dan air (fase air), serta Na lauril sulfat sebagai surfaktan
4. Basis larut dalam air
Basis salep yang larut air merupakan basis yang hanya mengandung komponen
larut air, sehingga dapat tercuci air dengan mudah. Dalam formulasi, basis jenis ini
digunakan untuk mencampur bahan obat yang tidak berair atau bahan padat. Contoh
basis salep yang larut air adalah salep PEG yang merupakan kombinasi antara PEG 3350
dengan PEG 400 dengan perbandingan 4:6.
2.5 Tipe-tipe Salep
1. Salep berlemak. Terdiri dari senyawa hidrokarbon, dan malam dengan daya serap
terhadap air yang berbeda-beda tergantung basisnya.
2. Pasta berlemak. Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk) dengan
bahan dasar vaselin dan paraffin cair. Sering digunakan sebagai antiseptic atau
pelindung kulit. Jumlah lemak lebih sedikit dibanding dengan serbuk padatnya,
sehingga lemak-lemaknya harus dilelehkan dulu agar homogen.
3. Pasta Kering. Pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat (serbuk)
4. Pasta pendingin. Campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair
5. Salep pendingin/sejuk. Salep yang mengandung tetes air yang relative besar. Pada
pemakaian pada kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas badan yang
mangkibatkan rasa dingin/sejuk.
6. Krim. Krim adalah sediaan setengah padat yang berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang dari ± 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim terdiri
dari krim air minyak (w/o) dan krim minyak air (o/w).
7. Mikstur Gojog. Suatu bentuk suspense dari zat padat dalam cairan, biasanya terdiri
dari air (mengandung 60% cairan). Sebelum dipakai digojog terlebih dahulu.
8. Linimentum (Olesan). Linimentum umumnya adalah sediaan cair atau kental,
mengandung analgetikum dan zat yang mempunyai sifat melemaskan otot atau
menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar.
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

III. FORMULA SALEP ASAM SALISILAT

Sulfur praecipitatum 10%


Asam salisilat 5%
Gliserin 6%
Nipagin 0,15%
Etanol 0,10%
Oleum Olivarum 0,002%
Vaselin album ad 20 gr
Kompisisi b/b

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Batang pengaduk
- Beaker glass 100 mL
- Kaca daya sebar
- Kaca objek
- Mortir
- Objek glass
- PH meter
- Stamper
- Stopwatch
- Termometer
- Anak timbangan
- Kertas saring

b. Bahan
- Sulfur praecipitatum
- Asam salisilat
- Gliserin
- Nipagin
- Etanol
- Oleum Olivarum
- Vaselin album
- Indicator PP
- KOH

V. CARA KERJA
1. Gerus sulfur kemudian ayak dengan ayakan no 50, tambahkan sedikit demi sedikit,
kemudian aduk ad homogen. Sisihkan pada wadah lain. Beri nama formula 1 (F1)
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

2. Gerus Nipagin hingga halus, larutkan dengan gliserin dengan tambahkan sedikit
demi sedikit, aduk ad homogen. Sisihkan pada wadah lain. Beri nama formula 1
(F2)
3. Larutkan asam salisilat dalam etanol ad larut, tambahkan vaselin putih
secukupnya, aduk hinga alkohol menguap
4. Tambahkan F2 sedikit demi sedikit dalam asam salisilat yang sudah dilarutkan
sampai homogen.
5. Tambahkan F1 sedikit demi sedeikit sampai homogen
6. Tambahkan vaselin putih yang masih bersisa, kemudian aduk ad homogen
7. Tambahkan oleum olivarum, aduk ad homogen
8. Kemas dan beri etiket
9. Uji evaluasi sediaan

VI. UJI EVALUASI


1. Pemerian Produk
- Uji organeptis sediaan salep dengan memeriksa konsistensi, warna, aroma, dan
bentuk (Rajalakshmi et al., 2009)
2. Uji Homogenitas Sediaan
- Letakkan salep sulfur di atas kaca objek
- Tutup dengan kaca objek lain
- Tekan
- Amati kehomogenannya (Wardhani et al., 2010)
3. Uji pH
- Timbang salep sulfur sebanyak 0,5 gr
- Encerkan dengan aquades sebanyak 5 mL, kemudian celupkan stik pH selama 1
menit
- Amati perubahan warna yang terjadi pada stik pH yang menunjukkan nilai pH
dari salep (Naibaho et al, 2013)
4. Uji Daya Sebar
- Timbang salep sebanyak 0,5 gram, kemudian letakkan pada kaca daya sebar
- Lekatkan dengan kaca daya sebar yang lain (salep dijepit diantara 2 plat kaca)
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Biarkan selama 1 menit


- Ukur diameter salep
- Tambahkan 100 gr beban tambahan, diamkan 1 ment
- Ukur diameter yang konstan (Astuti et al, 2010)
Daya sebar dihitung melalui persamaan:
𝒎 ×𝒍
S=
𝒕
Keterangan:
S = Daya sebar
M = berat beban
l = luas cawan petri
t = waktu penyebaran

5. Uji Daya Proteksi


- Ambil kertas saring A ukuran 10 x 10 cm, basahi dengan larutan PP sebagai
indikator, kemudian keringkan. Olesi salep sulfur (tipis dan merata) pada kertas
tsb.
- Ambil kertas saring B ukuran 2,5 x 2,5 cm. buat pematang dipinggirnya dengan
paraffin cair. Keringkan. Tempelkan pada kertas saring A
- Tetesi kertas saring A + B dengan larutan KOH 0,1 N
- Lihat sebelah kertas yang dipasahi PP pada waktu 5 – 10 detik
- Amati noda merah, apakah lama atau tidak (Rajalakshmi et al., 2010)
6. Uji Iritasi
- Ambil sejumlah salep
- Oleskan pada kulit yang sehat
- Amati reaksi yang terjadi setelah 60 menit (Chhetri, 2009)
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

PERCOBAAN IV
GEL ASAM SALISILAT

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula,
memproduksi, dan mengevaluasi sediaan gel Asam Salisilat.

II. TEORI
2.1 Pengertian Gel
Gel merupakan sediaan semipadat terdiri dari suspensiyang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Sediaan gel mengandung jumlah air yang tinggi serta memberi rasa sejuk pada kulit.
2.2 Penggolongan Sediaan Gel
1. Menurut sifat fase koloid
- Gel anorganik, contoh : bentonit magma
- Gel anorganik, pembentuk gel berupa polimer
2. Berdasarkan sifat pelarut
- Hydrogel
- Organogel
- Xerogel
3. Berdasarkan sifat terdispersi
- Gel fase tunggal
- Gel dua fase
2.3 Manfaat Gel
1. Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampoo, parfum, pasta gigi
2. Obat topikal (non steril) atau gel steril (daerah vital)
2.4 Komponen Gel
1. Zat Aktif
2. Gelling Agent
- Sebagai stabilizer dan thickening agent
- Digunakan dengan konsentrasi 0,5-10%
- Obat dapat ditambahkan sebelum gel terbentuk
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Viskositas berkisar 1000-100.000 cps


3. Bahan Tambahan
- Stabilizer
- Humektan
2.5 Hal yang Diperhatikan dalam Pembuatan Gel
1. Gelling agent yang dipilih harus bersifat inert, aman, tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi
2. Penggunaan polisakarida memerlukan pengawet (rentan terhadap mikroba)
3. Viskositas sediaan harus tepat, mudah digunakan
4. Konsentrasi polimer sebagai gelling agent harus tepat (antisipasi sineresis)
5. Inkompatibilitas terjadi antara obat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet,
dan surfaktan bersifat anionik (inaktivasi/pengendapan bahan kationik)

III. FORMULA SEDIAAN GEL ASAM SALISILAT

R/ Asam Salisilat 3 %
Carbopol 940 1 %
TEA 0,4 %
Ethanol 12 %
Gliserin 2 %
Nipagin 0,18 %
Oleum menthae 0,5 %
Aquadest ad 100 gram

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Anak timbangan - pot gel
- Batang pengaduk - sendok tanduk
- Beaker glass 50 mL - Sudip
- Cawan porselen - Kaca arloji
- Gelas ukur 100 mL - Mortar stamper
- Penggaris/kertas millimeter - pipet tetes
- pH universal - Viskometer strormer

b. Bahan
- Aquadest
- Asam salisilat
- Carbopol
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Ethanol
- Gliserin
- Metil Paraben
- Oleum menthae
- TEA

V. CARA KERJA
1. Timbang masing-masing bahan
2. Kembangkan Carbopol dengan air panas (800C) diaduk perlahan-lahan sampai
homogen, setelah itu tambahkan propilenglikol sedikit demi sedikit ke dalam
carpobol sambil diaduk terus perlahan-lahan ad homogen.
3. Tambahkan Asam salisilat dengan etanol aduk sampai larut
4. Tambahkan Nipagin dengan air mendidih aduk sampai larut
5. Tambahkan Carpobol-propilenglikol ke dalam asam salisilat dan aduk sampai
homogen. Masukkan Nipagin ke dalam campuran asam salisilat-Carpobol-
propilenglikol dan diaduk ad homogen
6. Tambahkan TEA ke dalam campuran asam salisilat-metil paraben-Carpobol-
propilenglikol dan diaduk ad homogen, setelah itu tambahkan aquadest, aduk
hingga terbentuk massa gel. Masukkan oleum menthae sambil diaduk hingga larut

VI. EVALUASI UJI


1. Uji Pemerian
- Lakukan pengamatan terhadap bentuk gel, warna gel dan bau gel
2. Uji Homogenitas
- Letakkan di atas objek glass, tekan dengan objek glass yang lain hingga rata,
lalu amati homogenitasnya secara visual.
3. Pengukuran pH
- Ambil 1 gr sampel gel, tambahkan 10 mL aquadest, kemudian periksa pH gel
menggunakan pH meter
4. Uji Daya Lekat
- Timbang gel 200 mg
- Letakkan di atas kaca 2 objek
- Tekan dengan beban 1 kg selama 5 menit
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Pasang kaca objek pada alat tes


- Catat waktu pelepasan gel dari kaca objek (Wardhani et al, 2010)
5. Uji Daya Sebar
- Letakkan di atas kaca transparan yang dilapisi kertas grafik dibawahnya
- Tutup bagian atasnya dengan kaca transparan
- Diamkan 1 menit
- Ukur diameter daerah gel
- Tambah beban 50 g di atas kaca transparant, diamkan 1 menit, dan diukur
diameter daerahnya
- Ulangi dengan prosedur yang sama hingga 3 kali replikasi
Daya sebar dihitung melalui persamaan:
𝒎 ×𝒍
S=
𝒕
Keterangan:
S = Daya sebar
m = berat beban
l = luas cawan petri
t = waktu penyebaran
6. Uji Viskositas
- Masukkan sediaan ke dalam beaker glass
- Pasang alat viscometer stormer dan masukkan spindle ke dalam emulsi
- Pilih pengatur kecepatan, amati pada layar sampai menunjukkan angka/nilai
konstan
- Catat viskositasnya
- Konversikan ke satuan CP (Centi Poise)
7. Uji Iritasi
- Ambil sejumlah salep
- Oleskan pada kulit yang sehat
- Amati reaksi yang terjadi setelah 60 menit (Chhetri, 2009)
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

PERCOBAAN V
FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP PARACETAMOL

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula,
memproduksi, dan mengevaluasi sediaan sirup paracetamol
II. TEORI
2.1 Pengertian Larutan
Larutan atau solutiones adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut
secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi
larutan langsung (direct) dan larutan tidak langsung (indirect).
Larutan langsung adalah larutan yang terjadi karena adanya peristiwa fisika, bukan
peristiwa kimia. Misalnya, NaCl dilarutkan ke dalam air atau KBr dilarutkan ke dalam
air, jika pelarutnya (air) diuapkan, maka NaCl atau KBr akan diperoleh kembali. Larutan
tidak langsung adalah larutan yang terjadi karena peristiwa kimia, bukan peristiwa
fisika. Misalnya, jika Zn ditambahkan H2SO4 maka akan terjadi reaksi kimia menjadi
larutan ZnSO4 yang tidak dapat kembali menjadi Zn dan H2SO4
2.2 Penggolongan Larutan
Menurut FI IV, bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
1. Menurut Cara Pemberian
1) Larutan Oral. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian
oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air
a. Sirop. Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar
tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hamper jenuh dengan sukrosa)
b. Eliksir. Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut)
2) Larutan Topikal. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung
air, tetapi seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk
penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal untuk
penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

a. Losio. Larutan atau suspense yang digunakan secara topikal


b. Larutan otik. Larutan yang mengandung air ata gliserin atau pelarut lain
dan bahan pendispersi.
2. Berdasarkan Sistem Pelarut
1) Spirit. Larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah
menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma
2) Tingtur. Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia
3) Air aromatic. Larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak yang mudah
menguap atau senyawa aromatik, atau bahan yang mudah menguap lainnya.
Pelarut yang biasa digunakan adalah:
a. Air untuk melarutkan bermacam-macam garam
b. Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, menthol
c. Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol
d. Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat
e. Minyak untuk melarutkan kamfer, menthol
f. Paraffin liquidum untuk melarutkan cera, cetasium, minyak-minyak, kamfer,
menthol, klorbutanol
g. Kloroform untuk melarutkan minyak-minyak, lemak
2.3 Sirup
Sirup simpleks, sirup gula, adlah larutan gula yang dimuat dengan melarutkan 65
bagian gula dalam larutan metal paraben 0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100
bagian sirup. Sirup wangi adalah sirup yang umumnya tidak mengandung obat, tetapi
mengandung zat wewangi atau zat lain yang berbau sedap dimaksudkan untuk
digunakan sebagai zat pembawa atau wewangi untuk pemuatan obat mendadak. Tujuan
utama penggunaan sirup ini adalah untuk menutupi rasa atau obat yang tidak enak.
Contoh-contoh sirup wangi (sirup bukan obat) :
1. Sirup akasia, yaitu sirup dengan dasar sukrosa yang direncah dengan tinktur vanili.
Keistimewaan sirup ini adalah sangat kental yang disebabkan oleh efek pengental
dari akasis. Ini berguna dalam pemberian obat yang rasanya tidak enak karena sifat
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

kentalnya mengurangi proporsi kontak dari obat yang terlarut dengan ujung-ujung
alat perasa.
2. Sirup jeruk, yaitu sirup dengan dasar sukrosa yang mengandung tinktur kulit buah
jeruk manis, asam sitrat sebagai perasa pahit. Rasa sirup inimirip sari jeruk manis
dan merupakan pembawa yang baik untuk obat-obat yang stabil dalam media asam.
Sirup obat adalah sirup yang mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan lain, dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan. Sirup obat
merupakan pelengkap sediaan yang serasi untuk dijadikan larutan persediaan bagi obat
tertentu yang digunakan dalam pembuatan obat yang mendadak. Sirup obat dalam
perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal;yaitu dengan menggabungkan masing-
masing komponen tunggal dari sirup seperti sukrosa, air murni, bahan pemberi
rasa/perencah, bahan pewarna, bahan teraupetik dan bahan-bahan lain yang perlu dan
diinginkan. Contoh-contoh sirup obat antara lain sebagai berikut:
a. Sirup pseudoefedrina HCl, yaitu sirup yang efektif secara oral sebagai dekongestan
nasal.
b. Sirup Guaifenesin, yaitu sirup untuk meringankan gejala pada kondisi pernafasan,
berhubungan dengan batuk dan penyumbatan bronkus.
c. Sirup dekstrometorfan HBr, yaitu sirup untuk meringankan batuk.
2.4 Komponen Sirup
Sebagian besar dari sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut disamping air
murni dan semua zat-zat obat yang ada:
1. Gula biasanya sukrosa atau pengganti gula digunakan untuk memberi rasa manis dan
kental.
2. Pengawet antimikroba.
3. pembau
4. pewarna.
2.5 Teknik Pembuatan Sirup
Sirup dibuat dengan sebagai berikut, kecuali dinyatakan lain cairan dibuat untuk
sirup, dipanaskan, ditambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Air ditambahkan
sampai mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa
yang terjadi, serkai. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida
antrakinon, ditambahkan natrium karbonat sejum;lah 10%bobot simplisia. Kecuali
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil
paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang cocok
2.6 Ketidakstabilan dan Cara Menstabilkan Sirup
1. Sediaan sirup mengandung air dan gula sehingga merupakan media yang sangat
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme sehingga harus ditambahkan pengawet.
Pengawet yang dapat digunakan antara lain nipagin dan nipasol dengan
perbandingan 0,18 : 0,02 (nipagin bersifat fungistatik dan nipasol bersifat
bakteriostatik) kombinasi ini efektif untuk pencegahan terjadinya pertumbuhan
bakteri dan jamur.
2. Zat aktif stabil pada pH tertentu oleh karena itu diperlukan dapar untuk
mempertahankan pH sediaan sirup. Dapar yang biasa digunakan antara lain : dapar
sitrat, dapar fosfat, dapar asetat.
3. Dalam sediaan sirup ada senyawa yang peka terhadap cahaya, maka digunakan
botol berwarna coklat.
4. Rasa sirup yang kurang menyenangkan dapat diberi pemanis dan perasa agar
penggunaannya lebih nyaman.
5. Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi dalam sediaan sirup ditambahkan
antioksidan. Contohnya : asam askorbat, asam sitrat.
6. Untuk mencegah caplocking karena sirupus simplek maka ditambahkan
sorbitol/gliserin/propilenglikol 10% (sebagai pengental).
7. Sediaan cair biasanya bersifat voluminous pada saat disimpan sehingga perlu
dikemas pada wadah yang sesuai.

III. FORMULA SEDIAAN SIRUP PARACETAMOL

Parasetamol 2,4 gr
Propilenglikol 40 mL
Syrupus simplex 60% 20 mL
Sakarin 0,005 gr
Pewarna qs
Pengaroma qs
Gliserin ad 100 mL
Berapa mg dosis paracetamol tiap 5 ml?

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Neraca Analitis
- Beaker Glass
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Water Bath
- Batang pengaduk
- Alat Pencampur
- Kertas saring
- Corong gelas
- Botol coklat 100 ml

b. Bahan
- Paracetamol
- Propilenglikol
- Gliserin
- Sukrosa
- Sirupus simplex 60 %
- Sakarina natrium
- Zat warna (ungu)
- Aroma (anggur)

V. CARA KERJA
1. Timbang bahan satu per satu
2. Campurkan parasetamol dengan propilen glikol sehingga parasetamol larut.
3. Tambahkan gliserin, sirupus simplex, dan sakarin kemudian campur dengan
menggunakan mixer berkecepatan sedang
4. Tambahkan zat warna dan aroma.
5. Saring sediaan, kemudian kemas ke dalam kemasan.

VI. UJI EVALUASI


1. Pemeriksaan Organoleptis
- Periksa sirup yang telah dibuat yang meliputi bau, warna, dan rasa
- Kelarutan
Pemerian dikatakan baik, jika warna sirup tidak berubah dan bau tidak hilang
2. Uji pH
- Siapkan pH meter,
- Ukur pH menggunakan pH meter yaiu celupkan pH meter ke dalam larutan
sirup
3. Uji Viskositas
- Masukkan sediaan ke dalam beaker glass
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Pasang alat viscometer stormer dan masukkan spindle ke dalam emulsi


- Pilih pengatur kecepatan, amati pada layar sampai menunjukkan angka/nilai
konstan
- Catat viskositasnya
- Konversikan ke satuan CP (Centi Poise)
4. Volume Terpindahkan
- Kalibrasi botol 60 mL
- Masukkan sediaan sirup yang telah jadi ke dalam botol 60 mL sampai batas
kalibrasi
- Tuang kembali sirup kedalam gelas ukur untuk mengetahui volume
terpindahkan serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi
7. Pemeriksaan BJ
- Timbang piknometer kosong (Wpikno)
- Isi piknometer kosong dengan aquadest hingga penuh, kemudian timbang
(Wpikno+air)
- Hitung selisih antara Wpikno+air dan Wpikno, sehingga didapatkan Wair. Kemudian
bagi Wair dengan massa jenis air sehingga didapatkan volume air (Vair)
- Masukkan larutan sirup dari masing-masing formula ke dalam piknometer
kosong, kemudian timbang (Wpikno+sirup)
- Hitung selisih antara Wpikno+sirup dan Wpikno, sehingga di dapatkan Wsirup
- Bagi Wsirup dengan Wair sehingga diperoleh massa jenis emulsi
- Kemudian bagi massa jenis sirup dengan massa jenis air, sehingga diperoleh
berat jenis sirup
5. Uji Acceptability
- Siapkan 20 responden dan kuisioner yang isinya meliputi rasa, aroma, dan
penampilan
- Ujikan kepada responden tersebut da nisi kuisioner tersebut
- Tarik kesimpulan
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

PERCOBAAN VI
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN EMULSI MINYAK IKAN (W/O)

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula,
memproduksi, dan mengevaluasi sediaan emulsi minyak ikan
II. TEORI
Emulsi adalah sistem (sediaan) heterogen yang tersedia terdiri dari atas cairan
tidak tercampur (secara konvensi dinyatakan sebagai minyak dan air), dimana salah
satunya terdispersi sebagai tetesan halus secara uniform pada fasa lainnya. Emulsi yang
secara tidak stabil akan kembali memisah menjadi fasa air dan fasa minyak bila
dipanaskan atau mengalami koalesensi tetesan, kecuali jika secara kinetika disatbilkan
dengan kompenen ketiga yaitu agen pengemulsi. Fasa yang berada dalam bentuk tetesan
halus dinamakan fasa terdispersi atau fasa internal dan cairan disekitar dikenal sebagai
fase kontinyu dan fase luar (Agoes dan Goeswin, 2012).
Berdasarkan tipenya emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tipe emulsi
minyak dalam air (oil in water) atau air dalam minyak (water in oil). Sedangkan
berdasarkan konsituennya dibedakan mejadi sediaan likuid dan semisolid. Minyak ikan
adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar Gadus morhua Linne, dan spesien
lain dari familia Gadidae. Mengandung tidak kurang dari 255 µg vitamin A dan tidak
kurang dari 2,125 µg vitamin D per g minyak ikan. Dosis lazim:
Dewasa: 1 x pakai = 5 mL
1 x hari = 8 – 30 mL
Setiap 15 mL emulsi oleum iecoris aselli mengandung 3 gram oleum iecoris aselli.
Tujuan penggunaan emulsi oleum iecoris aselli adalah membantu meningkatkan dan
memelihara ketahanan tubuh serta memenuhi kebutuhan vitamin A dan D, membantu
perkembangan kesehatan anak dan pertumbuhan tulang dan gigi. Aturan penggunaan
berdasarkan ISO vol. 46 yaitu anak berusia 1 – 6 tahun : 1 kali sehari satu sendok
makan, anak berusia 7 – 12 tahun : 2 kali sehari 1 sendok makan, anak berusian lebih
dari 12 tahun, 3 kali sehari 1 sendok makan.
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

Minyak ikan dibentuk menjadi sediaan emulsi dikarenakan bahan aktif yang
digunakan minyak ikan praktis tidak larut dalam air. Sehingga untuk memperoleh suatu
sediaan yang terdispersi pada fase pendispersinya diperlukan suatu zat pengemulsi yang
iasa disebut emulsifying agent. Minyak ikan dibentuk sediaan emulsi memiliki nilai
lebih atau keuntungan diantaranya dapat menutupi fasa dan bau yang tidak enak dari
minyak, selain itu dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan
kosmetik maupun untuk penggunaan oral (Anief, 2010).

III. FORMULA SEDIAAN EMULSI MINYAK IKAN (W/O)

Oleum Lecoris Aselli 50 gr


GOM 15 gr
Gliserin 5 gr
Aqua 37,5 gr
Oleum Cinnamomi gtt III

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Timbangan
- Gelas Arloji
- Cawan Porselen
- Mortir-Stamper
- Spatulla
- Beaker Glass
- Kertas saring
- Viskometer Stromer
- Stik pH meter
- Gelas ukur

b. Bahan
- Oleum Lecoris Aselli
- GOM
- Gliserin
- Aqua
- Oleum Cinnamomi
- Metilen blue
- Indicator PP
- KOH
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

V. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Timbang semua bahan sesuai perhitungan penimbangan bahan Korpus Emulsi
3. Buat korpus emulsi dengan perbandingan Emulgator : Air : Minyak = 1 : 1,5 : 2
4. Campur aquadest dengan GOM dalam mortar kering dan aduk ad homogen
5. Tambahkan oleum lecoris aselli dan aduk kuat sampai terbentuk korpus emulsi,
massa berwarna putih
6. Tambahkan gliserin ke dalam korpus emulsi, aduk ad homogen
7. Tambahkan sisa minyakk dan air ke dalam korpus emulsi sedikit demi sedikit
8. Masukkan ke dalam botol
9. Tambahkan oleum cinnamomi 3 tetes
10. Tutup botol dengan gabus/kertas perkamen

VI. UJI EVALUASI


1. Uji Organoleptik
- Lakukan pengamatan pada sediaan, yaitu bentuk, warna, bau, dan rasa
2. Uji tipe emulsi
a. Pengenceran Fase Emulsi Ikan
- Encerkan dengan air
- Tipe O/W : jika ditambahkan air emulsi tidak akan pecah
- Tipe W/O : jika ditambahkan air emulsi akan pecah
b. Uji dispersi zat warna
Masukkan emulsi ke dalam vial, kemudian tetesi dengan beberapa tetes larutan
metilen blue, amati disperse warna dalam emulsi
c. Emulsi Minyak Ikan
- Teteskan sedikit pada kertas saring
- Tipe W/O : meninggalkan noda pada kertas saring
- Tipe O/W : tidak meninggalkan noda atau tersebar merata pada kertas saring
3. Uji viskositas
- Masukkan sediaan ke dalam beaker glass
- Pasang alat viscometer stormer dan masukkan spindle ke dalam emulsi
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Pilih pengatur kecepatan, amati pada layar sampai menunjukkan angka/nilai


konstan
- Catat viskositasnya
- Konversikan ke satuan CP (Centi Poise)
4. Uji Volume Terpindahkan
- Kalibrasi botol 60 mL
- Tuang sediaan dalam gelas ukur
- Lihat apakah sesuai volume yang diminta atau tidak
5. Uji pH
- Siapkan pH meter,
- Ukur pH menggunakan pH meter yaiu celupkan pH meter ke dalam larutan
sirup
6. Uji Perubahan Warna
- Amati perubahan warna yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-
2, ke-3, ke-4, dan ke-5
7. Uji Perubahan Volume
- Amati perubahan volume yang terjadi pada sediaan hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4,
dan ke-5
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

PERCOBAAN V
SUPPOSITORIA PARACETAMOL

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula,
memproduksi, dan mengevaluasi sediaan suppositoria paracetamol

II. TEORI
2.1 Definisi Suppositoria
Definisi suppositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectum, vagina, atau uretra; umumnya
meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagi
pelindung jaringan setempat dan sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal atau
sistemik.
2.2 Macam-macam Sediaan Suppositoria
1. Suppositoria Rektal
2. Suppositoria Vaginal/ Ovula/ Pessarie
3. Suppo Uretral/ Bougie
2.3 Tujuan Penggunaan
1. Efek Lokal : wasir, konstipasi, infeksi dubur
- Anastetik lokal (benzokain, tetrakain)
- Adstringent (ZnO, Bi-Subgalat, Bi-subnitrat)
- Vasokonstriktor (Efedrin HCl)
- Analgesik (Turunan Salisilat)
- Emolien (Balsam peru untuk wasir)
- Konstipasi (Glisin bisakodil)
- Antibiotik
2. Efek Sistemik
- Asma (Efedrin, Teofilin, Aminofilin)
- Analgetik dan Antiinflamasi (Turunan Salisilat, Parasetamol)
- Antiartritis (Fenilbutazon, Indometasin)
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

- Hipnotik dan Sedatif (Turunan Barbiturat)


- Trankuilizer dan anti emetic (Fenotiazin, Klorpromasin)
- Kemoterapi (Antibiotik, Sulfonamid)
2.4 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suppositoria
1. Keuntungan dari sediaan suppositoria antara lain adalah sebagai berikut:
- Dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadarkan diri
- Menghindari First Pass Effect Metabolism (penurunan efektivitas obat karena
metabolisme di hati)
- Untuk obat yang tidak dapat diberikan melalui oral karena efek samping pada
saluran cerna, rusak oleh cairan GIT dan enzym GIT, rasa yang tidak enak
- Onset aksi bahan aktiv yang cepat dibanding oral karena absorbsi obat melalui
rektal mukosa secara langsung sampai ke sirkulasi darah
- Suppo vaginal dan uretral karena perfusi darah di vagina dan uretral rendah
efek yang ditimbulkan lokal mengurangi sistemik sirculation (reduksi
toksisitas)
2. Kekurangan dari sediaan suppositoria antara lain adalah sebagai berikut:
- Daerah absorbsinya lebih kecil
- Absorbsi hanya melalui difusi pasif
- Jika penggunaan terlalu dalam mengalami first pass effect
- Pemakaian kurang parktis
- Tdk dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh pH rektum
- Meleleh pada suhu kamar
2.5 Formulasi Sediaan Suppositoria
1. Obat
Pemilihan zat aktif dalam pembuatan sediaan suppositoria adalah sebagai berikut:
- Dapat diabsorbsi mencapai kadar terapi melalui mukosa rektum
- Absorbsi zat aktif per oral buruk atau adanya efek samping pada saluran cerna
- Zat aktif untuk efek setempat
- Zat aktif tdk tahan pH saluran cerna atas
- Polipeptida kecil
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

2. Basis
Syarat utama basis suppo adalah padat dalam suhu ruangan tetapi segera melunak,
melebur atau melarut pada suhu tubuh sehingga obat segera tersedia setelah pemakaian.
Contoh basis suppo umumnya oleum cacao, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran PEG, dan ester asam lemak PEG. Tipe basis suppositoria
antara lain basis berlemak, basis larut air, peg dengan berbagai bm, basis campur air
(surfaktan), dan non basis.
3. Bahan Tambahan
a. Macam Bahan Tambahan
- Antioksidan
- Emulsifying agent
- Hardening agent
- Preservatif
- Thickening agent
- Plasticizer
b. Manfaat Bahan Tambahan
Meningkatkan inkorporasi zat aktif , meningkatkan hidrofilisitas, meningkatkan
viskositas, mengubah suhu leleh, meningkatkan kekuatan mekanis, mengubah
penampilan, melindungi dari degradasi, mengubah absorbs.
2.6 Metode Pembuatan
1. Pencetakan dengan Tangan (Manual)
2. Pencetakan dengan Kompresi
3. Pencetakan dengan Penuangan
4. Pencetakan dengan Mesin Otomatis
2.7 Masalah Spesifik dalam Pembuatan Sediaan Suppositoria
1. Air dalam Suppositoria
2. Higrokopisitas
3. Inkompatibilitas
4. Viskositas
5. Kerapuhan
6. Volume Kontraksi
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

III. FORMULA SEDIAAN SUPPOSITORIA PARACETAMOL

R/ Paracetamol (asetaminofen) 250 mg


Oleum cacao 95%
Cera flava 5%

Tiap suppo dibuat 5 gram

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- alat pemberat - sendok tanduk
- alat pencetak suppositoria - stamper
- batang pengaduk - stirrer
- beaker glass - sudip
- cawan porselin - thermometer
- hot plate - timbangan.
- lemari pendingin - Cetakan suppositoria
- mortar

b. Bahan
- Paracetamol (asetaminofen) 250 mg
- Oleum cacao 95%
- Cera flava

V. CARA KERJA
1. Timbang satu persatu bahan
2. Leburkan oleum cacao di atas hot plate menggunakan cawan porselin
3. Gerus paracetamol dengan mortir dan dicampur dengan leburan oleum cacao
4. Campurkan semua bahan sampai didapatkan campuran yang homogen, kemudian
masukkan ke dalam cetakan suppositoria
5. Masukkan cetakan ke dalam lemari pendingin hingga suppo mengeras, setelah itu
keluarkan dari cetakan
6. Timbang bobotnya, bungkus dengan aluminium foil dan dikemas dengan kemasan
yang tersedia
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

VI. UJI EVALUASI


1. Uji Organoleptis
- Lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, dan bau suppositoria
- Amati jika terjadi kerusakan
2. Uji Karakteristik
- Pilih secara acak (6 suppositoria dari tiap batch). Potong longitudinal
- Periksa dengan mata telanjang untuk menilai homogenitas yang diverifikasi
penampilan permukaan dan warna suppositoria oleh tidak adanya fissuring
(celah), tidak adanya pitting (lubang), tidak adanya lemak mekar, tidak adanya
eksudasi (keluar cairan/lemak)
3. Uji Keseragaman Bobot
- Timbang satu persatu
- Hitung bobot rata-ratanya
- Hitung persen kelebihan bobot suppositoria
- Variasi keseragaman bobot tidak boleh lebih dari ± 5%
4. Uji Kekerasan
- Potong ujungnya agar dapat berdiri tegak
- Letakkan anak timbangan di atasnya
- Naikkan 100 g masa anak timbangan tiap menit
5. Uji Titik Lebur
- Siapkan penangas air, atur suhunya 33,5oC
- Celupkan suppositoria ke dalam penangas air
- Naikkan suhu penangas air tiap menitnya menjadi 34 oC, 34,5 oC, 35 oC, 35,5 oC,
36 oC, 36,5 oC, 37 oC dan terus dinaikkan hingga oleum cacaonya meleleh
- Amati dan tentukan titik lebur suppositoria
6. Uji Waktu Lebur
- Siapkan penangas air dan atur suhunya 37oC (±1oC)
- Celupkan suppositoria ke dalam penangas air, catat waktu yang diperlukan
suppositoria saat mulai melebur
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

FORMAT LAPORAN PER-INDIVIDU


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID
SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF) BORNEO LESTARI BANJARBARU

COVER
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.2 Dasar Teori
1.3 Monografi Bahan
BAB II. METODOLOGI PERCOBAAN
a. Formula Sediaan
b. Alat dan Bahan
- Alat
- Bahan
c. Cara kerja
d. Evaluasi sediaan
BAB III. HASIL PERCOBAAN
3.1 Hasil
3.2 Perhitungan (jika ada)
3.3 Desian Kemasan
BAB IV. PEMBAHASAN
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

FORMAT LAPORAN PER KELOMPOK (sebagai syrat ujian praktikum)


PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID
SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF) BORNEO LESTARI BANJARBARU

COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.2 Dasar Teori
1.3 Monografi Bahan
BAB II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Formula Sediaan
2.2 Alat dan Bahan
- Alat
- Bahan
2.3 Cara kerja
2.4 Evaluasi sediaan
BAB III. HASIL PERCOBAAN
3.1 Hasil
3.2 Perhitungan (jika ada)
3.3 Desian Kemasan
BAB IV. PEMBAHASAN
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid 2017-2018

FORMAT PENULISAN LAPORAN INDIVIDU DAN PER-KELOMPOK

1. Diketik
2. Times New Rowman
3. Font 12
4. Layout : 4, 3, 3, 3
5. cover warna pink

Anda mungkin juga menyukai