FARMASETIKA II
Penyusun:
Tim Farmasetika
1
Halaman Pengesahan
No Dokumen :-
Revisi :2
SKS :1
Semester : 4 (genap)
Disahkan oleh
2
Kata Pengantar
Modul Praktikum Farmasetika II ini ditujukan bagi mahasiswa program studi farmasi
Universitas Ma Chung sesuai dengan kurikulum matakuliah FarmasetIka dengan bobot 2 SKS
pada semester 4. Penyusunan modul praktikum disesuaikan dengan silabus perkuliahan
Farmasetika II. Kompetensi mahasiswa yang diasah dalam modul praktikum Farmasetika II ini
adalah mahasiswa mampu melakukan pembuatan bentuk sediaan farmasi yaitu pulvis,
pulveres, kapsul, suspensi, mixtura, emulsi, pasta, suppositoria, solutio, unguenta, dan krim.
Selain itu mahasiswa juga dapat mengasah teknik pembuatan sediaan farmasi dan mengetahui
stabilitas dari bahan pembuatan sedian farmasi.
Diharapkan modul yang disusun ini memberikan manfaat bagi mahasiswa prodi farmasi dalam
mengaplikasikan konsep dengan aplikasi melalui percobaan di laboratorium dan dapat
mengaitkanya dengan dalam dunia kefarmasian khususnya dalam pembuatan sediaan farmasi
baik itu di apotek, rumah sakit, dan industri farmasi.
Penyusun
3
TATA TERTIB DAN PENILAIAN .......................................................................................... 5
I. Pulvis .................................................................................................................................. 8
Resep 1. ................................................................................................................................ 8
Resep 2. ................................................................................................................................ 9
Teori Pulvis .......................................................................................................................... 9
II.Pulveres ................................................................................................................................ 10
Resep 1. .............................................................................................................................. 10
Resep 2 ............................................................................................................................... 11
Teori Pulveres ..................................................................................................................... 11
III. Capsul ................................................................................................................................ 12
IV. Unguentum ........................................................................................................................ 13
Teori Salep ......................................................................................................................... 14
V. Creamores ........................................................................................................................... 16
VI. Suppositoria ....................................................................................................................... 17
Teori Suppositoria .............................................................................................................. 18
VII. Mixtura ............................................................................................................................. 20
Teori Mixtura ..................................................................................................................... 20
VIII. Sollutio ............................................................................................................................ 22
Resep 1. .............................................................................................................................. 22
Resep 2. .............................................................................................................................. 23
Teori sollutio ...................................................................................................................... 23
IX. Suspensiones ...................................................................................................................... 24
X. Emulsi ................................................................................................................................ 25
Teori Emulsi ....................................................................................................................... 26
XI. Pasta ................................................................................................................................... 28
XII. Potio/ Saturasi................................................................................................................... 29
4
TATA TERTIB DAN PENILAIAN
C. Perlengkapan Praktikum
1. Semua praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium, masker dan glove karet (standar
laboratorium) untuk melindungi keselamatan diri sendiri.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau bahan pada bak pencuci, buanglah sampah
tersebut pada tempat yang telah disediakan.
3. Jika ada bahan yang tumpah, segera dibersihkan dengan air. Jika terjadi kecelakaan segera
melaporkan kepada dosen atau asisten yang bertugas.
4. Ruangan laboratorium dalam keadaan bersih setelah selesai digunakan dan menjadi tanggung
jawab praktikan yang menggunakan sebelumnya.
5. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan makan atau minum dalam ruangan
laboratorium dan tidak diperkenankan menggunakan sandal.
6. Berbicara seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan mengganggu ketenangan
pekerjaan orang lain.
D. Teknik Menimbang
a. Sebelum memulai penimbangan
5
b. Sikap tubuh dalam menimbang:
Penimbangan dilakukan dalam posisi duduk serta tegak lurus terhadap timbangan.
a. Saat penimbangan
1. Setarakan dua piring timbangan. Posisi kedua piring harus dalam keadaan seimbang (sikap
nol). Bila diperlukan dapat digunakan beban penara tambahan yang telah disediakan.
2. Kesesuaian timbangan dengan massa bahan
Penimbangan bahan kurang dari 1 gram dilakukan pada timbangan mg balance
Penimbangan bahan lebih dari 1 gram dilakukan pada timbangan g balance
3. Kesesuaian alat timbang dengan bahan yang akan ditimbang:
Untuk bahan yang kering digunakan alas kertas perkamen
Untuk bahan yang mudah menguap, menyublim atau higroskopis, dimasukkan
dalam botol timbang bertutup (botol + tutup ditara dulu)
Untuk bahan yang berair, berminyak atau berlemak dalam jumlah kecil cukup dialasi
kertas perkamen yang diolesi gliserin, sedang untuk jumlah besar dapat digunakan
gelas arloji ataupun cawan porselin (gelas arloji dan cawan perselin ditara dulu).
4. Alas harus disetarakan terlebih dahulu dengan beban penara
5. Gunakan pinset untuk mengambil anak timbang
6. Bahan yang akan ditimbang diletakkan pada piring sebelah kanan, sedang piring yang kiri
digunakan untuk anak timbang (beban tetap), kecuali bagi yang kidal. Baik bahan maupun
anak timbang harus diletakkan pada pusat piring timbangan.
7. Pada saat penambahan beban, posisi jarum timbang harus selalu dalam keadaan off,
setelah penambahan selesai, baru dipindah ke posisi on.
8. Pastikan penimbangan selalu diakhiri dalam keadaan setimbang dari kedua piring, jarum
menunjuk ke arah angka 0 atau menunjukkan goyangan yang seimbang antara bagian kiri
dan kanan skala timbang.
b. Selesai penimbangan
1. Timbangan dalam keadaan off (tanpa beban), bersih dan almari tertutup.
2. Pastikan anak timbang dan pinset lengkap dalam kotaknya masing-masing.
6
4. Laporan lengkap harus diserahkan kepada dosen jaga tiap kelompok pada praktikum minggu
selanjutnya, dan harus meminta paraf dari dosen yang menerima laporan tersebut. Jika dalam
minggu selanjutnya belum memberikan laporan percobaan, maka praktikan yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum selanjutnya sampai laporan diserahkan.
5. Laporan akhir resmi dibuat dengan format terlampir.
6. Penilaian praktikum ditentukan oleh hasil-hasil berikut:
a. Pretest 20%
b. Laporan praktikum 40%
c. Presentasi dan diskusi 40%
F. Lain-lain
1. Praktikan wajib mengikuti semua kegiatan praktikum.
2. Praktikan yang tidak masuk karena sakit atau ada musibah/halangan harus memberi surat
keterangan dari orang tua/wali atau surat keterangan dokter.
3. Setiap praktikum yang telah 2x berturut-turut tidak masuk praktikum, kegiatannya dihentikan dan
harus mengulang lagi bersama-sama kelompok baru.
4. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian.
Koordinator Praktikum
7
I. Pulvis
Resep 1.
R/ Acid salycilic 1
Bals. Peruv 1
Adeps Lanae 2
Magnesii oxydi 5
Zinci oxydi 5
Talc. 36
m.f. pulv.
S.u.e
Permasalahan:
1. Kelengkapan resep
2. Bagian bagian dari resep
3. Pengertian pulvis
4. Lemak dalam pulvis
5. Penimbangan bahan , apakah bahan dilebihkan ?
6. Bagaimana perlakuan khusus untuk Balsam Peruviarum , Magnesii oxydi dll ?
7. Ayakan nomor berapa saja yang digunakan ?
8. Etiket yang digunakan
9. Membuat copy resep
10. Tujuan pengobatan dengan kombinasi yang tertulis dalam resep.
11. Pemilihan bentuk sediaan
12. Contoh obat merek dalam perdagangan.
Cara pembuatan:
1. Menyetarakan timbangan mg dan g balance
2. Talcum venetum ditimbang
3. Asam salisilat ditimbang, masuk mortir, ditambah alkohol, ditambah ¼ talk, diaduk ad
homogen
4. Adeps lanae ditimbang, masuk mortir, ditambah alkohol, ditambah ¼ talk, diaduk ad
homo
5. (3) + (4) , aduk ad homogen
6. Balsem ditimbang, masuk mortir, ditambah alkohol, ditambah ¼ talk, diaduk
homogen
7. (5) + (6) , aduk ad homogen
8. Zinci oxydi diayak B40, ditimbang, masuk mortir sedikit demi sedikit sambil diaduk
9. (7) + (8) , campur ad homogen.
8
10. Masukkan sisa Tacum ,aduk ad homogen
11. Timbang Magnesii oxydi diayak, ditimbang, masuk mortir sedikit demi sedikit sambil
diaduk
12. Masukkan dalam pot, beri etiket warna biru
Resep 2.
R/
Bedak salicyl 20
Mentholum 0.5
Camphora 0.5
Magn alba 1.5
Talcum 15
M d s Bedak gatal
Permasalahan:
1. Bagaiman resep dari Bedak salicyl ?
2. Bagaimana apabila dalam sediaan tersebut terdapat campuran menthol dan
camphora ?
3. Digunakan ayakan nomor berapa ?
Teori Pulvis
1. Sebutkan bagaimana kelengkapan resep
2. Sebutkan bagian bagian dari resep
3. Untuk pulvis , jumlah dilebihkan 10% , karena hasil akhir , harus diayak
4. Zat dengan jumlah terkecil dikerjakan terlebih dahulu.
5. Asam salisilat , karena bentuk kristal , agar ukuran menjadi lebih kecil , maka
diteteskan dengan spiritus fortior sedikit saja.
6. Adeps lanae karena berlemak , maka ditambahkan beberapa tetes spiritus fortior
7. Balsam peru , karena termasuk bahan yang mudah menguap , dikerjakan terakhir.
8. Magnesi oxyd karena beratnya ringan dimasukkan terakhir.
9. Untuk Zat berlemak hasil akhir diayak dengan ayakan No 44
10. Untuk Pulvis yang tidak mengandung zat berlemak diayak dengan ayakan No 100
11. Untuk serbuk adsperius diayak dengan ayakan nomor ……
12. Untuk sedian yang mengandung Menthol dan Camphora , maka kedua sedian
dicampur dahulu sampai meleleh , kemudian dikeringkan dengan dengan talcum
9
II.Pulveres
Resep 1.
dr. Meng Komeng
SIP. No. 334/L/76
Jl. Setia Budi No. 76A Telp 008-007
Salatiga
R/
Aminofillin 100 mg
CTM 2 mg
Ext Belladon 10 mg
Riboflavin 0.03 mg
Lactosum q.s.
m.f. pulv dtd No 13
s.t.dd.pulv.I ac
Permasalahan:
1. Pengertian pulveres
2. Kelengkapan resep
3. Ekstrak kental dalm pulveres
4. Perhitungan dosis obat
5. Bobot lactosum yang diperlukan
6. Penimbangan jumlah bahan
7. Etiket yang digunakan
8. Tujuan pengobatan dengan kombinasi obat dalam resep.
9. Pengaruh bentuk sediaan pada efek obat.
10. Pemilihan bentuk sediaan.
Cara pembuatan:
1. Menyetarakan timbangan mg dan g balance
2. Timbang riboflavin , lakukan pengenceran.
3. Sisa pengenceran di serahkan pengawas.
4. Timbang CTM , lakukan pengenceran.
5. (3) + (4) , aduk ad homogen
6. Ekstrak Belladon ditimbang, masukan mortir, ditetesi spiritus fortior
7. (5) + (6) dicampur ad homogen.
8. Aminofilin ditimbang, masukan mortir , gerus halus
9. (7) + (8) sedikit demi sedikit sambil diaduk homogen
10. Serbuk dibagi, dibungkus, masukan wadah, beri etiket
10
Resep 2
R/
Bismuth Sub Nitras 3
Magnesii sulfas 3
Opii Pulvis 1
Kaolin 1
Lactosum 7
m.f. pulv
s.t.dd.pulv.cth.I ac
Teori Pulveres
1. Berat minum zat yang dapat ditimbang pada milligram adalah 50 mg
2. Pengenceran bertingkat
3. Perhitungan TM untuk usia dibawah 1 tahun
4. Perhitungan TM anak usia 1 – 8 tahun
5. Perhitungan TM anak usia 8 – 12 tahun
6. Perhitungan TM anak usia diatas 12 tahun
7. Bagaimana perhitungan TM dengan luas permukaan tubuh ?
8. Berapa usia dewasa ?
9. Puyer untuk dewasa , tiap bungkus 500 mg
10. Puyer untuk anak anak , tiap bungkus 300 mg
11. TM > 80% , ditimbang satu persatu
12. Apa bila jumlah puyer ganjil, misal 13 bungkus , maka timbang dahulu berat 1/13
bungkus dengan timbangan , sisanya dibagi 2 dengan timbangan , kemudian masing
masing bagi 6 dengan pandangan mata.
11
III. Capsul
dr. Adul
SIP. No. 111/K/69
Jl. Pemuda No. 90 Telp 111-222
Jogjakarta
Permasalahan:
1. Tujuan penggunaan bentuk sediaan
2. Jumlah penimbangan bahan
3. Etiket yang digunakan
4. Tujuan penggunaan obat
5. Dosis obat
6. Efek samping obat
7. Aturan pemakaian dan lama pengobatan
8. Cara lain penulisan resep
9. Sediaan merek dagang yang beredar di pasaran
Cara pembuatan:
1. Menyetarakan timbangan mg dan g balance
2. Timbang amoxicilin yang diperlukan
3. Gerus amoxicilin dalam mortir, bagi sama banyak sesuai resep (seperti pada pulveres)
4. Masukan serbuk amoxicilin yang sudah dibagi masing-masing ke dalam cangkang
kapsul dan ditutup
5. Bersihkan kapsul dengan lap kering dan bersih
6. Masukan ke dalam wadah plastik dan beri etiket
12
IV. Unguentum
R Acidiumsalicylicum 200 mg
Sulfur 400 mg
Vaselin album ad 10
S.u.e
Permasalahan:
1. Resep standart dari FMI/FOI
2. Teknik mencampur bahan padat dalam salep
3. Penimbangan bahan
4. Tujuan pengobatan
5. Penulisan resep cara lain
6. Sediaan paten dalam perdagangan.
Cara pembuatan:
1. Ditimbang asam salisilat, kemudian dimasukan ke dalam mortir dan digerus halus
2. Ditimbang sulfur, masukkan mortir sedikit demi sedikit sambil diaduk
3. Tambahkan vaselin album yang sudah ditimbang sedikit demi sedikit, kira-kira
sama banyak (ana) dengan sebelumnya, digerus dan diaduk sampai homogen
4. Masukan ke dalam pot salep dan beri etiket
13
Teori Salep
Unguenta :
adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu
biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
Cream :
adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat
dicuci dengan air
Pasta :
adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep
tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi
Cerata :
adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes),
sehingga konsistensinya lebih keras.
Peraturan salep No 1 :
Bahan obat yang dapat larut dalam dasar salep (lemak atau campuran lemak)
dilarutkan ke dalam dasar salep, bila perlu dengan pemanasan.
Peraturan salep No 2 :
Bahan obat yang dapat larut dalam air, dilarutkan dulu dalam air, baru dengan dasar
salep, dengan ketentuan air yang ditambahkan guna melarutkan obat tersebut harus
dapat diserap oleh dasar salep, dan banyaknya air yang ditambahkan dikurangi dari
dasar salep.
Peraturan salep No 3 :
Bahan obat yang tidak larut dalam dasar salep dan air, dijadikan serbuk 100 (B40)
kecuali dengan acidum boricum yang dijadikan serbuk 120 (B50), kemudian
dicampur dulu dengan setengah sampai sama banyak dengan dasar salepnya, jika
perlu dasar salepnya dicairkan terlebih dahulu, kemudian sisa dasar salep
ditambahkan sedikit demi sedikit dalam keadaan cair atau tidak
Peraturan salep No 4 :
Jika salep dibuat dengan peleburan, maka salep harus diaduk
14
• Kalii lodii
• Acidum tanicum
• Protalgol
• Ratanhiae entraxtum, opii extractum
Simple ointment
R/ Adeps lanae 30
Parrafin solidum 70
Ceto stearyl alc. 50
Vas.alba/alba 850
15
V. Creamores
R Acid. Stearic. 10
Triethanolamin 1 mL
Glycerol 2.5 mL
Acid.benzoic 0.1
Aqua dest ad 50
m.f.l.a. cream
Permasalahan:
1. Teknik membuat cream peraturan salep no.IV
2. Jumlah bahan yang ditimbang
3. Membuat copy resep
4. Tujuan pengobatan
5. Krim lain yang ada dipasaran
Cara pembuatan:
1. Menyetarakan timbangan mg dan g balance
2. Ditimbang asam stearat, kemudian dimasukan ke dalam mortir dan digerus halus
3. Ditimbtriethanolamin dan gliserol, kemudian dimasukan kedalam mortir dan aduk
homogen
4. Kemudian tambahkan airnya dan aduk sampai homogen
5. Terakhir tambahkan asam benzoat, aduk homogen dan masukan kedalam pot salep
serta beri etiket
16
VI. Suppositoria
Resep 1
dr. Susi Susanti
SIP. No. 131/A/456
Jl. Kaninggoro II No. 11 Telp 001-2997
Riau
R/ Oleum cacao 38
Cera flava 2,4
Bals. Peruv 3,0
Acid.boric
Zinci Oxida ãã 8,6
Bismuth subnitratis 1,8
Pewarna 0,1
m.f. supp. da.in pars okt.
S. p. r. n. supp. I da II supp
Permasalahan:
1. Pengertiaan suppositoria
2. Penimbangan bahan
3. Basis suppositoria dengan olum cacao dan tujuan penambahan cera
4. Cara penggunaan supositoria oleh pasien
5. Etiket yang digunakan
6. Tujuan pengobatan dengan kombinasi obat dalam resep
7. Pengaruh bentuk sediaan terhadap efek (lokal/sistemik)
8. Cara pemakaian dan penyimpanan suppositoria.
Cara pembuatan:
1. Menyetarakan timbangan mg dan g balance
2. Cetakan suppositoria dibersihkan
3. Timbang bahan-bahannya
4. Lelehkan 1/3 oleum cacao dan cera flava dalam cawan porselen di atas waterbath.
Setelah itu diangkat, tambahkan sisa oleum cacao, aduk hingga meleleh.
5. Acid boric, ZnO(100), bismuth subnitras, dan carmin dicampur dan diaduk hingga
homogen. Kemudian tambahkan campuran oleum cacao dan cera flava, aduk hingga
homogen
17
6. Hangatkan cetakan suppositoria dan olesi dengan sedikit paraffin liq, masukkan
campuran dalam cetakan, ratakan permukaan suppositoria (buang kelebihan di
permukaan) dengan spatula logam yang sudah dipanaskan. Kemudian simpan dalam
almari es beberapa saat sampai membeku.
7. Setelah beku, dikeluarkan, suppositoria ditimbang satu per satu, tentukan rata-rata dan
standar deviasi beratnya. Masukkan suppositoria dalam wadah yang sesuai dan beri
etiket
Resep 2.
R/ aminophylin 0.5
Ol cacao q.s.
m.f. supp No VIII
S. p. r. n. supp. I da II supp
Cara perhitungan:
1. Aminophilin = 0,5 g X 8 = 4g
2. Bobot 8 supp = 3g X 8 = 24 g
3. Nilai tukar aminophylin = 4g X 0,86 = 3,44 g
4. Ol Cacao yang diperlukan = 24 g – 3,44 g =
Teori Suppositoria
1. Suppositoria untuk rektal , biasa disebut suppositoria saja
2. Supositoria rectal
a. Untuk dewasa : 3 g
b. Untuk anak : 2 g
3. Berat Suppositoria vaginal (ovula) untuk dewasa adalah 3 6 g ( FI III ) . tatapi umumnya
5 gram
4. Keuntungan supositoria bentuk torpedo adalah , apabila bagian yang besar dimasukkan
jaringan otot penutup dubur , suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya.
5. Resep supositoria dengan gelatin , disimpan dibawah suhu 35o C
R/ Gliserin 70
Gelatin 20
Air 10
6. Macam macam bentuk oleum cacao :
7. Nilai tukar
a. Nilai tukar untuk mengetahui bobot ol. Cacao yang mempunyai volume yang
sama dengan 1 g obat.
b. Contoh
• Acidum boricum : 0,65
• Garam alkaloid : 0,7
• Bismuthi subgallas: 0,37
• Icthammolum : 0,72
18
• Tanninum : 0,68
• Aminophylinum : 0,86
• Bismuthi sub nitras: 0,20
• Sulfonamidum : 0,60
• Zinci oxydum : 0,25
8. Cera flava
a. Kadar 4% - 6%
b. Gunanya untuk menaikkan suhu lebur campuran oleum cacao
19
VII. Mixtura
Permasalahan
1. Bentuk sediaan obat
2. Jumlah penimbangan bahan
3. Mencari kelarutan ammonium klorida dan succus liquiritiae
4. Cara menimbang SASA
5. Etiket,cara penggunaan obat dan aturan pemakaian
6. Tujuan pengobatan dengan kombinasi dalam resep
7. Cara lain penulisan resep
8. Nama dagang di pasaran
Cara pembuatan:
1. Menyetarakan timbangan mg dan g balance
2. Timbang bahan-bahannya
3. Gerus succus liq. dalam mortir dengan air hangat, masukan ke dalam botol
4. Larutkan ammonium klorida dengan aquadest, masukan ke dalam botol
5. Terakhir tambahkan SASA kedalam botol
6. Tutup dan beri etiket
Teori Mixtura
1. Resep dari SASA ( Solutio Amonii Sprituosa Anisata )
R/ Ol Anisi 4
Aethanolum 90% 76
Amonii Liquidum 20
2. Resep Potio Nigra contra Tussim ( OBH )
3. Resep Potio Alba ( OBP )
4. Resep sirupus simplex
20
5. Resep dari Amonii Liq
6. Cara membuat Aethanolum 90% dari spiritus fortior
7. Apabila terdapat Sirupus simplex dengan kadar …… , maka berat jenis larutan adalah 1,3
21
VIII. Sollutio
Resep 1.
Malang, 18
Maret2017
R/ Sol Lugoli 25
s.t.dd.gtt V
Cara pembuatan:
1. Menyetarakan timbangan mg dan g balance
2. Timbang kalii iodide masukkan ke dalam erlemmeyer tertutup, larutkan dalam
aqua yang tersedia sampai larut atau jenuh
3. Tara gelas arloji atau botol timbang, timbang didalamnya iodium yang diambil
menggunakan sendok porselein, masukkan ke dalam larutan kalium iodide aduk-
aduk sampai iodium larut sempurna
4. tambahkan sisa aqua aduk rata
5. Masukkan ke dalam botol berwarna gelap dan beri etiket
6. Sertakan pipet tetes.
22
Resep 2.
Teori sollutio
1. Untuk obat yang berkhasiat keras disuspensi dengan 2% PGS dari jumlah cairan yang
dibuat
2. Untuk obat yang tidak berkhasiat keras disuspensi dengan 1 % PGS dari jumlah
cairan yang dibuat
3. Jumlah air yang digunakan untuk mensuspensi PGS adalah 7 kali dari berat PGS
4. Komposisi Sirup Simpleks ( Farmakope Belanda No 551 )
R/ Gula 64
Air 36
23
IX. Suspensiones
R Sulf praecip. 10
Champora 1
Muscilago Gummi arabicum 5
Sol. Calcii
hydroxyd
Aqua rosae ãã ad 150
m.f. l.a.suspensiones
Permasalahan:
1. Pengertian suspensi
2. Penimbangan bahan
3. Bentuk sediaan obat, bahan tambahan yang diperlukan
4. Cara penggunaan obat oleh pasien
5. Etiket yang digunakan dan etiket tambahan
6. Tujuan pengobatan dengan kombinasi obat yang tertulis dalam resep
7. Alasan pemilihan bentuk sediaan
8. Sediaan merek yang beredar di pasaran
Cara pembuatan:
24
X. Emulsi
Permasalahan:
1. Pengertian emulsi
2. Perbedaan emulsi dan suspensi
3. Penimbangan bahan
4. Metode pembuatan emulsi
5. Tipe emulsi
6. Cara penggunaan obat oleh pasien
7. Etiket dan etiket tambahan
8. Tujuan pengobatan dengan kombinasi resep
9. Alasan pemilihan bentuk sediaan
10. Obat merek yang beredar di pasaran
Cara pembuatan:
1. Menyetarakan timbangan mg dan g balance
2. Timbang bahan-bahannya
3. Oleum Iecoris Aselli dimasukan ke dalam mortir, tambahkan PGA dan
tambahkan aqua sebanyak 1,5 kali PGA, diaduk kuat dengan gerakan dari luar
ke dalam dan sebaliknya, sehingga terbentuk korpus emulsi.
4. Tambahkan gliserol kedalam mortir
5. Tambahkan sedikit aqua, lalu masukan kedalam botol
6. Sisa aqua untuk membersihkan yang masih ada di mortir, masukan ke dalam botol
7. Terakhir teteskan oleum cinnamomi, lalu botol ditutup dan diberi etiket
25
Teori Emulsi
1. PGA Yang dibutuhkan
a. Minyak lemak :
a. 0,5 x Gummi Acasiae
b. Air corpus 1,5 x Gummi Acasiae
c. Contoh Oleum Amydalarum
b. Minyak jarak / Oleum Ricini :
a. Mengandung gugus OH yang hidrofil
b. 0,33 x Gummi Acasiae
c. Air 2-3 x Gummi Acasiae
c. Oleum Iecoris
a. Gom digunakan 30% berat Oleum Iecoris
b. Lemak padat :
i. aa Gummi Acasiae
ii. Cara pembuatannya ; Lemak pada dileburkan lalu ditambahkan
gom, buat corpus emuls dengan air panas, 1,5 berat gom.
Dinginkan. Encerkan emulsi dengan sisa air dingin
iii. Contoh : Cera, Oleum cacao, paraffin solid
d. Minyak menguap / Minyak Atsiri :
aa Gummi Acasiae
e. Minyak menguap Bersama minyak lemak :
Dibuat corpus emulsi sendiri sendiri
f. Balsam balsam dan Filicis Extractum :
aa sudah cukup, akan tetapi lebih baik 2 x Gummi Acasiae
4. Penandaan botol
Harus diberi etiket “KOCOK DAHULU”
26
7. Emulgator dari Tumbuhan
Gummi acasiae, Tragacanth, agar agar , Chondrus , Pektin , Metyl celulose,
CMC
9. Emulgator buatan
Span 20 , 40 , 80
Tween 20, 40 , 60 , 80
27
XI. Pasta
R Asam salisilat 1
ZnO 2,5
Vaselin flavum ad 10
S.t.d.d.u.e
Permasalahan:
1. Pengertian pasta
2. Perbedaan pasta dengan cream dan salep
3. Penimbangan bahan
4. Metode pembuatan pasta
5. Etiket yang digunakan
6. Tujuan pengobatan
7. Alasan pemilihan bentuk sediaan
8. Obat merek yang beredar di pasaran
Cara pembuatan:
28
XII. Potio/ Saturasi
R Acid. Citric 5
Aqua 30
Spiritus citri 5
Bic. Natric 6
Sir. Simplex 20
Aqua 110
m.f. pot. Eff
S. duab. vicib. simend
Permasalahan:
1. Bentuk sediaan obat
2. Pengertian saturasi
3. Penimbangan bahan
4. Teknik membuat saturasi
5. Cara penggunaan obat
6. Etiket daan etiket tambahan
7. Teknik membuat champagne knop
8. Tujuan pengobatan
Cara Pembuatan
1. Timbang natrium subcarbonas, masukkan mortier, digerus dan tambahkan aqua sedikit demi
sedikit. Masukkan natrium subcarbonas yang sudah larut ke dalam botol sampai habis (gerus
tuang)
2. Timbang asam sitrat, masukkan mortier larutkan dengan aqua
3. Tara cawan porselein, timbang di dalamnya sirup simplex, masukkan mortier aduk rata
4. Tara cawan porselein, timbang di dalamnya spiritus citri, masukkan mortier aduk rata
5. Masukkan campuran tersebut ke dalam botol yang sudah berisi larutan natruim subcarbonas
secara perlahan lewat dinding dengan botol dimiringkan.
6. Tutup segera botol untuk menahan gas yang terbentuk dengan champagne knop.
7. Beri etiket dan sertakan label jangan dikocok.
29
Lampiran 1. Format Laporan Praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMASETIKA II
Tema:..........
Nama :
NIM :
Universitas Ma Chung
30
LEMBAR KERJA MAHASISWA
NIM :
Formula
31
Pembahasan:
32
Lampiran 2. Format Laporan Sementara
No resep :
Bentuk sediaan :
A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. DASAR TEORI
Ditulis secara singkat, jelas dan hanya ditulis sekali untuk setiap
bentuk sediaan.
C. RESEP
33
I AM A PHARMACIST
I am specialist in medication
I supply medicine & pharmaceutical to those who need them
I prepare and compound special dosage form
I control the storage and preservation of all medication in my case
I am custodian of medical information
This is my calling
This is my pride
Author- Unknown
34
Riwayat Dokumen
35