Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KEAMANAN OBAT HERBAL DAN KOSMETIK

“DEODORANT”

Dosen Pembimbing:
Apt.Titi Pudji Rahayu. M Farm

Disusun Oleh:
Kelompok 1/Golongan B1/ Farmasi 3B

1. Melinda Prihatini (C11800170)

2. Nadea Murpratami (C11800173)

3. Septin Ainun Khamidah (C11800189)

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA STIKES


MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan Formulasi...............................................................................2
D. Manfaat Formulasi.............................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
A. PRAFORMULASI.........................................................................3
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat..............................................3
1. Farmakokinetik......................................................................3
2. Indikasi...................................................................................3
3. Kontraindikasi........................................................................3
4. Efek Samping.........................................................................3
II. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat....................................4
1. Organoleptis...........................................................................4
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul........................................4
3. Ukuran Partikel, Bentuk ataupun Luas Permukaan...............4
4. Kelarutan................................................................................4
5. Stabilitas.................................................................................4
6. Titik Lebur.............................................................................4
7. Higroskopis............................................................................4
8. Inkompatibilitas.....................................................................4
III. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian..............................9
B. FORMULASI..................................................................................9
I. Permasalahan..............................................................................9
II. Pengatasan Masalah....................................................................9
III. Macam-macam Formula Standar..............................................9
IV. Formulasi yang Diajukan..........................................................9

ii
C. PELAKSANAAN............................................................................10
I. Alat-alat yang Digunakan.........................................................10
II. Cara kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan............................10
III. Kemasan, Brosur dan Etiket......................................................13
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................15
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................18
A. Kesimpulan......................................................................................18
B. Saran.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19
LAMPIRAN .......................................................................................................20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kemasan.............................................................................................13

Gambar 2. Brosur dan Etiket...............................................................................14

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Praktikum...................................................................20

Lampiran 2 Lembar Acc Perhitungan..................................................................21

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebersihan diri (Personal hygene) merupakan sua tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis (Tarwoto, et al, 2006). Seseorang akan memiliki tingkat
kepercayaan lebih tinggi bila badannya berbau harum dan menyegarkan
(Hasby, 2001).
Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan,
faktor makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai.
Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam proses
timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya
telah terinfeksi oleh bakteri yang berperan dalam proses pembusukan
(Jacoeb, 2007). Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau
badan tersebut diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis,
Corynebacteriumacne, Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus
pyogenes (Endarti et.al.,2002).
Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
menyerap keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan
(Rahayu dkk, 2009). Deodoran dapat juga diaplikasikan pada ketiak, kaki,
tangan dan seluruh tubuh (Egbuobi dkk., 2013)..
Prinsip kerja deodoran ada 2 yaitu antiperspirant dan deodorant.
Perbedaan antara antiperspirant dan deodorant yaitu antiperspirant
diklasifikasikan sebagai kosmetik medicinal atau obat karena
mempengaruhi fisiologi tubuh yaitu fungsi kelenjar keringat ekrin dan
apokrin dengan mengurangi laju pengeluaran keringat sedangkan
deodoran membiarkan pengeluaran keringat, tetapi mengurangi bau badan
dengan parfum. Deodoran tidak hanya digunakan di ketiak saja namun
bisa digunakan di seluruh tubuh karena deodoran tidak mengontrol
termoregulasi, sehingga deodoran digolongkan sebagai sediaan kosmetik
(Egbuobi dkk., 2013).

1
Sediaan deodoran bukanlah sediaan antiperspirant akan tetapi
sediaan antiperspirant secara otomatis adalah sediaan deodoran. Hal ini
karena sediaan antiperspirant dapat mengurangi populasi bakteri ketika
pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan berkurang (Rahayu
dkk., 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan sediaan deodorant ?
2. Bagaimana cara evaluasi sediaan deodorant?
1.3 Tujuan Formulasi
1. Agar dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan
sediaan deodorant dengan baik dan benar, aman serta nyaman
digunakan
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara evaluasi
sediaan sediaan deodorant dengan baik dan benar
1.4 Manfaat formulasi
Manfaat dalam praktikum ini yaitu memberikan ilmu dan pengetahuan
dalam bidang kefarmasian dan sebagai pembelajaran mengenai cara
membuat sedian kosmetik “deodorant” dan cara evaluasi yang baik dan
benar

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PRAFORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
1. Aluminium Kloralhidrat
Farmakokinetik Bekerja dengan mengendalikan keringat dengan
cara menutup atau menyempitkan pori-pori. Ion
Kloralhidrat ini akan bereaksi dengan ion-ion
keringat dan menutupi poripor sehingga keringa
tidak jadi dikeluarkan.
Indikasi Digunakan sebagai zat aktif untuk sediaan
antirespiran karena memiliki sifat astrngen dan
antibakteri, memiliki pH 4 yang tidak
menyebabkan iritasi dan tidak merusak jaringan
kulit.
Kontraindikasi Aluminium pada antirespirant yang digunakan
setiap hari di area ketiak daat diserap DNA dan
masuk kedalam kulit sehingga dapat
mempengaruhi kera hormon estrogen. Homon
estrogen yang disinyalir dapat menyebabkan
terjadinya kanker payudara.
Efek samping Merupakan senyawa kimia yang menjadikan
DNA rusak dan memicu munculnya kanker
payudara. Kadar ambang batas yang
diperbolehkan untuk sediaan deodorant adalah
20% dalam aluminium klorhidrat dan 5% untuk
aluminium dalam bentuk lain,

3
II. Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Obat
1. Alumunium Klorohidrat 40 50%

Organoleptis Putih atau agak kekuningan, serbuk kristal


atau kristal tidak berwarna
Strukrur kimia dan BM:241,4
berat molekul

Ukuran partikel, Bentuk kristal


bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan Laut dalam 1:0,9 air, dan 4 bagian air, larut
dalam glyserol
Stabilitas Stabil, dapat terdekomposisi jika terkena
panas. Bereaksi dengan air, sensistif
terhadap lembab. Higroskopik: menyerap
lembab atau air dari udara. Stabil dalam
temperatur ruang pada wadah tertutup,
dalam penyimpanan yang normal.
Titik lebur 190
Higroskopis Higroskopis
Inkompatibilitas -

2. Gliseril stearat (FI III & Handbook of Pharmaceutical Exipients


Edisi Keenam hal. 283)

Organoleptis Cairan seperti sirup, jernih, tidak


berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa
hangat, higroskopis. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat
memedat membentuk masa halur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu

4
mencapai lebih kurang 20°C.
Strukrur kimia dan BM 92,9
berat molekul

Ukuran partikel, Bentuk cairan


bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan
etanol 96% P, praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam
minyak lemak
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni
mudah teroksidasi jika disimpan ditempat
yang tidak sesuai dan akan terdekomposisi
dengan pemanasan dengan akrolein toxic.
Pencampuran gliserin dengan air, etanol
95%, propilenglikol membuat gliserin stabil
secara kimia.
Titik lebur 17.8
Higroskopis Higroskopis
Inkompatibilitas Gliserin dapat meledak jika dicampur
dengan agen pereduksi kuat seperti
trioksida chromicum, potassium klorat
atau potassium permanganat. Jika terkena
gliserin berubah warna menjadi gelap /jika
kontak dengan zink oksida basic bismut
nitrat. Iron pada gliserin akan merubah
warna gelap pada pencampuran dengan
fenol, salisilat dan tanin.

3. PEG-100

5
Organoleptis Cairan kental, tidak berwarna, tidak ber
bau, rasa agak manis

Strukrur kimia dan BM: 76,10


berat molekul

Ukuran partikel, Bentuk kental


bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan Dapat campur dengan air dan dengan
etanol (95%) p dan dengan kloroform p,
larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat
bercampur dengan eter mintak tanah p
dan dengan minyak lemak.
Stabilitas Stabil dalam campuran dengan etanol 96%,
gliserin atau air
Titik lebur -
Higroskopis Hogroskopis
Inkompatibilitas PEG cair dan padat incopatible dengan
beberapa pewarna (coloring agent).

4. Cetylalcohol (Excipient 6th, 2009:156)

Organoleptis Serpihan putih atau granul seperti lilin,


berminyak memiliki bau dan rasa yang
khas
Strukrur kimia dan BM: 242,44
berat molekul

Ukuran partikel, Bentuk granul


bentuk ataupun luas

6
permukaan
Kelarutan Mudah larut dalam etanol 95% dan eter,
kelarutannya meningkat dengan
peningkatan temperature, serta tidak larut
dalam air.
Stabilitas Setil alkohol stabil dengan adanya asam,
alkali, cahaya, dan udara sehingga tidak
menjadi tengik
Titik lebur 49,3
Higroskopis -
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan oksidator kuat,
setil alkoholbekerja untuk menurunkan
titik leleh ibuprofen, yang hasil dalam
kecenderungannya selama proses lapisan
flim ibuprofen kristal

5. Larutan sorbitol 70%

Organoleptis Serbuk, butiran atau kepingan, berwarna


putih, tidak berbau, dan rasa manis
Strukrur kimia dan BM: 182,17
berat molekul

Ukuran partikel, Bentuk serbuk


bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol 95% p, dalam etanol p, dan
dalam asetat p
Stabilitas Stabil diudara, tidak terdekomposisi pada
kenaikan suhu
Titik lebur 174-179

7
Higroskopis Higroskopis
Inkompatibilitas Inert dan cocok dengan berbagai eksipien.
Dapat membentuk khelat dengan ion
logam divalen atau trivalen pada kondisi
asam atau basa kuat. Larutan sorbitol
bereaksi dengan besi oksida menjadi tidak
berwarna. Dapat menurunkan laju
degradasi penisilin pada larutan netral.

6. Air

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak


Organoleptis
berbau.
Stuktur kimia dan BM: 18,02
berat molekul

Ukuran partikel, Bentuk cairan


bentuk ataupun luas
permukaan
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar.
Stabilitas Dalam semua keadaan fisik (es, cairan,
udara)
Titik lebur 0°
Higroskopis -
Inkompatibilitas Bereaksi dengan obat-obatan dan
eksipien lain yang rentan terhadap
hidrolisis, bereaksi keras dengan logam
alkali.

III. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian


Bentuk sediaan Krim
Dosis 2 kali sehari setelah mandi
Cara pemberian Tekan botol tube keluarkan deodorant sedikit,
oleskan pada ketiak kanan dan kiri, lalu ratakan

8
deodorant hingga tidak lengket

B. FORMULASI
I. Permasalahan
Dapat terjadi kerusakan terhadap sediaan deodorant, selama
penyimpanan
II. Pengatasan Masalah
Simpan ditempat sejuk, hindari paparan sinar matahari langsung.
III. Macam-macam Formula Standar (Disertai Literatur)
-
IV. Formula yang diajukan
Tabel 1. Formula dasar pembuatan shampo

Bahan % Konsentrasi
Larutan alumunium klorohidrat 15%
40 50%=
Gliseril stearat dan PEG-100 3%
stearat
Setil alkohol 3%
Larutan sorbitol 37 %
Air deionisasi Qs
Parfum Qs

Perhitungan Bahan :
15
a. Larutan alumunium klorohidrat 40 50%= x 100 g= 15g
100
3
b. Gliseril stearat dan PEG-100 stearat = x 100g = 3g
100
3
c. Setil alkohol = x 100g = 3 g
100
37
d. Larutan sorbitol = x 100 g = 37 g
100
e. Air deionisasi = 100-(15+5+3+37)
=100-60
=40g

9
C. PELAKSANAAN
I. Alat-alat yang digunakan
1. Bekker glass 11. Cawan porselen
2. Magnetic stirrer 12. Pipet tetes
3. Termometer 13. Alat uji daya sebar
4. Batang pengaduk 14. Tabung berskala/ gelas ukur
5. Blender atau mixer 15. Tabung reaksi
6. Neraca analitik 16. Bekker glass
7. Gelas ukur 17. Penetrometer Humboldt
8. Gelas arloji 18. Piknometer
9. Kompor listrik 19. Chromameter
10. pH meter

II. Cara Kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan


a. Formulasi
1. Masukkan etanol beserta air deionisasi kemudian panaskan
pada suhu 70 derajat celcius .
2. Tambahkan sorbitol 70% kemudian aduk selama 5 menit.
3. Kemudian masukkan sodium stearate dan triclosan lalu
aduk hingga homogen.
4. Setelah itu, dinginkan hingga suhunya mencapai 650C,
selanjutnya tambahkan parfum.
5. Masukkan dalam wadah kemasan dan deodorant siap untuk
digunakan.

b. Evaluasi Fisik Organoleptis


 Kekuatan Tekstur
Kekuatan gel dan tekstur diukur dengan alat
Universal Penetrometer Humboldt. Cara kerjanya adalah
jarum pengukur ditera pada angka 0 di piringan skala.
Sampel diletakkan tepat di tengah di bawah jarum
Penetrometer, kemudian jarum tersebut diletakkan tepat

10
pada permukaan sampel. Kunci jarum penetrometer ditekan
sehingga jarum jatuh, jarum pengukur diturunkan hingga
menyentuh pangkal jarum penetrometer. Angka pada
piringan skala dibaca, dikali 1/10 dan menggunakan satuan
mm/beban/detik.
 Nilai pH
Nilai pH diukur dengan alat pH meter pada suhu
250C. Cara kerjanya adalah 5 gram sampel deodoran batang
dilarutkan dengan 20 mL akuades dalam Erlenmeyer,
kemudian dicelupkan ke dalam larutan contoh. Nilai pH
dibaca pada layar. Elektroda harus dibilas aquades setiap
kali akan dilakukan pengukuran sampel berikutnya.
 Kadar Air
Penentuan kadar air dilakukan berdasarkan
perbedaan bobot sampel sebelum dan sesudah pengeringan.
Mula-mula cawan kosong dikeringkan dalam oven 100-
1050C selama 30 menit dan dinginkan dalam desikator,
kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 2-3 gram
dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C dikeringkan
dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu
ditimbang kadar air dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Kadar air (%) = bobot awal sampel – bobot akhir sampel x100%

bobot awal sampel


 Warna
Warna diukur dengan menggunakan Chromameter
(tipe R-20, Minolta Camera Co.,Japan) dengan ruang warna
(color space), kemudian nilai skala warna X.Y,y dikonversi
menjadi notasi warna Hunter yang terdiri dari 3 parameter.

 Uji Organoleptik

11
Jenis uji organoleptik yang dilakukan yaitu uji mutu
hedonik dan uji hedonik. Uji mutu hedonik adalah uji
hedonik yang lebih spesifik untuk suatu jenis mutu tertentu,
untuk mengetahui respon terhadap sifat-sifat produk yang
lebih spesifik. Analisa ini menggunakan skala tingkatan
mutu. Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu
jenis uji penerimaan. Dalam uji ini panelis diminta
mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan
atau sebaliknya. Tingkat-tingkat kesukaan disebut sebagai
skala hedonik, misalnya sangat suka, suka sampai tidak
suka. Uji ini dilakukan oleh 25 orang panelis terlatih dan
semi terlatih. Parameter mutu yang diamati yaitu
homogenitas, kelembutan, tekstur, kecerahan, rasa pada
kulit dan tingkat kesukaan.

12
III. Kemasan, Brosur dan Etiket
1. Kemasan

SELINA
DEODORANT

Membantu mengurangi
bau badan yang
disebabkan oleh
bakteri , dan menguangi
keringat serta

Netto: 100g

Gambar. 1 Kemasan

13
2. Browsur dan Etiket
Apotek Ainun Farma
SELINA Jl. Yos sudarso Gombong No. 31
Apoteker : Apt.Septin Ainun K, S.Pharm.
SIA : C11800189
DEODORANT
Komposisi : No : ..........
Larutan alumunium 15% Tanggal :........
klorohidrat 40
Nama : .........
50%=
Gliseril stearat dan 3%
PEG-100 stearat
Setil alkohol 3% OBAT LUAR

Larutan sorbitol 37 %

Air deionisasi Qs

Parfum Qs

Dosis:
2 kali sehari setelah mandi

Cara pemakaian :
Tekan botol tube keluarkan deodorant sedikit, oleskan
pada ketiak kanan dan kiri, lalu ratakan deodorant
hingga tidak lengket

Produksi:
PT. INDO FARMA
Gombong-Indonesia

Netto : 100g

Gambar. 2 Brosur dan etiket

14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

I.1 Hasil
1. Uji Organoleptis
Bau : melon
Warna : bening
Bentuk : cair
2. Uji pH
Replikasi 1 :7
Replikasi 2 :7
Replikasi 3 :7
3. Uji Kadar air
Bobot awal : 3.221 gr
Bobot akhir : 2.2062 gr

3.221−2.2062
Kadar air (%) : X 100%
3.221
: 31.5 %

15
I.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu membuat sediaan berupa
deodoran. Deodoran merupakan produk yang digunakan untuk
mengatasi bau badan yang disebabkan oleh keringat yang
bercampur dengan bakteri. Bakteri penyebab bau badan
yaitu Staphylococcus aures yang membuat bau tidak sedap
timbul.
Dalam formulasi pembuatan sediaan deodoran, bahan
aktif yang digunakan yaitu larutan alumunium klorohidrat
50% yang dapat bekerja dengan cara mengendalikan keringat
dengan menutup atau menyempitkan pori-pori pada kulit. Ion
klorohidrat akan bereaksi dengan ion –ion keringat dan menutupi
pori – pori sehingga keringat tidak jadi dikeluarkan. Alumunium
klorohidrat juga berperan sebagai antiperspiran karena mempunyai
sifat astringen dan antibakteri. Zat eksipien lain yang digunakan
yaitu gliseril stearat, PEG, setil alkohol, sorbitol, air deionisasi dan
parfum sebagai pewangi.
Cara pembuatan deodoran yang pertama yaitu setil alkohol
digerus hingga menjadi serbuk di dalam mortir kemudian
dilarutkan dengan aquades panas aduk ad homogen tandai sebagai
F1. Masukan PEG, larutan alumunium klorohidrat dan larutan
sorbitol secara berurutan dan di tiap penambahan bahan dilakukan
pengadukan. Tambahkan air deionisasi dan parfum secukupnya
kedalam mortir ad homogen. Semua bahan dalam morti disaring
lalu masukkan sediaan kedalam botol, beri stiker.
Selanjutnya dilakukan uji evaluasi yang bertujuan untuk
mengevaluasi stabilitas fisik sediaan deodoran. Hasil uji yang
pertama yaitu organoleptis warna bening, bau melon dan bentuk
sediaan cair. Hasil uji yang kedua yaitu uji pH didapatkan pH 7
pada 3 kali replikasi yang berarti tidak memenuhi syarat karena

16
syarat pH untuk sediaan topikal yaitu antara 4,5-6,5. Hasil uji yang
ketiga yaitu uji kadar air didapatkan hasil sebesar 31.5%. Uji yang
tidak dilakukan adalah uji hedonik. Uji hedonik merupakan uji
yang digunakan untuk mengetahui bersarnya perbedaan kualitas
diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian
atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk
mengetahui tingkat kesukaan dari suatu produk.

17
I.3 KESIMPULAN
1. Deodoran merupakan produk yang digunakan untuk
mengatasi bau badan yang disebabkan oleh keringat
yang bercampur dengan bakteri. Bakteri penyebab bau
badan yaitu Staphylococcus aures yang membuat bau
tidak sedap timbul.
2. Bahan aktif yang digunakan yaitu larutan alumunium
klorohidrat 50% yang dapat bekerja dengan cara
mengendalikan keringat dengan menutup atau menyempitkan
pori-pori pada kulit. Ion klorohidrat akan bereaksi dengan ion –
ion keringat dan menutupi pori – pori sehingga keringat tidak
jadi dikeluarkan. Alumunium klorohidrat juga berperan sebagai
antiperspiran karena mempunyai sifat astringen dan antibakteri.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Egbuobi, R. C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J. N., dan Enwun, P. C.
Antibacterial Activities of different brands of deodorants marketed
inowerrri, imo state, Nigeria. African Journal of clinical and
experimental microbiologi 14 (1): 14-1. 2013
Hasby,E. 2001. Keringat dan Bau Badan.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Exicipients, 6th edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association, USA, pp.155-156, 549-553
Shilhavy, B., 2005, Virgin Coconut Oil, Tropical Tradition, Inc: Philipines
Sinko, P.J., 2006, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5th
edition, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp.4,109-112,
437-582
Swarbrick, J., Rubino, J.T., dan Rubino, O.P., 2000, Coarse Dispersions in
Genmaro, A.R., (Ed), Remington: The Sciences and Practice of
Pharmacy 20th edition, Lippincott Williams dan Willems, Philadelphia,
pp.332-333

19
LAMPIRAN

1. Dokumentasi praktikum

20
2. Acc Perhitungan

21

Anda mungkin juga menyukai