Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KEAMANAN OBAT HERBAL DAN KOSMETIK

“TABIR SURYA”

Dosen Pembimbing:
Apt.Titi Pudji Rahayu. M Farm

Disusun Oleh:
Kelompok 1/Golongan B1/ Farmasi 3B

1. Melinda Prihatini (C11800170)

2. Nadea Murpratami (C11800173)

3. Septin Ainun Khamidah (C11800189)

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA STIKES


MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan Formulasi...............................................................................4
D. Manfaat Formulasi.............................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
A. PRAFORMULASI.........................................................................5
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat..............................................5
1. Farmakokinetik......................................................................5
2. Indikasi...................................................................................5
3. Kontraindikasi........................................................................5
4. Efek Samping.........................................................................5
II. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat....................................6
1. Organoleptis...........................................................................6
2. Struktur Kimia dan Berat Molekul........................................6
3. Ukuran Partikel, Bentuk ataupun Luas Permukaan...............6
4. Kelarutan................................................................................6
5. Stabilitas.................................................................................6
6. Titik Lebur.............................................................................6
7. Higroskopis............................................................................6
8. Inkompatibilitas.....................................................................6
III. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian..............................11
B. FORMULASI..................................................................................12
I. Permasalahan..............................................................................12
II. Pengatasan Masalah....................................................................12
III. Macam-macam Formula Standar..............................................12
IV. Formulasi yang Diajukan..........................................................12

ii
C. PELAKSANAAN............................................................................12
I. Alat-alat yang Digunakan.........................................................12
II. Cara kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan............................13
III. Kemasan, Brosur dan Etiket......................................................16
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................18
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................21
A. Kesimpulan......................................................................................21
B. Saran.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22
LAMPIRAN .......................................................................................................24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kemasan.............................................................................................16

Gambar 2. Brosur dan Etiket...............................................................................17

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Praktikum...................................................................24

Lampiran 2 Lembar Acc Perhitungan..................................................................26

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah garis pertama pertahanan tubuh untuk paparan eksternal.


Paparan sinar matahari diakui sebagai faktor utama dalam etiologi perubahan
yang tidak diinginkan dalam penampilan kulit. Efek berbahaya dari radiasi
matahari disebabkan terutama oleh ultraviolet (UV) wilayah spektrum
elektromagnetik, yang dapat dibagi menjadi tiga wilayah: UVA, 320-400 nm;
UVB, 290-320 nm dan UVC, 200-290. Paparan hasil radiasi UV-A kerusakan
serat elastis dan kolagen dari jaringan ikat kulit, yang menyebabkan penuaan
dini (foto-aging), sedangkan UV-B radiasi membawa peradangan akut (sun
burn) dan intensifikasi foto-penuaan (Dutra.2004).
Krim tabir surya adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang
berfungsi untuk melindungi kulit dari pengaruh sinar UV-A dan UV-B yang
dipancarkan oleh matahari (Damogalad, dkk, 2013). Berdasarkan
kandungannya, tabir surya dibedakan menjadi sunblock dan sunscreen.
Sunblock merupakan jenis tabir surya yang bersifat memantulkan sinar UV.
Kandungan dari sunblock biasanya titanium dioksida (TiO2) dan zink oksida
(ZnO), sedangkan, sunscreen adalah jenis tabir surya yang bersifat menyerap
sinar UV. Terdapat dua kategori agen tabir surya yaitu kimia dan fisik. Salah
satu agen tabir surya fisik yaitu seng oksida. Sediaan tabir surya yang
mengandung agen fisik seng oksida memiliki mekanisme kerja melalui dua
cara yaitu refleksi dan hamburan (Azad et al., 2014). Zinc oxide merupakan
salah satu logam oksida yang banyak digunakan sebagai UV filter karena
efisien, serta mampu menyerap radiasi UVB dan UVA (Lionetti and Rigano,
2017).

1
Penggolongan tabir surya didasarkan pada persen transmisi sinar UV
antara lain:

Klasifikasi Persen Transmisi Sinar Ultraviolet


Produk (%)

Erythemal Tanning range


range

Total block < 1,0 3 — 40

Extra protection 1—6 42 — 86

Regular suntan 6 — 12 45 — 86

Fast tanning 10 — 18 45 — 86

Syarat-syarat yang diperlukan dalam tabir surya adalah (Wilkinson


dan Moore, 1982) :

1. Mempunyai nilai SPF yang tinggi sehingga dapat lebih lama menjaga kulit
dari sengatan sinar matahari.

2. Tidak berbau dan memiliki daya lengket yang baik.

3. Tidak menyebabkan toksik, tidak iritan, dan tidak menimbulkan sensitisasi.

4. Memiliki daya proteksi terhadap matahari selama beberapa jam.

5. Stabil dalam penggunaan.

6. Tidak memberikan noda pada pakaian.

Sun Protection Factor (SPF) Salah satu parameter tabir surya yang
baik adalah memiliki nilai SPF yang tinggi, sehingga mampu melindungi kulit
dalam jangka waktu cukup panjang (Caswell, 2001). Nilai SPF menunjukkan
tingkat lamanya tabir surya bisa melindungi kulit dari radiasi sinar matahari
(UV) atau berapa lama bisa berada di bawah sinar matahari tanpa membuat
kulit terbakar (sunburn). Semakin tinggi nilai SPF, semakin besar
perlindungan terhadap kulit. Kulit yang terpapar sinar matahari tanpa
dilindungi tabir surya akan menghitam setelah 10 menit. Krim dengan nilai

2
SPF 2 artinya memiliki waktu 2x10 menit = 20 menit, bagi konsumen
terlindung dari radiasi sinar matahari (Allen, 2010).

Sunscreen adalah senyawa kimia yang mengabsorpsi dan atau


memantulkan sinar UV sebelum berhasil mencapai kulit. Sunscreen
merupakan kombinasi dari dua atau lebih zat aktif. Pada umumnya formulasi
sediaan tabir surya dalam bentuk sistem emulsi, mengandung bahan aktif tabir
surya dalam formulasi. Mekanisme tabir surya ditentukan oleh faktor
pelindung matahari (sun protection factor SPF), SPF dipengaruhi oleh tipe
bahan aktif tabir surya, fasa minyak emulsi, fasa air emulsi, dan proses
emulsifikasi. Bahan aktif yang digunakan dalam sediaan tabir surya
merupakan bahan aktif yang diperbolehkan menurut ketentuan perundang-
undangan dan diizinkan untuk digunakan dalam sediaan tabir surya.

Sunscreen bekerja dengan 2 cara yaitu :

Memantulkan sinar (light scattering) . Mekanisme tersebut menyebabkan


radiasi UV dipantulkan ke segala arah oleh permukaan kecil Kristal dari
beberapa pigmen. Prinsipnya adalah membentuk lapisan tipis yang
kusam/buram pada permukaan kulit.
Mengabsorpsi panjang gelombang pada range UVA dan UVB oleh suatu
senyawa. Radiasi yang diabsorpsi kemudian dikeluarkan kembali sebagai
panas oleh getaran deeksitasi pada keadaan eksitasi (Calder, 2005).
Tingkat perlindungan (efektivitas) produk sunscreen terhadap sinar
UV dilihat dari nilai SPF (Sun Protection Factors). SPF dapat
mengindikasikan lamanya seseorang yang menggunakan sunscreen dapat
bertahan di bawah sinar matahari tanpa menimbulkan eritema sebagai salah
satu akibat dari sunburn (Anonim, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan tabir surya ?

3
2. Bagaimana cara membuat tabir surya ?
3. Apa saja evaluasi sediaan tabir surya ?
1.3 Tujuan Formulasi
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui sediaan tabir surya
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tabir surya
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui evaluasi yang dilakukan pada
sediaan tabir surya
1.4 Manfaat formulasi
Manfaat dalam praktikum ini yaitu memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang kefarmasian dan sebagai pembelajaran
mengenai cara membuat tabir surya dalam bentuk sediaan sunscreen dan
kontrol kualitasnya dengan baik dan benar.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

4
A. PRAFORMULASI
I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
Zinc Oksida (FKUI farmakologi dan terapi, 2005)
Farmakokinetik Zinc Oxide adalah obat ringan dengan sifat
antiseptik yang menenangkan dan melindungi.
Obat ini bekerja sebagai pelindung untuk
mencegah iritasi kulit dan membantu
menyembuhkan kulit yang rusak, juga dapat
membantu melindungi dari radiasi UV dan
sengatan sinar matahari.
Indikasi Obat kulit untuk ruam popok dan iritasi ringan.

Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas, peringatan adanya


defisiensi tembaga diperlukan pada penggunaan
zinc jangka panjang.
Efek samping Gatal-gatal, ruam, sulit bernafas, pembengkakan
pada bagian yang gatal.

II. Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Obat

CMC Na (Depkes 1. Organoleptik

5
RI, 1995) Berwarna putih atau hampir putih, tidak
berasa, serbuk granul. Higroskopis setelah
dikeringkan.
2. Struktur kimia dan Berat Molekul
Berat molekul 138,1

3. Ukuran partikel, bentuk, luas permukaan


Bentuk serbuk granul
4. Kelarutan
Mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloid, tidak larut dalam etanol,
dalam
eter dan dalam pelarut organik lain.
5. Stabilitas
Pada kondisi kelembaban tinggi, CMC-Na
dapat menyerap sejumlah air. Pada sediaan
tablet hal tersebut berkaitan dengan
penurunan kekerasan tablet dan peningkatan
waktu hancur
6. Titik lebur
2,52°
7. Higroskopis
higroskopis
8. Inkompaktibilitas
Larutan asam kuat, garam besi terlarut dan
logam lain seperti alumunium, raksa, dan
seng, juga dengan xantan gum. Pengendapan

6
dapat terjadi pada pH dibawah 2 dan ketika
dicampurkan dengan etanol (95%).
Propilen Glikol 1. Organoleptik
(Depkes RI, Tidak berwarna, tidak ber bau, rasa agak
1975) manis
2. Struktur kimia dan Berat Molekul
CH3-CH[OH]-CH3OH
BM: 76,10
3. Ukuran partikel, bentuk, luas permukaan
Cairan kental
4. Kelarutan
Dapat tercampur dengan air , dengan etanol
(95%) P dan dengan kloroform P: larut dalam
6 bagian eter P : tidak mudah tercampur
dalam minyaktanah P dan minyak lemak eter
dan dalam pelarut organik lain.
5. Stabilitas
-
6. Titik lebur
185o – 189o C
7. Higroskopis
higroskopis
8. Inkompaktibilitas
-

Nipagin (Depkes 1. Organoleptik


RI, 1995) Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih, mempunyai sedikit rasa
terbakar
2. Struktur kimia dan Berat Molekul

7
BM: 152,15
3. Ukuran partikel, bentuk, luas permukaan
Bentuk serbuk
4. Kelarutan
Sukar larut dalam air, sukar larut dalam
benzene, sukar larut dalam tetraklorida,
mudah larut dalam etanol dan eter
5. Stabilitas
Mudah terurai oleh cahaya
6. Titik lebur
125-128°C

7. Higroskopis
higroskopis
8. Inkompaktibilitas
Dengan senyawa bentonite, magnesium
trisiklat, talk, tragakan, sorbitol, atropine.

Nipasol (Depkes 1. Organoleptik


RI, 1995) Serbuk putih atau hablur kecil, tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
2. Struktur kimia dan Berat Molekul

BM: 180,203 g/mol


3. Ukuran partikel, bentuk, luas permukaan
Bentuk serbuk

8
4. Kelarutan
Sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol dan eter , sukar larut dalam air
mendidih
5. Stabilitas
Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa 14
disterilkan dengan autoclaving tanpa
mengalami penguraian, pada pH 3-6
kelarutan dalam air stabil (penguraian <10%)
6. Titik lebur
95-98°C
7. Higroskopis
higroskopis
8. Inkompaktibilitas
Dengan senyawa magnesium trisiklat,
magnesium silikat

Etanol 96% 1. Organoleptik


(Rowe, 2009) Mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau
khas danmenyebabkan rasa terbakar
pada lidah. Mudah menguapmeskipun
pada suhu rendah dan mendidih pada suhu
78oC, mudah terbakar
2. Struktur kimia dan Berat Molekul

BM: 46,06844 g/mol


3. Ukuran partikel, bentuk, luas permukaan
Cairan
4. Kelarutan
5. Bercampur dengan air dan praktis

9
bercampur dengan semuapelarut organik
6. Stabilitas
Larutan etanol encer disterilisasi dengan
autoklaf atau dengan filtrasi
7. Titik lebur
−114,14
8. Higroskopis
-
9. Inkompaktibilitas
Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat
bereaksi dengan bahan pengoksidasi
campuran alkali warnanya dapat menjadi
gelap disebabkan oleh reaksi dengan
sejumlah residu aldehid. Garam
organik/akasida dapat mengendapkan dari
larutan encer atau dispersi. Larutan etanol
juga inkompatibel denga yang mengandung
alumunium dan dapat berpengaruh
dengan sejumlah obat

Parfum 1. Organoleptik
2. Struktur kimia bentuk luas permukaan
3. Ukuran partikel bentuk luas permukaan
4. Kelarutan
5. Stabilitas
6. Titik lebur
7. Higroskopis
8. Inkompaktibilitas
Aquadest 1. Organoleptik
(Depkes RI, cairan jernih, tidak berwarana, tidak berbau,
1995) dan tidak berasa.
2. Struktur kimia bentuk luas permukaan

10
BM:18,82 g/ml

3. Ukuran partikel bentuk luas permukaan


Cairan
4. Kelarutan
dapat melarut semua zat yang sifatnya polar
5. Stabilitas
stabil dalam semua keadaan fisika ( es , cair,
dan uap)
6. Titik lebur
00C (273,15 K) (32 F)
7. Higroskopis
higroskopis
8. Inkompaktibilitas
dalam formulasi farmasi dapat bereaksi
dengan obat dan bahan tambahan lainnya
yang mudah terhidrolisis pada temperature
tinggi.
Fungsi: larutan pembawa dalam injeksi

III. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian


Bentuk sediaan Krim
Dosis Oleskan 15-30 menit pada area wajah dan leher
sebelum beraktivitas diluar ruangan
Cara pemberian Oleskan 15-30 menit pada area wajah dan leher
sebelum beraktivitas diluar ruangan

11
B. FORMULASI
I. Permasalahan
Dapat terjadi kerusakan terhadap sediaan tabir surya, hal ini
dipengaruh oleh adanya mikroba. seperti misalnya hilangnya warna,
timbul kekeruhan, atau timbulnya bau
II. Pengatasan Masalah
Penambahan zat pengawet nipagin/nipasol digunakan untuk
menghindari rusaknya sediaan tabir surya
III. Macam-macam Formula Standar (Disertai Literatur)
-
IV. Formula yang diajukan
Tabel 1. Formula dasar pembuatan shampo

Bahan % Konsentrasi
Zink Oksida 2,5 %
CMC-Na 3%
Propilen Glikol 5%
Nipasol/nipagin 0,2 %
Etanol 96% Qs
Parfum Qs
Aquades Ad 10 gram
Perhitungan Bahan :
2,5
a. Zink Oxide = x 10 g = 0,25 g
100
3
b. CMC Na = x 10 g = 0,3 g
100

12
5
c. Propile Glikol = x 10 g = 0,5 g
100
0,2
d. Nipasol/Nipagin = x 10 g = 0,02 g
100
C. PELAKSANAAN
I. Alat-alat yang digunakan
1. Bekker glass 7. Gelas ukur
2. Magnetic stirrer 8. Kompor listrik
3. Termometer 9. Evaporasi
4. Batang pengaduk 10. pH meter
5. Wadah tabir surya 11. Botol maserasi
6. Neraca analitik

II. Cara Kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan


a. Formulasi
1. PVA dikembangkan dengan aquadest suhu 90 derajat
celcius hingga mengembang sempurna, lalu dihomogenkan
(M1).
2. Ekstrak kulit batang nangka dilarutkan dengan etanol 96%
hingga larut, selanjutnya metil paraben dilarutkan dengan
etanol 96% hingga larut.
3. Niasinamid dilarutkan dalam akuadest hingga larut dan
asam glikolat dilarutkan dengan akuades hingga larut (M2).
4. M2 dimasukkan ke dalam M1 sampil tetap diaduk dengan
overhead stirrer, kemudian ditambahkan gliserin, tween,
etanol 96% dan terakhir ditambahkan akuades add 100 mL
sampai terbentuk massa gel yang homogen.Evaluasi sediaan

13
b. Evaluasi Fisik Organoleptis
1. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis terhadap sediaan krim tabir
surya meliputi bau, warna, pertumbuhan jamur, terbentuk
lapisan pada permukaan krim, dan homogenitas.
2. Tipe Emulsi
Tipe emulsi dievaluasi dengan mengoleskan sediaan krim
di atas kaca objek dan kemudian ditambah larutan meilen
blue dalam air kemudian diamati di bawah mikroskop
polarisasi. Tipe emulsi merupakan air dalam minyak
apabila fase air terwarnai oleh metilen blue.
3. Uji Sentrifugasi
Sebanyak 10 gram krim dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi, disentrifuga pada suhu ruang 250C dengan
kecepatan 3800 selang waktu 30 menit selama 5 jam.
Sistem emulsi yang stabil menunjukkan tidak terjadinya
pemisahan fase setelah disentrifuga. Kecepatan 3800 rpm
mengindikasikan bahwa sediaan stabil selama setahun
pada suhu ruang.
4. Uji Freeze-Thaw
Penyimpanan pada siklus freeze thaw dilakukan untuk
melihat stabilitas fisik krim setelah disimpan selama tiga
puluh hari pada suhu yang berbeda yaitu 4oC dan 40oC.
Penyimpanan dilakukan dalam enam siklus dan satu
siklus berlangsung selama tiga hari pada masing - masing
pada masing- masing suhu. Krim ditimbang ± 2 gram,
dimasukkan ke dalam beberapa vial dan disimpan dalam
lemari es (suhu 4oC) selama tiga hari, kemudian
dilanjutkan dengan menyimpan sediaan di dalam climatic
chamber (suhu 40oC) pada waktu yang sama. Kemudian
diamati keterpisahan fasenya.

14
5. Homogenitas Sediaan
Homogenitas krim dievaluasi dengan mengoleskan
sediaan pada permukaan kaca objek kemudian disebarkan
dengan bantuan kaca objek yang lain untuk mendapatkan
permukaan yang homogen.
6. Uji pH
Sediaan yang memiliki kestabilan fisik yang baik diukur
pH nya dengan pH meter Beckman. Dilakukan dengan
cara mencelupkan elektroda pH ke dalam setiap batch
sediaan krim tabir surya. Setelah elektroda tercelup, pH
meter dinyalakan kemudian didiamkan hingga layar pada
pH meter menunjukkan angka yang stabil. Pengukuran
pH dilakukan pada hari ke 0, 1, 7,14, 21, dan 28.
7. Uji Viskositas
Sediaan diukur viskositasnya dengan menggunakan
Viskometer Helipath Stand Spindle Ranges for RV
dengan spindel TC dan putaran 5 rpm. Pengukuran
viskositas dilakukan pada hari ke 0, 1, 7,14,21, dan 28

15
III. Kemasan, Brosur dan Etiket
1. Kemasan

KOMPOSISI: Diformulasikan
Zink Oksida, CMC
Na, Propilen Glikol,
SELINA dengan SPF 30 dan
PA+++ memiliki SELINA
Nipasol/Npagin, SUN PROTECTION tekstur yang ringan SUN PROTECTION
Etanol 96%, Parfum, membantu melindungi
akuades kulitmu dari sinar UV
yang aktif.

PEMAKAIAN
Oleskan 15-30
menit pada area
wajah dan leher
SPF 30 Simpan ditempat
SPF 30
sebelum PA +++ yang sejuk PA +++
beraktivitas dilura
ruangan.

PT INDO FARMA PT INDO FARMA


NETTO: 10 g GOMBONG-INDONESIA NETTO: 10 g GOMBONG-INDONESIA

Gambar. 1 Kemasan

16
2. Browsur dan Etiket

SELINA
Apotek Ainun Farma
SUN PROTECTION SPF 30 PA +++ Jl. Yos sudarso Gombong No. 31
Apoteker : Apt.Septin Ainun K, S.Pharm.
Komposisi :
SIA : C11800189
Zink Oksida 2,5 %
No : ..........
CMC-Na 3%
Tanggal :........
Propilen Glikol 5%
Nama : .........
Nipasol/nipagin 0,2 %

Etanol 96% Qs
OBAT LUAR
Parfum Qs

Aquades Ad 10 gram

Farmakokinetik :
Zinc Oxide adalah obat ringan dengan sifat Gambar. 2 Brosur dan etiket
antiseptik yang menenangkan dan melindungi.
Obat ini bekerja sebagai pelindung untuk
mencegah iritasi kulit dan membantu
menyembuhkan kulit yang rusak, juga dapat
membantu melindungi dari radiasi UV dan
sengatan sinar matahari.
Indikasi :
Obat kulit untuk ruam popok dan iritasi ringan.
Kontra-Indikasi :
Riwayat hipersensitivitas, peringatan adanya
defisiensi tembaga diperlukan pada penggunaan
zinc jangka panjang.
Efek Samping :
Gatal-gatal, ruam, sulit bernafas, pembengkakan

pada bagian yang gatal.

Cara pemakaian

Oleskan 15-30 menit pada area wajah dan leher


sebelum beraktivitas dilura ruangan.
3. Etiket
Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi
dari cahaya
PT INDO FARMA

17
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
3.1.1 Evaluasi Sediaan Tabir Surya
3.1.1.1 Organoleptis

Warna Bentuk Aroma


Putih Gel Melon

3.1.1.2 Homogenitas
Pada sediaan tabir surya yang dihasilkan homogen ditandai
dengan tidak adanya partikel kasar yang tersebar dalam sediaan
tabir surya.
3.1.1.3 Tipe Emulsi
Pada penentu tipe emulsi sediaan tabir surya ini digunakan
metilen blue,hasil pengamatan percobaan sediaan ini memiliki
tipe emulsi minyak dalam air (M/A) .
3.1.1.4 Uji pH
Uji kestabilan Ph dilakukan menggunakan kertas Ph. Nilai pH
sediaan yang diperoleh adalah:
Percobaan 1 : 7
Percobaan 2 : 7
Percobaan 3 : 7

18
3.1.2 Pembahasan
Tabir surya merupakan salah satu contoh sediaan kosmetik
pelindung yang berperan untuk melindungi kulit utamanya dari
bahaya sinar matahari khususnya sinar ultraviolet.
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat sediaan
tabir surya seta mampu mengevaluasi sediaan tabir surya. Bahan
yang digunakan untuk pembuatan sediaan tabir surya antara lain
zink okside sebagai bahan aktif yang berkhasiat UV filter serta
mampu menyerap radiasi UVA dan UVB. CMC-Na yang
digunakan dalam formulasi berfungsi sebagai gelling agent.
Propilen glikol pada sediaan ini digunakan sebagai humektan atau
untuk menjaga kelembaban sediaan. Pengawet yang digunakan
dalam formulasi berupa nipagin yang digunakan secara luas
sebagai pengawet antimikroba dalam produk kosmetik, makanan,
dan minuman. Bahan pengaroma yang digunakan yaitu aroma
melon serta aquadest sebgai zat tambahan dalam formula ini.
Langkah pembuatan sediaan tabir surya yaitu menimbang
semua bahan yang perlukan. Masukan CMC-Na kedalam mortir
dan tambahkan aquadest yang telah dipanaskan (dengan
perbandingan 10x berat CMC-Na), lalu gerus dan aduk hingga
tidak adanya gumpalan (M1). Lalu larutkan zink oksida dengan
etanol 96%, setelah larut tambahkan nipagin dan PEG (M2).
Kemudian campurkan M2 kedalam M1 dam ditambahkan sisa
aquadest tersebut secara sedikit demi sedikit, ditambahkan parfum
melon dan aduk hingga homogen. Setelah sediaan gel tabir surya
jadi maka dilakukan evaluasi sediaan.
Evaluasi sediaan gel tabir surya yang pertama adalah uji
organoleptis dengan mengamati warna, bentuk, dan aroma sediaan
gel tabir surya. Pada uji ini diperoleh warna putih, bentuknya gel,
dan aromanya melon. Uji homogenitas dilakukan dengan
memindahkan sedikit sediaan tabir surya ke kaca arloji dan ditutup
dengan kaca arloji yang lainnya kemudian diamati homogenitasnya

19
dibawah sinar. Hasil uji homogenitas sediaan tabir surya yang kami
buat terdispersi sempurna dan tidak ada partikel kasar dalam
sediaan sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan tabir surya
yang dibuat telah homogen. Uji tipe emulsi yang dilakukan dengan
cara memindahkan sedikit sediaan tabir surya ke kaca preparat lalu
ditetesi dengan metilen blue dan ditutup dengan kaca objek, setelah
itu diamati dibawah mikroskop. Apabila terdapat bercak atau garis
biru banyak pada hasil mikroskop maka tipe emulsi sediaannya
yaitu air dalam minyak (A/M), atupun sebaliknya apabila bercak
atau garis biru yang dihasilkan sedikit maka tipe emulsinya yaitu
minyak dalam air (M/A). Hasil uji tipe emulsi sediaan tabir surya
ini yaitu memiliki tipe emulsi minyak dalam air (M/A). Uji pH
dilakukan menggunakan kertas pH yang dicelupkan ke dalam
sediaan tabir surya dan dilakukan pencocokan kertas pH dengan
indikator Ph universal yang tertera dalam kotak pH. Nilai pH
sediaan yang diperoleh pada percobaan I, II, dan III yaitu 7. Pada
sediaan yang kami buat telah memenuhi persyaratan sediaan tabir
surya yang baik karena syarat tabir surya yang baik memiliki pH
berkisar antara 4,5-7,5. Evaluasi sediaan yang terakhir adalah uji
freeze-Thaw untuk melihat pengaruh suhu terhadap pemisahan fase
krim. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa sediaan krim tabir
surya tidak stabil karena terjadi pemisahan antara krim dengan fase
air pada hari pertama. Pada proses freeze thaw terbentuk kristal air
yang memiliki struktur lebih teratur dan rapat sehingga krim tidak
dapat mengalir. Pada hari kedua dan ketiga fase air membeku dan
cenderung menyusut, sehingga terjadi penyempitan ruang fase air
dan menyebabkan globul minyak saling berdekatan atau cenderung
bergabung membentuk ikatan antar partikel yang lebih rapat,
akibatnya kekentalan sediaan jadi meningkat.

20
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
 Tabir surya merupakan salah satu contoh sediaan kosmetik
pelindung yang berperan untuk melindungi kulit utamanya dari
bahaya sinar matahari khususnya sinar ultraviolet.
 bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan tabir surya pada
praktikum kali ini yaitu zink oksida sebagai bahan aktif, CMC-Na
sebagai gelling agent, propilen glikol sebagai humektan, nipagin
sebagai pengawet, parfum sebagai pengaroma, serta etano 95% dan
aquadest sebagai pelarut atau zat tambahan.
 Hasil organoleptis pada sediaan tabir surya ini diperoleh warna
putih, bentuk gel,dan aroma melon.
 Hasil uji homogenitas yang dihasilkan pada sediaan adalah sediaan
yang homogen
 Hasil uji tipe emulsi pada sediaan menghasilkan sediaan yang
memiliki tipe minyak dalam air (M/A)
 Hasil uji pH sediaan tabir surya yang diperoleh pada percobaan I,
II, dan III adalah 7

4.2. Saran
 Saat pembuatan diperhatikan kembali prosedur kerja pada karena itu
akan mempengaruhi hasil sediaan
 Diperhatikan kebersihan pada saat pembuatan formulasi agar sediaan
yang dibuat dapat dikonsumsi
 Pada saat melakukan evaluasi dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan prosedur agar formulasi memenuhi persyaratan

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi. edisi 5, Departemen Farmakologi


Terapeutik, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Allen, L. V., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical


Compauding, Second Edition, American Pharmaceutical Association,
Washington D.C.
Azad M., Nasrollahi S.A. and Firooz A., 2014, Zinc Oxide in Sunscreen Products,
Journal of Dermatology and Cosmetics, 5 (1), 41–48.
Butler, H.2000. Poachers Perfumes, Cosmetics and Soaps 10th Edition. London:
Kluwer Academic Publisher.

Calder, P.,C., Alberts, R., Antoine, J.,M., Blum, S.,S., Bourded S., R., Ferns,
G.,A, et al,2009, Inflammatory disease proccesses and interactions with
nutrition . Brit. J. Nutr, 101,S1-45.

Caswell, M. 2001. Sunscreen formulation and testing. Allured's Cosmetics and


Toiletries, 116(9):49-60.
Dutra, et al., (2004). Determination of Sun Protection Factor (SPF) of Sunsreen
by Ultraviolet Spectrophotometry. Brazilian Journal of Pharmaceutical
Sciences, Vol. 40. hal 381-385. Ansel H,C. 1985. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta. UI Press.

Damogalad, V., Edy H. J., Supriati H. S., 2013, Formulasi Krim Tabir Surya
Ekstrak Kulit Nanas (Ananas Cosmosus L. Merr) dan Uji In Vitro
Nilai Sun Protecting Factor (SPF), Jurnal Ilmiah Farmasi, Mei, Vol. 2,
No. 02, 40,42 dan 43.
Lestari, P.M., Sutyasningsih R.B and Ruhimat. 2013. The Influence of Increace
Concentration Polivinil Alcohol (PVA) As a Gelling Agent On Physical
Properties of The Peel-Off Gel Of Pineapple Juice (Ananas comosus L).
Asian Societies of Cosmetic Scientists Conference.

Lionetti N. and Rigano L., 2017, The New Sunscreens among Formulation
Strategy, Stability Issues, Changing Norms, Safety and Efficacy Rowe,

22
Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,London :
Pharmaceutical Press Evaluations, Cosmetics, 4 (2), 15.

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh


Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press

Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Ed., 223-
224, 236

23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum

24
Uji freeze-Thaw
Hari ke 1 Hari ke 2

Hari ke 3

25
Lampiran 2. Acc perhitungan

26
27

Anda mungkin juga menyukai