Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Praktikum
Evalusi

Hasil
cair sedikit kental, tidak greasy

Organoleptis

atau berminyak, memiliki aroma


yang harum, dan berwarna putih
seperti susu

Homogenitas

pH

Homogen

Ekstrak : 5-6
Sediaan : 6-7

cair, tidak lengket, homogen,


dan bau wangi. (berdasarkan uji
coba kelompok lain)
Hedonik

Pembahasan

Gambar

Dalam praktikum kosmetologi kali ini, kelompok kami akan membuat sediaan body
lotion dengan menggunakan ekstrak bengkoang. Lotion adalah sediaan kosmetika golongan
emollient (pelembut) yang mengandung lebih banyak air. Sediaan ini memiliki beberapa sifat,
yaitu melembabkan, melembutkan, tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Body
lotion merupakan campuran dari air, pelembut, humektan, bahan pengental, pengawet, dan
pewangi. Fungsi utama body lotion untuk perawatan kulit adalah sebagai pelembut
(emollient).
Body lotion ini dibuat dalam bentuk emulsi tipe minyak dalam air (o/w) dikarenakan
emulsi minyak dalam air (o/w) merupakan jenis produk yang paling banyak disukai karena
tidak terasa berlemak. Selain itu, karena pada pembuatan sediaan body lotion ini jumlah air
yang digunakan banyak, sehingga tipe emulsi yang memungkinkan untuk dibuat adalah tipe
minyak dalam air (o/w).
Berdasarkan rancangan preformulasi dan formulasi body lotion yang dibuat dalam
bentuk emulsi minyak dalam air (o/w) telah ditentukan bahan yang sesuai untuk sediaan ini.
Bahan yang dipilih untuk digunakan adalah olive oil 15% sebagai emolient, gliserin 10%
sebagai humektan, cetyl alkohol 1% sebagai pengental dan emulgator, TEA 1% sebagai
emulgator, asam stearat 4% sebagai emulgator dan pengental, metil paraben atau nipagin
0,1% sebagai pengawet (fase air), alfa-tocopherol atau vitamin E 0,5% sebagai antioksidan,
ekstrak bengkoang sebagai zat aktif, parfum dan aquades. Kemudian semua bahan disiapkan
dan ditimbang terlebih dahulu berdasarkan perhitungan bahan.
Pada pembuatan body lotion ini, fase minyak dan fase air secara terpisah dipanaskan
pada suhu yang sama yaitu 70 oC. Bahan-bahan yang dimasukkan dalam fase minyak adalah
olive oil, asam stearat, dan setil alkohol, dan bahan-bahan yang dimasukkan pada fase air
adalah TEA, nipagin, air dan gliserin. Kemudian kedua fase tersebut dituangkan ke dalam
lumpang yang sebelumnya telah dihangatkan. Selanjutnya dilakukan pengadukan secara
geometris sampai emulsi terbentuk sempurna dan homogen. Setelah emulsi dingin (40oC)
ditambahkan ekstrak bengkoang, vitamin E, dan parfum. Pemanasan kedua fase tersebut pada
suhu yang sama bertujuan agar pencampuran dapat terjadi dengan baik. Dan tujuan
penambahan ekstrak bengkoang, vitamin E, dan parfum pada suhu 40 oC adalah untuk
mencegah penguraian dari senyawa yang ada pada ekstrak bengkoang, parfum dan vitamin E
karena tidak tahan terhadap pemanasan.
Pada formula body lotion ini olive oil berfungsi sebagai emollient. Pada olive oil
terkandung zat-zat minyak, berbagai vitamin, dan sejumlah kecil mineral. Olive oil
merupakan emollient yang baik untuk kulit wajah dan tubuh. Bahan ini mengisi ruang antar

sel kulit, membantu menggantikan lemak sehingga dapat melembutkan dan menghaluskan
kulit. Rasa lembut yang dihasilkan oleh penambahan emollient ini dikarenakan emollient
memiliki titik cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Selain itu, olive oil juga kaya akan
antioksidan alami sehingga dapat membantu mencegah penuaan kulit dengan memerangi
semua tanda-tanda penuaan seperti keriput dan bintik-bintik gelap.
Selain emollient, dalam pembuatan body lotion ini juga dibutuhkan senyawa yang
berfungsi sebagai humectant. Dalam sediaan ini, bahan yang berfungsi sebagai humectant
adalah gliserin. Humectant merupakan zat yang melindungi emulsi dari kekeringan dengan
mempertahankan kandungan air sediaan saat pemakaian pada permukaan kulit. Selain itu,
humectant juga dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit
menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi
zat akan lebih efektif. Pada sediaan ini, gliserin yang kami tambahkan sebesar 10%,
kosentrasi ini termasuk dalam range 30% (Rowe,et al,2009) dimana penggunaanya sudah
sesuai sebagai humektan. Selain itu, gliserin juga berfungsi untuk melarutkan nipagin karena
kelarutan nipagin dalam gliserin (1:40) lebih besar dibanding kan dalam air (1:400).
Penambahan metil paraben atau nipagin pada sediaan body lotion ini berfungsi
sebagai pengawet. Nipagin merupakan antimikrobial spektrum luas yang relatif lebih aman
karena jarang terjadi sensitifitas. Nipagin harus memiliki persyaratan yang baik sebagai
pengawet, yaitu efektif mencegah tumbuhnya berbagai macam organisme yang dapat
menyebabkan penguraian bahan, dapat larut dalam berbagai konsentrasi yang digunakan, dan
tidak menimbulkan bahaya pada kulit. Penggunaan nipagin atau metil paraben sebagai
pengawet dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan pengawet lainnya, misalnya dari
golongan paraben lain. Akan tetapi pada pembuatan sediaan body lotion ini, kami hanya
menggunakan nipagin saja. Nipagin ini ditambahkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan
dengan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme, karena pada sediaan body lotion
yang kami buat ini mengandung banyak air dan minyak yang mudah ditumbuhi oleh bakteri
dan jamur. Pada sediaan body lotion yang kami buat nipagin ditambahkan sebesar 0,1%, hal
ini sudah sesuai dengan range pada literatur yaitu 0,02-0,3%. Pada sediaan ini, nipagin dapat
bekerja secara efektif karena memiliki efektifitas sebagai pengawet pada rentang pH 4-8,
dimana rentang pH tersebut sesuai dengan pH sediaan body lotion yang kami buat yaitu 6-7.
Pada formula body lotion ini asam stearat, cetil alkoho, dan TEA digunakan sebagai
emulsifier. Pada formula ini digunakan lebih dari satu emulsifier karena kombinasi dari
beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi.
Setil alkohol pada konsentrasi 2-5% digunakan sebagai emollient, emulsifier, pada

konsentrasi 2-10% digunakan sebagai stiffening agent. Pada sediaan ini, konsentrasi setil
alkohol yang digunakan sebesar 1%, dimana konsentrasi tersebut tidak terdapat pada range
sebagai emulgator, ataupun stiffening agent. Akan tetapi setil alkohol tetap berfungsi sebagai
emulsifier sekaligus sebagai pengental. TEA ketika dicampur dalam proporsi equimolar
dengan asam lemak, seperti asam stearat, maka akan terbentuk sabun anionik yang berfungsi
sebagai emulsifier untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air (o/w) yang halus dan stabil.
Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk emulsifikasi adalah 2- 4%, akan tetapi pada
sediaan body lotion ini, konsentrasi yang digunakan sebesar 1%, walaupin konsentrasi yang
digunakan tidak masuk dalam range, TEA tetap berfungsi sebagai emulsifier.
Thickening agent digunakan untuk mempertahankan kestabilan sediaan dengan
mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Selain itu, juga berfungsi sebagai bahan pengental
atau pengeras di dalam formula body lotion yang digunakan untuk mengatur kekentalan
sediaan sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan kestabilan
dari sediaan. Penggunaan thickener dalam pembuatan body lotion biasa digunakan dalam
proporsi yang kecil yaitu < 2,5% (Schmitt, 1996). Pada sediaan body lotion kami yang
berfungsi sebagai Thickening agent adalah setil alkohol dengan konsentrasi yang digunakan
yaitu sebesar 1%. Kekentalan yang dihasilkan dari penambahan setil alkohol dapat
mempengaruhi stabilitas dari sediaan body lotion yang kami buat, dimana semakin tinggi
kekentalan maka pergerakan partikel akan cenderung makin sulit sehingga bahan akan
semakin stabil.
Pada sediaan ini juga ditambahkan vitamin E, dimana bahan ini berfungsi sebagai
antioksidan yang digunakan untuk mencegah terbentuknya hasil oksidasi yang khusus
misalnya pengoksidasi minyak lemah tak jenuh dari olive oil, antioksidan juga dimaksudkan
untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh.
Pada sediaan kami, juga ditambahkan pengaroma sebagai upaya meningkatkan nilai
estetika dari sediaan body lotion kami. Pengaroma yang digunakan pada sediaan kami adalah
aroma cherry blossom, dan jumlah pengaroma yang ditambahkan hanya beberapa tetes saja.
Pengaroman dicampurkan pada suhu 35 oC agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk
(Schmitt, 1996).
Pada pembuatan sediaan body lotion ini, metode dan beberapa bahan yang
ditambahkan hampir sama seperti pembuatan sediaan krim pelembab, dan sediaan milk
cleanser. Body lotion merupakan sediaan yang lebih encer dibandingkan dengan krim
pelembap, tapi tidak lebih encer dari sediaan milk cleanser. Hal ini karena dipengaruhi oleh
kekentalan dari masing-masing sediaan. Kekentalan antara sediaan krim dam milk sangat jauh

berbeda, umumnya sediaan krim mengandung kadar oil yang lebih tinggi dengan kekentalan
yang cukup besar yaitu >2000 cps. Sedangkan pada milk mengandung kadar oil lebih rendah
dan kekentalannya yang lebih kecil yaitu <2000 cps. Dari kekentalan tersebut, maka milk
cleanser lebih encer dari body lotion. Krim pelembab memiliki kekentalan yang lebih besar
dibandingkan boy lotion, hal ini dikarenakan penambahan zat pengental pada krim pelembab
lebih besar yaitu 2% dibandingkan dengan body lotion yang hanya 1%. Zat pengental yang
dimaksud adalah setil alkohol. Selain itu pada krim pelembab juga ditambahkan minyak
kelapa yang memiliki kekentalan lebih besar dibandingkan dengan olive oil yang
ditambahkan pada body lotion.
Sediaan yang memiliki pH sangat asam atau sangat basa dapat menyebabkan kulit
teriritasi. Oleh sebab itu, pH sediaan body lotion harus dibuat sesuai dengan pH kulit, yaitu
antara 4,5-7,5. Pada body lotion yang kami buat memiliki pH sebesar 6-7, dimana pada pH
tersebut, maka sediaan kami tidak akan menyebabkan kulit teriritasi. Sebelum sediaan body
lotion dibuat, kami terlebih dahulu mengukur pH ekstrak bengkoang yang digunakan sebagai
zat aktif. pH bengkoang yang didapat adalah 5-6. Senyawa yang terkandung dalam ekstrak
bengkoang adalah senyawa flavonoid berupa pachyrhizon, dimana senyawa flavonoid ini
berfungsi untuk mencerahkan dan memutihkan kulit. Pada senyawa flavonoid memiliki
stabilitas pada pH asam lemah mendekati pH netral, sedangkan pada pH sediaan juga terletak
antara pH asam lemah mendekati netral (6-7), oleh karena itu, menurut kami stabilitas
senyawa pada ekstrak tidak dipengaruhi oleh pH sediaan karena masih sama terletak pada pH
asam lemah mendekati netral. Pada perubahan pH sediaan yang menjadi lebih tinggi, hal ini
dapat dipengaruhi dari penambahan bahan eksipien seperti TEA, karena selain berfungsi
sebagai emulgator TEA juga dapat berfungsi sebagai agen pengalkali.
Selain evaluasi pada pH sediaan, kelompok kami juga melakukan beberapa evaluasi
lainnya. Seperti evaluasi organoleptis, homogenitas, dan evaluasi hedonik. Berdasarkan
evaluasi organoleptis, sediaan body lotion kami bertekstur cair sedikit kental, tidak greasy
atau berminyak, memiliki aroma yang harum, dan berwarna putih seperti susu. Sedangkan
pada evaluasi homogenitas, sediaan body lotion kami merupakan sediaan yang homogen. Dan
berdasarkan evaluasi hedonik (dicoba oleh kelompok lain) sediaan body lotion kami
merupakan sediaan yang cair, tidak lengket, homogen, dan bau wangi.

Daftar Pustaka :

Schmitt, W.H. 1996. Skin Care Products. In : Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed). London:
Cosmetics And Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academy and Profesional

Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

Body lotion merupakan sediaan emulsi yang dirancang dengan komposisi olive oil
sebagai emolien, cetyl alcohol sebagai agen pengental dan emulgator, gliserin sebagai
humektan, nipagin sebagai pengawet dari antimikroba, asam stearat dan TEA sebagai
emulgator, -tokoferol sebagai antioksidan, ekstrak bengkoang sebagai zat aktif, cerry

blossom sebagai pengaroma, dan aquades sebagai pelarut.


Body Lotion merupakan sediaan emulsi yang dibuat dalam tipe minyak dalam air (o/w)
karena mengandung air lebih banyak dan merupakan sediaan paling banyak digunakan

karena tidak berminyak.


Body lotion yang kami buat memiliki pH sediaan 6-7, dimana rentang pH ini masih
termasuk dalam rentang pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5, sehingga sediaan kami tidak
menimbulkan iritasi. Selain itu, pada pH sediaan ini tidak mempengaruhi satabilitas

dari senyawa pada zat aktif.


Body lotion, krim pelembab, dan milk cleanser memiliki perbedaan dari segi viskositas
atau kekentalan sediaan, dimana sediaan body lotion lebih encer dibandingkan sediaan

krim pelembab, tapi tidak lebih encer dari milk cleanser.


Pada pembuatan body lotion, digunakan ekstrak bengkoang yang dapat mencerahkan
dan memutihkan kulit, hal ini karena pada ekstrak bengkoang mengandung flavonoid
berupa pachyrhizon.

Anda mungkin juga menyukai