Anda di halaman 1dari 14

PENETAPAN KADAR HIDROKINON

DALAM KRIM PEMUTIH

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas matakuliah Analisis Sediaan Kosmetik


Yang dibina oleh Bapak Lukky Jayadi, S.Farm., M.Farm., Apt

Disusun oleh : KELOMPOK 4

Nida Hanifah Robbani (P17120183067)

Amih Maulida Auliyatul H. (P17120183068)


Afifah Faidatun Nisa (P17120183069)

Sofyan Reza Iskandar (P17120183070)


Laurenzia Firdausi N. M. (P17120183071)

Mochammad Vissal Khan (P17120183072)


Maritha Hernaningsih (P17120183073)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG


JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Februari 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hidrokuinon merupakan salah satu bahan aktif yang telah terbukti efektif sebagai
pemutih khusus untuk mengatasi masalah hipermelanosis. Efek dari hidrokuinon
adalah depigmentasi dimana hidrokuinon menghalangi pengeluaran melanin dari
melanosit. Melanin ini berperan dalam penentuan warna kulit, dimana semakin banyak
melanin maka semakin gelap warna kulit. Hidrokuinon tidak hanya bekerja dengan
menghambat pembentukan melanin baru, tetapi bahan ini juga merusak melanin yang
telah terbentuk. Hal inilah yang menyebabkan hidrokuinon efektif sebagai agen
pemutih (bleaching). Pada tanggal 11 Juni 2009, BPOM telah mengeluarkan
peringatan bagi seluruh masyarakat tentang kosmetika yang mengandung bahan
berbahaya atau dilarang.

Berdasarkan hasil pengawasan, sampling, dan pengujian laboratorium sejak


September2008 hingga Mei 2009, Badan POM telah memerintahkan untuk menarik
dari peredaran produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya atau dilarang
sebanyak 70 item. Salah satu bahan berbahaya atau dilarang yang dimaksud adalah
hidrokuinon (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009). Berdasarkan uraian, maka
perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan hidrokuinon beserta kadarnya dalam krim pemutih.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui jumlah kandungan dalam hidrokinon dalam krim pemutih
menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
BAB II
DASAR TEORI

Kosmetika berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti keerampilan


menghias, mengatur.Definisi kosmetika dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.445/Menkes/Pemenkes/1998 tentang bahan, zat warna, substratum, zat
pengawet dan tabir surya pada kosmetik menyatakan bahwa kosmetika adalah
sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan
(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Sebagian besar krim dan lotion mengandung lipid (minyak) dan air
sebagai komponen utama. Bahan pendukung lainnya seperti pelembab, lilin,
pengental, bahan aktif, tabir surya, antioksidan, warna, pengawet dan sebagainya
(Andrade dkk., 2014).
Kosmetika merupakan bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada
kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta
mengubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka ada
kemungkinan kosmetika diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam
dari tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa
faktor, yaitu keadaan kulit pemakai, keadaan kosmetika yang dipakai, dan kondisi
kulit pemakai. Kontak kosmetika dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa
manfaat kosmetika, dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping
kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).
Hidrokinon adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi
pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau
menghambat pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang
memberikan warna gelap kecokelatan, sehingga muncul semacam bercak atau
bintik cokelat atau hitam pada kulit. Banyaknya produksi melanin menyebabkan
terjadinya hiperpigmentasi. Hidrokinon digunakan untuk mencerahkan kulit
yang kelihatan gelap akibat bintik, melasma, dan titik-titik penuaan. Hidrokinon
sebaiknya tidak digunakan pada kulit yang sedang terbakar sinar matahari, kulit
yang iritasi, kulit yang luka terbakar, dan kulit pecah karena hidrokinon dapat
memperparah keadaan kulit (Asih, 2006 in Prabawanti dkk., 2012).

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan


intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi
tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini
sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus,
2004).

.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat

- Pipet ukur

- Labu ukur

- Gelas piala

- Neraca analitik

- Spektrofotometri UV_VIS

3.2 Bahan
- Hidrokinon
- Methnol
- Sampel krim pemutih

3.3 Prosedur Percobaan

A. Larutan Uji
1. Sedian krim
- Ditimbang 6mg krim
- Dilarutkan dalam methanol dalam gelas piala
- Dimasukkan dalam labu ukur 100ml
- Ditambah 50ml methanol
- Dikocok selama 15menit
- Diencerkan methanol dampai tanda
- Dipipet 10ml ke dalam labu ukur 50ml
- Diencerkan dengan methanol sampai tanda batas
- Hasil larutan A
B. Larutan baku
- Ditimbang 15mg hidrokinon BBP
- Dimasukkan dalam labu ukur 25ml
- Ditambahkan 15ml methanol
- Di kocok dan diencerkan sampai tanda
- Dipipet 1ml dalam labu ukur 50 ml
- Diencerkan sampai tanda
- Hasil larutan B

C. Cara Penetapan
- Larutan A dan B
- Diukur Panjang gelombang maksimum + 293nm menggunakan methanol
sebagai blanko.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA PENGAMATAN

Larutan baku Larutan sampel


Absorbansi 293 306
0,391 1,628
Kadar hidrokinon : 5,29%

4.2 PERHITUNGAN

4.2.1. Sampel yang ditimbang


Diketahui : Berat sediaan krim pemutih = 15 gram
Kandungan hidrokinon dalam krim : 5%
Ditanya : Berapa berat sampel yang ditimbang bila setara kurang lebih 6mg
Hidrokinon ?

Dijawab : × bobot sampel

: 120 mg

4.2.2. Kadar Hidrokinon


Diketahui : Serapan larutan uji (Au) : 1,628
Serapan larutan baku (Ab) : 0,391
Bobot penimbangan baku (Bb) : 15,6 mg
Faktor penimbangan cuplikan (Fpu) : 5
Faktor pengenceran larutan baku (Fpb) : 50
Ditanya : Kadar hidrokinon ?

Dijawab : Kadar :
:

: 5,29%

4.3 PEMBAHASAN

Pada praktikum penetapan kadar hidrokuinon dalam krim pemutih yang telah
dilakukan, sampel yang digunakan adalah sediaan krim pemutih mengandung
hidrokinon. Metode analisa kadar yang digunakan pada praktikum ini menggunakan
spektrofotometri uv-vis. Hidrokinon merupakan salah satu senyawa aktif yang sering
ditambahkan dalam krim pemutih. Hidrokinon digunakan sebagai pemutih dan
pencegahan pigmentasi yang bekerja menghambat enzim tironase yang berperan dalam
penggelapan kulit. Krim yang mengandung hidrokinon akan terakumulasi dalam kulit
dapat menyebabkan mutasi dan kerusakan, sehingga kemungkinan pemakaian jangka
waktu yang panjang bersifat karsinogenik. Hidrokinon lebih dari 2% termasuk golongan
obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Analisa kadar
menggunakan metode spektrofotometri uv-vis dikarenakan hidrokuinon memiliki gugus
kromofor dengan ikatan rangkap terkonjugasi dengan nama iupac adalah benzen -1,4
diol (C6H6 O2).

OH OH

Prinsip pada praktikum ini adalah menetapkan kadar hidrokinon dalam etanol
secara spektrofotometri uv-vis pada panjang gelombang maksimal 293 nm. Prosedur
yang dilakukan adalah melarutkan 128,9 mg sampel atau setara dengan kurang lebih 6
mg hidrokinon ke dalam 100 ml metanol kemudian diencerkan dengan memipet larutan
sampel sebanyak 10 ml untuk tanda bataskan dengan metanol sampai 50 ml. Sedangkan
pembuatan larutan baku dilakukan dengan cara melarutkan 15,6 mg hidrokinon BBP ke
dalam 25 ml metanol dan diencerkan dengan pipet 1 ml larutan untuk ditanda bataskan
dengan metanol 50 ml. Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi hidrokinon dengan
metanol pada panjang gelombang maksimum dengan metanol sebagai blanko. Blanko
digunakan untuk tujuan kalibrasi agar absorbansi yang terukur hanyalah absorbansi
analit hidrokinon.

Pada pengukuran dengan spektrofotometri didapatkan absorbansi larutan baku


hidrokinon adalah 0,391 pada panjang gelombang 293 nm, sedangkan absorbansi larutan
sampel krim pemutih mengandung hidrokinon adalah 1,628 pada panjang gelombang
maksimum 306 nm pergeseran panjang gelombang pada spektrofotometri uv-vis
disebabkan oleh pengaruh pergantian pelarut yakni metanol yang mengakibatkan
pergeseran batu kronik sebanyak 10-20 nm yang terjadi pada transisi x-x kuadrat pada
ikatan rangkap terkonjugasi dalam hidrokinon yang berinteraksi dengan pelarut metanol.
Kadar hidrokinon dalam sampel dapat ditetapkan yakni sebanyak 5,29%. Sehingga dapat
diketahui bahwa sampel krim pemutih tersebut memiliki kadar hidrokuinon 5, 29% yakni
kadar di atas ketentuan Permenkes nomor. 376/ Menkes/Per/7/1990/. Kadar hidrokinon
tidak lebih dari 2% yang memiliki dampak berbahaya pada pemakaian jangka waktu
panjang dan termasuk kedalam obat keras yang hanya boleh digunakan berdasarkan
resep dokter.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum penetapan kadar hidrokinon pada sediaan krim pemutih


yang telah dilakukan dapat ditetapkan kadar hidrokuinon, yakni 5,29% menggunakan
spektrofotometri uv-vis. Kadar tersebut tidak sesuai dengan Permenkes yakni tidak tidak
boleh dari 2% sehingga tidak aman digunakan dalam jangka waktu panjang.

5.2 SARAN

Sebaiknya pratikan lebih berhati-hati lagi, karena bahan yang digunakan bersifat
toxic sehingga diharuskan untuk menggunakan APD lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

de Andrade, K. R., de Castro, G. R. W., Vicente, G., da Rosa, J. S., Nader, M., Pereira,
I. A., & Froede, T. S. (2014). Evaluation of circulating levels of inflammatory and bone
formation markers in axial spondyloarthritis. International immunopharmacology, 21(2), 481-
486.
Prabawati, I. D. A., Fatimawali, F., & Yudistira, A. (2012). Analisis Zat Hidroquinon
Pada Krim Pemutih Wajah Yang Beredar Di Kota Manado. PHARMACON, 1(1).
Dachriyanus, D. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara
Spektroskopi. LPTIK Universitas Andalas.
Latifah, T. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 3, 58-59.
LAMPIRAN

Larutan Kurva Hasil


baku & sampel larutan baku absorbansi
larutan baku

Hasil
absorbansi Kurva larutan
larutan uji uji

Anda mungkin juga menyukai