Anda di halaman 1dari 11

CARI TAHU YUK

TEPIAN.
TEMPAT INFORMASI ANAFARMA

TEOFILIN ON HEADLINE!

TIM REDAKSI

SOFYAN REZA ISKANDAR

FITRI HIDAYAT I
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

MENGAPA TEOFILIN DITAMBAHKAN PADA


JAMU

KASUS YANG PERNAH DIJUMPAI

BAHAYA TEOFILIN YANG DITAMBAHKAN


BAGI TUBUH

CARA MENGANALISIS TEOFILIN

REFERENSI
PENDAHULUAN

Definisi Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Kecenderungan gaya hidup “Back to Nature”


menyebabkan penggunaan jamu maupun
suplemen makanan cenderung meningkat,
yang terjadi di negara maju maupun negara APAKAH
yang sedang berkembang termasuk
Indonesia. Menyikapi kondisi ini banyak TEOFILIN
industri obat tradisional harus membuat
obat tradisional sedemikian rupa agar ITU?
sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Sesuai dengan peraturan perundang-


undangan yang berlaku, obat tradisional MENGAPA
dilarang menggunakan:
Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik
TEOFILIN
berkhasiat obat atau Bahan Kimia Obat TIDAK
(BKO);
Narkotika atau psikotropika; BOLEH
Hewan atau tumbuhan yang dilindungi
TERDAPAT
Bahan Kimia Obat (BKO) adalah senyawa
sintesis atau bisa juga produk kimiawi yang DI DALAM
berasal dari bahan alam yang umumnya
digunakan untuk pengobatan modern.
OBAT
Berdasarkan ketetapan tersebut maka TRADISONAL?
TEOFILIN sebagai bahan kimia obat TIDAK
BOLEH ada dalam obat tradisional SEBAGAI
BAHAN TAMBAHAN
APA ITU TEOFILIN ?

TEOFILIN
Teofilin adalah bronkodilator
yang digunakan untuk asma dan
untuk mengatasi penyakit paru
obstruksi kronik yang stabil,
secara  umum tidak efektif untuk
eksaserbasi penyakit paru
obstruksi kronik.

Teofilin mungkin menimbulkan efek seperti fenitoin, karbamazepin,


aditif bila digunakan bersama agonis rifampisin, dan barbiturat. Perbedaan
beta-2 dosis kecil, kombinasi kedua waktu paruh antar pasien sangat
obat tersebut dapat meningkatkan penting karena teofilin mempunyai
risiko terjadinya efek samping, rentang terapi yang sempit, yaitu
termasuk hipokalemia.Teofilin dosis toksiknya dekat dengan dosis
dimetabolisme di hati, kadar teofilin terapinya. Pada kebanyakan pasien,
dalam plasma bervariasi terutama diperlukan kadar 10-20 mcg/mL
pada perokok, pasien dengan dalam plasma untuk efek bronkodilasi
gangguan hati dan gagal jantung, atau yang memuaskan walaupun pada
jika diberikan bersama dengan obat- kadar plasma 10 mcg/mL (atau
obat tertentu. Kadar teofilin dalam kurang) mungkin sudah efektif. Efek
plasma meningkat pada gagal samping dapat timbul pada kadar 10-
jantung, sirosis, infeksi virus, pada 20 mcg/mL, dan efek samping akan
lanjut usia dan jika ada obat yang semakin sering dan semakin berat
menghambat metabolisme teofilin. pada kadar di atas 20 mcg/mL.
Kadar teofilin dalam plasma menurun
pada perokok, dan alkoholisme kronik
dan oleh obat yang menginduksi
metabolismenya
MENGAPA TEOFILIN
DITAMBAHKAN PADA
OBAT TRADISIONAL?
Pabrik jamu tradisional terkadang menambahkan bahan
kimia obat dikarenakan permintaan konsumen dalam
pemakaian jamu yang semakin meningkat. Mencampurkan
bahan kimia obat ke dalam jamu sangatlah berbahaya
dikarenakan bahan kimia obat yang ditambahkan tergolong
dalam obat keras dan dalam pemakaian harus memakai
resep dokter. Biasanya bahan kimia obat yang ditambahkan
tidak ditakar terlebih dahulu dan dikonsumsi secara rutin
dengan jangka waktu yang lama.

Biasanya, pencampuran obat tradisional dengan bahan kimia obat sering


dilakukan agar obat tradisional tersebut dapat berkhasiat secara instan dan
cepat. BKO dalam obat tradisional inilah yang menjadi titik penjualan bagi
produsen. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan
produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak
terkontrol, baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan semata-
mata demi meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk
obat tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh.
KASUS.

1. Jamu As-Syifa Tumpas Habbatussauda yang diproduksi


oleh PT Izza Mandiri Sukses Jakarta yang positif
mengandung Teofilin

2. Alma Ramping Ayu Kapsul positif mengandung Teofilin

3. Sesak Nafas Batuk Asma Serbuk positif mengandung


Teofilin
GANGGUAN KESEHATAN
OLEH TEOFILIN

Berikut ini adalah efek samping yang mungkin


muncul setelah mengonsumsi teofilin:

Gangguan sistem saraf pusat, sakit kepala,


insomnia, mudah tersinggung, gelisah, dan kejang.
Diare, mual, dan muntah.
Diuresis (peningkatan jumlah urine).
Tremor.
Gangguan irama jantung.
Meningkatnya kadar kalsium dalam darah.
Kesulitan buang air kecil, pada pria lanjut usia
yang menderita gangguan prostat.
Serangan jantung.
Kejang.
Sulit buang air kecil.
Takikardia,
Palpitasi
gangguan saluran cerna,
insomnia
aritmia.
CARA MENGANALISIS
TEOFILIN

Analisis Teofilin menggunakan Kromatorafi Cair Kinerja


Tinggi (KCKT)

Pembuatan pelarut dilakukan dengan 2 tahap yaitu dengan pembuatan


pelarut A dan pelarut B. Mula-mula pelarut A dibuat dengan cara
menimbang 1,36 g natrium asetat, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL
kemudian ditambahkan dengan aquades 100 mL, digojog, ditambahkan 5
mL asam asetat glasial lalu diencerkan menggunakan aquades sampai tanda
batas (Pelarut A). Pelarut B dibuat dengan cara mengambil 70 mL asetonitril
kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 mL dan diencerkan
menggunakan pelarut A hingga tanda batas. Larutan kemudian dipindahkan
ke dalam erlenmeyer 1000 mL dan dihomogenkan menggunan hot plate
magnetic stirrer selama kurang lebih 8 menit supaya larutan tercampur
secara homogen, larutan disaring menggunkan millipore fase gerak dengan
ukuran 0,45 µm supaya tidak terdapat kontaminan dalam pelarut (Pelarut
B).

Langkah selanjutnya yaitu pembuatan larutan baku, pembuatan larutan


baku berfungsi sebagai pembanding. Dalam hal ini larutan baku dijadikan
sebagai standar uji untuk sampel yang akan dianalisis, dengan cara
menimbang sejumlah kurang lebih 10 mg Teofilin BPFI kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, dilarutkan dan diencerkan dengan
pelarut B sampai tanda batas (Larutan B1). Sejumlah 1,0 mL larutan baku B1
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, diencerkan dengan pelarut B sampai
tanda batas (Larutan B2). Sejumlah 0,5 mL larutan baku B2 dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 mL, diencerkan dengan pelarut B sampai tanda sehingga
diperoleh baku dengan konsentrasi 5 µg/mL. Larutan kemudian disaring
menggunakan millipore sampel ukuran 0,45 µm lalu dimasukkan ke dalam
botol vial tertutup, selanjutnya dilakukan degas selama kurang lebih 15
menit menggunakan sonikator (Larutan A).
Pertama, sampel yang akan diuji dipersiapkan terlebih dahulu.
Sampel ditimbang kurang lebih 0,5 g kemudian dimasukkan ke
dalam gelas beker 10 mL, ditambahkan sedikit demi sedikit
pelarut B kurang lebih 10 mL sambil diaduk, larutan kemudian
dihomogenkan menggunakan vortex mixer agar dapat
tercampur secara homogen, lalu disaring menggunakan
kertas saring whatman no. 42, hasil filtrat yang didapat
disaring kembali meggunakan millipore sampel dengan
ukuran 0,45 µm, selanjutnya dimasukkan kedalam botol vial
tertutup yang telah dibilas menggunakan pelarut B. Botol vial
yang sudah berisi larutan kemudian di degas menggunakan
sonikator selama kurang lebih 15 menit, tujuan dilakukannya
degas adalah menghilangkan zat-zat pengotor (misalnya air,
mineral, dan zat volatil lainnya) yang masih menempel/
terperangkap pada pori/ permukaan padatan tersebut
(Larutan B).

Cara Penetapannya yaitu larutan A dan larutan B masing-


masing dimasukkan secara bersamaan dan dilakukan
penetapan KCKT (Thermo Scientific Ultimate 3000) dengan
kondisi analisis: kolom menggunakan baja tahan karat yang
berisi oktadesilsilana C18 (4,6 x 250 mm) dengan ukuran
partikel 5 µm, fase gerak yang digunakan adalah asetonitril
dengan laju alir 1,0 mL per menit serta volume penyuntikan 20
µL, detektor yang digunakan adalah UV (Ultra Violet) dengan
panjang gelombang 280 nm.
REFERENSI
Bambang, R.S., 1986. Analisis Jamu. Jakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila
 
Banureah, E. M. 2009. Analisis Jamu Tradisional Indonesia Yang Beredar.
Medan: Jurnal Fakultas kesehatan masyarakat, Universitas Sumatera
Utara.
 
Direktorat Jendral POM RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan
Makanan.
 
Ditjen POM. 2000. Metode Analisis Pusat Pengujian Obat Dan Makanan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
 
Yuliarti, N. 2010. Sehat, Cantik, Bugar, dengan Herbal dan Obat
Tradisional. Penerbit : ANDI.
TEPIAN.
TEMPAT INFORMASI ANAFARMA

MEMBACA DAPAT MERUSAK


KEBODOHANMU

TRIMAKASIH BANYAK !
TIM REDAKSI

SOFYAN REZA ISKANDAR

@ FITRI HIDAYAT I

@Sofyanrezaiskandar @fitrihiday_

Anda mungkin juga menyukai