OBESITAS
Obesitas level III = IMT 40 atau lebih (disebut juga sebagai obesitas morbid)
Penyebab obesitas
Untuk dapat menjalani aktivitas sehari-hari, kita membutuhkan energi. Energi ini
kita dapat dari makanan yang kita konsumsi. Ketika jumlah asupan energi kita lebih besar
dari yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas, maka sisa energi tersebut akan disimpan
di tubuh dalam bentuk lemak.
Dua hal utama yang menyebabkan seseorang terkena obesitas adalah pola makan
yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik. Seseorang yang banyak mengonsumsi makanan
tinggi kalori dalam bentuk gula dan lemak, ditambah gaya hidupnya yang tidak banyak
bergerak, akan rentan untuk mengalami obesitas.
Selain faktor makanan dan gerak fisik, obesitas juga bisa disebabkan oleh masalah
kesehatan seperti hipotiroidisme atau kurangnya produksi hormon oleh kelenjar tiroid,
oleh obat-obatan seperti kortikosteroid, atau oleh faktor genetika.
Pengobatan obesitas
Obesitas tidak boleh diabaikan karena dapat memicu masalah kesehatan seperti
stroke, penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker seperti kanker
usus dan payudara. Obesitas dapat ditangani sendiri dengan disiplin menerapkan pola
makan sehat seperti mengonsumsi makanan rendah lemak dan gula, serta berolahraga
secara teratur seperti berjalan, bersepeda, bermain bulu tangkis, atau berenang.
Dalam beberapa kasus, obesitas dapat ditangani dengan operasi. Operasi biasanya
hanya dilakukan jika obesitas sudah sangat parah sehingga dikhawatirkan dapat
mengancam nyawa penderitanya. Operasi juga dipertimbangkan jika usaha-usaha
menurunkan berat badan yang sudah dilakukan untuk beberapa waktu tidak membuahkan
hasil.
Perlu Anda ingat bahwa penurunan berat badan yang dilakukan dengan usaha
sendiri membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karena itu dibutuhkan kesabaran serta
kontinuitas agar hasil dapat diraih dan dipertahankan dalam jangka panjang.
CEFTAROLINE FOSAMIL
Ceftaroline fosamil (Teflaro), sebuah sefalosporin injeksi antibiotik untuk
mengobati orang dewasa dengan community-acquired bacterial pneumonia (CABP) dan
kulit yang terkontaminasi oleh bakteri akut dan infeksi pada struktur kulit (ABSSSI),
termasuk methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Ini merupakan masalah
yang serius dan berpotensi mengancam nyawa dimana pengobatan baru untuk infeksi
diperlukan," kata Edward Cox, MD, MPH, direktur, Antimicrobial Products di FDA's
Center FDA's Center for Drug Evaluation and Research, dalam sebuah pernyataan.
Ceftaroline dievaluasi dalam empat fase, fase III uji klinis pada pasien yang
berusia 18 tahun atau lebih (dua masing-masing pada CABP dan pada ABSSSI). Dalam
percobaan CABP, komparator perlakuan antibakteri adalah ceftriaxone (Rocephin) dan
dalam percobaan ABSSSI, komparator perlakuan antibakteri adalah vancomycin
(Vancocin) ditambah aztreonam (Azactam).
PERUBAHAN
PENGARUH
FISIOLOGIS
FARMAKOKINETIK
LAMBUNG
DIPERCEPAT
STRUKTUR KULIT YANG TEBAL
MASSA JARINGAN ADIPOSA ,
UKURAN ORGAN ,
CARDIAC
OUTPUT
FRAKSI
AAG
PLASMA LIPID , FFA
JUMLAH HEPATOSIT , INFILTRASI
LEMAK KE HATI , KOLESTASIS ,
SULFASI DAN GLUKORONIDASE
ENZIM PADA METABOLISME FASE
I (), (), ()
UKURAN
GINJAL
PERMUKAAN
LUAS
GLOMERULUS
OBAT
BEBAS
(YANG
SEBANDING
PERUBAHAN
REABSORBSI TUBULUS
PADA
Tabel diatas menunjukkan karakteristik umum subjek yang diberi ceftaroline fosamil secara
I.V, karakteristik berdasarkan umur, jenis kelamin (pria), ras/etnis, jumlah berat badan, tinggi
badan, kadar serum kreatinin.
Umur
Rata- rata umur subyek yang digunakan yaitu 34.6 untuk subyek normal ke overweight,
35.8 pada obesitas kelas 1, 36.3 pada obesitas kelas 2, 34.8 pada obesitas kelas 3.
Jenis kelamin
Subyek pada penelitian ini lebih dominan pria dari pada wanita, dengan perbandingan 7
pria dari total 8 pada kategori normal ke overweight, 4 pria dari total 8 pada kategori
obesitas kelas 1, 5 pria dari total 8 pada kategori obesitas kelas 2, 6 pria dari total 8 pada
kategori obesitas kelas 3.
Ras/ etnis
Penelitian ini melibatkan 3 subyek ras/etnis, yaitu ras berkulit hitam, coklat, dan putih.
Pada subyek berkulit hitam didapat 2 dari 8 subyek kategori normal ke overweight, 5 dari
8 subyek kategori obesitas kelas 1, 5 dari 8 subyek kategori obesitas kelas 2, 2 dari 8
subyek kategori obesitas kelas 3.
Pada subyek berkulit coklat didapat 4 dari 8 subyek kategori normal ke overweight, 1
dari 8 subyek kategori obesitas kelas 1, 1 dari 8 subyek kategori obesitas kelas 2, 4 dari 8
subyek kategori obesitas kelas 3.
Pada subyek berkulit putih didapat 2 dari 8 subyek kategori normal ke overweight, 2 dari
8 subyek kategori obesitas kelas 1, 2 dari 8 subyek kategori obesitas kelas 2, 2 dari 8
subyek kategori obesitas kelas 3.
Tinggi Badan
Rata-rata tinggi badan yang digunakan pada subjek kategori normal ke overweight yaitu
173.2 cm, kategori obesitas kelas 1 yaitu 173.0 cm, kategori obesitas kelas 2 yaitu 174.6
cm, pada kategori obesitas kelas 3 yaitu 174.2 cm.
BMI (kg/m)
BMI pada kategori normal ke overweight yaitu 24.6, kategori obesitas kelas 1 yaitu 33.9,
kategori obesitas kelas 2 yaitu 37.4, kategori obesitas kelas 3 yaitu 48.1.
IBW (kg)
IBW pada kategori normal ke overweight yaitu 67.8, kategori obesitas kelas 1 yaitu 65.9,
kategori obesitas kelas 2 yaitu 67.9, kategori obesitas kelas 3 yaitu 68.2.
ABW (kg)
ABW pada kategori normal ke overweight yaitu 70.5, kategori obesitas kelas 1 yaitu
80.1, kategori obesitas kelas 2 yaitu 86.3, kategori obesitas kelas 3 yaitu 99.1.
LBW (kg)
LBW pada kategori normal ke overweight yaitu 56.4, kategori obesitas kelas 1 yaitu 61.6,
kategori obesitas kelas 2 yaitu 67.1, kategori obesitas kelas 3 yaitu 75.8.
BSA (m)
BSA pada kategori normal ke overweight yaitu 1.89, kategori obesitas kelas 1 yaitu 2.21,
kategori obesitas kelas 2 yaitu 2.35, kategori obesitas kelas 3 yaitu 2.65.
Tabel ini menunjukkan karakteristik fungsi renal yang dihitung berdasarkan mCLCR
(metabolisme klirens kreatinin) dan eCLCR (eliminasi klirens kreatinin).
mCLCR (ml/minute)
Metabolism klirens kreatinin pada kategori normal ke overweight yaitu 130.1, kategori
obesitas kelas 1 yaitu 140.3, kategori obesitas kelas 2 yaitu 164.0, kategori obesitas kelas
3 yaitu 181.9.
eCLCR (ml/minute)
Eliminasi klirens kreatinin pada kategori normal ke overweight yaitu 108.5, kategori
obesitas kelas 1 yaitu 120.7, kategori obesitas kelas 2 yaitu 150.5, kategori obesitas kelas
3 yaitu 222.4.
Grafik di atas menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi vs profil dari ceftaroline dalam
plasma pada kelompok ukuran tubuh.
Normal ke overweight
Konsentrasi obat ceftaroline pada subjek normal ke overweight menunjukkan
bahwa konsentrasi obat maksimal dalam plasma (Cmax) dicapai saat 1 jam
setelah pemberian obat dengan konsentrasi 23g/ml
Cmax
Rata-rata Cmax pada orang normal ke overweight sebesar 22,3 g/ml.
Rata-rata Cmax pada kelompok obesitas kelas I sebesar 19,2 g/ml.
Rata-rata Cmax pada kelompok obesitas kelas II sebesar 17,5 g/ml.
Rata-rata Cmax pada kelompok obesitas kelas III sebesar 14,3 g/ml.
Sehingga rata-rata dari semua subyek sebesar 18,3 g/ml.
Cmin
Rata-rata Cmin pada orang normal ke overweight sebesar 0,32 g/ml.
Rata-rata Cmin pada kelompok obesitas kelas I sebesar 0,28 g/ml.
Rata-rata Cmin pada kelompok obesitas kelas II sebesar 0,27 g/ml.
Rata-rata Cmin pada kelompok obesitas kelas III sebesar 0,33 g/ml.
Sehingga rata-rata dari semua subyek sebesar 0,30 g/ml.
AUC 0-12
Rata-rata AUC 0-12 pada orang normal ke overweight sebesar 51,9 g.h/ml.
Rata-rata AUC 0-12 pada kelompok obesitas kelas I sebesar 45,9 g.h/ml.
Rata-rata AUC 0-12 pada kelompok obesitas kelas II sebesar 42,3 g.h/ml.
Rata-rata AUC 0-12 pada kelompok obesitas kelas III sebesar 36,8 g.h/ml.
Sehingga rata-rata dari semua subyek sebesar 44,2 g.h/ml.
AUC 0-
Rata-rata AUC 0- pada orang normal ke overweight sebesar 53,0 g.h/ml.
Rata-rata AUC 0- pada kelompok obesitas kelas I sebesar 46,8 g.h/ml.
Rata-rata AUC 0- pada kelompok obesitas kelas II sebesar 43,1 g.h/ml.
Rata-rata AUC 0- pada kelompok obesitas kelas III sebesar 38,1 g.h/ml.
Sehingga rata-rata dari semua subyek sebesar 45,3 g.h/ml.
t1/2
Rata-rata t1/2 pada orang normal ke overweight sebesar 2,1 h.
Rata-rata t1/2 pada kelompok obesitas kelas I sebesar 2,2 h.
Rata-rata t1/2 pada kelompok obesitas kelas II sebesar 2,2 h.
Rata-rata t1/2 pada kelompok obesitas kelas III sebesar 2,5 h.
Sehingga rata-rata dari semua subyek sebesar 2,3 h.
Vz
Rata-rata Vz pada orang normal ke overweight sebesar 36,4 liters.
Rata-rata Vz pada kelompok obesitas kelas I sebesar 45,9 liters.
Rata-rata Vz pada kelompok obesitas kelas II sebesar 45,3 liters.
Rata-rata Vz pada kelompok obesitas kelas III sebesar 56,9 liters.
Sehingga rata-rata dari semua subyek sebesar 45,4 liters.
Vz
Rata-rata Vz pada orang normal ke overweight sebesar 0,49 liters/kg.
Rata-rata Vz pada kelompok obesitas kelas I sebesar 0,42 liters/kg.
Rata-rata Vz pada kelompok obesitas kelas II sebesar 0,40 liters/kg.
Rata-rata Vz pada kelompok obesitas kelas III sebesar 0,39 liters/kg.
Sehingga rata-rata dari semua subyek sebesar 0,43 liters/kg.
ClT
Rata-rata ClT pada orang normal ke overweight sebesar 12 liters/h.
Rata-rata ClT pada kelompok obesitas kelas I sebesar 13,2 liters/h.
VARIABEL
PARAMETER
OBESITAS 1
OBESITAS 2
OBESITAS 3
ABSORBSI
AUC
MENURUN
MENURUN
MENURUN
Cmax
MENURUN
MENURUN
MENURUN
DISTRIBUSI
Vd
MENINGKAT
MENINGKAT
MENINGKAT
EKSKRESI
Cl
MENINGKAT
MENINGKAT
MENINGKAT
T1/2
MENINGKAT
MENINGKAT
MENINGKAT
ABSORBSI
Pada absorbsi, parameter AUC dan Cmax memperoleh hasil menurun untuk
orang obesitas 1, 2 dan 3 karena kadar obat dalam plasma yang dapat diserap
oleh orang obesitas sedikit.
DISTRIBUSI
Pada parameter Vd meningkat karena pada pasien obesitas jaringan adiposa di
dalam tubuhnya berlebihan sehingga obat yang bersifat hidrofilik cenderung
untuk tidak terdistribusi.
EKSKRESI
Parameter
Cl
pada
orang
normal
menurun,pada
teori
obesitas
Parameter t1/2 pada orang normal meniingkat, pada teori untuk penderita
obesitas meningkat dan pada jurnal meningkat karena volume yang
dikeluarkan oleh tubuh lebih besar, sehingga waktu paruh yang
dibutuhkan untuk mengeluarkan obat tersebut akan semakin lama.
PEMBAHASAN
Ceftaroline telah digambarkan sebagai "generasi kelima" cephalosporin,
meskipun penerimaan untuk terminologi ini tidak universal. Ceftaroline juga telah
digambarkan sebagai "generasi kelima" cephalosporin, tetapi tidak memiliki cakupan
anti-pseudomonas atau VRE ceftobiprole. Mekanisme kerja golongan sefalosporin adalah
Sefalosporin merupakan bakterisida dan memiliki modus yang sama tindakan sebagai
lain beta-laktam antibiotik (misalnya penisilin) tetapi kurang rentan terhadap
penicillinases. Sefalosporin mengganggu sintesis peptidoglikan lapisan bakteri dinding
sel.
transpeptidation
terakhir
dalam
sintesis
peptidoglikan
yang
difasilitasi
oleh
transpeptidases dikenal sebagai penisilin-mengikat protein (PBPs). PBPs mengikat DAla-D-Ala pada akhir muropeptides (peptidoglikan prekursor) untuk CrossLink
peptidoglikan tersebut. Beta-laktam antibiotik meniru situs D-Ala-D-Ala, silang PBP
sehingga kompetitif menghambat peptidoglikan.
Berdasarkan jurnal didapatkan Kelompok TBW terendah yaitu pada subyek
normal ke overweight sedangkan pada kelompok TBW tertinggi dicocokkan berdasarkan
umur , jenis kelamin, ras atau etnis, dan tinggi badan. Kelompok obesitas kelas III
memiliki rata-rata TBW dan BMI dua kali lipat lebih tinggi daripada kelompok normal
ke overweight. Hal ini berarti obesitas kelas III memiliki mCLCR 39,8% lebih tinggi
daripada kelompok normal ke overweight , dan memiliki eCLCR dua kali lebih tinggi
daripada kelompok normal ke overweight.
KESIMPULAN
Penggunaan dosis Ceftaroline Fosamil terlepas dari ukuran tubuh, mungkin dapat
menurunkan
khasiatnya
bukan
hanya
pada
pasien
obesitas.
Ukuran tubuh adalah salah satu faktor yang membedakan profil farmakokinetik antar
individu tetapi sebab yang membedakan nya belum di ketahui secara lebih lanjut.
Hal utama yang tetap mempengaruhi parameter farmakokinetik adalah fisiologi
organ. Pada pasien obesitas,Cmax dan AUC semakin lama semakin menurun karena
volume distribusi obat menjadi lebih lama sesuai dengan ukuran tubuh. Serta pada pasien
obesitas, kondisi ginjal menjadi lebih besar serta terjadi perubahan pada fase reabsorbsi
tubulus yang menyebab Cl di ginjal prosesnya menjadi lebih lama, sehingga t1/2 nya pun
menjadi lebih lama. Selain itu jenis kelamin, usia, dan ras juga mempengaruhi profil
farmakokinetik.