I. DASAR TEORI
Rhodamin B yaitu zat pewarna berupa serbuk Kristal berwarna hijau atau
ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan warna merah
terang berflouresan digunakan sebagai bahan pewarna tekstil, cat, kertas, atau
pakaian (Khan, Sharma, & Ali, 2011). Rhodamin B dapat mengiritasi saluran
pernapasan dan juga bersifat karsinogenik atau mengacu pertumbuhan sel kanker
jika digunakan terus-menerus. Sifat karsinogenik tersebut disebabkan oleh unsur
N+ (Nitronium) dan Cl- (Klorin) yang terkandung pada rhodamin B yang bersifat
sangat reaktif dan berbahaya. Penumpukan Rhodamin B dalam hati akan
menyebabkan gangguan fungsi hati berupa kanker hati dan tumorhati (Chen, Xue,
Yao, Wang, Zhu, & Hong, 2012).
Gambar 1. Rhodamin B
Bahan pewarna ditambah dalam lipstick untuk menambah daya tarik
konsumen terhadap produk tersebut, akan tetapi banyak oknum-oknum yang tidak
66
67
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Aquades
2. HCL 4M
3. Rhodamin B
4. Na2SO4
5. n-Butanol
6. Metanol
7. Asam Asetat
8. Plastik warp
9. Plat KLT
10. Lidi
11. Penjepit Kertas
12. Pipa Kapiler
70
D. Identifikasi Sampel
NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
1. Menyiapkan plat KLT ukuran 5 Wardah : larutan A (sampel uji), larutan
x 9 cm, kemudian menotolkan B (larutan baku rhodamin B), campuran
sampel pada plat dengan larutan A dan B.
menggunakan pipa kapiler Maybelline : larutan A berwarna jingga,
dengan jarak 1 cm dari bagian larutan B berwarna merah, campuran
bawah plat. Jarak antara noda larutan A dan B berwarna pink.
74
V. ANALISIS DATA
Analisis data yang dilakukan yaitu analisis kualitatif dengan uji
kromatografi lapis tipis (KLT) dan analisis kuntitatif dengan spektrofotometri
UV-Visible. Analisis kualitatif berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan
rhodamin B dalam sampel lipstik menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)
yang merupakan salah satu teknik pemisahan suatu senyawa dengan prinsip
adsorpsi dan koefisien partisi. KLT digunakan karena pengujian menggunakan
metode ini mudah untuk dilakukan dan murah. Prinsip kromatografi lapis tipis
yaitu perbedaan kepolaran’like dissolve like’ dimana pelarut yang bersifat polar
akan berikatan dengan senyawa yang bersifat polar juga begitupun sebaliknya.
Semakin dekat kepolaran antar senyawa dengan eluent maka senyawa akan
semakin terbawa oleh fasa gerak tersebut. Sampel lipstik yang digunakan adalah
Wardah, Maybeline, Emina, Purbasari, Pixy, dan Viva. Analisis ini dilakukan
selain untuk memenuhi tuntutan praktikun analisis instrument juga karena
rhodamin B dalam kosmetik terutama lipstik perlu diawasi keberadaannya sebab
rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang biasa digunakan pada tekstil yang
penggunaannya dalam suatu sediaan dilarang karena dapat menimbulkan dampak
yang tidak diharapkan yakni gangguan pada kesehatan.
Tahap pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan uji atau
preparasi sampel. Preparasi sampel dilakukan untuk memperoleh larutan sampel
sehingga dapat dianalisis menggunakan KLT yang dalam penggunaannya
memerlukan sampel berbentuk larutan. Sebanyak 2 gram masing-masing sampel
ditimbang dan diletakkan dalam gelas kimia 100 mL dan dilakukan penambahan
HCl 4M sebanyak 16 tetes. Larutan HCl digunakan untuk mendestruksi senyawa-
76
senyawa yang ada di dalam sampel lipstik dan menstabilkan rhodamin yang agar
tidak berubah dari bentuk terionisasi ke bentuk netral. Selanjutnya dilakukan
penambahan metanol 20 mL yang berfungsi sebagai pelarut karena rhodamin B
mudah larut dan alkohol.
Tahap selanjutnya, peleburan di atas penangas air yang bertujuan untuk
mempercepat proses pelarutan lipstik yang berwujud padat hingga diperoleh
larutan berwarna merah. Hasilnya sampel wardah (I), maybeline (II), emina (III),
purbasari(IV), pixy (V), dan viva(VI), terbentuk campuran yaitu latutan dan
endapan. Setelah pemanasan dilakukan penambahan 0,01 g Na2SO4 yang
berfungsi menyerap air. Pada saat pemanasan, gelas kimia 100 mL ditutup dengan
kaca arloji yang berfungsi untuk meminimalisir penguapan karena metanol mudah
menguap apalagi jika dipanaskan. Setelah penambahan natrium sulfat anhidrat
larutan difiltrasi dengan cara disaring menggunakan kertas saring yang dilakukan
untuk memisahkan senyawa rhodamin B yang akan dianalisis dari senyawa-
senyawa pengotoryang dapat mengganggu absorbansi, misalnya basis lipstik.
Pada proses penyaringan diperoleh filtrat berupa larutan sampel dan endapan.
Filtrat yang diperoleh memiliki warna yang beragam diantaranya orange pekat
untuk sampel (I), dan merah untuk sampel II, III, IV, V, VI. Selain filtrat juga
diperoleh endapan dengan warna yang beragam pula seperti pink tua (sampel I),
merah (II, III, IV, V, VI). Filtrat yang berwarna merah diduga berasal dari
pewarna merah rhodamin B. setelah proses pembuatan sampel yang dilakukan
pembutan baku rhodamin B 1000 ppm (B) dengan melarutkan 10 mg rhodamin b
dengan 10 mL metanol yang berfungsi sebagai pelarut. Larutan baku ini
dugunakan sebagai pembanding nilai Rf dalam KLT. Filtrat yang diperoleh dari
hasil penyaringan dipekatkan kembali agar tidak terdapat air dalam filtrat tiap
sampel.
Selanjutnya dilakukan penyiapan fasa diam dan fasa gerak dari sistem
kromatografi lapis tipis ini. Fasa diam yang digunakan adalah silica gel yang
didalamnya terdapat plat tipis Al yang berfungsi untuk tempat berjalannya
adsorban sehingga proses migrasi analit oleh soloentnya dapat berjalan. Dalam
KLT adsorben yang digunakan berupa SiO2 yang tidak mengikat molekul air,
77
sehingga molekul yang terlihat fokus dan tajam. Fasa diam bersifat polar
sedangkan fasa gerak yang digunakan adalah campuran n-butanol, asam asetat ,
dan amoniak. Eluent yang digunakan bersifat lebih polar dari fasa diamnya agar
sampel yang polar tidak terikat kuat pada fasa diamnya akan tetapi terikat kuat
pada fasa geraknya. Penggunaan eluent ini disesuaikan dengan sifat polar
rhodamin B karena memiliki gugus karboksil dengan pasangan elektron bebas dan
gugus amina pada struktur molekulnya. Gugus karboksil dan amina ini akan
membentuk ikatan hidrogen intermolekular dengan pelarut polar sehingga mudah
larut dalam pelarut polar seperti alkohol. Oleh karena itu, digunakan campuran
eluent polar agar dapat mengelusi rhodamin B dengan baik.
Setelah dibentuk eluent, larutan eluent dijenuhkan terlebih dahulu yang
bertujuan untuk memastikan partikel fasa gerak terdistribusi merata pada seluruh
bagian chamber sehingga proses pergerakkan spot diatas fasa diamoleh fasa gerak
berlangsung optimal yang dapat dikatakan penjenuhan digunakan untuk
mengoptimalkan naiknya eluent. Selain itu juga berfungsi untuk menghindari
hasil tailing pada plat KLT. Untuk mengetahui kejenuhan tersebut maka
digunakan kertas atau plastik perekat yang diletakkan di atas bagian dalam
chamber. Kejenuhan ditandai dengan suhu di dalam chamber hangat serta
lembabnya penutup yang dapat berupa kertas saring atau plastik.
Selama proses penjenuhan, dilakukan persiapan fasa diam. Plat
aluminium (plat Al) yang digunakan berukuran 5×9 cm. Plat tersebut diberi batas
atas dan bawah masing-masing 1 cm yang berfungsi sebagai penanda gerak
tempuh eluent. Batas bawah dibuat sedemikian sehingga tidak terendam oleh
eluent. Selain itu, dilakukan penotolan larutan (B), larutan sampel (A), dan larutan
campuran (C) yang merupakan larutan hasil pencampuran 1 mL B dan 1 mL A
menggunakan pipa kapiler (penotolannya). Tujuan penggunaan pipa kapiler agar
penotolan kecil dan menghindari pelebarabn spot yang dapat mengganggu nilai Rf
karena memungkinkan terjadinya himpitan puncak. Penotolan dilakukan pada
garis bawah yang telah dibuat. Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga
mengering. Penotolan plat berjarak 1 cm pada tiap sampel A, B, dan C karena
78
Larutan B Orange
Larutan C Orange
2. Sampel II
Larutan A Orange Negatif(-)
Larutan B Orange
Larutan C Orange
3. Sampel III
Larutan A Orange Negatif(-)
Larutan B Orange
Larutan C Orange
4. Sampel IV
Larutan A Orange Negatif (-)
Larutan B Orange
Larutan C Orange
5. Sampel V
Larutan A Orange Negatif (-)
Larutan B Orange
Larutan C Orange
6. Sampel VI
Larutan A Orange Negatif (-)
Larutan B Orange
Larutan C orange
daya pisah yang dilakukan solvent (eluentnya) minimum. Rf optimal pada rentang
0,5- 0,8.
Rf sampel yang berdasarkan Rf baku yang mengindikasikan sampel
lipstik tidak mengadung rhodamin B yang berarti sampel I, II, III, IV, V, dan VI
tidak mengandung rhodamin menurut hasil perhitungan Rf. Penentuan kandungan
rhodamin pada lipstik menurut sinar UV adalah sampel I, II, III, IV, V, dan VI.
VI. KESIMPULAN
1. Menurut perhitungan Rf dengan rentan optimal 0,5-0,8 tidak ada sampel
yang mengandung Rhodamin B
2. Menurut sinar UV tidak ada sampel lipstik yang mengandung rhodamin B,
sehingga bernilai negatif (-).
82
DAFTAR PUSTAKA
Chen, X., Xue, Z., Yao, Y., Wang, W., Zhu, F., & Hong, C. (2012). Oxidation
Degradation Of Rhodamine B in Aqueous by UV/S2O82- Treatment System.
International Journal of Photoenergy. 1, (2).
Khan, T., Sharma A.S., & Imran, A. (2011). Absorption of Rhodamine B Dye
From Aqueous Solution Onto Acid Activated Mango (Magniferaindica)
Leaf Powder: Equilibrium, Kinetic, and Thermodinamic Studies. J. Of
Toxicology and Enviromental Health Sciences. 3, (10).
Wu, N., Gao, W., Lian, Y., Du, J., & Tie, X. (2017).The Transfer Of Natural
Rhodamine B Contamination From Raw Paprika Fruit To Capsicum Ole
Oresin During the Extraction Process. Food Chemistry. ISSN 70308-8146.
83
LAMPIRAN
A. Perhitungan
Menghitung harga Rf
a. Sampel 1 (Wardah)
b. Sampel 2 (Maybelline)
c. Sampel 3 (Emina)
d. Sampel 4 (Purbasari)
e. Sampel 5 (Pixy)
f. Sampel 6 (Viva)
B. Pertanyaan
1. Berapa panjang gelombang yang digunakan untuk mengetahui
kandungan rhodamin ?
Jawab :
Panjang gelombang yang digunakan untuk mengetahui kandungan
rhodamin B yaitu :
a) Sinar UV (pada percobaan) panjang gelombang yang digunakan
adalah 254 nm, bercak berwarna merah muda ketika dilihat secara
visual.
b) Spektrofotometri UV-VIS panjang gelombang yang digunakan adalah
500-600 nm, bercak yang muncul adalah berwarna merah muda ketika
dilihat secara visual.
3. Apa fase gerak lain yang dapat digunakan bandingkan dengan jurnal ?
Jawab :
Fase gerak lain yang dapat digunakan salah satunya adalah fase
geraknya berupa campuran dari n-butanol : etil asetat : amonia (10 : 4
: 5). Jika diamati secara visual noda berwarna merah jambu.
Pada jurnal lain yang menggunakan fase gerak yang berisi campuran
n-butanol, etil asetat dan amonia untuk menetapkan kadar rhodamin
B, dilakukan dengan spektrofotometri UV (cahaya tampak) panjang
panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan pada pecobaan yang
dilakukan menggunakan fase gerak dari campuran n-butanol : asam
asetat : aquades dengan panjang gelombang yang digunakan yaitu 254
nm. Untuk bercak noda berwarna merah jambu (Lidya & Fatmawati,
2013).
87
Fase diam lain yang dapat digunakan yaitu aluminium oksida, kiesel gur,
selulosa dan turunannya, poliamida dan lain-lain.
FLOWCHART
PERCOBAAN KE-III
Residu Filtrat
- Memekatkan di atas
penangas air
10 mg rhodamin B + 10 mL metanol
- Mencampurkan
- Mengomogenkan
Campuran
D. Identifikasi Sampel
Larutan A, B dan C
- Menotolkan pada plat KLT berurutan dengan
menggunakan pipa kapiler berjarak 1 cm dari bagian
bawah dan membiarkan beberapa saat
- Mengamati noda secara visual dan di bawag sinar UV, jika secara visual
noda berwarna merah jambu dan di bawah sinar UV asam berflorensi kuning
menunjukkan adanya rhodamin B.