Anda di halaman 1dari 25

PERCOBAAN III

Judul : Analisis Rhodamin B pada Lipstik Menggunakan KLT


Tujuan : Untuk Mengidentifikasi Kandungan Rhodamin B Dalam
Lipstik Berwarna Merah.
Hari/Tanggal : Rabu/17 Oktober 2018
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP ULM Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Rhodamin B yaitu zat pewarna berupa serbuk Kristal berwarna hijau atau
ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan warna merah
terang berflouresan digunakan sebagai bahan pewarna tekstil, cat, kertas, atau
pakaian (Khan, Sharma, & Ali, 2011). Rhodamin B dapat mengiritasi saluran
pernapasan dan juga bersifat karsinogenik atau mengacu pertumbuhan sel kanker
jika digunakan terus-menerus. Sifat karsinogenik tersebut disebabkan oleh unsur
N+ (Nitronium) dan Cl- (Klorin) yang terkandung pada rhodamin B yang bersifat
sangat reaktif dan berbahaya. Penumpukan Rhodamin B dalam hati akan
menyebabkan gangguan fungsi hati berupa kanker hati dan tumorhati (Chen, Xue,
Yao, Wang, Zhu, & Hong, 2012).

Gambar 1. Rhodamin B
Bahan pewarna ditambah dalam lipstick untuk menambah daya tarik
konsumen terhadap produk tersebut, akan tetapi banyak oknum-oknum yang tidak

66
67

bertanggung jawab menambahkan pewarna berbahaya pada sediaan lipstick


seperti Rhodamin B. Adanya produsen yang masih menggunakan Rhodamin B
pada produknya disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai
bahaya penggunaan bahan kimia tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat
kesadaran masyarakat yang masih rendah (Mamoto&Citraningtyas, 2013).
Penentuan kadar Rhodamin B dapat dilakukan dengan beberapa metode,
antara lain dengan kromatografi preparative dengan kromatografi cair kinerja
tinggi dengan spektrofotometer sinar tampak. Dalam penelitian ini digunakan
pemeriksaan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) karena metode
tersebut sederhana dan jug amemiliki ketelitian yang baik (Syakri, 2017).
Kromatografi merupakan salah satu teknik analisis yang terpenting untuk
pemisahan campuran senyawa-senyawa kimia. Pada dasarnya teknik kromatografi
terdiri dari 2 fase yaitu fase diam (berupa cairan atau padatan) dan fase gerak
(berupa cairan atau gas). Pemisahan komponen campuran dapat terjadi karena
adanya perbedaan kecepatan migrasi. Sedangkan perbedaan kecepatan migrasi ini
timbul karena adanya perbedaan perbandingan distribusi dari komponen
campuran antara dua fase tersebut (Khopkar, 1990).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan teknik kromatografi yang
berdasarkan pada prinsip absorbsi, bedanya dengan kromatografi kolom yaitu
konfigurasi KLT yang berbentuk planar (plate). Fase diam berupa padatan yang
diaplikasikan berbentuk datar pada permukaan kaca atau aluminium sebagai
penyangganya sedangkan fase gerak berupa zat cair seperti yang digunakan dalam
kromatografi kolom dan kromatografi kertas (Rubiyanto, 2017).
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah fundamental untuk “mendapatkan
visi” terkait metode pemisahan yang akan dipilih. Kromatografi lapis tipis akan
memvisualkan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam bahan sehingga bias
diketahui sifat-sifatnya terutama polaritas (Saifudin, 2014).
Teknik melakukan KLT dapat diringkaskan sebagaiberikut:
1. Lapisan tipis adsorben dibuat pada permukaan plat kaca atau aluminium
berukuran 5cm x 20cm; 20cm x 20cm. Untuk plat aluminium ukuran dapat
diperkecil dengan memotongnya sesuai keinginan kita.
68

2. Tebal lapisan bervariasi tergantung tujuan penggunaan KLT, adapun tebal


lapisan standard untuk plat KLT yang diperdagangkan umumunya ± 250𝜇𝑚.
3. Larutan campuran senyawa diteteskan pada jarak tertentu dari dasar plat
(±1,5 𝑐𝑚) dengan menggunakan pipet micro atau siringe agar volume
totolan dapat diketahui untuk analisis yang bersifat kuantitatif dan dapat
menggunakan pipa kapiler yang diruncingkan untuk analisis kualitatif.
4. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel dituangkan dulu dengan
membiarkan sejenak plat yang telah ditotol dengan sampel sebelum
dimasukkan kedalam bejana pengembang (development chamber) yang berisi
fase gerak (eluent).
5. Plat kromatografi dikembangkan dengan mencelupkan kedalam bejana
tersebut. Fase gerak yang digunakan dapat terdiri atas satu macam atau lebih
pelarut serta dapat juga digunakan pelarut yang sama dengan pelarut yang
melarutkan sampel.
6. Komponen-komponen senyawa akan bergerak dengan kecepatan berbeda
sesuai interaksi adsorbsinya dengan fase diam.
7. Kromatografi diakhiri ketika fasa gerak telah mencapai jarak tertentu dari
ujung plat lain. Komponen-komponen senyawa yang bergerak memiliki
perbedaan jarak masing-masing perbandingan ujung plat yang terkena eluent
sampai jarak terakhir warna disebut Rf (Retardation Factor) (Rubiyanto,
2017).
Bahan pewarna sintesis yang dilarang di Indonesia yang didasarkan pada
permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan pewarna , tidak
diizinkan menggunakan zat warna Rhodamin B karena pewarna ini hanya
digunakan untuk pewarna industry tekstil seperti kain, kertas, dan cat (Cahyadi,
2008). Paprika dalam pertanian dapat terkontaminasi rhodamin B alami karena
pupuk (Wu, Gao, Lian, Du & Tie, 2017).

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
69

1. Neraca Analitik 1 buah


2. Penangas Air 1 buah
3. Pipet Volume 1 buah
4. Lampu UV 1 buah
5. Lumpang dan Alu 8 set
6. Hot Plate 1 buah
7. Corong Kaca 4 buah
8. Erlenmeyer 8 buah
9. Pipet Tetes 12 buah
10. Labu Pengenceran 25 ml 1 buah
11. Labu Pengenceran 100 ml 1 buah
12. Gelas Ukur 10 ml 5 buah
13. Gelas Ukur 25 ml 2 buah
14. Gelas Kimia 50 ml 4 buah
15. Gelas Kimia 100 ml 8 buah

B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Aquades
2. HCL 4M
3. Rhodamin B
4. Na2SO4
5. n-Butanol
6. Metanol
7. Asam Asetat
8. Plastik warp
9. Plat KLT
10. Lidi
11. Penjepit Kertas
12. Pipa Kapiler
70

13. Sampel Lipstik :- Maybelline


- Emina
- Wardah
- Viva
- Pixy
- Purbasari

III. PROSEDUR KERJA


A. Pemeriksaan Kualitatif
Pembuatan larutan uji
1. Sebanyak 2 gram masing-masing sampel ditimbang dan meletakan di
dalam gelas kimia 100 ml.
2. Menambahkan 16 tetes asam klorida 4M serta metanol 20 ml.
3. Melebur di atas penangas air dan menambahkan 0,01 gram Na2SO4.
Kemudian mendiamkan selama 5 menit.
4. Menyaring dengan menggunakan kertas saring. Kemudian mengambil
filtratnya dan memekatkan kembali diatas penangas air, larutan pekatnya
memesukkan kedalam vial 5.
B. Pembuatan Larutan Baku Rhodamin B 1000 ppm
1. Menimbang rhodamin B sebanyak 10 mg dan melarutkan dengan 10 ml
metanol.
2. Kemudian mengocok hingga larut.
C. Pembuatan Larutan Campuran Rhodamin B
Mencampurkan 1 ml larutan A dan B kemudian menghomogenasikan.
D. Identifikasi Sampel
1. Menyiapkan plat KLT berukuran 5x9 cm.
2. Kemudian menotolkan sampel pada plat dengan pipa kapiler dengan jarak
1 cm dari bagian bawah plat. Jarak antara noda 1 cm.
3. Membiarkan beberapa saat hingga mengering.
71

4. Memasukan plat KLT yang telah mengandung cuplikan ke dalam chamber


yang terlebih dahulu jenuh dengan fase gerak, berupa n-butanol, asam
asetat, dan amoniak.
5. Membiarkan fase bergerak naik sampai hampir mendekati batas atas plat.
6. Kemudian mengankat plat KLT dan membiarkan kering di udara.
7. Mengamati noda secara visual dan di bawah sinar UV, jika secara visual
noda berwarna merah jambu dan di bawah sinar UV 254 nm berflorensi
kuning menunjukan adanya rhodamin B.

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Pemeriksaan Kualitatif (Pemeriksaan larutan uji) (A)
Lipstik” Maybelline, Emina, Wardah, Pixy, Purbasari, dan Viva”
NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
1. Menimbang 2 g sampel lipstik - 2g lipstik pixy
kemudian menggerus sampel - 2g lipstik Maybelline
menggunakan lumpang dan alu - 2g lipstik purbasari
- 2g lipstik Emina
- 2g lipstik Viva
- 2g lipstik Wardah
Di dalam masing-masing gelas kimia
100 ml.
2. Menambahkan 16 tetes HCL Pixy : campuran berwarna merah
4M dan 20 ml Metanol ke Maybelline : campuran berwarna
dalam gelas kimia yang berisi merah jingga
sampel Purbasari : terbentuk campuran
merah dan terdapat endapan lipstik
Emina : campuran berwarna merah
Viva : tidak bercapur berwarna
merah
Wardah : campuran berwarna merah
72

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


3. Meleburkan di atas penangas air Pixy : campuran
dan menambahkan 0,01 g Emina : campuran
Na2SO4 , kemudian Purbasari : sampel melebur tetapi
mendiamkan selama 5 menit masih terdapat sedikit padatan, dan
campuran mendingin
Maybelline : campuran berwarna
merah kejinggaan
Wardah : campuran melarut dan
masih ada lipstik yang pekat
Viva : campuran
4. Menyaring dengan kertas saring a. Pixy : filtrat di dalam
erlenmeyer, residu berwarna
merah.
b. Wardah : filtrat 3,1 mL
larutan berwarna merah
orange dan residu berendapan
merah muda
c. Maybelline : filtrat berwarna
jingga dan residu berwarna
merah
d. Emina : filtrat dan residu
berwarna merah
e. Purbasari : filtrat berwarna
orange dan residu berwarna
merah
f. Viva : filtrat di dalam
erlenmeyer dan residu
berwarna merah
6. Memekatkan filtrat kembali di Pixy : larutan pekat
73

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


penangas air Emina : larutan berwarna lebih pekat
Purbasari : filtrat pekat
Wardah : larutan Pekat
Viva : larutan pekat
Maybelline : larutan pekat

B. Pembuatan Larutan Baku Rodhamin B 1000 ppm (B)


NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
1. Menimbang rhodamin B 10 mg rodhamin B untuk setiap
sebanyak 10 mg untuk setiap sampel
sampel.
2. Melarutkan dengan 10 ml Wardah, emina, viva, dan pixy 10 mL
metanol, kemudian mengocok larutan baku Rhodamin B
hingga larut

C. Pembuatan Larutan Campuran Rodhamin B (C)


NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
1. 1 ml larutan A + 1 ml larutan Wardah, maybelline, viva, pixy,
B, kemudian purbasari, dan emina larutan berwarna
menghomogenasikan merah dan homogen.

D. Identifikasi Sampel
NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
1. Menyiapkan plat KLT ukuran 5 Wardah : larutan A (sampel uji), larutan
x 9 cm, kemudian menotolkan B (larutan baku rhodamin B), campuran
sampel pada plat dengan larutan A dan B.
menggunakan pipa kapiler Maybelline : larutan A berwarna jingga,
dengan jarak 1 cm dari bagian larutan B berwarna merah, campuran
bawah plat. Jarak antara noda larutan A dan B berwarna pink.
74

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


adalah 1 cm. Emina, purbasari, pixy, dan viva :
larutan A dan larutan B, campuran
larutan A dan B
2. Memasukkan plat KLT yang Sampel wardah, maybeline, amina,
telah mengandung cuplikan ke purbasari, vixy, dan viva
dalam chamber yang terlebih Fase gerak naik secara perlahan
dahulu jenuh dengan fase gerak
berupa n-butanol, asam asetat,
dan amoniak (10:4:5)
3. Membiarkan fase gerak bergerak Sampel wardah, Maybelline, emina,
naik hingga hampir mendekati viva, pixy, dan purbasari : plat kering
batas atas plat
4. Mengamati noda secara visual Wardah: fase gerak 6,7 cm, jarak noda
dan di bawah sinar UV. A 5,6 cm B 5,7 cm dan C 5,7 cm. Sinar
berwarna jingga yang menandakan
negatif mengandung rhodamin B.
Maybelline : fase gerak 7 cm, noda A
6,2, B 4 cm, dan C 6,2 cm. Sinar
berwarna merah muda yang
menunjukkan negatif mengandung
rhodamin B.
Emina : A 3,5 cm, B 3 cm, dan C 4 cm.
Pemeriksaan dengan sinar UV
menunjukkan negatif mengandung
rhodamin B.
Purbasari : A, B, dan C 6 cm. Sinar
berwarna orange kemerahmudahan
menandakan hasil negatif mengandung
rhodamin B.
75

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


Pixy : A 3,6 cm , B dan C 3,5 cm. Hasil
negatif
Viva : A 4 cm , B 4,1 cm , dan C 4,2
cm. Hasil negatif

V. ANALISIS DATA
Analisis data yang dilakukan yaitu analisis kualitatif dengan uji
kromatografi lapis tipis (KLT) dan analisis kuntitatif dengan spektrofotometri
UV-Visible. Analisis kualitatif berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan
rhodamin B dalam sampel lipstik menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)
yang merupakan salah satu teknik pemisahan suatu senyawa dengan prinsip
adsorpsi dan koefisien partisi. KLT digunakan karena pengujian menggunakan
metode ini mudah untuk dilakukan dan murah. Prinsip kromatografi lapis tipis
yaitu perbedaan kepolaran’like dissolve like’ dimana pelarut yang bersifat polar
akan berikatan dengan senyawa yang bersifat polar juga begitupun sebaliknya.
Semakin dekat kepolaran antar senyawa dengan eluent maka senyawa akan
semakin terbawa oleh fasa gerak tersebut. Sampel lipstik yang digunakan adalah
Wardah, Maybeline, Emina, Purbasari, Pixy, dan Viva. Analisis ini dilakukan
selain untuk memenuhi tuntutan praktikun analisis instrument juga karena
rhodamin B dalam kosmetik terutama lipstik perlu diawasi keberadaannya sebab
rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang biasa digunakan pada tekstil yang
penggunaannya dalam suatu sediaan dilarang karena dapat menimbulkan dampak
yang tidak diharapkan yakni gangguan pada kesehatan.
Tahap pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan uji atau
preparasi sampel. Preparasi sampel dilakukan untuk memperoleh larutan sampel
sehingga dapat dianalisis menggunakan KLT yang dalam penggunaannya
memerlukan sampel berbentuk larutan. Sebanyak 2 gram masing-masing sampel
ditimbang dan diletakkan dalam gelas kimia 100 mL dan dilakukan penambahan
HCl 4M sebanyak 16 tetes. Larutan HCl digunakan untuk mendestruksi senyawa-
76

senyawa yang ada di dalam sampel lipstik dan menstabilkan rhodamin yang agar
tidak berubah dari bentuk terionisasi ke bentuk netral. Selanjutnya dilakukan
penambahan metanol 20 mL yang berfungsi sebagai pelarut karena rhodamin B
mudah larut dan alkohol.
Tahap selanjutnya, peleburan di atas penangas air yang bertujuan untuk
mempercepat proses pelarutan lipstik yang berwujud padat hingga diperoleh
larutan berwarna merah. Hasilnya sampel wardah (I), maybeline (II), emina (III),
purbasari(IV), pixy (V), dan viva(VI), terbentuk campuran yaitu latutan dan
endapan. Setelah pemanasan dilakukan penambahan 0,01 g Na2SO4 yang
berfungsi menyerap air. Pada saat pemanasan, gelas kimia 100 mL ditutup dengan
kaca arloji yang berfungsi untuk meminimalisir penguapan karena metanol mudah
menguap apalagi jika dipanaskan. Setelah penambahan natrium sulfat anhidrat
larutan difiltrasi dengan cara disaring menggunakan kertas saring yang dilakukan
untuk memisahkan senyawa rhodamin B yang akan dianalisis dari senyawa-
senyawa pengotoryang dapat mengganggu absorbansi, misalnya basis lipstik.
Pada proses penyaringan diperoleh filtrat berupa larutan sampel dan endapan.
Filtrat yang diperoleh memiliki warna yang beragam diantaranya orange pekat
untuk sampel (I), dan merah untuk sampel II, III, IV, V, VI. Selain filtrat juga
diperoleh endapan dengan warna yang beragam pula seperti pink tua (sampel I),
merah (II, III, IV, V, VI). Filtrat yang berwarna merah diduga berasal dari
pewarna merah rhodamin B. setelah proses pembuatan sampel yang dilakukan
pembutan baku rhodamin B 1000 ppm (B) dengan melarutkan 10 mg rhodamin b
dengan 10 mL metanol yang berfungsi sebagai pelarut. Larutan baku ini
dugunakan sebagai pembanding nilai Rf dalam KLT. Filtrat yang diperoleh dari
hasil penyaringan dipekatkan kembali agar tidak terdapat air dalam filtrat tiap
sampel.
Selanjutnya dilakukan penyiapan fasa diam dan fasa gerak dari sistem
kromatografi lapis tipis ini. Fasa diam yang digunakan adalah silica gel yang
didalamnya terdapat plat tipis Al yang berfungsi untuk tempat berjalannya
adsorban sehingga proses migrasi analit oleh soloentnya dapat berjalan. Dalam
KLT adsorben yang digunakan berupa SiO2 yang tidak mengikat molekul air,
77

sehingga molekul yang terlihat fokus dan tajam. Fasa diam bersifat polar
sedangkan fasa gerak yang digunakan adalah campuran n-butanol, asam asetat ,
dan amoniak. Eluent yang digunakan bersifat lebih polar dari fasa diamnya agar
sampel yang polar tidak terikat kuat pada fasa diamnya akan tetapi terikat kuat
pada fasa geraknya. Penggunaan eluent ini disesuaikan dengan sifat polar
rhodamin B karena memiliki gugus karboksil dengan pasangan elektron bebas dan
gugus amina pada struktur molekulnya. Gugus karboksil dan amina ini akan
membentuk ikatan hidrogen intermolekular dengan pelarut polar sehingga mudah
larut dalam pelarut polar seperti alkohol. Oleh karena itu, digunakan campuran
eluent polar agar dapat mengelusi rhodamin B dengan baik.
Setelah dibentuk eluent, larutan eluent dijenuhkan terlebih dahulu yang
bertujuan untuk memastikan partikel fasa gerak terdistribusi merata pada seluruh
bagian chamber sehingga proses pergerakkan spot diatas fasa diamoleh fasa gerak
berlangsung optimal yang dapat dikatakan penjenuhan digunakan untuk
mengoptimalkan naiknya eluent. Selain itu juga berfungsi untuk menghindari
hasil tailing pada plat KLT. Untuk mengetahui kejenuhan tersebut maka
digunakan kertas atau plastik perekat yang diletakkan di atas bagian dalam
chamber. Kejenuhan ditandai dengan suhu di dalam chamber hangat serta
lembabnya penutup yang dapat berupa kertas saring atau plastik.
Selama proses penjenuhan, dilakukan persiapan fasa diam. Plat
aluminium (plat Al) yang digunakan berukuran 5×9 cm. Plat tersebut diberi batas
atas dan bawah masing-masing 1 cm yang berfungsi sebagai penanda gerak
tempuh eluent. Batas bawah dibuat sedemikian sehingga tidak terendam oleh
eluent. Selain itu, dilakukan penotolan larutan (B), larutan sampel (A), dan larutan
campuran (C) yang merupakan larutan hasil pencampuran 1 mL B dan 1 mL A
menggunakan pipa kapiler (penotolannya). Tujuan penggunaan pipa kapiler agar
penotolan kecil dan menghindari pelebarabn spot yang dapat mengganggu nilai Rf
karena memungkinkan terjadinya himpitan puncak. Penotolan dilakukan pada
garis bawah yang telah dibuat. Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga
mengering. Penotolan plat berjarak 1 cm pada tiap sampel A, B, dan C karena
78

untuk menghindari bergabungnya spot masing-masing larutan dan tidak boleh


terlalu pekat untuk menghindari adanya tailing saat spot naik bersama fasa gerak.
Selanjutnya, plat dimasukkan hati-hati ke dalam chamber tertutup yang
dalam hal ini berupa gelas kimia yang berisi fasa gerak dengan posisi fasa gerak
yang di bawah garis. KLT ini menggunakan metode ascending (naik) kemudian
fasa gerak naik sampai hampir mendekati batas atas plat. Fasa gerak naik perlahan
meskipun melawan gravitasi, namun eluent dapat naik karena adanya afinitas.
Dalam proses naiknya fasa gerak, komponen-komponen yang berbeda dari
campuran berjalan pada tingkat yang berbeda sesuai kepolarannya. Setelah fasa
gerak naik hampir mendekati batas atas plat (jarak 1 cm dari atas plat), plat KLT
diangkat dan dikeringkan dengan hair dryer yang bertujuan untuk menguapkan
sisa pelarut yang masih terdapat pada plat untuk menjamin penguapan telah
sempurna dan agar spot jelas terlihat.
Kemudian diamati dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm.
UV254 tersebut merupakan deteksi universal yang bisa digunakan untuk senyawa
yang berflouresensi seperti rhodamin B. hasilnya terbentuk 3 spot berflouresensi
berwarna orange (visual) orange (UV) pada larutan A sampel I, pink (visual)
kuning terang (UV) pada larutan B dan C sampel I, merah (visual) larutan A, pink
(visual) larutan B, merah (visual) larutan C pada sampel II, pink (visual) larutan
B, dan merah (visual) larutan C pada sampel III, hitam (visual) larutan A, orange
(visual) larutan B, orange (visual) larutan C sampel IV, orange (visual) larutan A
dan pink (visual) larutan B sampel V, hitam (visual) larutan A, orange (visual)
larutan B, hitam campur orange (visual) larutan C sampel VI, hitam (visual)
larutan A, orange (visual) larutan B, hitam bercampur orange (visual) larutan C
sampel VII, dan coklat sedikit warna kuning (visual) larutan A, orange (visual)
larutan B sampel VIII. Dapat dilihat pada tabel :

No. Sampel Warna Positif/negatif


1. Sampel I
 Larutan A  Orange Negatif (-)
79

 Larutan B  Orange
 Larutan C  Orange
2. Sampel II
 Larutan A  Orange Negatif(-)
 Larutan B  Orange
 Larutan C  Orange
3. Sampel III
 Larutan A  Orange Negatif(-)
 Larutan B  Orange
 Larutan C  Orange
4. Sampel IV
 Larutan A  Orange Negatif (-)
 Larutan B  Orange
 Larutan C  Orange
5. Sampel V
 Larutan A  Orange Negatif (-)
 Larutan B  Orange
 Larutan C  Orange
6. Sampel VI
 Larutan A  Orange Negatif (-)
 Larutan B  Orange
 Larutan C  orange

Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh jarak tempuh eluen yaitu 6,7 cm


(sampel I), 7 cm (sampel II, III, IV, V dan VI). Kemudian dilakukan perhitungan
Rf dengan menggunakan rumus.
Rf yang didapatkan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
(Dapat dilihat pada lampiran perhitungan)
No. Sampel Harga Rf
80

No. Sampel Harga Rf


1. Sampel I
 Larutan A  0,83 cm
 Larutan B  0,85 cm
 Larutan C  0,85 cm
2. Sampel II
 Larutan A  0,88 cm
 Larutan B  0,57 cm
 Larutan C  0,88 cm
3. Sampel III
 Larutan A  0,5 cm
 Larutan B  0,54 cm
 Larutan C  0,57 cm
4. Sampel IV
 Larutan A  0,85 cm
 Larutan B  0,85 cm
 Larutan C  0,85 cm
5. Sampel V
 Larutan A  0,51 cm
 Larutan B  0,5 cm
 Larutan C  0,5 cm
6. Sampel VI
 Larutan A  0,57 cm
 Larutan B  0,58 cm
 Larutan C  0,6 cm

Nilai Rf menyatakan ukuran daya pisah suatu zat dengan kromatografi


planar (KLT), dimana jika nilai Rf-nya besar berarti daya pisah zat yang
dilakukan solvent (eluentnya) maksimum sedangkan jika nilai Rf-nya kecil berarti
81

daya pisah yang dilakukan solvent (eluentnya) minimum. Rf optimal pada rentang
0,5- 0,8.
Rf sampel yang berdasarkan Rf baku yang mengindikasikan sampel
lipstik tidak mengadung rhodamin B yang berarti sampel I, II, III, IV, V, dan VI
tidak mengandung rhodamin menurut hasil perhitungan Rf. Penentuan kandungan
rhodamin pada lipstik menurut sinar UV adalah sampel I, II, III, IV, V, dan VI.

VI. KESIMPULAN
1. Menurut perhitungan Rf dengan rentan optimal 0,5-0,8 tidak ada sampel
yang mengandung Rhodamin B
2. Menurut sinar UV tidak ada sampel lipstik yang mengandung rhodamin B,
sehingga bernilai negatif (-).
82

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. (2006). Kajian dan Analisis Bahan Tambahan Pangan Edisi


Pertama. Jakarta: BumiAksara.

Chen, X., Xue, Z., Yao, Y., Wang, W., Zhu, F., & Hong, C. (2012). Oxidation
Degradation Of Rhodamine B in Aqueous by UV/S2O82- Treatment System.
International Journal of Photoenergy. 1, (2).

Khan, T., Sharma A.S., & Imran, A. (2011). Absorption of Rhodamine B Dye
From Aqueous Solution Onto Acid Activated Mango (Magniferaindica)
Leaf Powder: Equilibrium, Kinetic, and Thermodinamic Studies. J. Of
Toxicology and Enviromental Health Sciences. 3, (10).

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Mamoto, L.V., & Citraningtyas, F.G. (2013). Analisis Rhodamin B padaLipstik

Rubiyanto, D. (2017). Metode Kromatografi Prinsip Dasar Praktikum dan


Pendekatan Pembelajaran Kromatografi. Yogyakarta : CV. Budi Utama.

Saifudin, A. (2014). Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori, Konsep, dan


Teknik Pemurnian. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Syakri, S. (2017). Analisis Kandungan Rhodamin B Sebagai Pewarna Pada


Sediaan Lipstik Impor yang Beredar di Kota Makasar. JK FIK UINAM. 5,
(1).

Wu, N., Gao, W., Lian, Y., Du, J., & Tie, X. (2017).The Transfer Of Natural
Rhodamine B Contamination From Raw Paprika Fruit To Capsicum Ole
Oresin During the Extraction Process. Food Chemistry. ISSN 70308-8146.
83

LAMPIRAN

A. Perhitungan
Menghitung harga Rf
a. Sampel 1 (Wardah)

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐴 5,6 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐴 = = = 0,83
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 6,7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐵 5,7 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐵 = = = 0,85
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 6,7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐶 5,7 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐶 = = = 0,85
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 6,7 𝑐𝑚

b. Sampel 2 (Maybelline)

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐴 6,2 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐴 = = = 0,88
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐵 4 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐵 = = = 0,57
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐶 6,2 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐶 = = = 0,88
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

c. Sampel 3 (Emina)

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐴 3,5 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐴 = = = 0,5
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚
84

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐵 3,8 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐵 = = = 0,54
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐶 4 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐶 = = = 0,57
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

d. Sampel 4 (Purbasari)

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐴 6 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐴 = = = 0,85
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐵 6 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐵 = = = 0,85
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐶 6 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐶 = = = 0,85
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

e. Sampel 5 (Pixy)

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐴 3,6 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐴 = = = 0,51
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐵 3,5 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐵 = = = 0,5
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐶 3,5 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐶 = = = 0,5
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚
85

f. Sampel 6 (Viva)

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐴 4 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐴 = = = 0,57
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐵 4,1 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐵 = = = 0,58
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝐶 4,2 𝑐𝑚


𝑅𝑓 𝐶 = = = 0,6
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 7 𝑐𝑚
86

B. Pertanyaan
1. Berapa panjang gelombang yang digunakan untuk mengetahui
kandungan rhodamin ?
Jawab :
Panjang gelombang yang digunakan untuk mengetahui kandungan
rhodamin B yaitu :
a) Sinar UV (pada percobaan) panjang gelombang yang digunakan
adalah 254 nm, bercak berwarna merah muda ketika dilihat secara
visual.
b) Spektrofotometri UV-VIS panjang gelombang yang digunakan adalah
500-600 nm, bercak yang muncul adalah berwarna merah muda ketika
dilihat secara visual.

2. Apa fungsi dari natrium sulfat (Na2SO4) ?


Jawab :
Fungsi dan kegunaan natrium sulfat yaitu untuk mengikat atau menyerap
air yang tersisa setelah penguapan agar didapatkan larutan murni.

3. Apa fase gerak lain yang dapat digunakan bandingkan dengan jurnal ?
Jawab :
 Fase gerak lain yang dapat digunakan salah satunya adalah fase
geraknya berupa campuran dari n-butanol : etil asetat : amonia (10 : 4
: 5). Jika diamati secara visual noda berwarna merah jambu.
 Pada jurnal lain yang menggunakan fase gerak yang berisi campuran
n-butanol, etil asetat dan amonia untuk menetapkan kadar rhodamin
B, dilakukan dengan spektrofotometri UV (cahaya tampak) panjang
panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan pada pecobaan yang
dilakukan menggunakan fase gerak dari campuran n-butanol : asam
asetat : aquades dengan panjang gelombang yang digunakan yaitu 254
nm. Untuk bercak noda berwarna merah jambu (Lidya & Fatmawati,
2013).
87

4. Selain dengan menggunakan sinar UV, metode apa yang digunakan


untuk mengetahui rhodamin ?
Jawab :
Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui rhodamin B adalah
spektrofotometri UV-VIS dengan panjang gelombang 554 nm (Fahmi &
Suprapto, 2015). Selain itu untuk mengetahui rhodamin B juga dapat
digunakan metode kromatografi kertas, dengan cara menotolkan sampel
dan zat pembanding seperti rhodamin B pada titik yang telah ditentukan
pada kertas whatman dengan fase gerak NaCl 2 % dalam alkohol 50 %.

5. Berapa ambang batas yang diperbolehkan ? Apa dampak lebih lanjut


penggunaan rhodamin bagi tubuh ?
Jawab :
 Ambang batas rhodamin yang diperbolehkan yaitu tidak ada, karena
rhodamin merupakan zat warna sintetis yang dilarang penggunaannya
untuk makanan dan kosmetik.
 Dampak lanjut penggunaan rhodamin B pada tubuh :
 Rhodamin B tidak dapat dicerna oleh tubuh dan akan mengendap
secara utuh dalam hati sehingga dapat menyebabkan keracunan
hati.
 Rhodamin B yang digunakan pada mulut dapat menimbulkan iritasi
sampai dengan terjadi peradangan akan berpengaruh pada
pengurangan asupan makanan dan minuman serta akan berlanjut
pada gangguan saluran pencernaan.
 Rhodamin B dapat menimbulkan keracunan kronis dan kematian.
Keracunan kronis dapat terjadi gangguam fisikologis tubuh seperti
kerusakan syaraf, gangguan organ tubuh dan kanker (Lidya &
Fatmawati, 2013).

6. Selain fase silika fase diam apa yang dapat digunakan ?


Jawab :
88

Fase diam lain yang dapat digunakan yaitu aluminium oksida, kiesel gur,
selulosa dan turunannya, poliamida dan lain-lain.

7. Apa saja syarat pembentukan fase gerak ?


Jawab :
Syarat-syarat fase gerak :
a) Pelarut dengan poliaritas rendah.
b) Pelarut yang digunakan tidak boleh lebih dari 3 jenis pelarut.
c) Memiliki tingkat kemurnian pelarut yang tinggi.
89

FLOWCHART

PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

PERCOBAAN KE-III

“Analisis Rhodamin B pada Lipstik Menggunakan KLT”

A. Pembuatan Larutan Uji


2 g sampel + 16 tetes HCl 4 N + 20 mL
metanol - Menimbang
- Meletakkan dalam gelas kimia 100
mL
Campuran + 0,01 g Na2SO4

- Meleburkan di atas penangas air

- Mendiamkan selama 5 menit

- menyaring menggunakan kertas saring

Residu Filtrat
- Memekatkan di atas
penangas air

Larutan pekat (A)

Nb : memasukkan larutan pekat ke dalam vial 5

B. Pembuatan LarutanBaku Rhodamin B 1000 ppm

10 mg rhodamin B + 10 mL metanol

- Menimbang, melarutkan dan mengocok larutan

Larutan baku rhodamin B 1000 ppm (B)


90

C. Pembuatan Larutan Campuran Rhodamin B


1 mL larutan (A) + 1 mL larutan (B)

- Mencampurkan

- Mengomogenkan

Campuran

D. Identifikasi Sampel
Larutan A, B dan C
- Menotolkan pada plat KLT berurutan dengan
menggunakan pipa kapiler berjarak 1 cm dari bagian
bawah dan membiarkan beberapa saat

Plat KLT mengandung cuplikan

- Memasukkan ke dalam chamber yang terlebih dahulu


jenuh dengan fase gerak berupa n-butanol, asam asetat
dan amoniak (10 : 4: 5).
- Membiarkan fase bergerak naik hampir mendekati
batas atas pat.
- Mengangkat plat KLT dan membiarkan kering di
udara.

Plat KLT kering

Nb : - Jarak antar noda adalah 1 cm

- Mengamati noda secara visual dan di bawag sinar UV, jika secara visual
noda berwarna merah jambu dan di bawah sinar UV asam berflorensi kuning
menunjukkan adanya rhodamin B.

Anda mungkin juga menyukai