Anda di halaman 1dari 5

PENETAPAN KADAR PEWARNA RHODAMIN DALAM SEDIAAN KOSMETIK

BERBENTUK SOLID MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER


MENGGUNAKAN METODE STANDAR ADISI

I. Tujuan
Memahami cara penentuan kadar rhodamin dalam sampel menggunakan metode
standar adisi dengan spektro UV-Vis

II. Prinsip
1. Adsorpsi
Jurnal seb
2. Hukum Lambert-Beer
Jurnal seb

III. Reaksi
-

IV. Teori Dasar


Rhodamin memiliki kelarutan yaitu sangat larut dalam air dan alkhol, sedikit
larut dalam asam hidroklorida dan natrium hidroksida (Merck Index, 2006). Pemerintah
Indonesia melalui peraturan menteri kesehatan (PermenKes) no
239/menkes.per/V/1985 telah menetapkan 30 lebih zat pewarna berbahaya jika
digunakan salah satu diantaranya adalah rhodamin (Depkes Ri, 1985)
Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk Kristal berwarna
kehijauan, dalam bentuk larutan pada konsentrasi tinggi berwarna merah keunguan dan
konsentrasi rendah berwarna merah terang (Terstiati, 2003; Merck Index, 2006).
Rhodamin B termasuk golongan pewarna xanthenes basa, dan terbuat dari
metadietilaminofenol dan ftalik anhidrad, suatu bahan yang tidak bisa dimakan
(Nainggorlan dan Sihombing, 1984) serta sangat berfluoresensi (Merck Index, 2006).
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjnag gelombang dan intensitas
sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbpsi oleh sampel. Spktrum yang
dihasilkan berfungsi sebagai tolak ukur untuk analisis kuantitatif, dengan cara
menghitung konsentrasi analit menggunkana hukum lambert beer (Dachriyanus, 2014).
Hukum lambert beer adalah hubungan linearitas antara absorban dengan konsentrasi
larutan analit yang dirumuskan:
A = a x b x c atau A = eplsiol x b x c

Dimana A = absorban
B = ketebalan kuvet
C =konsentrasi
a = absorptivitas
epsiolon = absrorptivitas molar
Metode standar adisi dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahn
yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.
Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu kemudia diukur
absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebllum
diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah tertentu larutan
standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama (Christina, 2006). Rhodamin
B secara teoritis memiliki panjnag gelombang maksimum pada 554 nm (Hasanah et al,
2014).
Suatu zat dapat menggunakan metode standar adisi jika konsentrasi sampel yang
akan dianalisis sangat rendah, matrik dari sampel yang digunakan memiliki efek
menggangu yang besar terhadap analitnya, dan jumlah sampel yang sedikit (Khopkar,
1990).
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT
merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk
identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah
sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain
kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat
berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh
dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa
murni skala kecil (Fessenden,2003)
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada
pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada
dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak
senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada (Soebagil,2002):

V. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Chamber KLT
b. Gelas kimia
c. Kertas Perkamen
d. Kertas Saring
e. Labu ukur
f. Neraca Analitik
g. Pipa Kapiler
h. Pipet Volume
i. Plastic Wrap
j. Sentrifugator
k. Spatel
l. Spektrofotometer UV-Vis
m. UV Chamber

2. Bahan
a. Ammonia
b. Aquadest
c. Aseton
d. Etanol 96%
e. n-Heksan
f. Rhodamin B Baku
g. Sampel Kosmetik
h. Silica Gel

VI. Prosedur
1. Pembuatan Pelarut (Etanol 70%)
Diencerkan 364.6 mL etanol 96% dengan aquadest ad. 500 mL.

2. Pembuatan Larutan Baku Rhodamin (1000 ppm)


Dilarutkan 50 mg Rhodamin B baku dalam 50 mL etanol 70% dalam labu ukur
50 mL.

3. Pengenceran Larutan Baku 50 ppm


Diambil sebanyak 5 mL larutan baku rhodamine, lalu dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL. Ditambahkan etanol hingga tanda batas.

4. Preparasi Sampel
Ditimbang sebanyak 500 mg sampel, ekstraksi dengan 5 mL n-heksan memakai
sentrifugator. Ekstraksi bagian yang tidak terlarut dengan menggunakan 5 mL
etanol 70%, lalu diambil bagian yang terlarut. Larutan yang sudah diencerkan
dengan etanol 70% ad. 25 mL dalam labu ukur.

5. Pembuatan Eluen
Digunakan campuran aseton:ammonia:aquadest (45:4:1) sebanyak 10 mL.

6. KLT
Eluen dimasukkan ke dalam chamber KLT lalu ditutup dengan plastic wrap dan
didiamkan selama 30 menit hingga jenuh. Ditotolkan sampel dengan pipa
kapiler pada jarak 1 cm dari bagian bawah silika gel lalu ditotolkan juga larutan
baku dengan pipa kapiler dengan rentang jarak antara totolan sampel dan baku.
Silika dikeringkan lalu dikembangkan dalam chamber KLT hingga eluen
bergerak menuju batas atas. Keringkan silika gel di bawah udara, lalu diamati
fluorosensi dari silika gel pada 254 nm dan 366 nm.

7. Penetapan Kadar Rhodamin Sampel


Disiapkan 5 buah labu ukur 10mL, lalu memasukkan 3mL sampel ke masing –
masing labu ukur, kemudian masing masing labu ditambahkan baku rhodamin
dengan variasi volume 1mL, 2mL, 3mL, 4mL, 5mL dan ditambahkan etanol
70% hingga 10ml. Serapan masing – masing larutan diukur pada panjang
gelombang 549nm. Dibuat kurva baku dan dihitung konsentrasi rhodamin B
dalam sampel.
Cairns, D. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Christina P. 2005. Petunjuk Praktikum Instrumentasi Kimia “Analisis Kesalahan Dalam
Spektrometri Serapan Atom”. Yogyakarta: STTN BATAN
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang:
Universitas Andalas Press
Depkes RI. 1985. Permenkes Ri NO.239/Menkes/Per/V/1985 tentang zat warna tertentu
yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Jakarta: Depkes RI
Gulton dan Lubis. 2014. Aplikasi Karbon Aktif Dari Cangkang Kelapa Sawit dengan
Aktivator H3PO4 untuk Penyerapan Logam Berat Cd dan Pb. Jurnal Teknik Kimia
USU. 3 (1): 5-10
Hasanah et al. 2014. Identifikasi Rhodamin B pada Produk Pangan dan Kosmetik yang
Beredar di Banudng. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 12(1): 104-109
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Merck Index. 2006. An Encyclopedia of Chemicals, Drugs and Biologicals. USA: Merck
Co.Inc
Trestati, Mela. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak SD
(Studi Kasus: Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung).
Bandung: Pascasarjana Fakultas Kesehatan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai