Anda di halaman 1dari 4

Ajeng Ratna Ningtyas

260110150112

Kelas C 2015

UTS Review Jurnal

Jika menyebutkan nama suku Madura, maka terdapat 3 hal yang selalu
terbayang. Yang pertama adalah religiusitas masyarakat Madura, carok, kerapan
sapi, dan ramuan jamu. Jamu Madura selalu tetap ada dan selalu menjadi identitas
masyarakat Madura sebagai produk budaya turun temurun, jika generasi generasi
berikutnya tetap melestarikannya.

Setiap orang mendengar jamu Madura yang terbayang adalah


keampuhannya. Beberapa jenis jamu Madura adalah antara lain jamu melahirkan
yang diperuntukkan untuk ibu yang baru melahirkan agar tetap sehat dan tubuh
akan kembali bugar. Jamu salekarang mencegah sariawan dan menghilangkan bau
tidak sedap. Jamu pakaan diperuntukan bagi wanita yang sudah menikah. Jamu
bengkes diperuntukan untuk menjaga tubuh agar tetap sehat sehabis menstruasi.

Jamu Madura dikenal keampuhannya karena masyarakat Madura sendiri


suka merantau untuk menjadi pekerjaan di luar pulau Madura. Para perantau
tersebut membawa jamu untuk menjaga kesehatan agar tetap bugar. Perantauan ini
juga dilakukan untuk memperoleh tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan
tempat asal.

Tingginya tingkat konsumsi jamu dikarenakan ramuan tradisional ini


memiliki manfaat yang secara langsung sebagian besar (95,06%) pengguna jamu
menyatakan bahwa ramuan ini mampu meningkatkan daya tahan dan perawatan
tubuh. Subur Kandungan merupakan salah satu ramuan yang banyak digunakan di
Madura. Pemasalahan dalam melakukan pengembangan ramuan adalah belum
terstandarisasinya bahan baku yang digunakan untuk ramuan Madura, karena bahan
baku tersebut sebgaian besar di beli dari pasar tradisional.
Peran para Kyai dalam melestarikan ramuan jamu Madura sangat penting
mengingat kultur masyarakat Madura yang memberikan penghormatan kepada para
Kyai. Pembudidayaan bahan bahan ramuan jamu Madura berimplikasi pada proses
pelestaraian lingkungan hidp, dan berimplikasi terhdapa tradsi minum jamu yang
tetap eksis dalam menjaga kesehatan masyarakat Madura dan masyarakat
umumnya.

Walaupun keinginan untuk melestarikan lingkungan hidup dengan tradisi


yang baik ini selalu ada dalam setiap hati sanubari orang Madura, tetapi tanpa
diikuti kemauan dan tindakan konkrist dari masyarakat Madura itu sendiri, rasanya
mustahil hal itu dapat terwujud.

Salah satu obat tradisional yang digunakan oleh suku Madura adalah
Kandungan Subur. Untuk membuat jamu kandungan subur sebagai berikut :
dilakuakn proses pembuatan sampel dimana pada sampel terdapat rizoma Curcuma
zedoaria, rizoma Kaempferia galnga L, biji Foeniculum vulgare Mill, dan daun
Centellah Asiatica. Lalu diekstarksi. Setelah diekstrak dilakukan uji fitokimia.
Didapatkan hasil uji Alkaloid (++), uji Flavonoid (++), Uji triterpenoid dan steroid,
Uji saponin (--), Uji Tanin (--), Uji Aktivitas Antioksidan.

Ekstrak kasar ramuan (Kandungan Subur) memiliki aktivits antioksidan


yang diduga mengandung komponen alkaloid, Alkaloid diketahui memiliki
aktivitas antioksida. Setiap pelarut yang berbeda memiliki potensi yang berbeda
juga. Golongan fenolat, flavonoid, dan alkaloid berpotensi sebagai senyawa
senyawa polar. Senyawa senyawa polar ersebut akan terkestrak pada fraksi ekstrak
etanol dan pelarut polar.

Selain ekstrak kandungan, suku Madura juga sering menggunakan daun


katuk. Daun katuk telah banyak digunakan sebagai salah satu tanaman yang dapat
meningkatkan produksi susu pada ibu hamil. Cara mengkonsumsi daun katuk
dengan cara dibuat sayur. Di probolinggo, tanaman katuk digunakan karena
memiliki nilai nutrisi dan tingginnya vitamin C, dan dapat mengurangi malnutrisi.
Tanaman katuk sendiri hanya memiliki khasiat pada daunnya saja. Studi tentang
katuk sendiri masih sedikit dan masih dalam tahap pengembangan. Setelah
dilakukan eksplorasi terhadap semua area didapatkan hasil. Terdapat 9 keuntungan
katuk yang dikelompokkan menjadi 5 potensi: 1 sebagai makanan, 2 sebagai
minuman, 3 obat (demam dan batuk), 4 nilai ekonomi, dan 5 tradisi.
Daftar Pustaka

Resmisari. 2014. Aktivitas Antioksidan Ramuan Tradisional Madura “Subur


Kandungan”. El – Hayah. 5(1): 23 – 29

Hayati dkk. 2016. Local Knowledge of Katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
in East Java, Indoensia. International Journal of Current Pharmaceutical
Review and Research. 7(4): 210 – 215

Haandayani. 2015. Islam, Kesehatan dan Lingkungan Hidup: Studi Tentang Jamu
Madura. KARSA. 17(2): 161-174.

Anda mungkin juga menyukai