Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN

(Analisis Kadar Formalin dan Boraks pada Sampel Tahu Bulat dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis)

Tanggal Praktikum : 23 November 2017

Disusun oleh :
Dani Ramdani 31114064
Tsania Dwiartiani 31114107
Yuni Siti S 31114113

Kelompok 8
Farmasi 4B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2017
A. Tanggal Praktikum
23 November 2017
B. Tujuan Praktikum
Untuk menganalisis kadar formalin dan boraks pada sampel tahu bulat yang
dijual di pasaran dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis
C. Sampel
Tahu Bulat yang dijual di pasaran
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
Spektrofotometri UV-Vis, karena pada senyawa formalin dan boraks terdapat
gugus kromofor yang dapat menyerap sinar elektromagnetik pada panjang
gelombang tertentu.
E. Prinsip Percobaan
1) Analisis kadar formalin
Sampel direaksikan dengan asam kromatofat dan asam sulfat lalu
menghasilkan larutan berwarna yang selanjutnya dapat dianalisis dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis berdasarkan daya serap radiasi
elektromagnetik oleh sampel, diimana radiasi elektromagnetiknya berupa
sinar monokromatis yang diserap oleh gugus kromofor.
2) Analisis kadar boraks
Sampel dipreparasi dengan cara dipijarkan pada suhu 600C. Abu yang
diperoleh dilarutkan dalam NaOH yang kemudian dipanaskan sampai
terbentuk residu. Lalu residu yang terbentuk dilarutkan dalam aquadest
dan direaksikan dengan larutan kurkumin, sehingga membentuk senyawa
kompleks Rosocyanine yang berwarna, yang selanjutnya dapat dianalisis
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
542 nm.
F. Alasan Pemilihan Sampel
Masyarakat kebanyakan sering mengkonsumsi tahu bulat yang
merupakan salah satu makanan yang kaya protein. Pada tahu bulat tersebut
biasanya sering digunakan bahan pengawet supaya dapat tahan lebih lama
dalam penyimpanannya. Tetapi ada beberapa produsen yang sering
menambahkan bahan pengawet yang seharusnya bukan untuk makanan, atau
disebut juga kontaminan bahan pangan diantaranya adalah formalin dan
boraks. Maka dari itu, akan dilakukan analisis kadar formalin dan boraks pada
sampel tahu bulat agar masyarakat lebih selektif dalam membeli produk tahu
bulat di pasaran.
G. Dasar Teori
Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang
biasa digunakan untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan
mayat. Formalin merupakan bahan kimia yang disalahgunakan pada
pengawetan tahu, mie basah, bakso dan lain-lain. Formalin sudah sangat
umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara
benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai
antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri,
yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun
berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai
pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai
bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet
bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai bahan
pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin
digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Dalam
kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet (Yuliarti,
2007).
Logam dan bahan bahan-bahan lainnya yang mengganggu pencernaan
manusia, secara kimiawi dapat berasal dari zat-zat berbahaya yang tidak
boleh digunakan dalam bahan pangan seperti formalin, boraks, insektisida
serta bahan tambahan makanan yang sangat dibatasi penggunaannya.
Penggunaan bahan tambahan pangan dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi, meningkatkan kualitas, mengurangi limbah,
meningkatkan penerimaan konsumen, meningkatkan kualitas, daya simpan,
membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah
preparasi bahan pangan (Cahyadi, 2008).
Larutan formalin mempunyai nama dagang formalin dengan rumus
molekul CH2O mengandung kira-kira 37% gas formaldehid dalam air.
Biasanya ditambahkan 10- 15% metanol untuk menghindari polimerisasi.
Larutan formaldehid adalah desinfektan yang efektif melawan bakteri
vegetative, jamur, atau virus, tetapi kurang efektif melawan spora bakteri.
Sifat antimicrobial dari formaldehid merupakan hasil dari kemampuannya
menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan amino bebas
dalam protein menjadi campuran lain. Mekanisme formalin sebagai pengawet
adalah jika formaldehid bereaksi dengan protein sehingga membentuk
rangkaian-rangkaian anatara protein yang berdekatan. Akibat dari reaksi
tersebut, protein mengeras dan tidak dapat larut (Cahyadi, 2008).
Asam borat (H3BO3) dikenal dengan nama boraks digunakan atau
ditambahkan ke dalam pangan atau bahan pangan sebagai pengenyal ataupun
sebagai pengawet. Efek farmakologi dan toksisitas senyawa boron atau asam
borat merupakan bakterisida lemah. Larutan jenuhnya tidak membunuh
Staphylococcus aureus. Oleh karena toksisitas lemah sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pengawet. Walaupun demikian, pemakaian berulang
atau absorpsi berlebihan dapat mengakibatkan toksik (keracunan) dengan
gejjala berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menuurn, lemah, sakit kepala,
bahkan dapat menimbulkan syok. Asam borat juga bersifat teratogeni pada
ayam. Absorpsinya melalui saluran cerna, sedangkan ekskresi utamanya
melalui ginjal. Jumlah yang relative besar ada pada otak, hati dan ginjal
sehingga perubahan patologinya dapat dideteksi melalui otak dan ginjal.
Dilihat dari efek farmakologi dan toksisitasnya, maka asam borat dilarang
digunakan dalam pangan (Cahyadi, 2008).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai
berikut: jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian
air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan
dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam
tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul
airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam
metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan garam
alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk
Cuci endapan yang terdapat pada kertas saring secara
berturut-turut dengan HSO 1,25 % lalu Tambahkan air
panas dan etanol 96 %

halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta
agak manis (Khamid, 2006).

H. Alat dan Bahan


a) Alat
1. Peralatan gelas 2. Cawan krus

3. Tanur 4. Alat destilasi

5. Neraca analitik 6. Spektofotometer UV-Vis

7. Kuvet 8. Mikropipet

b) Bahan
1. Sampel tahu bulat
2. Aquadest
3. NaOH
4. Asam kromatofat
5. Asam sulfat (H2SO4) pekat
6. Larutan kurkumin

J. Prosedur Kerja
1) Formalin
a. Preparasi sampel

b. Penetapan kadar sampel

2) Boraks
a. Preparasi sampel
b. Penetapan kadar sampel

K. Data Hasil Pengamatan


1) Formalin
a. Kurva kalibrasi formalin ( = 573 nm)
Konsentrasi Absorbansi
1,25 0,0925
2,5 0,185
5 0,315
7,5 0,528
10 0,706
12,5 0,867

b. Hasil sampel
Absorbansi sampel = -0,019

2) Boraks
a. Kurva kalibrasi
Konsentrasi Absorbansi
12,5 0,278
25 0,385
50 0,421
75 0,571
100 0,637
125 0,702
150 0,895

b. Hasil sampel
Absorbansi sampel = 0,372

L. Perhitungan
1. Boraks
y = bx + a
0,372 = 0,0041 x + 0,2435

x =

x = 31,3414 ppm x Faktor Pengenceran


x = 31,3414 ppm x 10
x = 313,414 ppm

Berat analit = g

% Kadar = % = 0,00624 %
M. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kadar formalin dan boraks
pada makanan. Sampel yang digunakan adalah tahu bulat yang biasa dijual di
pasaran. Masyarakat kebanyakan sering mengkonsumsi tahu bulat yang
merupakan salah satu makanan yang kaya protein. Pada tahu bulat tersebut
biasanya sering digunakan bahan pengawet supaya dapat tahan lebih lama
dalam penyimpanannya dan teksturnya lebih kenyal. Tetapi ada beberapa
produsen yang sering menambahkan bahan pengawet yang seharusnya bukan
untuk makanan, atau disebut juga kontaminan bahan pangan diantaranya
adalah formalin dan boraks. Maka dari itu, kami melakukan analisis kadar
formalin dan boraks pada sampel tahu bulat agar masyarakat lebih selektif
dalam membeli produk tahu bulat di pasaran.
Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai
bahan pengawet makanan dan boraks untuk membuat tekstur makanan
menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan tidaklah tepat
karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang
memakannya. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara
kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan
menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Gejala
yang timbul diantaranya sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai
muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau
gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat
mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan
haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian.
1) Analisis Kadar Formalin
Identifikasi formalin dilakukan dengan reaksi warna dimana
formalin yang terdapat didalam tahu bulat di destilasi dengan
menggunakan aquadest, yang kemudian hasil destilat direaksikan dengan
asam kromatofat dalam asam sulfat disertai pemanasan beberapa menit
akan terjadi kompleks berwarna violet. Reaksi tersebut didasarkan pada
kondensasi senyawa fenol dengan formaldehida membentuk senyawa
bewarna violet (3,4,5,6-dibenzoxanthylium). Pewarnaan disebabkan
terbentuknya ion karbenium-oksonium yang stabil karena mesomeri.
Adanya formalin ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu.
Tetapi dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada sampel kelompok
kami tidak terjadi reaksi positif dengan asam kromatofat yang ditunjukkan
dengan terbentuknya warna orange yang seharusnya warna ungu pada
reaksi yang dilakukan. Lalu dilakukan analisis dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, dan hasil absorbansi sampel yang didapat adalah
-0,019. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel tahu bulat yang
kelompok kami analisis tidak mengandung formalin.
2) Analisis Kadar Boraks
Boraks merupakan senyawa turunan kimia dari logam berat boron
(B). Analisis boraks dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis, dimana senyawa boraks harus memiliki gugus
kromofor dan auksokrom. Maka boraks harus diubah menjadi senyawa
kompleks menggunakan larutan kurkumin sehingga membentuk senyawa
kompleks Rosocyanine yang berwarna merah.
Sampel yang telah digerus, ditimbang, dan dikeringkan selanjutnya
dimasukkan ke dalam cawan krus dan dilakukan proses tanur sampai
sampel menjadi abu. Tujuan dari proses penanuran untuk mendapatkan
hasil boron trioksida, karena selama sampel ditanur terjadi proses destruksi
sehingga senyawa organik yang ada dalam sampel akan membentuk CO,
CO2, H2O yang dapat menguap dan yang tersisa hanya senyawa anorganik
yaitu boron trioksida. Lalu abu yang didapat dilarutkan dengan NaOH
0,1N 5 mL, tujuannya untuk mengubah boron trioksida menjadi natrium
tetraborat. Kemudian dipanaskan di atas waterbath sampai kering, hasilnya
dilarutkan dengan air sampai 5 mL. Dari larutan tersebut diambil 1 mL lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan
kurkumin sampai berwarna merah. Tujuan dari penambahan larutan
kurkumin adalah untuk menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam
borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rose atau yang biasa
disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin kompleks atau
Rosocyanine. Selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 587 nm. Didapat nilai absorbansi sampel yang tinggi
yaitu sebesar 3,786 sehingga perlu dilakukan pengenceran terlebih dahulu
sebanyak 10x pengenceran. Dari hasil pengenceran didapat nilai
absorbansi sampel sebesar 0,372. Lalu dilakukan perhitungan dan didapat
kadar boraks pada sampel tahu bulat yang dianalisis sebesar 0,00624 %.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sampel tahu bulat yang
dianalisis mengandung boraks meskipun dalam kadar yang sangat kecil.

N. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai analisis
kadar formalin dan boraks pada sampel tahu bulat yang dijual di pasaran,
didapat kadar boraks sebesar 0,00624 %. Tetapi pada tahu bulat tersebut tidak
mengandung formalin karena tidak menimbulkan hasil positif ketika
direaksikan dengan asam kromatofat dalam asam sulfat. Hal tersebut
menandakan bahwa tahu bulat tersebut berbahaya jika dikonsumsi oleh
masyarakat meskipun yang terkandung dalam sampel tersebut hanya boraks
saja.

O. Daftar Pustaka
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Kompas.
Winarno.F.G., 1994. Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Yuliarti, Nurheti. 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan,
Yogyakarta: Penerbit Andi.

P. Lampiran
1) Analisis Formalin
2) Analisis Boraks

Anda mungkin juga menyukai