(Analisis Kadar Formalin dan Boraks pada Sampel Tahu Bulat dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis)
Disusun oleh :
Dani Ramdani 31114064
Tsania Dwiartiani 31114107
Yuni Siti S 31114113
Kelompok 8
Farmasi 4B
halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta
agak manis (Khamid, 2006).
7. Kuvet 8. Mikropipet
b) Bahan
1. Sampel tahu bulat
2. Aquadest
3. NaOH
4. Asam kromatofat
5. Asam sulfat (H2SO4) pekat
6. Larutan kurkumin
J. Prosedur Kerja
1) Formalin
a. Preparasi sampel
2) Boraks
a. Preparasi sampel
b. Penetapan kadar sampel
b. Hasil sampel
Absorbansi sampel = -0,019
2) Boraks
a. Kurva kalibrasi
Konsentrasi Absorbansi
12,5 0,278
25 0,385
50 0,421
75 0,571
100 0,637
125 0,702
150 0,895
b. Hasil sampel
Absorbansi sampel = 0,372
L. Perhitungan
1. Boraks
y = bx + a
0,372 = 0,0041 x + 0,2435
x =
Berat analit = g
% Kadar = % = 0,00624 %
M. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis kadar formalin dan boraks
pada makanan. Sampel yang digunakan adalah tahu bulat yang biasa dijual di
pasaran. Masyarakat kebanyakan sering mengkonsumsi tahu bulat yang
merupakan salah satu makanan yang kaya protein. Pada tahu bulat tersebut
biasanya sering digunakan bahan pengawet supaya dapat tahan lebih lama
dalam penyimpanannya dan teksturnya lebih kenyal. Tetapi ada beberapa
produsen yang sering menambahkan bahan pengawet yang seharusnya bukan
untuk makanan, atau disebut juga kontaminan bahan pangan diantaranya
adalah formalin dan boraks. Maka dari itu, kami melakukan analisis kadar
formalin dan boraks pada sampel tahu bulat agar masyarakat lebih selektif
dalam membeli produk tahu bulat di pasaran.
Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai
bahan pengawet makanan dan boraks untuk membuat tekstur makanan
menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan tidaklah tepat
karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang
memakannya. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara
kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan
menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Gejala
yang timbul diantaranya sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai
muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau
gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat
mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan
haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian.
1) Analisis Kadar Formalin
Identifikasi formalin dilakukan dengan reaksi warna dimana
formalin yang terdapat didalam tahu bulat di destilasi dengan
menggunakan aquadest, yang kemudian hasil destilat direaksikan dengan
asam kromatofat dalam asam sulfat disertai pemanasan beberapa menit
akan terjadi kompleks berwarna violet. Reaksi tersebut didasarkan pada
kondensasi senyawa fenol dengan formaldehida membentuk senyawa
bewarna violet (3,4,5,6-dibenzoxanthylium). Pewarnaan disebabkan
terbentuknya ion karbenium-oksonium yang stabil karena mesomeri.
Adanya formalin ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu.
Tetapi dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada sampel kelompok
kami tidak terjadi reaksi positif dengan asam kromatofat yang ditunjukkan
dengan terbentuknya warna orange yang seharusnya warna ungu pada
reaksi yang dilakukan. Lalu dilakukan analisis dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, dan hasil absorbansi sampel yang didapat adalah
-0,019. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel tahu bulat yang
kelompok kami analisis tidak mengandung formalin.
2) Analisis Kadar Boraks
Boraks merupakan senyawa turunan kimia dari logam berat boron
(B). Analisis boraks dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis, dimana senyawa boraks harus memiliki gugus
kromofor dan auksokrom. Maka boraks harus diubah menjadi senyawa
kompleks menggunakan larutan kurkumin sehingga membentuk senyawa
kompleks Rosocyanine yang berwarna merah.
Sampel yang telah digerus, ditimbang, dan dikeringkan selanjutnya
dimasukkan ke dalam cawan krus dan dilakukan proses tanur sampai
sampel menjadi abu. Tujuan dari proses penanuran untuk mendapatkan
hasil boron trioksida, karena selama sampel ditanur terjadi proses destruksi
sehingga senyawa organik yang ada dalam sampel akan membentuk CO,
CO2, H2O yang dapat menguap dan yang tersisa hanya senyawa anorganik
yaitu boron trioksida. Lalu abu yang didapat dilarutkan dengan NaOH
0,1N 5 mL, tujuannya untuk mengubah boron trioksida menjadi natrium
tetraborat. Kemudian dipanaskan di atas waterbath sampai kering, hasilnya
dilarutkan dengan air sampai 5 mL. Dari larutan tersebut diambil 1 mL lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan
kurkumin sampai berwarna merah. Tujuan dari penambahan larutan
kurkumin adalah untuk menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam
borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rose atau yang biasa
disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin kompleks atau
Rosocyanine. Selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 587 nm. Didapat nilai absorbansi sampel yang tinggi
yaitu sebesar 3,786 sehingga perlu dilakukan pengenceran terlebih dahulu
sebanyak 10x pengenceran. Dari hasil pengenceran didapat nilai
absorbansi sampel sebesar 0,372. Lalu dilakukan perhitungan dan didapat
kadar boraks pada sampel tahu bulat yang dianalisis sebesar 0,00624 %.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sampel tahu bulat yang
dianalisis mengandung boraks meskipun dalam kadar yang sangat kecil.
N. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai analisis
kadar formalin dan boraks pada sampel tahu bulat yang dijual di pasaran,
didapat kadar boraks sebesar 0,00624 %. Tetapi pada tahu bulat tersebut tidak
mengandung formalin karena tidak menimbulkan hasil positif ketika
direaksikan dengan asam kromatofat dalam asam sulfat. Hal tersebut
menandakan bahwa tahu bulat tersebut berbahaya jika dikonsumsi oleh
masyarakat meskipun yang terkandung dalam sampel tersebut hanya boraks
saja.
O. Daftar Pustaka
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Kompas.
Winarno.F.G., 1994. Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Yuliarti, Nurheti. 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan,
Yogyakarta: Penerbit Andi.
P. Lampiran
1) Analisis Formalin
2) Analisis Boraks