DISUSUN OLEH :
P07134220006
ST TLM
2022
I. Judul Praktikum : PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI OBAT METODE
KLT (Kromatografi Lapisan Tipis)
III. Tujuan :
BKO adalah bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat
sebagai obat yang sengaja ditambahkan kedalam obat tradisonal atau jamu.
Obat tradisional yang dikenal dengan istilah jamu tidak boleh mengandung
BKO sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional bab II pasal 7
ayat 1 bahwa obat tradisonal dilarang mengandung bahan kimia obat yang
merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat. (Hidayana, 2019)
VI. Reaksi :
Sampel diekstraksi dengan eluen berupa toluene, asam asetat glasial dan
dietil eter dan methanol, sehingga membentuk noda dengan Rf tertentu.
Noda dibaca di bawah sinar UV. Rf sampel dibandingkan terhadap baku
pembanding atau standar obat yang ada.
Alat Reagen
1. Corong 1. Larutan toluene
2. Mortar dan alu 2. Larutan asam asetat glasial
3. Chamber kecil 3. Larutan dietil eter
4. Tabung kapiler 4. Larutan metanol
5. Pipet ukur 5. Standar paracetamol
6. Safety pippete 6. Standar antalgin
7. Penggaris 7. Standar acetosol
8. Gunting 8. Sampel obat analgesic
9. Kabinet UV 9. Kertas saring
10. Labu Erlenmeyer 10. Gelas Kimia
11. Plastik dan karet 11. Aquades
12. Mikro kapiler 12. Obat
13. Sillica gel
14. Tabung reaksi
15. Rak tabung reaksi
IX. Prosedur :
4. Menghaluskan obat yang akan diperiksa dengan mortar dan alu sampai
halus
10. Meneteskan ekstraksi sampel obat dan standar obat ke atas silica gel
beberapa totol. Setiap menotolkan sampel dan standar, menunggu sampai
kering baru diaplikasikan kembali
11. Setelah sampel dan semua standar ditotolkan di atas silica gel,
memasukkan masing-masing silica gel ke dalam chamber yang sudah berisi
eluen
12. Menunggu hingga rambatan eluen sampai pada batas rambat eluen.
Hati-hati jangan sampai rambatan melebihi batas
X. Interpretasi Hasil :
- Perhitungan : Rf =
Jarak Eluen = 8 cm
Jarak Spot Standar :
a. Standar 1 (Paracetamol) = 0 cm
b. Standar 2 (Antalgin) = 0 cm
c. Standar 3 (Acetosal) = 0 cm
Jarak Spot Sampel = 0 cm
Perhitungan :
Sehingga :
Jarak Eluen = 8 cm
Jarak Spot Standar :
d. Standar 1 (Paracetamol) = 2,3 cm
e. Standar 2 (Antalgin) = 5,1 cm
f. Standar 3 (Acetosal) = 5,0 cm
Jarak Spot Sampel = 5,1 cm
Perhitungan :
Sehingga :
XII. Pembahasan :
Pada praktikum digunakan eluen toluene, dietil eter, asam asetat glasial
dan methanol. Sebagai pembanding digunakan eluen kloroform dan etanol.
Dalam penggunakan eluen toluene, didapatkan hasil pengamatan bahwa
sampel dan standar tidak bergerak, masih tetap berada di titik awal. Hal
tersebut dapat disebabkan karena eluen yang digunakan tidak sesuai
sifatnya dengan sampel atau standar yang diperiksa. Maksud
ketidaksesuaian sifat eluen dengan sampel adalah apabila sampel
pemeriksaan memiliki sifat yang polar maka perlu digunakan eluen yang
polar juga agar noda sampel bisa merambat atau berjalan. Apabila eluen
yang digunakan bersifat lebih non-polar, maka hasil yang didapatkan adalah
sama seperti Gambar 1. Untuk menyiasatinya maka diperbolehkan untuk
mengubah formulasi eluen sesuai dengan sifat zat yang akan diperiksa.
XIII. Lampiran :
XIV.
Referensi :
Cartika, Harpolia. 2016. Kimia Farmasi, Modul Cetak Bahan Ajar Farmasi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pusdik SDM
Kesehatan. Jakarta.
Day, R.A. dan Underwood, A.L., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi V,
diterjemahkan oleh: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Erlangga,
Jakarta.
Mursyidi, A., & Rohman, A., 2006, Pengantar Kimia Farmasi Analitik:
Volumetri dan Gravimetri, Yayasan Farmasi Indonesia, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.