Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA II
“PENETAPAN KADAR TERPENOID DAN STEROID“

Dosen Pengampu : 1. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt


2. Yulianita, M.Farm.
3. Novi Fajar Utami M. Farm, Apt
4. Siti Mahyuni, M.Sc
5. Marybet Tri Retno Handayani,
M.Farm.,Apt
6. Cyntia Wulandari, M.Farm
7. Asri Wulandari, M.Farm

Asisten Dosen : 1. Riffa Kurnia Meidistina


2. Dede Nuraliyansyah
3. Alya Septiani
4. Arviani Rahmawati
5. Annisa Huzainiah
6. Andi Asri Jannah

Disusun oleh :

Nama : Lydia Evangelista


NPM 066119199
Kelas :F

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Untuk menentukan kadar senyawa terpenoid dengan berbagai metode
Untuk menentukan kadar senyawa steroid dengan berbagai metode

1.2 Dasar Teori

Terpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang dibangun oleh


dua atau lebih unit atom C5 yang disebut unit isopren (2-metil-1,3-butadiena).
Unit-unit isopren tersebut saling berikatan secara teratur dalam molekul, di
mana “kepala” dari unit yang satu berikatan dengan “ekor” dari unit yang lain.
Keteraturan mengenai struktur terpenoid disebut kaidah isopren (Harborne,
1987).

Terpenen atau terpenoid aktif melawan bakteri, jamur, virus, dan


protozoa. Seperti terpenoid yang diekstraksi dari kulit pohon Acacia nilotica
memiliki aktivitas antimikroba terhadap S.viridans, S.aureus, E.coli, B.
subtilis dan Shigella sonnei. Terpenoid diketahui dapat bersifat aktif terhadap
bakteri, fungi, virus, dan protozoa dengan mekanisme antimikroba dalam
perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Hamdiyanti,2008)

Senyawa triterpenoid termasuk dalam kelompok terpenoid. terpenoid


adalah senyawa aktif yang bermanfaat sebagai antijamur, insektisida,
antibakteri dan antiviru. Aktifitas antibakteri terpenoid diduga melibatkan
pemecahan membran oleh komponen-komponen lipofilik (Cowan, 1999).
Selain itu, senyawa fenolik dan terpenoid memiliki target utama yaitu
membran sitoplasma yang mengacu pada sifat alamnya yang hidrofobik.

Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung


inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan
sebuah cincin siklopentana. Dahulu sering digunakan sebagai hormon
kelamin, asam empedu,dll. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak
senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Tiga senyawa
yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi
yaitu: sitosterol, stigmasterol,dan kompesterol (Robinson,1995).
Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung
inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan
sebuah cincin siklopentana. Dahulu sering digunakan sebagai hormon
kelamin, asam empedu, dll. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin
banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan .Tiga
senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan
tinggi yaitu: sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol (Harborne, 1987).

Kandungan terpenoid/steroid dalam tumbuhan diuji dengan


menggunakan metode penambahan pereaksi klorofom, asam asetat
anhidrat,dan asam sulfat pekat yang akan memberikan cincin warna
kecoklatan atau violet yang menunjukkan adanya triterpenoid dan terbentuk
cincin biru kehijauan untuk steroid. Uji ini didasarkan pada kemampuan
senyawa triterpenoid dan steriod membentuk warna oleh H2SO4 pekat pada
pelarut asetat glasial yang membentuk warna jingga ( lenny,2006).
BAB II
METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Ayakan 90 mesh 80- 15. Rotary evaporator
100 mesh 16. Beaker glass
2. Aluminium foil 17. Pipa kapiler
3. Alat destilasi stahl 18. Bola hisap
4. Hot plate 19. Pipet mikro
5. Desikator 20. Labu ukur
6. Oven 21. Plat silika gel GF254
7. Cawan penguap 22. Lampu UV 254 nm
8. Kaca arloji dan 366 nm
9. Timbangan analitik 23. Seperangkat alat
10. Gelas ukur spektrofotometer UV-
11. Erlenmeyer Vis
12. Pengaduk kaca 24. Spektrofotometer
13. Penyaring buchner FTIR
14. Shakker
2.1.2 Bahan
1. Alga merah 9. Etanol
(Eucheuma cottonii) 10. Kloroform
2. Aseton 11. Metanol
3. Asam sulfat pekat 12. N-Heksan
4. Asam asetat 13. Natrium karbonat
5. Asam klorida 2 N 14. KBr
6. Aquadest
7. Daun Cendana
(Santalum album L.)
8. Etil asetat
2.2 Cara Kerja
A. Penetapan Kadar Steroid Metode Spektrofotometer UV-VIS
1. Sebanyak 2 mL isolat triterpenoid hasil pemisahan dengan KLTP
dilarutkan dalam metanol
2. dimasukkan ke dalam kuvet hingga sepertiganya dan dianalisis pada
rentang panjang gelombang 200-800 nm.
3. Pada blanko, pelarut metanol dimasukkan ke dalam kuvet
setengahnya dan dianalisis dengan spektrofotometer pada rentang
panjang gelombang 200-800 nm, data disimpan.
4. Spektra yang terbentuk diamati dan dicatat panjang gelombang serta
absorbansi pada puncak yang terbentuk
B. Penetapan Kadar Saponin Metode Spektrofotometer FTIR
1. Isolat dioleskan pada NaCl window kemudian kedua NaCl window
ditekan sehingga tidak ada gelembung diantara keduanya
2. Kemudian dianalisis dengan spektrofotometer FTIR pada rentang
bilangan gelombang 4000-400 cm-1.
C. Penetapan Kadar Steroid Metode Destilasi
1. Minyak atsiri daun cendana ditetapkan kadarnya dengan
menggunakan metode destilasi Stahl.
2. Simplisia dikeringkan kemudian ditimbang sebanyak 50 gram lalu
didestilasi selama 6 jam.
3. Lalu lihat volume minyak atsiri dan dihitung kadar dengan
menggunakan rumus:
Kadar minyak atsiri total(%v/b) = x 100%
D. Penetapan Kadar Steroid Metode Kromatografi Kolom
1. Ekstraksi dilakukan dengan system refluk dimana pelarut n-heksan
digunakan sebagai pengekstraksi.
2. Pemurnian fitosterol dilakukan dengan kromatografi kolom
menggunakan fase diam silikagel 60 (70-230 mesh) dan eluen n-
heksana-etilasetat (4:1).
3. Silikagel yang digunakan +25-50 kali berat ekstrak sampel.
4. Sebelum dimasukan ke dalam kolom, ekstrak sampel ditambahkan
celite 345 diaduk sampai homogen.
5. Tiap fraksi ditampung sebanyak 5 ml. Semua fraksi yang
mengandung senyawa dengan Rf berdekatan dengan standar
dikumpulkan dan dipekatkan.
E. Penetapan Kadar Saponin Metode KCKT
1. Ekstrak hasil dari kromatografi kolom ditimbang dengan seksama
lalu dilarutkan dalam kloroform sebanyak 5 mL, disaring
menggunakan saringan membran porositas 0,25 μm
2. Dimasukan ke dalam vial dan dilakukan sonikasi selama 15 menit,
kemudian di injek sebanyak 20 μL ke dalam alat KCKT.
F. Penetapan Kadar Steroid Metode Densitometri
1. Pada setiap lempeng ditotolkan larutan pembanding kolesterol
sebanyak 4 titik dan larutan sampel sebanyak 6 titik.
2. Dielusi dengan eluen heksan ; etil asetat (7:3)
3. Dikeringkan pada suhu kamar dan disempeot dengan penampak
noda HCL P: methanol (1:1)
4. Dikeringkan dalam lemari pengering, diamati luas area dari masing-
masing kromatogram pada λ maks. 395 nm.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Metode Kadar
Spektrofotometer UV-VIS Basah : 91,39%
Kering : 8,06
Spektrofotometer FTIR Basah : 91,39%
Kering : 8,06
Destilasi 0,59999%

Metode Kadar
Kromatografi Kolom 65,30 %
Densitometri 2,7526 mg/g
KCKT Tangkai daun, 35,24%
(b/b) dan polong,
29,67% (b/b).

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas penetapan kadar terpenoid dengan
berbagai metode. Pada praktikum ini menggunakan metode yaitu
Spektrofotometer UV-VIS, Spektrofotometer FTIR, dan Destilasi. Sampel yang
digunakan berbeda-beda tanaman dari setiap metode yang akan diujikan. Dari
praktikum ini kita melakukan studi jurnal untuk mengetahui metode dan cara
pembuatan serta alat dan bahan pada pengujian steroid ini. Tujuan dari
praktikum kali ini untuk menentukan kadar yang dihasilkan dari tanaman yang
digunakan.
Terpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang dibangun oleh
dua atau lebih unit atom C5 yang disebut unit isopren (2-metil-1,3-butadiena).
Unit-unit isopren tersebut saling berikatan secara teratur dalam molekul, di mana
“kepala” dari unit yang satu berikatan dengan “ekor” dari unit yang lain.
Keteraturan mengenai struktur terpenoid disebut kaidah isopren. Terpenoid
diketahui dapat bersifat aktif terhadap bakteri, fungi, virus, dan protozoa dengan
mekanisme antimikroba dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan suatu analisis berdasarkan atas
pengukuran serapan suatu larutan yang dilalui radiasi monokromatis.
Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk menentukan secara deskriptif
senyawa triterpenoid yang didapat dari hasil pemisahan senyawa dengan KLT
preparatif. Berdasarkan data spektra UV-Vis, isolat 10 mempunyai serapan
panjang gelombang 253.50, dan 238.50 nm. Serapan- serapan tersebut
memungkinkan isolat ini termasuk dalam senyawa golongan triterpenoid, begitu
juga dengan hasil kenampakan noda pada kromatogram juga mendukung hal
tersebut.
Spektrofotometer FTIR dapat digunakan untuk menentukan gugus-gugus
fungsi yang terdapat pada suatu senyawa, sehingga serapan yang dihasilkan pada
spektrum FTIR dapat memperkuat dugaan bahwa isolat tersebut merupakan
senyawa triterpenoid. Hasil spektra dari FTIR dapat mendukung dari hasil
serapan spektrofotometer UV-Vis. Serapan yang dihasilkan oleh senyawa
triterpenoid terdapat pada rentang panjang gelombang ultraviolet yaitu 180-380
nm karena senyawa triterpenoid merupakan senyawa yang tidak berwarna.
Selanjutnya metode penetapan kadar terpenoid dengan destilasi stahl
Untuk penetapan kadar minyak atsiri daun cendana ini menggunakan cara II
dengan metode destilasi stahl yaitu menggunakan penambahan xylen. Cara ini
dilakukan karena bobot jenis minyak atsiri lebih besar daripada air. Dilakukan
destilasi Stahl 3 kali replikasi dengan menggunakan 50 gram daun cendana.
Hasil Analisis Kualitatif Minyak Atsiri Daun Cendana ( Santalum album L.)
yaitu didapatkan sebesar 0,59999%. Untuk waktu pengerjaan destilasi stahl yang
harusnya di lakukan selama 6 jam, namun dalam jurnal ini dalam waktu ± 2 jam
minyak yang telah tercampur xylen sudah memenuhi buret destilasi stahl.

Pada praktikum kali ini membahas penetapan kadar steroid dengan


berbagai metode. Pada praktikum ini menggunakan metode yaitu Kromatografi
Kolom, Densitometri, dan metode KCKT. Sampel yang digunakan berbeda-beda
tanaman dari setiap metode yang akan diujikan. Dari praktikum ini kita
melakukan studi jurnal untuk mengetahui metode dan cara pembuatan serta alat
dan bahan pada pengujian steroid ini. Tujuan dari praktikum kali ini untuk
menentukan kadar yang dihasilkan dari tanaman yang digunakan.
Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung
inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan
sebuah cincin siklopentana. Dahulu sering digunakan sebagai hormon kelamin,
asam empedu, dll. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa
steroid yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Tiga senyawa yang biasa
disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol,
stigmasterol, dan kampesterol.
Kandungan steroid dalam tumbuhan diuji dengan menggunakan metode
penambahan pereaksi klorofom, asam asetat anhidrat,dan asam sulfat pekat
yang akan memberikan terbentuk cincin biru kehijauan menunjukkan adanya
steroid. Pada metode kromatografi kolom dan KCKT digunakan sampel tanaman
kedawung. Pemurnian atau isolasi senyawa fitosterol dari senyawa lain yang
terdapat pada sampel dilakukan dengan metode kromatografi kolom. Dari hasil
kromatografi kolom terdapat beberapa fraksi dari masing-masing sampel yang
kemudian dilakukan uji kromatografi lapis tipis. Isolat masing-masing sampel
yang memiliki Rf sama dengan standar digabungkan menjadi satu fraksi.
Setelah isolat dikeringkan, diperoleh ekstrak dengan bobot yang berbeda
untuk masing-masing bagian tanaman. Bagian kulit pohon memberikan ekstrak
dengan bobot paling tinggi diantara bagian tanaman lainnya. Hal ini belum bisa
dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa bagian kulit pohon mengandung
senyawa fitosterol paling tinggi, karena mungkin saja pada ekstrak tersebut
masih terdapat senyawa lain yang sulit dipisahkan dengan senyawa sterol
melalui kromatografi kolom.
Berdasarkan hasil pemisahan melalui kromatografi kolom, diperoleh data
bahwa bagian kulit pohon memiliki bobot paling tinggi dibandingkan bagian
tanaman lainnya. Sementara dari hasil analisis kuantitatif yang dilakukan
terhadap masing-masing sampel bagian tanaman Kedawung, P. roxburgii
(Mimosaceae) dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi terlihat
bahwa polong (28,96% (b/b) dan tangkai daun (34,31% (b/b) menunjukkan
kandungan beta-sitosterol tertinggi. Sementara kandungan kampesterol tertinggi
(1,918% (b/b) ditunjukkan oleh bagian biji.
Metode selanjutnya yaitu metode Densitometri. Metode ini
menggunakan sampel tanaman Solanum wrightii. Densitometri adalah metode
analisis instrumental yang berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan
analit berupa bercak pada KLT. Interaksi radiasi elektromagnetik dengan nota
KLT yang ditentukan adalah absorpsi, transmisi, pantulan (refleksi) pendar fluor
atau pemadaman pendar fluor dari radiasi semula. Penentuan kualitatif analit
KLT-Densitometri dilakukan dengan cara membandingkan nilai Rf analit dan
standar. Noda analit yang memiliki Rf sama denga standar diidentifikasi
kemurnian analit dengan cara membandingkan spektrum densitometri analit dan
standar.
Penentuan kuantitatif analit dilakukan dengan cara membandingkan luas
area noda analit dengan luas area noda standar pada fase diam yang diketahui
konsentrasinya atau menghitung densitas noda analit dan membandingkannya
dengan densitas noda standart. Densitometri lebih dititik beratkan untuk analisis
kuantitatif analit-analit dengan kadar yang sangat kecil yang perlu dilakukan
pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Densitometri adalah alat pelacak
kuantitatif yang sangat terkenal. Alat ini dilengkapi dengan spektrofotometer yang
panjang gelombangnya dapat diatur dari 200-700 nm. Alat tersebut dinamakan
TLC Scanner.
Teknik penggunaannya didasarkan pada pengukuran sinar yang
diteruskan, diserap dan dipantulkan atau yang dipendarkan. Sinar yang
dipantulkan mengalami hambatan oleh pendukung lempeng dan keseragaman fase
diamnya. Sinar yang dipantulkan dengan arah yang sudah pasti menuju bercak,
maka arah pantulannya sehingga dapat dipantau jumlah sinar yang diserap. Sinar
ini sangat sensitif, maka untuk setiap senyawa dapat dicari dengan serapan
maksimalnya. Susunan optik densitometer ini tidak banyak berbeda dengan
spektrofotometer tetapi pada densitometer digunakan alat khusus yaitu reflection
photomultiflier, sebagai pengganti photomultiflier pada spektrofotometer yang
dapat memperbesar tenaga beda potensial listrik sehingga mampu menggerakkan
integrator. Pada jurnal metode densitometri didapatkan hasil Panjang gelombang
maksimum sebesar 395nm dan pada jarak noda dilakukan dengan berbagai interval
waktu dan didapatkan hasil sebesar 2,7526 mg/g.
BAB IV
KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa :


1. Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti
siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan
sebuah cincin siklopentana.
2. Sampel yang digunakan berbeda-beda tanaman dari setiap metode yang
akan diujikan.
3. Metode untuk mengidentifikasi senyawa steroid adalah Kromatografi Kolom,
Densitometri, dan KCKT.
4. Kandungan steroid dalam tumbuhan diuji dengan menggunakan metode
penambahan pereaksi klorofom, asam asetat anhidrat,dan asam sulfat pekat
yang akan memberikan terbentuk cincin biru kehijauan menunjukkan adanya
steroid.
DAFTAR PUSTAKA

Cowan M M, Clin. Microbiol. Rev., 1999, 12,564.


Harborn,J.B.1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Penerbit ITB. Bandung.
Hamdiyati, Y., Kusnandi & Rahandia, I., 2008, Aktivitas Antibakteri Daun Patikan
Kebo (Euphorbia hirta L) terhadap Pertumbuhan Bakteri Stapylococcus
epidermidis. FMIPA Biologi UPI; Bandung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai