TIM BIOKIMIA
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 3
Praktikum 1 SPEKTROFOTOMETER 4
LIPID
AKTIVITASNYA
PRAKTIKUM 1
1
SPEKTROFOTOMETRI
Sasaran Pembelajaran
1. Menjelaskan dasar metode spektrofotometri.
2. Menggunakan spektrofotometer dengan tepat.
3. Menganalisis hasil praktikum spektrofotometer dengan benar.
Dasar Teori
Bila seberkas sinar putih melewati suatu larutan berwarna, maka pada
beberapa panjang gelombang tertentu dari spektrum warna akan terjadi
penyerapan cahaya. Contohnya, bila suatu larutan berwarna MERAH, maka ia
akan menyerap cahaya pada daerah panjang gelombang warna KUNING-
BIRU. Sebaliknya, cahaya pada daerah panjang gelombang warna MERAH
akan diteruskan sehingga dengan mata akan tampak berwarna MERAH.
Dengan kata lain, warna suatu larutan disebabkan oleh warna spektrum cahaya
yang tidak ditahan/ diserapnya, tetapi yang diteruskan.
Dalam keadaan sehari-hari, diketahui bahwa jumlah zat yang terlarut
dapat diperkirakan dengan mata dari kepekaan/ intensitas warna. Misalnya, dua
sendok makan sirup merah dilarutkan dalam segelas air warnanya tampak lebih
pekat dibandingkan dengan satu sendok makan sirup merah dalam segelas air.
Pada pengukuran dengan teknik spektrofotometri, cahaya polikromatis yang
berasal dari sumber cahaya diuraikan dengan menggunakan prisma sehingga
diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang akan diperiksa
tersebut. Hubungan antara konsentrasi dengan jumlah cahaya yang diserap
dinyatakan dalam hukum Beer-Lambert.
Hukum Beer-Lambert
Bila cahaya monokromatis melalui satu larutan berwarna maka jumlah
cahaya yang diserap menurun secara eksponensial, sebanding dengan:
a. Panjang lintasan/ kolom cahaya yang melalui larutan.
b. Kadar zat terlarut dalam larutan yang menyerap cahaya.
Secara matematis, hukum Beer-Lambert dapat dirumuskan sebagai berikut:
A=kxcxl
Catatan :
1. Setiap memasukkan kuvet ke dalam tempat sampel, bagian luar kuvet harus
bersih, kering dan tidak ada sidik jari yang melekat (gunakan kertas tisu
untuk melapnya).
2. Jangan sampai ada cairan yang tumpah ke dalam alat. Usahakan tinggi
cairan tidak sampai penuh atau melewati ketinggian kuvet (berikan jarak
ketinggian larutan 1 cm dari permukaan atas kuvet).
3. Untuk setiap penetapan pada panjang gelombang yang berbeda, pada
setiap alat harus ditera dengan blanko (atau akuades). (=A harus
menunjukkan angka 0 atau 100%T).
4. Pengertian blanko adalah pelarutnya sama dengan pelarut larutan standar
dan sampel.
PERCOBAAN SPEKTROFOTOMETRI
Dasar :
Suatu zat berwarna menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Hasil percobaan:
Panjang
Panjang gelombang Serapan Serapan
gelombang
(nm) (abs) (abs)
(nm)
500 560
510 570
520 580
530 590
540 600
550
Kurva absorbansi maksimal hematin alkalis
Dasar:
Jumlah cahaya yang diserap suatu larutan pada panjang gelombang
tertentu sebanding dengan kadar zat dalam larutan. Bila hukum Beer-
Lambert ini diikuti oleh larutan tersebut, maka kurva hubungan serapan (A)
dengan kadar zat akan merupakan garis lurus.
Cara kerja :
1. Siapkan 6 buah tabung bersih dan kering. Berikan label 1 sampai 6 pada
tabung.
2. Pipetkan kedalam 6 tabung reaksi masing-masing: 0 mL; 1 mL; 2 mL; 3
mL; 4 mL dan 5 mL darah amonia tersebut di atas (langkah no. 1)
kemudian tambahkan amonia encer pada keenam tabung berturut-turut:
5 mL; 4 mL; 3 mL; 2 mL; 1 mL dan 0 mL.
3. Kemudian baca serapan masing-masing tabung dengan menggunakan
tabung 1 sebagai blanko pada panjang gelombang maksimum yang
didapat pada Percobaan 1.
4. Buatlah kurva pada selembar kertas grafik dengan A (serapan) sebagai
sumbu Y dan pengenceran sebagai sumbu X.
Hasil percobaan:
Jawaban :
C. Penentuan Kadar suatu Larutan
Tujuan:
Menentukan kadar sutau larutan yang belum diketahui.
Dasar:
Kadar suatu zat dapat diketahui dengan membandingkannya dengan
kadar larutan standar.
Cara Kerja :
1. Siapkan 3 kuvet yang bersih dan kering
2. Isilah kuvet masing-masing 3 mL larutan U1, U2 dan U3
3. Baca serapan pada λmaks untuk hematin alkalis (Percobaan 1).
4. Hitung kadar larutan U1, U2 dan U3 berdasarkan kurva standar yang
saudara buat secara manual dan rumus yang diperoleh dengan
menggunakan program Microsoft Excel pada Percobaan 2. Bandingkan
hasil yang saudara peroleh!
Hasil percobaan:
Sasaran Pembelajaran
1. Menjelaskan konsep dasar larutan penyangga (buffer).
2. Mengapplikasikan Handerson-Hasselbach equation.
3. Mengapplikasikan konsep biokimia larutan penyangga pada blok-blok
berikutnya.
Dasar Teori
Pada umumnya proses biologi yang terjadi di dalam sel berada pada
suatu lingkungan yang berair. Air adalah suatu substansi amfoterik yang dapat
berperan sebagai donor/penyedia proton (asam) atau penerima proton (basa).
Dalam air murni [H+] = [OH-] = [10-7]. Dengan kata lain pH atau –log [H+] = 7.
Molekul asam dan basa ketika bercampur dalam air pada lingkungan
biologi atau pada tabung uji akan bereaksi sehingga dapat terjadi perubahan
pH. Proses reaksi biokimia dalam sel atau jaringan sangat bergantung pada
regulasi konsentrasi hidrogen. pH secara biologis dipelihara pada suatu nilai
konstan oleh penyangga alami.
Larutan penyangga adalah larutan yang terdiri dari campuran asam
lemah dengan basanya atau basa lemah dengan asamnya. Penyangga ini
berfungsi mempertahankan pH sehingga penambahan sejumlah kecil asam
atau basa memberikan pengaruh sangat kecil.
Tujuan:
Membandingkan hasil pengukuran pH larutan penyangga menggunakan
Handerson-Hasselbach Equation dengan pH meter.
Dasar:
Larutan penyangga dapat dihitung pH nya bila kita mengetahui molaritas
larutan asam dan basa konjugatnya, serta nilai pKa.
Cara Kerja :
1. Siapkan 4 tabung reaksi bersih dan kering, berikan label dan nomor tiap
tabung.
2. Masukkan asam asetat 0,1 N dan natrium asetat 0,1 N ke dalam setiap
tabung dengan jumlah sesuai dengan tabel di bawah ini (Tabel 2.2).
3. Ukurlah pH larutan dalam masing-masing menggunakan pH meter yang
disediakan!
4. Hitunglah pH dari larutan di atas dengan menggunakan persamaan
Handerson-Hasselbach.
5. Bandingkan nilai pH yang diperoleh menggunakan persamaan Handerson
Hasselbach dengan menggunakan pH meter.
Hasil percobaan:
Tabel 2.2 Komposisi Larutan Penyangga
No. Asam asetat Natrium asetat pH hitung pH terbaca
tabung 0,1 N (mL) 0,1 N (mL) (rumus) (pH meter)
1 9 1
2 7 3
3 2 8
4 1 9
Analisis dan kesimpulan:
PRAKTIKUM 3
Sasaran pembelajaran
1. Mengenali dan memahami struktur dan fungsi KH, Lipid dan Protein dengan
menginterpretasikan dan menganalisis hasil praktikum
2. Mengintegrasikan dan menerapkan aspek Biokimia Struktur dan Fungsi KH,
Lipid dan Protein
PERCOBAAN KARBOHIDRAT
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, sukar
larut dalam pelarut-pelarut organik, tetapi memiliki kelarutan yang baik dalam
air kecuali beberapa jenis polisakarida. Sebagian besar karbohidrat dengan
berat melekul rendah mempunyai rasa manis, karena itu digunakan istilah gula
untuk kelompok makromolekul ini.
A. Tes Molisch
Tujuan:
Mendeteksi segala macam karbohidrat (terikat maupun bebas).
Dasar:
Asam sulfat yang digunakan memiliki daya dehidrasi terhadap
karbohidrat yang ada dalam sampel, sehingga menghasilkan furfural.
Reagen Molisch yang digunakan (mengandung alfa naftol) akan bereaksi
dengan furfural menghasilkan senyawa berwarna ungu. Tes ini sangat
sensitive untuk karbohidrat, tapi tidak spesifik. Hasil negatif merupakan
suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.
Alat dan Bahan:
1. Sampel karbohidrat: glukosa, sukrosa, amilum
2. Asam sulfat (H2SO4) pekat
3. Pereaksi Molisch (alfa naftol 5% dalam alkohol)
4. Tabung reaksi
5. Pipet
6. Vortex mixer
7. Rak Tabung
8. Label
Cara kerja:
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, berikan label
glukosa, sukrosa dan amilum.
2. Masukan 2 mL larutan yang akan diperiksa masing-masing sampel:
glukosa, sukrosa, amilum/pati ke dalam 3 tabung reaksi tersebut sesuai
label dengan menggunakan pipet yang bersih.
3. Masing-masing tambahkan 3 tetes pereaksi Molish (yaitu: alfa naftol 5%
dalam alkohol) dengan menggunakan pipet bersih.
4. Kocok menggunakan vortex mixer, kemudian alirkan dengan perlahan-
lahan melalui dinding tabung yang dimiringkan, 1 mL asam sulfat
(H2SO4) pekat. Terlihat H2SO4 terdapat pada bagian bawah tabung.
5. Reaksi positif terlihat bila pada batas kedua lapisan tampak cincin warna
ungu.
Hasil percobaan:
Analisis dan kesimpulan:
B. Tes Seliwanoff
Tujuan:
Membedakan antara gula aldosa dan ketosa.
Dasar:
Tes ini menggunakan reagen Seliwanoff yang terdiri atas asam pekat
dan resorsinol. Dengan asam pekat dan pemanasan, maka gula ketosa
akan mengalami dehidrasi yang lebih cepat daripada aldosa. Proses
dehidrasi menghasilkan 4-hidroksimetil furfural. Furfural akan bereaksi
dengan resorsinol (1,3-dihidroksi benzen) dalam reagen hingga membentuk
senyawa berwarna merah. Gluksosa dan gula lain dapat memberi warna
merah muda pada pemanasan yang lama dan jumlah yang banyak.
Alat dan Bahan:
1. Reagen Seliwanoff
2. Larutan sampel (glukosa dan sukrosa)
3. Penangas air
4. Tabung reaksi
5. Stopwatch
6. Penjepit Tabung
7. Vortex mixer
8. Rak Tabung
9. Pipet
10. Label
Cara kerja:
1. Siapakan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering, berikan label
glukosa dan sukrosa.
2. Masukan ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut sebanyak 2,5
mL pereaksi Seliwanof yang baru dibuat. Masing-masing tambahkan 5
tetes larutan yang hendak diperiksa sesuai label. Campurkan
menggunakan vortex mixer.
3. Kemudian didihkan kedua tabung dalam penangas air mendidih selama
30 detik. Hasil positif bila timbul warna merah setelah beberapa detik.
Hasil percobaan:
Analisis dan kesimpulan:
C. Tes Benedict
Tujuan:
Mendeteksi adanya gula pereduksi.
Dasar:
Gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus aldehid atau keton yang
bebas. Reagen Benedict bersifat basa dan mengandung ion Cu(II) yang
direduksi oleh gula pereduksi sehingga menghasilkan presipitat ion Cu(I)
atau kuprooksida (Cu2O) dengan perubahan warna mulai dari hijau/kuning
hingga merah/bata (tergantung konsentrasi gula pereduksi).
Cara kerja:
1. Siapkan tiga buah tabung reaksi bersih
dan kering. Berikan label masing-masing
dengan glukosa 0,5%, glukosa 1% dan
glukosa 2%.
2. Masukkan masing-masing 2,5 mL
larutan Benedict ke dalam 3 tabung
tersebut.
3. Tambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa sesuai dengan label
pada tabung.
4. Campurkan dengan menggunakan vortex mixer dan didihkan ketiganya
pada penangas air mendidih selama 5 menit.
5. Perhatikan warna yang timbul. Positif jika terjadi endapan mulai dari
warna hijau kuning/merah bata.
Hasil percobaan:
Analisis dan Kesimpulan:
D. Tes Barfoed
Tujuan:
Membedakan monosakarida dari disakarida.
Dasar:
Larutan sakarida yang masih mempunyai sifat pereduksi hanyalah
monosakarida. Reagen barfoed bersifat asam dan mengandung ion
kuprioksida Cu(II) yang direduksi oleh gula pereduksi sehingga
menghasilkan presipitat ion kuprooksida Cu(I). Tetapi dengan pemanasan
yang lama disakarida dapat mengalami hidrolisis dan menyebabkan reaksi
positif.
Alat dan bahan:
1. Reagen Barfoed
2. Larutan sampel (sukrosa dan glukosa).
3. Penangas air
4. Tabung reaksi dan rak tabung
5. Penjepit Tabung
6. Vortex mixer
7. Stopwatch
8. Label
Cara kerja:
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi bersih dan
kering. Berikan label glukosa dan sukrosa.
Masukkan 2 mL pereaksi Barfoed masing-
masing ke dalam 2 tabung tersebut
2. Tambahkan 1 mL larutan yang akan diperiksa
sesuai dengan label yang diberikan
3. Siapkan stopwatch/pengukur waktu kemudian panaskan sampai
mendidih di atas penangas air 15 menit sambil tetap memperhatikan
endapan yang terbentuk.
4. Disakarida positif dengan terjadinya endapan pada pemanasan setelah 5
menit sedangkan monosakarida dengan terjadinya endapan pada
pemanasan sebelum 5 menit.
Hasil percobaan :
Analisis dan kesimpulan:
Dasar:
Iodium akan masuk dalam gulungan
amilosa pati membentuk kompleks
amilosa-iodium dan menghasilkan warna
biru atau merah anggur.
Alat dan bahan:
1. Larutan pati/amilum.
2. Larutan lugol (iodium 1 gram + kalium iodida 1 gram dalam 100 ml
aquadest).
3. NaOH 10%.
4. Tabung reaksi.
5. Rak Tabung
6. Pipet
Cara kerja:
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 1 mL larutan
pati/amilum ke dalam tabung reaksi tersebut. Tambahkan 1 tetes lugol (1
gr iodium dengan 2 gr KI dalam 100 mL aquadest).
2. Perhatikan warna biru yang timbul. Tambahkan beberapa tetes NaOH
10%, Kocok warna akan hilang mengapa?
Hasil percobaan:
Kesimpulan:
PERCOBAAN IDENTIFIKASI PROTEIN
A. Reaksi Biuret
Tujuan:
Mendeteksi ikatan peptida.
Dasar:
Ion tembaga dalam suasana alkali akan bereaksi dengan protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
Cara kerja:
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering.
2. Masukkan 2 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi.
3. Tambahkan 2 mL NaOH 10% dan campurkan dengan menggunakan
vortex mixer.
4. Lalu teteskan secara perlahan-lahan CuSO4 0.5% hingga timbul warna
tertentu.
5. Penambahan CUSO4 harus berhati-hati sebab bila terlalu banyak akan
menyebabkan timbulnya warna biru.
Hasil percobaan:
Dasar:
Semua asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehid
dengan melepaskan NH3 dan CO2 dan disertai dengan terbentuknya warna
biru.
Cara kerja:
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering.
2. Masukkan 3 mL larutan protein yang tersedia dan 10 tetes larutan
ninhidrin 0.1 %.
3. Letakkan tabung pada penangas air mendidih selama 10 menit
perhatikan warna biru yang terbentuk.
Hasil percobaan:
Analisis dan kesimpulan:
Dasar:
Logam berat yang bersifat kationik (contoh: Pb, Cu, Hg, Ag) bereaksi
dengan gugus anionik protein untuk membentuk presipitat berupa metal ion
proteinate. Pereaksi alkaloid merupakan asam yang memiliki muatan negatif
yang dapat bereaksi dengan protein yang kationik (charge positif) sehingga
terbentuk presipitat.
Hasil percobaan:
Dasar:
Lemak secara relatif tidak larut dalam air tetapi pada umumnya larut
dalam pelarut-pelarut non-polar seperti eter, kloroforom dan benzen.
Cara kerja:
1. Siapkan 4 buah tabung reaksi yang bersih,
berikan label pelarut pada masing-masing
tabung yaitu air, alcohol panas, alcohol
dingin dan eter.
2. Masukkan masing-masing 2 mL pelarut berikut : air, alkohol 96% panas,
alkohol dingin 96%, dan eter sesuai dengan label pada tabung.
3. Pada tabung dengan alcohol panas, masukkan terlebih dahulu ke dalam
penangas air hingga panas.
4. Kemudian tambahkan 2 tetes minyak kelapa ke dalam masing-masing
tersebut. Kocok sebentar. Perhatikan kelarutan minyak tersebut.
Hasil percobaan:
Dasar:
Asam lemak tidak jenuh dapat menghilangkan warna iodium atau
KMNO4. Ini disebabkan oleh reaksi adisi pada ikatan rangkap. Contoh
reaksinya adalah sebagai berikut:
Reaksi di atas menjadi dasar analisis kimia untuk menentukan tingkat
kejenuhan lemak berdasarkan banyaknya ikatan rangkap, yang dikenal
sebagai bilangan iodium (iodine value/ iodine number). Pada percobaan ini
mahasiswa hanya melakukan uji kualitatif kandungan asam lemak jenuh
dalam sampel lemak dengan mengamati hilangnya warna KMNO 4 saat
bereaksi dengan lemak dalam hal ini minyak kelapa murni, minyak sawit,
dan minyak zaitun.
Cara kerja:
1. Siapkan tiga buah tabung reaksi bersih. Berikan masing-masing label
sesuai sampel yaitu minyak kelapa, minyak sawit dan minyak zaitun.
2. Masukkan masing-masing 3 mL minyak kelapa, minyak sawit, dan
minyak zaitun ke dalam tabung reaksi tersebut sesuai label.
3. Tambahkan 2 tetes KMNO4 0,1 N. Kocok beberapa saat. Perhatikan
warna KMNO4 yang hilang. Bandingkan hasil yang diperoleh pada ketiga
tabung tersebut!
Hasil percobaan:
Sasaran Pembelajaran
1. Mengenali dan memahami aspek biokimiawi faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim dan cara kerja beberapa enzim dengan
menganalisis hasil praktikum.
2. Mengintegrasikan dan menerapkan aspek biokimia faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim dan cara kerja beberapa enzim dengan blok
pembelajaran berbasis kasus-kasus penyakit terkait selanjutnya.
Dasar Teori
Pengertian Enzim
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator
untuk berbagai reaksi kimia dalam sistem biologik. Hampir setiap reaksi kimia
dalam sistem biologik dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel
dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya.
Penggolongan Enzim
Hal yang sangat penting bagi enzim ialah kerjanya yang sangat
spesifik. Suatu enzim (E) dapat mengkatalisis satu atau beberapa reaksi saja
melalui interaksi dengan substrat (S) tertentu.
Gambar 4.1. Teori induced fit enzim sebagai contoh mekanisme kerja
spesifik.
Meskipun jumlah enzim ada ribuan yang berasal dari makhluk hidup,
reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim-enzim ini ternyata dapat digolongkan
ke dalam 6 macam reaksi saja. Berdasarkan itu, International Union of
Biochemists (IUB) telah menggolongkan enzim ke dalam 6 kelas, sesuai
dengan jenis reaksi yang dikatalisis, yaitu:
Kelas 1 - Oksidoreduktase
Adalah kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi oksidasi reduksi.
Kelas 2 - Transferase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemindahan berbagai gugus
seperti amina, karboksil, karbonil, metal, asil, glikosil/ fosforil.
Kelas 3 - Hidrolase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemutusan ikatan kovalen sambil
menarik air yang disebut dengan reaksi hidrolisis. Enzim-enzim percernaan
termasuk ke dalam kelas ini.
Kelas 4 - Liase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan kovalen tanpa
mengikat air.
Kelas 5 - Isomerase
Kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi isomerasi.\
Pengaruh suhu
Suhu rendah mendekati titik beku tidak dapat merusak enzim, namun
enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai
bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu
ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami
denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu
optimum (Gambar 4.2). Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum
sekitar 37 oC. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan ± 60
o
C karena terjadi denaturasi. Kecuali enzim-enzim tertentu yang diekstrasi dari
bakteri-bakteri yang hidup pada sumber air panas seperti Taq-polimerase yang
digunakan pada reaksi polimerisasi DNA secara in vitro (metode PCR).
Pengaruh pH
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran
aktifitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar
enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktifitas maksimum pada pH antara 5
sampai 9. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum
(Gambar 4.2). Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah,
seperti pepsin yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH yang jauh di luar pH
optimum enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim
maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang
mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat.
Dasar:
Urease merubah ureum menjadi CO2 dan NH3 (ammonia). Karena
amonia bersifat basa, maka pembentukannya dapat diukur dengan larutan
fenolftalein (indikator asam-basa).
Cara Kerja:
1. Siapkan dua buah tabung reaksi bersih dan kering dan berikan label 1
dan 2.
2. Masukkan 5 mL larutan ureum 1%. Tambahkan 1 tetes fenolftalein 1%.
Kemudian tambahkan 1 mL larutan urease dan ditutup. Setelah
beberapa menit, cairan yang tadinya tidak berwarna akan berwarna
merah oleh karena terbentuknya amoniak.
3. Kerjakan lagi langkah 1 tetapi dengan larutan urease yang telah
dipanaskan hingga mendidih dan didinginkan kembali. Dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Siapkan tabung reaksi yang berisi urease 3 mL, panaskan hingga
mendidih dan didinginkan.
b. Masukkan 5 mL larutan ureum 1% pada tabung 2. Tambahkan 1
tetes fenolftalein 1%.
c. Lalu masukkan 1 mL larutan urease yang telah dipanaskan dan
didinginkan di atas dan ditutup. Disini tidak akan timbul warna merah.
Mengapa demikian?
4. Gambarlah hasil percobaan dari tabung-tabung tersebut.
Hasil Percobaan:
Dasar:
Dalam susu terdapat semacam enzim dehidrogenase yaitu Schardinger.
Enzim ini sanggup mengambil hidrogen dari aldehid dan sebagai H akseptor
digunakan biru metil. Biru metil akan tereduksi menjadi senyawa berwarna
putih (leukometilen) dalam keadaan aerob.
Cara kerja:
1. Sediakan 3 tabung reaksi bersih dan kering. Berikan label 1,2 dan 3.
2. Tabung reaksi 1 diisi dengan 5 mL susu ditambah dengan 5 tetes
campuran biru metil dan formaldehida kemudian dikocok. Kemudian
tambahkan sejumlah parafin liquid.
3. Tabung reaksi 2 diisi dengan 5 mL susu ditambah tetes campuran biru
metil dan formaldehide
4. Tabung reaksi 3 diisi dengan 5 mL susu yang terlebih dahulu dimasak
dan didinginkan kembali ditambahkan 5 tetes campuran biru metil dan
formaldehida kemudian dikocok. Kemudian tambahkan sejumlah parafin
liquid.
5. Ketiga tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam water bath pada
suhu 37 – 40 oC selama 5 menit.
6. Gambarlah hasil percobaan dari ketiga tabung tersebut. Buatlah
kesimpulan dari setiap percobaan!
Hasil percobaan:
Dasar:
Susu mengandung suatu enzim peroksidase yaitu enzim yang
mengkatalisis reaksi:
H2O2 H2O + O2
Untuk menunjukkan adanya enzim ini dapat dipakai benzidin yang bila
teroksidasi akan menimbulkan warna biru atau guaiak yang bila teroksidasi
akan berwarna merah.
Cara kerja:
1. Siapkan sebuah tabung bersih dan kering.
2. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 3 mL susu ditambah 1 mL larutan
guaiak dan 1 mL larutan H2O2 3%.
3. Amati hasil yang timbul setelah percobaan!
Hasil percobaan:
Dasar:
Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim
secara reversible, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan
antara partikel E dan S. Akibatnya kompleks E-S yang sangat penting dalam
reaksi enzimatik tidak terbentuk, sehingga P juga tidak terbentuk (lihat
gambar 4.1). Bila suhu dinaikkan sedikit demi sedikit benturan E dan S
untuk membentuk kompleks E-S akan makin meningkat sehingga P yang
terbentuk makin banyak (lihat gambar 4.2). Keadaan ini terjadi sampai pada
suhu tertentu, yaitu suhu optimum. Suhu yang lebih tinggi dari suhu
optimum menyebabkan enzim terdenaturasi. Akibatnya meskipun benturan
E dengan S meningkat, kompleks ES tidak terbentuk karena enzim
terdenaturasi. Akibatnya pembentukan P berkurang. Denaturasi enzim
dapat terjadi ireversibel terutama bila suhu lingkungan jauh melampaui suhu
optimum.
Cara kerja:
1. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih:
a. Pasangan tabung pertama ditempatkan dalam bejana yang berisi es
(0 oC).
b. Pasangan kedua ditempatkan dalam bejana berisi air, yang suhunya
dipertahankan tetap pada 25 oC.
c. Pasangan tabung ketiga ditempatkan di rak tabung pada suhu ruang.
d. Pasangan tabung keempat ditempatkan dalam penangas air yang
suhunya dipertahankan tetap pada 37 oC.
e. Pasangan tabung kelima ditempatkan dalam penangas air yang
suhunya dipertahankan tetap pada 60 oC.
f. Pasangan tabung keenam ditempatkan dalam penangas air mendidih
(100 oC).
Tiap pasangan tabung diberi tanda ‘B’ untuk blanko & ‘U’ untuk uji.
Keram pasangan tabung pada setiap suhu selama paling sedikit 5 menit.
2. Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung :
Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung
selisih serapan (∆A) antara tabung B (pada t = 0 menit) dengan tabung U
dari tiap suhu.
Abs Blanko
SUHU Abs Uji (U) ∆Abs/MENIT (V)
(B)
0 oC
25 oC
Suhu ruang (…….oC)
37 oC
60 oC
100 oC
4. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi
enzimatik (v = ∆Abs/menit) dengan suhu.
Hasil percobaan:
Dasar:
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan menunjukkan kerja
maksimum pada pH optimum. Di luar pH optimum aktifitas enzim dapat
terganggu.
Cara kerja:
1. Siapkan 6 pasang tabung reaksi bersih. Tiap pasangan tabung diberi
tanda ‘B’ untuk blanko dan ‘U’ untuk uji.
2. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung:
Abs Blanko
pH Abs Uji (U) ∆Abs/MENIT (V)
(B)
1
3
5
7
9
11
Dasar:
Pada konsenrasi substrat tertentu, penambahan enzim dengan
konsentrasi bertingkat akan meningkatkan pembentukan kompleks enzim-
substrat, sehingga jumlah produk yang terbentuk akan meningkat.
Alat dan bahan:
1. Liur 100x , 200x, 300x, 400x dan 500x
2. Larutan pati 0,4 mg/ml
3. Larutan iodium
4. Tabung reaksi
5. Rak tabung
6. Aquades
7. Label
8. Waterbath
Cara kerja:
1. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih. Tiap pasangan tabung
diberi tanda ‘B’ untuk blanko dan ‘U’ untuk uji.
2. Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung:
3. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung
selisih serapan (∆A)! antara tabung B (pada t = 0 menit) dengan tabung
U dari tiap konsentrasi enzim.
4. Buatlah tabel berikut ini :
Pengenceran Enzim Abs Blanko (B) Abs Uji (U) ∆Abs/MENIT (V)
500x
400x
300x
200x
100x
Hasil percobaan:
Analisis dan kesimpulan