Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI TUBERKULOSIS

TEKNIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS


DAN PERWATAN MIKROSKOP

Dosen Pengampu :
SY.Didik Widiyanto,SKM., M.Kes

Disusun Oleh :
KELOMPOK 9

1. Hannung Firman Yustika (P1337434121005)


2. Maulida Rohmaniyah (P1337434121013)
3. Melina Melati Putri (P1337434121023)
4. Indira Labibah Arista (P1337434121029)
5. Nayla Rana Syaputri (P1337434121034)

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023/2024
PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN MIKROSKOP

A. Pertemuan Ke : 10 (Sepuluh)
B. Hari, Tanggal : Senin, 2 Oktober 2023
C. Tujuan
Percobaan penggunaan dan perawatan mikroskop ini dilakukan agar
mahasiswa tahu bagaimana mengetahui komponen-komponen pada mikroskop,
setelah mengerti diharapkan mahasiswa mengetahui bagaimana penggunaan,
perawatan, dan pemeriksaan mikroskop khususnya pada pemeriksaan identifikasi
tuberkulosis menggunakan mikroskop dengan baik dan benar agar nantinya
mikroskop dapat mempertahankan life time dan tidak cepat rusak.
D. Prinsip
Melihat kumankuman TBC yaitu mycrobacterium tuberculosis sebagai
penyebab TBC di bawah mikroskop setelah dilakukan pewarnaan sehingga dari
pemeriksaan ini akan didapatkan data berupa jumlah kuman TBC yang disesuaikan
dengan skala IUATLD sehingga didapatkan hasil berupa negatif dan positif (1+, 2+,
3+).
E. Dasar Teori
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan
laboratorium sains,khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamatiobyek yang berukuran sangat kecil
(mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalanmanusia tentang
organisme yang berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perludiketahui
komponen mikroskop, macam mikroskop, penggunaan dan pemeliharaannya.
Pakan Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (mycobacteriyum tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang
paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Adapun gejala-gejala
umum untuk penyakit TBC adalah nafsu makan menurun, demam lama, diare, batuk
secara terus menerus. Karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang penyakit TBC, maka dari gejalagejala di atas masyarakat bisa
mengasumsikan bahwa gejala yang terjadi di atas merupakan penyakit biasa yang
tidak memerlukan penanganan lebih lanjut. Sehingga kasus-kasus penyakit TBC
semakin banyak terjadi.
Tuberkulosis adalah bukan penyakit keturunan melainkan merupakan
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (mycobacterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya. Semua orang dapat terserang TBC. Namun tidak
semua yang terinfeksi basil TBC pasti sakit TBC. Tergantung daya tahan tubuhnya
lemah yang akan sakit TBC (Nadesul, H. 1995).
Sumber penularan penyakit TBC adalah penderita TBC dengan BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernafasan.
Infeksi kuman TBC akan menimbulkan gejala-gejala seperti: batuk terus
menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih, dahak bercampur darah, sesak
nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
berkeringat walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Dari
gejala-gejala ini, setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)
dengan gejala tersebut di atas, harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberculosis
“dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung.
Seperti yang telah disebutkan di atas, berarti penyakit TBC sangat perlu
untuk dicegah dan ditanggulangi sejak dini. Dalam program penanggulangan TBC,
diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan kuman-kuman TBC sebagai penyebab
TBC yang terdapat pada dahak melalui uji secara mikroskopis langsung atau melalui
pemeriksaan kultur (biakan dahak).
F. Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Preparat apusan BTA
3. Tissue lensa
4. Minyak imersi
5. Larutan Xylol

G. Cara Kerja
 Pembacaan apusan BTA
1. Teteskan satu tetes minyak emersi. Aplikator minyak emersi tidak boleh
menyentuh kaca objek. Tetesan harus jatuh bebas ke permukaan sediaan apus
agar aplikator minyak emersi tidak terkontaminasi dengan sediaan.
2. Putar lensa objektif 100x dengan hati-hati ke atas sediaan apus. Janga sekali-
kali lensa menyentuh kaca sediaan.
3. Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel-sel terlihat dengan jelas
4. Lakukan pembacaan sediaan apus secara sistematis untuk memastikan hasil
yang dilaporkan mewakili seluruh bagian sediaan
5. Mulai pembacaan dari ujung kiri ke ujung kanan dan dilakukan pada sediaan
yang sel-selnya terlihat, bila sediaan tampak kosong, geser pada lapang
pandang lainnya
6. Lakukan interpretasi sediaan secara kuantitatif
7. Begitu sediaan selesai dibaca, putar objektif 100 x menjauhi kaca sediaan
8. tempatkan objektif 10 x di atas sediaan, lalu sediaan diambil.
9. Bila telah selesai, atur kembali pengatur tegangan lampu ke minimum dan
matikan mikroskop dengan menekan tombol OFF.
10. Setelah selesai pembacaan, bersihkan minyak dari sediaan apus dengan
menggunakan kertas tissue.
11. Setelah kering, tempatkan sediaan apus tersebut dengan hati-hati dalam kotak
penyimpanan guna pengontrolan kualitas oleh laboratorium rujukan Setiap
selesai menggunakan mikroskop, bersihkan dengan hati-hati minyak imersi
dari lensa objektif 100 x dengan menggunakan kertas lensa/kain halus.
 Perawatan mikroskop
a. Membersihkan lensa sebaiknya gunakan Ethyl ether atau pembersih
lensa yang sesuai anjuran pabrik. Beberapa bahan pembersih dapat
merusak permukaan lensa atau melarutkan perekat lensa setelah
digunakan beberapa waktu.

b. Gunakan sedikit mungkin cairan pembersih. Letakkan sedikit cairan


pada lensa untuk membersihkan.
c. Kertas lensa paling baik untuk membersihkan lensa, atau dapat
menggunakan kain halus.
d. Kertas tissue dapat mengores permukaan lensa

H. Hasil
 Preparat Buatan

Hasil pembacaan preparat buatan didapatkan negatif


 Preparat Awetan

Hasil pembacaan preparat awetan didapatkan negatif

 Interpretasi Hasil
 Negatif : tidak ditemukan BTA minimal dalam 100 lapang pandang
 Scanty : 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang
 + : 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang
 ++ : 1-10 BTA setiap 1 lapang pandang (minimal 50 lapang
pandang)
 +++ : 10 ≤ BTA dalam 1 lapang pandang (minimal 20 lapang
pandang)

I. Pembahasan
Pada praktikum pertemuan kali ini dilakukan pengecatan dan pembacaan
sediaan BTA (bakteri tahan asam) pada preparat awetan dan buatan. Pada tahap
pengecatan BTA menggunakan tiga jenis cat diantaranya Ziehl-Neelson (ZN) yakni
carbol fuchsin 0,3%, asam alkohol 3% dan methylene blue 3%. Sampel yang
digunakan dalam pengecata yakni sputum. Sebelum dibuat apusan, objek glass
difiksasi untuk menghilangkan lemak yang menempel pada permukaan dan
kontaminan lain yang ada pada objek glass. Apusan yang dibuat tidak boleh terlalu
tebal agar tidak bertumpuk-tumpuk sehingga proses pengamatan bentuksel bakteri
menjadi lebih mudah, tetapi apusan yang dibuat juga tidak boleh terlalu tipis.
Hal yang perlu diperhatikan adalah dekolorisasi yang mengakibatkan warna
yang tidak terikat oleh sel bakteri lepas dari sel, pemberian asam alkohol jangan
sampai berlebih karena menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir
sama dengan non-BTA yang menyebabkan sulit untuk membedakanya.
J. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum identifikasi tuberculosis mengenai pemeriksaan dan
perawatan mikroskop dengan sampel sediaan dahak menggunakan preparate buatan
dan preparate awetan, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan didapatkan hasil
negatif baik dari preparat bautan maupun preparat awetan. Hal ini dikarenakan pada
lapang pandang mikroskop tidak ditemukan adanya bakteri tb atau BTA yang
berwarnamerah.

Anda mungkin juga menyukai