HEMOSTASIS
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
1. Faktor Vaskuler
Vaskuler atau Pembuluh darah adalah tempat mengalirnya darah, salah
satu bagian dari sistem sirkulasi pada tubuh untuk mengangkut darah yang
membawa oksigen dari jantung untuk disebarkan ke organ tubuh, serta
mengembalikan kembali darah yang telah dipakai dan membawa karbon
dioksida ke jantung untuk dikeluarkan ke paru-paru. Jadi fungsi utama sistem
ini adalah menyalurkan darah yang mengandung oksigen ke sel dan jaringan
dan mengembalikan darah ke paru-paru untuk pertukaran gas oksigen (O2)
dengan karbon dioksida (CO2). Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri
yang berfungsi membawa darah dari jantung, kafiler adalah pembuluh darah
yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia
antara darah dan jaringan dan vena, yaitu pembuluh darah yang membawa
darah dari kapiler kembali ke jantung. Hemostasis ini merupakan suatu
rangkaian respons terhadap adanya kerusakan jaringan dalam rangka untuk
menghentikan perdarahan. Apabila pembuluh darah mengalami kerusakan
atau luka, maka mekanisme hemostasis bekerja secara spontan dan cepat
untuk menghentikan perdarahan tersebut melalui beberapa mekanisme
seperti: spasme vascular, pembentukan sumbat trombosit dan koagulasi.
(Adang & Dewi, 2018)
2. Faktor Trombosit
Trombosit atau platelet adalah sel darah yang berperan dalam membekukan
darah. Trombosit tersebut merupakan bagian darah yang paling utama saat
pembuluh darah rusak maupun kulit mengalami luka dan bocor yang
mengakibatkan darah keluar dari pembuluh atau terjadi perdarahan.
Hemostasis bertujuan untuk menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan
vena, mencegah kehilangan darah karena luka, memperbaiki aliran darah
selama proses penyembuhan luka. Hemostasis juga bertujuan untuk
menghentikan dan mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang terluka
yang diperankan oleh trombosit. (Adang & Dewi, 2018)
3. Faktor Pembekuan
Proses pembekuan darah ini merupakan mekanisme bertingkat yang
melibatkan
kesinambungan pengaktifan faktor yang satu dengan yang lainnya. Pada
tahap terakhir pembekuan darah, trombin akan mengubah fibrinogen menjadi
serat atau benang-benang fibrin yang dapat menjaring komponen-komponen
darah yang berukuran besar, sel darah merah, dan plasma sehingga terbentuk
bekuan darah. Jika terjadi luka atau kerusakan jaringan dan berdarah, tubuh
akan berusaha untuk menghentikan pendarahan dengan cara menutup luka
oleh pembekuan darah, atau bisa disebut blood clotting. Banyak terdapat zat-
zat penting yang mempengaruhi pembekuan darah yang berada di dalam
darah dan jaringan, beberapa di antaranya mempermudah terjadinya
pembekuan disebut prokoagulan dan yang lain menghambat pembekuan,
disebut antikoagulan. Dalam keadaan normal, antikoagulan lebih dominan
sehingga darah tidak membeku, tetapi bila pembuluh darah rusak,
prokoagulan di daerah yang rusak menjadi teraktivasi dan melebihi aktivitas
antikoagulan, dan bekuan pun terbentuk. Faktor koagulasi atau faktor
pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam darah (plasma) yang
berfungsi dalam proses koagulasi. Proses pembekuan darah bertujuan untuk
mengatasi kerusakan vascular sehingga tidak terjadi perdarahan berlebihan,
tetapi proses pembekuan darah ini harus dilokalisir hanya pada daerah
terjadinya kerusakan, tidak boleh menyebar ke tempat lain karena akan
membahayakan peredaran darah Faktor Pembekuan (clotting faktor) adalah
sejumlah protein yang berkaitan dengan reaksi penggumpalan darah. Hasil
akhir dari proses pembekuan adalah terbentuknya hemostatic plug, luka
tertutuk dan darah tidak keluar lagi. Faktor pembekuan (faktor koagulasi)
adalah protein (misalnya, fibrinogen, protrombin, Faktor VIII) yang
diperlukan untuk pembekuan darah normal. Beberapa faktor pembekuan
disintesis oleh hati dan produksinya dapat terganggu bila hati rusak. Orang
yang kekurangan faktor pembekuan kemungkinan besar akan mengalami
perdarahan berkepanjangan dan mudah memar (Adang & Dewi, 2018)
4. Sistem fibrinolisis
5. Inhibitor
Fibrinolisis adalah mekanisme fisiologis yang bekerja secara konstan dengan
sistim pembekuan darah untuk menjamin lancarnya aliran darah ke organ
perifer atau jaringan tubuh. Koagulasi dan fibrinolisis merupakan mekanisme
yang saling berkaitan erat sehingga seorang tidak dapat membicarakan
masalah koagulasi tanpa di sertai dengan fibrinolisis demikian juga
sebaliknya.dalam system koagulasis dan fibrinolisis terdapat system lain
yang mengatur agar kedua proses tidak langsung berlebihan. Sistem tersebut
terdiri faktor penghambat ( inhibitor). Seluruh proses merupakan mekanisme
terpadu antara aktifitas pembuluh darah,fungsi trombosit ,interaksi antara
prokoagulan dalam sirkulasi dengan trombosit, aktifasi fibrinolisis dan
aktifitas inhibitor.
2. Hemostasis Sekunder
Hemostasis merupakan sekumpulan mekanisme sistemik, kompleks
dan saling berhubungan, berkerja untuk mempertahankan keseimbangan
antara koagulasi dan antikoagulasi Hemostasis sekunder terdiri dari faktor
pembekuan dan anti pembekuan, yang akhir dari mekanisme hemostasis
sekunder adalah terbentuknya benang fibrin. Jika terjadi luka yang besar
pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit
belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis
sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Hemostasis
sekunder ini mencakup
pembentukan jaring-jaring fibrin. Hemostasis sekunder ini bersifat delayed
dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka,
maka proses berlanjut ke hemostasis tersier.
3. HEMOSTASIS TERSIER
Garry, G. S., Bradley, J. W., & Harlinda, H. (2016). Gambaran gangguan hemostasis pada
penderita sirosis hati yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode
Agustyus 2013 – Agustus 2015. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1.
Ibnu, U., & Reza, W. S. (2020). Hemostasis dan Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC). Journal of Anaesthesia and Pain, Volume: 1, No.2: 19-32.
Liong, B. K., & Mansyur, A. (2013). Hemostasis Berlandaskan Sel Hidup (In Vivo).
CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY , 204–210.
Mukhyarjon, Irza, W., & Asman, M. (2020). Profil dan Beberapa Faktor yang Berhubungan
dengan Hemostasis Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tak Terkontrol. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2.
Zelly, D. R. (2012). Kelainan Hemostasis pada Leukemia. Jurnal Kesehatan Andalas, 67-72.
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
Trombosit merupakan salah satu komponen darah yang terdapat pada tubuh
manusia, yang berperan penting dalam hemostasis. Trombosit berasal dari
fragmentasi sitoplasma megakariosit. Trombosit adalah sel darah yang tidak
mempunyai inti dengan ukuran diameter 1-4 mikrometer dan volumenya 7-8
μl. Jumlah darah pada keadaan normal pada tubuh manusia adalah 150.000-
350.000 / mm3. (Amrina, Ellyza, & Zulkarnain,, 2014)
Trombosit atau platelet adalah sel darah yang berperan dalam membekukan
darah. Trombosit tersebut merupakan bagian darah yang paling utama saat
pembuluh darah rusak maupun kulit mengalami luka dan bocor yang mengakibatkan
darah keluar dari pembuluh atau terjadi perdarahan. (Adang & Dewi, 2018)
Proses terbentuknya trombosit seperti halnya sel-sel lain berasal dari sel induk, yaitu
stem sel. Stem sel akan melakukan proses proliferasi, differensiasi dan maturasi.
Proliferasi, yaitu proses perbanyakan sel dimana sel induk akan mengalami
pembelahan menjadi sel-sel yang sifatnya sama. Differensiasi yaitu proses
pembelahan sel menjadi sel-sel yang memiliki sifat yang berbeda. Sedangkan
maturasi adalah proses pematangan sel dimana sel akan mengalami perubahan
perubahan sifat yang pada akhirnya akan menjadi sel yang matang dan siap
difungsikan. Pada saat terjadi luka pada kulit atau permukaan tubuh, komponen
darah, yaitu trombosit akan segera melakukan fungsinya yaitu melakukan adhesi,
dimana permukaan trombosit akan menempel pada bagian luka yang terbuka yaitu
adanya serat kolagen. Trombosit menjadi aktif dan mengeluarkan isi-isi granula
yang selanjutnya akan menarik trombosit-trombosit lain untuk melakukan agregasi
sehingga trombosit berkumpul mengerumuni bagian yang terluka dan akan
menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka. di dalam plamsa darah
terdapat trombosit apabila terjadi luka dan darah keluar, trombosit akan bersentuhan
dengan permukaan luka yang kasar akan pecah dan mengeluarkan tromboplastin.
tromboplastin bersama sama ion ca++ akan mengubah protrombin menjadi
thrombin. Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dalam plasma darah.
protrombin dibuat dalam hati dengan bantuan vitamin k. Trombin akan mengubah
fibrinogen menjadi yang akan menghalangi keluarnya sel-sel darah hingga terjadi
pembekuan dalam waktu kurang lebih 15 menit. (Adang & Dewi, 2018)
II. Fungsi
Hemostasis terdiri dari hemostasis primer, hemostasis sekunder dan
hemostasis tersier. Hemostasis primer terdiri dari komponen pembuluh darah dan
trombosit. Hemostasis primer yang pertama kali terlibat dalam proses penghentian
darah bila terjadi perdarahan. Proses ini diawali dengan vasokontriksi pembuluh darah
dan pembentukan plak trombosit yang menutup luka dan menghentikan perdarahan.
Hemostasis sekunder terdiri dari faktor koagulasi dan anti koagulasi. Akhir dari
mekanisme hemostasis sekunder adalah terbentuknya benang fibrin. Hemostasis
tertier adalah mekanisme hemostasis lanjutan yang diperankan oleh darah. Bekuan
atau hemostatic plug yang sudah terbentuk akan dihancurkan dalam sistem
fibrinolisis. Hemostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi
tidak berlebihan. Hemostasis primer berperan pada saat terjadi luka atau gangguan
pada endotel. Trombosit akan segera melakukan fungsinya dengan melakukan adhesi.
Selanjutnya trombosit akan menempel pada bagian luka yang terbuka yaitu pada serat
kolagen. Trombosit kemudian menjadi aktif dan mengeluarkan isi granula. Granula
trombosit akan menarik trombosit-trombosit lain untuk melakukan agregasi sehingga
trombosit berkumpul mengerumuni bagian yang terluka. Trombosit-trombosit ini akan
menggumpal serta menyumbat dan menutupi luka. (Lisda, 2022)
Pembuluh darah juga berfungsi untuk membawa sel-sel darah seperti lekosit
(sel darah putih), eritrosit (sel darah merah) dan trombosit (keeping darah), serta
komponen-komponen darah lainnya yang terlarut di dalam plasma. Apabila terjadi
infeksi atau masuknya benda asing ke dalam tubuh, maka respon tubuh dalam upaya
untuk menormalkan kembali (mekanisme penyembuhan), sel darah putih tersebut
yang merupakan alat untuk pertahanan tubuh tubuh seseorang akan melawan bakteri
ataupun benda asing yang masuk kedalam. tubuh, sehingga ketika imunitas seseorang
melemah ataupun bakteri yang masuk kedalam tubuh terlalu kuat, maka seseorang
terkena penyakit. Komponen darah lain yang dibawa adalah trombosit berperan
apabila terjadi kerusakan jaringan atau luka yang berperan dalam menghentikan
perdarahan dengan cara adesi dan agregasi.
Fungsi utama trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Bila
terdapat luka, trombosit akan berkumpul karena adanya rangsangan kolagen yang
terbuka sehingga trombosit akanmenuju ke tempat luka kemudian memicu pembuluh
darah untuk mengkerut (supaya tidak banyak darah yang keluar) dan memicu
pembentukan benang-benang pembekuan darah yang disebut dengan benag-benang
fibrin. Benang-benang fibrin tersebut akan membentuk formasi seperti jaring-jaring
yang akan menutupi daerah luka sehingga menghentikan perdarah aktif yang terjadi
pada luka. Selain itu, ternyata trombosit juga mempunyai peran dalam melawan
infeksi virus dan bakteri dengan memakan virus dan bakteri yang masuk dalam tubuh
kemudian dengan bantuan sel-sel kekebalan tubuh lainnya menghancurkan virus dan
bakteri di dalam trombosit tersebut.
Dengan sifat trombosit yang mudah pecah dan bergumpal bila ada suatu
gangguan, trombosit juga mempunyai peran dalam pembentukan plak dalam
pembuluh darah. Plak tersebut justru dapat menjadi hambatan aliran darah, yang
seringkali terjadi di dalam pembuluh darah jantung maupun otak. Gangguan tersebut
dapat memicu terjadinya stroke dan serangan jantung. Oleh karena itu, pada pasien-
pasien dengan stroke dan serangan jantung diberikan obat-obatan (anti-platelet)
supaya trombosit tidak terlalu mudah bergumpul dan membentuk plak di pembuluh
darah. Pembentukan sumbat mekanik atau pembentukan platelet plug selama respons
hemostasis normal terhadap cedera vascular sebagai respon untuk menghentukan
perdarahan dengan cara mengurangi derasnya aliran. darah yang keluar. Tanpa peran
trombosit, atau jika jumlah trombosit kurang dapat mengakibatkan terjadinya
kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa
adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas proagulannya sangat penting untuk
fungsinya.
Fungsi utama trombosit atau platelet adalah untuk pembekuan darah. Ketika
pembuluh darah luka atau bocor, maka tubuh akan melakukan 3 mekanisme utama
untuk menghentikan perdarahan yang sedang berlangsung, yaitu :
Melakukan pengkerutan (kontriksi).
Aktivitas trombosit.
Aktivitas komponen pembekuan darah lainnya di dalam plasma darah. (Adang &
Dewi, 2018)
III. Ciri-Ciri
Trombosit merupakan fragmen sel aktif yang berada di dalam darah perifer
yang bergerak bebas melalui lumen pembuluh darah sebagai salah satu komponen
dan sistem peredaran darah. (NOVITASARI, 2020). Trombosit merupakan salah
satu komponen darah yang terdapat pada tubuh manusia, yang berperan penting
dalam hemostasis. Trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit.
Trombosit adalah sel darah yang tidak mempunyai inti dengan ukuran
diameter 1-4 mikrometer dan volumenya 7-8 μl. (Amrina, Ellyza, &
Zulkarnain,, 2014)
IV. Struktur
V. Jumlah
Trombosit adalah sel darah yang tidak mempunyai inti dengan
ukuran diameter 1-4 mikrometer dan volumenya 7-8 μl. Jumlah darah pada
keadaan normal pada tubuh manusia adalah 150.000-350.000 / mm3.
Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan jumlah trombosit di bawah normal
(trombositopenia) sebanyak 100%. Jumlah trombosit <100.000 sel/mm3 adalah
sebesar 86,6%. Jumlah trombosit terendah saat masuk rumah sakit adalah 10.000
sel/mm3 dan tertinggi sebesar 149.000 sel/mm3. Rata-rata jumlah trombosit saat
masuk rumah sakit pada penelitian ini adalah 49.627 sel/mm3. Jurnah dkk pada
tahun 2011 juga mengatakan dalam penelitiannya bahwa sebanyak 71,40% penderita
DBD memiliki jumlah trombosit <100.000 sel/mm. (Amrina, Ellyza, & Zulkarnain,,
2014)
Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombosit
<140.000 μl). Trombositopenia ini hasil dari penekanan sumsum tulang transien dan
peningkatan kerusakan perifer pada trombosit selama demam dan awal fase
penyembuhan penyakit atau muncul pada hari ke-3 dan tetap bertahan selama
perjalanan penyakit tersebut. Derajat beratnya perdarahan berkorelasi dengan
tingkatan trombositopenia: trombositopenia ringan (trombosit 100.000-140.000/μl),
trombositopenia sedang (trombosit 50.000-100.000/μl), trombositopenia berat
(trombosit 20.000- 50.000/μl), dan trombositopenia sangat berat (trombosit
20.000/μl). Trombositopenia berat mempunyai resiko terjadinya perdarahan spontan,
pada yang ringan seringkali asimptomatik, dan yang sedang dapat terjadi perdarahan
bila ada trauma, pembedahan atau obat-obatan. (Agustina, 2019)
Adanya kelainan trombosit akan terjadi percepatan trombopoiesis dan waktu
hidup trombosit yang lebih pendek sehingga menyebabkan penurunan jumlah
trombosit dalam darah. Hal ini berdampak pada ukuran trombosit yang lebih besar
dan bersifat reaktif protombotik sehingga menyebabkan trombogenik.
(NOVITASARI, 2020)
Pada manusia yang memiliki jumlah trombosit normal, yaitu berkisar
sekitar 150.000 sampai 400.000 trombosit tiap mikro liter darah. Apabila kadar
trombosit dalam darah kurang dari 150,000 maka orang tersebut mengalami
kekurangan trombosit atau yang disebut Trombositopenia. Namun apabila kadar
trombosit dalam darah lebih dari 400.000 maka mengalami kelebihan trombosit atau
dikenal dengan istilah Trobositosis. Trombosit dalam darah mempuyai waktu hidup
selama 5 sampai 9 hari. Trombosit dalam darah akan melakukan fungsinya selama
masa hidupnya dan akan mengalami penuaan dan dimusnahkan oleh limpa pada
tubuh dan akan digantikan dengan trombosit yang baru dibentuk. (Adang & Dewi,
2018)
DAFTAR PUSTAKA
Adang, D., & Dewi, A. (2018). PPSDM Kemenkes RI. In Hemostasis (pp. 24-25).
Amrina, R., Ellyza, N., & Z. E. (2014). Hubungan Nilai Hematokrit Terhadap Jumlah
Trombosit pada Penderita Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Andalas,
343-347.
Apriliani, T. (2016). Gambaran hitung jumlah trombosit dengan antikoagulan K3EDTA 10%
volume 5, 10 dan 15 µl.
Gandasoebrata, R. (2013). Penuntun laboratorium Klinik. cetakan keenambelas. Jakarta:
Dian Rakyat.
Kuman, M. (2019). Perbedaan Jumlah Eritrosit, Leukosit Dan Trombosit Pada Pemberian
Antikoagulan Konvensional dan EDTA Vacutainer. (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Kupang).
Yusmaidi, Y., Rafie, R., Nur, M., & Nabilah, B. (2020). Derajat Toksisitas Trombosit pada
Penderita Kanker Kolorektal yang Mendapat Kemoterapi CapeOX. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 313–320.
Radheya, I. P. (2018). Pengaruh Variasi Volume Darah Pada Tabung Vacutainer
Tripotassium Ethylenediaminetetraacetate (K3EDTA) Terhadap Jumlah Trombosit
(Doctoral dissertation, Jurusan Analis Kesehatan).
SOAL
1. Trombosit adalah sel darah yang tidak mempunyai inti dengan ukuran
diameter….
a. 1-6 mikrometer
b. 2-4 mikrometer
c. 3-5 mikrometer
d. 1-4 mikrometer
e. 3-4 mikrometer
2. Proses terbentuknya trombosit seperti halnya sel-sel lain berasal dari sel induk,
yaitu…..
a. Stem sel
b. Plasmin
c. Mikrotubulus
d. Nukleutida
e. Glikogen
3. Secara keseluruhan jumlah trombosit di bawah normal disebut…..
a. Trombositopenia
b. Trombopoiesis
c. Protombik
d. Trombositosis
e. Autoimun
4. Trombosit dalam darah mempuyai waktu hidup selama…..
a. 10 sampai 15 hari
b. 1 sampai 4 hari
c. 6 sampai 9 hari
d. 2 sampai 10 hari
e. 5 sampai 9 hari
5. Fungsi utama trombosit berperan dalam…..
a. Perdarahan
b. Pembekuan darah
c. Agregasi Trombosit
d. Membawa sel-sel darah
e. Trombopoetik
6. Trombosit berasal dari megakariosit yang terdapat dalam…..
a. Sumsum tulang
b. Darah
c. Otak
d. Limpa
e. Jantung
7. Apabila kadar trombosit dalam darah lebih dari 400.000 maka mengalami kelebihan
trombosit atau dikenal dengan istilah …..
a. Trombositopenia
b. Trombopoiesis
c. Protombik
d. Trombositosis
e. Autoimun
8. Pengaturan produksi Trombosit dilakukan oleh suatu faktor trombopoetik, yaitu
sejenis hormon yang analog dengan eritropoetin yang disebut ……
a. Trombopoetin
b. Trombositopenia
c. Trombopoiesis
d. Protombik
e. Trombositosis
9. Di dalam sitoplasma trombosit terdapat berbagai organel sel organel dan struktur
antara lain, kecuali…..
a. Mikrotubulus
b. Nukletida
c. Lisosom
d. Granula
e. Human Platelet Antigen
10. Fungsi trombosit dalam tubuh adalah adhesi, yaitu
a. Trombosit menempel pada eritrosit
b. Trombosit menempel pada serat kolagen
c. Trombosit menempel pada sel endotel
d. Trombosit menempel pada limfosit
e. Trombosit menempel pada trombosit
MAKALAH HEMOSTASIS
MEKANISME HEMOSTASIS
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang mengalami
kerusakan sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian
hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1. Pembekuan pada proses pembentukan agregasi trombosit yang masih awal,
masih longgar dan bersifat sementara pada tempat luka. Trombosit akan mengikat
kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang
terbentuk dalam kaskade peristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh
ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan
berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian melakukan
proses agregasi untuk membentuk sumbat hemostatik ataupun trombus.
2. Pembentukan jaring atau benang-benang fibrin yang terikat dengan agregat
trombosit sehingga terbentuk sumbatan hemostatik atau trombus yang lebih kuat
dan lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombus oleh plasmin.
Sumbatan Hemostatik :
1. Sumbat hemostatic atau Trombus yang berwarna putih tersusun dari trombosit
serta fibrin dan sedikit mengandung beberapa sel-sel darah lainnya seperti
eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal sehingga
kelihatan berwarna kurang merah, khususnya didaerah dengan aliran yang cepat
seperti arteri.
2. Sumbat hemostatic atau Trombus yang berwarna merah terutama terdiri atas
erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan perlambatan atau stasis aliran
darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombus ini dapat terjadi
pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama dengan
sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya.
3. Benang-benang fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/pembuluh darah yang
amat kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan
ekstrinsik. Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial
yang dipertahankan. Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai
respons terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan
intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan suatu permukaan yang bermuatan
negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terkahir
yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan
pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada pristiwa
diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses
koagulasi
b. Kofaktor
c. Fibrinogen
d. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin.
e. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya.
Lintasan / jalur intrinsic (Intrinsic pathways)
Mekanisme Lintasan jalur intrinsik melibatkan faktor XII, XI, IX, VIII dan X di
samping
prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid
trombosit.
Lintasan ini membentuk faktor Xa (aktif).Lintasan ini dimulai dengan “fase kontak”
dengan
prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, faktor XII dan XI terpajan pada
permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein
tersebut teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak
terakit pada permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa
pada saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein
untuk menghasilkan lebih banyak kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale
balik. Begitu terbentuk, faktor XIIa mengaktifkan faktor XI menjadi Xia, dan juga
melepaskan bradikinin (vasodilator) dari kininogen dengan berat molekul tinggi.
Factor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan faktor IX, menjadi enzim serin
protease, yaitu faktor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam
faktor X untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu faktor Xa. Reaksi yang
belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase,
pada permukaan trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan faktor IXa dan faktor X. Semua
reaksi dalam hemostasis yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (faktor II,
VII, IX dan X), residu Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut
berfungsi sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan
kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka
fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya
terdapat
pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan
precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai reseptor untuk faktor IXa
dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan
jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan
oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.
MAKALAH HEMOSTASIS
KELAINAN HEMOSTASIS
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
b. SENILE PURPURA
Purpura pada masa tua (60 th), Trauma kecil bisa purpura,Atropi Kolagen
(kulit
mudah digerakan)Senil purpura adalah kondisi yang biasa terjadi pada lansia
dan disebut dengan berbagai cara. Misalnya, beberapa orang tahu pikun pikura
sebagai purpura senilis, hemorrhages kulit, atau sebagai purpura Bateman.
Kondisi Senil purpura yang paling sederhana adalah saat lansia lebih rentan
terhadap memar. Individu yang lebih tua memiliki kulit yang lebih tipis dan
rapuh, sehingga memar lebih mungkin terbentuk sebagai hasilnya. Pada tahap
awal, memar ini tampak berwarna keunguan. Sudah umum bagi lansia untuk
mengembangkan purpura pikun di lengan bawah mereka. Purpura juga bisa
terjadi pada selaput lendir, terutama di mulut dan organ dalam. Meskipun
mungkin tampak seperti orang dengan senil purpura telah mengalami trauma
serius, kemungkinan sejenis trauma ringan menyebabkan perkembangan
memar yang keunguan. Bintik purpura besar disebut ecchymosis dan
bintik-bintik kecilnya dikenal sebagai petchiae.
III. Kelainan Trombosit
A. Kelainan jumlah Trombosit
1. Trombositosis :
Trombositosis adalah kondisi dimana jumlah trombosit di dalam darah jumlahnya
lebih dari normal (tinggi), dan keadaan ini bisa berupa reaktif atau primer (juga
disebut penting dan disebabkan oleh penyakit myeloproliferative). Meskipun
sering tanpa gejala (terutama bila merupakan reaksi sekunder), trombositosis
dapat menjadi predisposisi trombosis pada beberapa keadaan dari pasien.
Peningkatan jumlah trombosit sementara
Fisiologi : gerak badan
Patologis : Trauma
Keganasan
Peradangan
Kondisi trombositosis meningkat karena adanya rangsangan, tetapi apabila
rangsangan yang menyebabkan tingginya trombosit hilang, maka jumlah
trombosit kembali normal. Kondisi trombositosis berupa kelainan pada tingginya
jumlah trombosit yang diproduksi oleh tubuh. Pada orang dewasa, batas normal
trombosit adalah 150-450 x 109/l atau 150.000-450.000 platelet per mikroliter
darah, sementara seorang penderita trombositosis dapat memiliki jumlah
trombosit hingga 600 x 109/l atau lebih. Trombositosis bisa menjadi penyebab
utama kondisi penggumpalan darah. Kondisi ini dapat terpicu pula oleh penyakit
lain yang sudah dimiliki atau diderita sebelumnya sehingga pemeriksaan awal
dapat turut menentukan jenis trombositosis apa yang dialami pasien. (Fadhillah,
Rismawati, & Nur, 2017)
Penyebab trombositosis
Trombositosis dapat disebabkan oleh infeksi, gangguan pada tulang dan sumsum
tulang, atau kondisi lainnya. Beberapa jenis trombositosis, antara lain:
Trombositosis/trombositemia sekunder atau trombositosis reaktif.
Trombositosis ini umumnya disebabkan oleh infeksi atau penyakit lain
yang sudah ada atau sedang diderita.
Trombositosis primer atau trombositosis esensial. Trombositosis ini
disebabkan oleh gangguan pada sumsum tulang. Kondisi ini merupakan
yang lebih sering menjadi penyebab penggumpalan darah. Penyebab pasti
yang mendasari gangguan pada sumsum tulang tersebut belum diketahui.
(Ardina, 2019)
2. Trombositemia :
Trombositemia adalah kelainan darah dimana jumlah trombosit lebih dari normal
(kelainan darah myeloproliferative). Hal ini ditandai dengan produksi trombosit
yang banyak dan berlimpah di sumsum tulang. Terlalu banyak trombosit
membuat pembekuan darah normal sulit dilakukan. Pada trombositemia terjadi
peningkatan jumlah trombosit dalam sirkulasi. Jumlah trombosit yang sangat
tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko trombosis (pembekuan) dalam sistem
pembuluh. Trombositemia bergantung pada tempat pembentukan bekuan atau
penangkapan bekuan, dapat terjadi stroke. Trombositemia primer dapat terjadi
pada keganasan, polisitemia vera, dan penyakit sumsum tulang lainnya. Penyebab
sekunder trombositemia antara lain infeksi akut. Trombositemia sekunder akibat
keadaan keadaan ini biasanya berlangsung singkat. Akan tetapi, trombositemia
sekunder dapat terjadi setelah pengangkatan limpa, karena organ ini secara
normal menyimpan sebagian trombosit sampai diperlukan dalam sirkulasi.
Penyakit peradangan seperti artritis rematoid juga dapat dikaitkan dengan
trombositemia yang lama.
3. Thrombocytopenia :
Trombositopenia atau kekurangan trombosit adalah istilah medis yang digunakan
untuk penurunan jumlah trombosit di bawah batas minimal. Nilai trombosit yang
normal adalah 150.000 hingga 450.000 per mikroliter darah. Trombosit atau yang
sering disebut juga sebagai platelet (keping darah) memiliki fungsi penting dalam
tubuh manusia, yaitu untuk membantu proses pembekuan darah sehingga
perdarahan berlebihan tidak terjadi. Trombositopenia bisa dialami oleh anak-anak
maupun orang dewasa dan akan menyebabkan penderitanya lebih rentan
mengalami perdarahan. Meski jarang terjadi, trombositopenia yang tidak
ditangani dapat memicu perdarahan dalam yang bahkan bisa berakibat fatal
(misalnya perdarahan otak). Terutama jika jumlah trombosit penderita berada di
bawah angka 10.000 per mikroliter darah. Trombositopenia terkadang tidak
menunjukkan gejala apa pun. Apabila ada, gejala utamanya adalah perdarahan.
Indikasi tersebut dapat terjadi di luar maupun di dalam tubuh dan terkadang sulit
dihentikan. Contohnya adalah mimisan, gusi berdarah, dan luka yang terus
berdarah. Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai trombositopenia bisa
berupa:
Kelelahan.
Menstruasi dengan volume darah berlebihan
Memar-memar pada tubuh.
Bintik-bintik merah keunguan pada kulit.
Pembengkakan pada limpa.
Kelainan fungsi
Trombosit adalah komponen darah berukuran 2-4 mikron berbentuk bulat, opal
dan berfungsi untuk proses hemostasis, yaitu untuk melakukan penghentian
perdarahan pada saat terjadinya luka dengan cara melakukan penempelan pada
kolagen (adhesi), dan menempel dengan trombosit lain (agregasi) membentuk
platelet plug.
1) Kelainan adhesi terhadap kolagen
Contohnya : ehlers-danlos syndrome (kelainan vaskuler)
2) Kelainan adhesi terhadap subendotel
Contohnya : sindroma bernard soulier (kelainan trombosit), sindroma von
willbrand (kelainan plasma )
3) Kelainan pelepasan
Contohnya : sindroma hermansky (pudiak), sindromawiskott (aldrich),
defisiensi storage pool, sindroma chediak – higashi, defisiensi cyclo
oxygenase (gangguan mekanik pelepasan), penyakit glikogen tipe i
(gangguan metabolisme nucleotide)
4) Kelainan agregasi adp (kelainan trombosit)
Contohnya : thrombasthenia glanzmann, afibrinogemia
B. Disfungsi trombosit
Gangguan fungsi trombosit juga dapat menyebabkan perdarahan meskipun
jumlah trombosit tidak begitu rendah. Disfungsi trombosit ini terjadi pada ±
30% pasien leukemia mielositik kronik (LMK). Gangguan fungsi trombosit
yang terjadi berupa kelainan agregasi terhadap ADP dan epinefrin, kelainan
pelepasan PF3, defisiensi granula serta penurunan pelepasan nukleotida adenin
yang berasal dari trombosit. Manifestasi perdarahan yang muncul akibat
gangguan fungsi trombosit pada leukemia mielositik kronik dapat berupa
perdarahan mukokutan, perdarahan retina dan hematuria. Hal ini disebabkan
oleh berkurang atau tidak adanya agregasi trombosit dalam merespon ADP,
epinefrin atau kolagen. Pada pasien ini akan didapatkan waktu perdarahan
yang memanjang.
Patogenesis kelainan fungsi trombosit yang ditemukan pada leukemia ini
masih belum jelas. Beberapa faktor diduga sebagai penyebab perubahan
fungsional dari trombosit seperti kelainan interaksi hemostasis di sirkulasi
pada saat aktivasi dan reaksi pelepasan trombosit. Kemungkinan lain adalah
kelainan produksi trombosit yang primernya merupakan gangguan struktur
dan fungsi megakariosit.
Transfusi trombosit harus diberikan pada disfungsi trombosit meskipun jumlah
trombositnya normal. Sitaferesis trombosit dapat mengurangi perdarahan bila
disfungsi trombosit berhubungan dengan trombositosis yaitu jumlah trombosit
> 700.000/mm3. (I Putu, 2022)
3. AUTOSOMAL RECESSIVE
Autosomal resesif: Kondisi genetik yang muncul hanya pada individu yang
telah menerima dua salinan gen autosomal, satu salinan dari masing-masing
orang tua. Gen itu ada pada autosom, sebuah kromosom nonsex. Orang tua
adalah pembawa yang hanya memiliki satu salinan gen dan tidak
menunjukkan sifatnya karena gen tersebut resesif terhadap gen pendamping
normal.Jika kedua orang tua adalah pembawa, ada kemungkinan 25% anak
mewarisi kedua gen abnormal dan, akibatnya, menurunkan penyakit ini. Ada
kemungkinan 50% anak yang hanya mewarisi satu gen abnormal dan menjadi
carrier, seperti orang tua, dan ada kemungkinan 25% anak mewarisi gen
normal.
DEFISIENSI F. I, II, V, VII, X, XII, XIII
4. FIBRINOLISIS PRIMER
Beberapa peneliti menemukan bahwa leukosit pada leukemia akut memiliki
aktivitas fibrinolitik yang dapat menyebabkan fibrinolisis primer terutama
pada leukemia promielositik akut. Pada fibrinolisis primer, perdarahan
disebabkan oleh degradasi faktor pembekuan yang diinduksi plasmin seperti
fibrinogen, faktor V dan faktor VIII. Leukemia Promielositik Akut (APL)
adalah leukemia yang paling sering dihubungkan dengan perdarahan yang
mengancam jiwa akibat fibrinolisis primer. Hal ini disebabkan oleh
promielosit abnormal pada leukemia tersebut mensintesis dan mensekresi
aktivator plasminogen. Selain itu juga karena tingginya ekspresi annexin II
pada sel leukemik ini yang dapat meningkatkan produksi plasmin sehingga
terjadi degradasi fibrinogen. (Zelly Dia, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH HEMOSTASIS
KELAINAN HEMOSTASIS
(Hemostasis Primer dan Hemostasis Sekunder)
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
I. Pendahuluan
Hemostasis adalah proses pembentukan bekuan darah di dinding
pembuluh darah untuk mencegah kehilangan darah ketika tetap mempertahankan
darah dalam kondisi cair dalam sistem vaskular yang merupakan sekumpulan
mekanisme sistemik, kompleks dan saling berhubungan, berkerja untuk
mempertahankan keseimbangan antara koagulasi dan antikoagulasi Proses
hemostasis termasuk proses yang rumit, dimana melibatkan interaksi dari
dinding pembuluh darah, trombosit, sistem koagulasi, dan fibrinolisis. Interaksi
kompleks tersebut menjadi dasar dari mekanisme proses penghentian perdarahan
yaitu, (1) spasme pembuluh darah, (2) pembentukan sumbat platelet, (3)
pembekuan darah (koagulasi), dan (4) penutupan pembuluh darah yang rusak
secara permanen oleh jaringan fibrosa.
Walaupun terkesan rumit dan seolah bertahap, interaksi komponen
hemostasis ini sebenarnya saling berpaut dan berkerja secara efisien untuk
menghentikan perdarahan. Ketika pembuluh darah rusak, beberapa respons
ditunjukkan oleh tiap-tiap komponen hemostasis. Respons pertama muncul dari
pembuluh darah yang menyempit (vasokonstriksi) untuk menanggapi gangguan
keutuhan dindingnya. Penyempitan pembuluh darah ini timbul akibat (1) spasme
miogenik lokal, (2) autakoid jaringan, dan (3) beberapa refleks tertentu. Respons
ini berlangsung selama beberapa menit hingga jam, waktu yang digunakan
komponen hemostatik lain untuk berkerja melakukan fungsinya.
Saat pembuluh darah rusak dan kehilangan keutuhan dindingnya,
interaksi antara platelet dan dinding pembuluh darah berubah dan memicu
perlekatan platelet pada struktur pos intima yang terpapar. Platelet yang melekat
tersebut menghasilkan ADP (adenosine diphosphate) dan juga menyebabkan
platelet-platelet lain menghasilkan ADP menyebabkan mereka berkumpul
membentuk agregat dan akhinya membentuk sumbat platelet (platelet
plug). Sumbatan platelet ini hanya mampu menutup perdarahan sementara waktu
dan harus diperkuat lagi oleh proses lebih lanjut yaitu pembentukan bekuan darah
(clot) yang akan memperkokoh penutupan kerusakan pembuluh darah. Dalam
keadaan normal, darah berada dalam sistem pembuluh darah, dan berbentuk cair.
Keadaan ini dimungkinkan oleh faktor hemostasis yang terdiri dari hemostasis
primer, hemostasis sekunder dan hemostasis tersier. Hemostasis primer terdiri dari
pembuluh darah dan trombosit, disebut hemostasis primer karena pertama terlibat
dalam proses penghentian darah bila terjadi perdarahan, diawali dengan
vasokontriksi pembilih darah dan pembentukan plak trombosit yang menutup luka
dan menghentikan perdarahan.
Hemostasis merupakan sekumpulan mekanisme sistemik, kompleks
dan saling berhubungan, berkerja untuk mempertahankan keseimbangan antara
koagulasi dan antikoagulasi Hemostasis sekunder terdiri dari faktor pembekuan
dan anti pembekuan, yang akhir dari mekanisme hemostasis sekunder adalah
terbentuknya benang fibrin. Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau
jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk
mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan
trombosit dan faktor koagulasi. Hemostasis sekunder ini mencakup pembentukan
jaring-jaring fibrin. Hemostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term
response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka, maka proses
berlanjut ke hemostasis tersier.
II. Kelainan Hemostasis Primer
1. Petechiae
Merupakan bintik merah kecil dan bulat sempurna yang tidak
menonjol akibat perdarahan intradermal atau submukosa. Petechiae merupakan
perdarahan di kulit atau membran mukosa yang diameternya kurang dari 2 mm.
Petechiae dapat terjadi dari berbagai mekanisme yang mengganggu proses
hemostatis tubuh, sebagai contoh trombositopenia, fungsi platelet yang abnormal,
kerusakan faktor von Willebrand, gangguan dari integritas vaskular seperti cedera
endotel. Penyebab paling umum dari petechiae adalah melalui trauma fisik seperti
muntah, batuk darah atau menangis yang dapat mengakibatkan petechiae wajah
terutama disekitar mata. Petechiae dalam hal ini sama sekali tidak berbahaya dan
biasanya hilang dalam beberapa hari. Petechiae mungkin merupakan tanda
trombositopenia yang terjadi ketika fungsi trombosit dihambat atau defisiensi
faktor pembekuan juga dapat menjadi penyebabnya. Petechiae dapat juga terjadi
ketika tekanan yang berlebihan diterapkan pada jaringan misalnya pada
pemakaian torniquet yang lama.
2. Purpura
Purpura merupakan kondisi dimana terjadi perubahan warna pada kulit
atau selaput lendir karena adanya perdarahan dari pembuluh darah kecil. Purpura
mempunyai ukuran lebih dari sama dengan 3 mm. Terdapat banyak tipe dan
klasifikasi dari purpura, tetapi beberapa penyebab dapat digolongkan menjadi 3
bagian besar yaitu kelainan platelet (trombosit), kelainan pembuluh darah, dan
kelainan pembekuan darah. Hemostatis 105 Kelainan platelet yang dalam hal ini
hancurnya trombosit pada pasien dengan trombositopenik purpura baik yang
bersifat primer (idiopatik / tidak diketahui penyebabnya) atau sekunder karena
faktor eksternal atau internal seperti : obat – obatan, infeksi, penyakit tertentu.
Kelainan vaskular pada pasien dengan nontrombositopenik purpura,
terjadi rembesan darah keluar dari pembuluh darah akibat kerusakan pada
pembuluh darah kecil, peningkatan tekanan dalam pembuluh darah, dan
kurangnya kekuatan pembuluh darah itu sendiri seperti pasien usia tua. Kelainan
pembekuan darah terjadi pada pasien dengan disseminated intravascular
coagulation (DIC) yang memiliki gejala klinis yang beragam mulai dari kelainan
yang berat dan fatal (purpura fulminans) sampai ke kelainan yang relatif ringan.
Selain itu, kondisi kelainan pembekuan darah juga dapat terjadi pada purpura
karena antibodi terhadap heparin (heparin induced thrombocytopenia) dan juga
pada purpura karena kurangnya protein C pada saat terapi dengan warfarin
(warfarin induced thrombocytopenia).
3. Ecchymoses
Ekimosis / memar terjadi akibat berbagai hal seperti trauma
terlokalisasi, kelainan perdarahan, pembedahan dan prosedur kosmetik. Ekimosis
memiliki ukuran 1-2 cm, terjadi akibat darah masuk ke lapisan endothelium
hingga jaringan subkutan. Ekimosis merupakan hasil akhir dariberbagai variasi
patofisiologi yang berhubungan dengan permeabilitas vascular venakutan atau
kapiler dermis. Fungsi normal dari sel endothelial adalah mencegah sejumlah
darah keluar dari pembuluh darah. Integritas sel endotel dapat menurun akibat
beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan endotel seperti trauma langsung,
toksin pada sepsis, akumulasi asam laktat pada hipoksia, atau obstruksi mekanis
yang meningkatkan tekanan intraluminal. Hasil ini menyebabkan ekstravasasi dari
kapiler yang rusak ke jaringan interstitial yang menyebabkan reaksi inflamasi.
Dalam beberapa saat setelah terjadi lesi, inflamasi akan 106 Hemostatis
menyebabkan edema dan inflamasi lanjutan. Area yang terkena akan berubah
warna dari ungu kehitaman menjadi hitam dan biru, kemudian hijau dan menjadi
kuning seiring dengan hemoglobin yang berdegradasi menjadi bilirubin
4. Trombositopenia
Trombositopenia atau defisiensi trombosit, merupakan keadaan dimana
trombosit dalam sistim sirkulasi jumlahnya dibawah normal (F.
Thrombocytopenic Thrombotic Purpura(TTP) TTP adalah sindrom klinis dengan
mortalitas yang tinggi, ditandai dengan pembentukkan mikrotrombin pada miskro
vascular. Tanda klinis dari TTP adalah; trombositopenia berat, anemia hemolitik
mikroangiopati, demam, gejala neurologic seperti sakit kepala dan stroke serta
kalainan ginjal. Terdapat tiga tipe TTP yaitu; idiopatik, secondary dan TTP
didapat (Upshaw-Shulman). TTP idiopatik berhubungan dengan enzim,
ADAMTS13 (A Disintegrin-like And Metalloprotease domain with
TromboSpondin-type motifs), bertanggung jawab untuk memecah vWF multimer.
High-molecular-weight vWF pada pasien TTP mencetus aggregasi trombosit
invivo sehingga menimbulkan gejala klinis. Secondary TTP ditemukan pada
pasien dengan riwayat konsumsi obat tertentu, seperti quinine,
immunosuppressants atau beberapa sitotoksin yang digunakan pada obat
kemoterapi. Secondary TTP ditemukan pada pasien HIV, kelainan autoimun dan
transplantasi sumsum tulang allogenik. TTP didapat, merupakan penyakit
keturunan diakibatkan kekurangan ADAMTS13.
Pada keadaan normal, sel endothelial dan megakariosit mengeluarkan
vWF multimer ke dalam plasma. vWF multimer tersebut akan bergabung menjadi
multimer besar yang cukup efektif mencetus adhesi trombosit. Enzim protease
plasma ADAMTS13 meregulasi aktivitas vWF dengan memecah multimer besar
tersebut menjadi multimer normal, sehingga mencegah adhesi trombosit. Pada
pasien TTP yang kekurangan ADAMTS13, multimer vWF yang besar akan
terakumulasi di dalam plasma, menempel pada permukaan sel endothelial dan
mencetus adhesi trombosit atau aggregasi trombosit intravascular sehingga
mengaktifkan sistem koagulasi. Ikatan trombosit-fibrin trombi pada mikrosirkulasi
dapat menyebabkan iskemia jaringan atau infark yang merupakan karakteristik
TTP.
e. Kehamilan
Kehamilan meningkatkan risiko trombosis vena. Peningkatan
risiko terjada pada tiap trisemester kehamilan dan masa setelah
melahirkan. Faktor yang mempengaruhi risiko trombosis adalah gangguan
aliran darah dan perubahan hormonal.
f. Kanker
Kanker dapat meningkatkan risiko trombosis vena 6-10 kali.
Partikel membran tumor mengandung aktivitas prokoagulan seperti faktor
jaringan, membran lipid yang menstimulus respon koagulasi.
g. Antikoagulan lupus
Antikoagulan lupus dapat meningkatkan risiko trombosis
dikarenakan antibodi mengikat trombosit dan endothelium sehingga
menimbulkan reaksi inflamasi. Antibodi tersebut juga mengaktivasi
komplemen. Reaksi inflamasi dapat meningkatkan risiko trambosis arteri
ataupun vena.
h. Trombosis paska operasi
Trombosis paska trombosis merupakan komplikasi operasi
khusunya operasi pada lutut, pinggul dan kanker. Pada operasi lutut dan
pinggul, kerusakan pembuluh darah vena dan kondisi stasis merupakan
faktor yang berperan penting pada pembentukkan trombosis. Zat-zat yang
dilepaskan oleh daerah operasi pada aliran darah, dapat meningkatkan
proses koagulasi. Pada operasi pasien kanker, trombosis dapat terjadi
karena lepasnya proantikoagulan tumor, respon inflamasi pasien serta
respon kemoterapi.
SOAL
2. Hemophilia klasik terjadi karena adanya defisiensi jumlah atau aktivitas paktor
pembekuan …
a. VIII
b. IX
c. X
d. XI
e. XII
3. Kelainan trombophilia Factor V Leiden terjadi karena substitusi asam amino arginine
oleh asam amino …
a. Guanine
b. Glycine
c. Leucine
d. glutamin
e. Cysteine
4. Secara klinis Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) ditandai dengan adanya
…
a. Trombus
b. Trombosis
c. Trombosit
d. Trombositosis
e. Trombin
5. Immune Thrombocytopenic Purpura/Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
adalah suatu kondisi autoimun disebabkan oleh antibodi antitrombosit yang
menyerang antigen trombosit yaitu …
a. Kompleks GP IIb/IIIa dan GP Ib/IX
b. Glikoprotein Ib/IX/V
c. Glikoprotein IIb/IIIa
d. Faktor VIII
e. Faktor IX
6. Proses yang terjadi pada trombosit setelah teraktivasi pada vascular injury adalah…
a. Adhesi
b. Fibrinolisis
c. Koagulasi
d. Stabilitasi fibrin oleh F XIIIa
e. Proses aterosklerosis
7. Bernard-Soulier Syndrome (BSS) merupakan kelainan perdarahan didapat/diturunkan
secara auotosomal dimana terdapat gangguan fungsi trombosit yang disebabkan oleh
Kelainan pada ….
a. Kompleks GP IIb/IIIa dan GP Ib/IX
b. Glikoprotein Ib/IX/V
c. Glikoprotein IIb/IIIa
d. Faktor VIII
e. Faktor IX
8. Glanzmann Thrombasthenia merupakan kelainan platelet yang bersifat herediter atau
genetik yang diturunkan secara autosomal resesif dimana terdapat defisiensi atau
disfungsi pada ….
a. kompleks GP IIb/IIIa dan GP Ib/IX
b. glikoprotein Ib/IX/V
c. glikoprotein IIb/IIIa
d. faktor VIII
e. faktor IX
9. Salah satu gejala perdarahan tersembunyi pada kasus Hemofilia berat adalah...
a. Demam
b. Trombositopenia
c. Trombosis
d. Hemartrosis
e. Edema usus
FAKTOR KOAGULASI
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
TAHUN 2023/2024
A. Pendahuluan
Hemostasis adalah kemampuan alami dan merupakan proses normal sebagai
respon untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka oleh spasme pembuluh
darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari
endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi
utama mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity)
sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk
thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah yang
mengalami kerusakan (vascular injury).
Jika terjadi luka atau kerusakan jaringan dan berdarah, tubuh akan berusaha
untuk menghentikan pendarahan dengan cara menutup luka oleh pembekuan darah,
atau bisa disebut blood clotting.
1. Sebagai respons teradap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu
sendiri, maka rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang
melibatkan faktor-faktor pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya
suatu kompleks substansi teraktivasi yang secara kolektif disebut activator
protrombin.
2. Activator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin mejadi trombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk
bekuan.
Terdapat beberapa faktor pembekuan darah yang menyebabkan terhentinya
perdarahan. Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respon
terhadap cedera jaringan diperankan oleh lintasan di luar pembuluh darah. Sedangkan
lintasan yang berada di dalam pembuluh darah terjadi karena pengaruh dari protein
kolagen dan kalikrein di dalam tubuh.
B. Latar Belakang
a. Faktor Pembekuan
Faktor Pembekuan (clotting faktor) adalah sejumlah protein yang berkaitan
dengan reaksi penggumpalan darah. Hasil akhir dari proses pembekuan adalah
terbentuknya hemostatic plug, luka tertutuk dan darah tidak keluar lagi.
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein yang terdapat
dalam darah (plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi. Proses pembekuan
darah bertujuan untuk mengatasi kerusakan vascular sehingga tidak terjadi perdarahan
berlebihan, tetapi proses pembekuan darah ini harus dilokalisir hanya pada daerah
terjadinya kerusakan, tidak boleh menyebar ke tempat lain karena akan
membahayakan peredaran darah
Darah berperan sangat penting untuk kesehatan pada mahluk hidup. Jika
terjadi luka bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan bahkan menyebabkan
kehilangan darah yang parah. Peran trombosit dengan fungsinya adhesi agregasi
menyebabkan darah membeku, menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat
dengan segera untuk mencegah terjadinya kehilangan darah. Kerusakan pada organ
dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah atau hemorrhage.
2) Faktor II (Prothrombin)
Fungsi sebagai protein plasma dan akan dikonversi menjadi bentuk
yang aktif berupa trombin (faktor IIa) melalui pembelahan dengan aktivasi
faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian
memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan protrombin dapat
mengakibatkan hypoprothrombinemia.
Fungsi faktor V ini sebagai sistem intrinsik dan ekstrinsik dan juga
sebagai katalisis pembelahan protrombin trombin yang aktif. Kekurangan
faktor Proakselerin dapat mengakibatkan parahemophilia.
6) Faktor VI (unknown)
Factor pembekuan faktor VI atau faktor yang belum diketahui
(unknown), Faktor ini sudah tidak dipakai lagi karena fungsinya sama seperti
faktor V. Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif
faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
c. Mekanisme pembekuan
Mekanisme pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu sistem intrinsik dan sistem
ekstrinsik. Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi faktor XII inaktif
menjadi faktor XII aktif (XIIa). Aktivasi ini dikatalisis oleh kininogen HMW dan
kalikrein. Faktor XII aktif kemudian mengaktifkan faktor XI, dan faktor XI aktif
mengaktifkan faktor IX. Faktor IX yang aktif membentuk suatu kompleks dengan
faktor VIII aktif. Kompleks IXa dan VIIIa mengaktifkan faktor X. Fosfolipid dari
trombosit dan Ca2+ diperlukan untuk mengaktifkan faktor X secara sempurna.
1) Jalur Ekstrinsik
Jalur ekstrinsik diawali oleh masuknya tromboplastin jaringan ke
dalam sirkulasi darah yang berasal dari fosfolipoprotein dan membran organel
dari sel-sel jaringan yang terganggu. Faktor VII akan mengikat fosfolipid
dalam membran sel dan jaringan membentuk faktor VIIa yang merupakan
enzim kuat yang mampu mengaktifkan faktor X menjadi Xa bersama dengan
kalsium terionisasi. Faktor VII hanya berperan dalam jalur ekstrinsik dan
langkah terakhir konversi fibrinogen menjadi fibrin oleh trombin (Kiswari,
2014).
Jalur ekstrinsik terdiri dari reaksi tunggal dimana F.VII akan diaktifkan
menjadi F.VIIa dengan adanya ion kalsium dan tromboplastin jaringan yang
dikeluarkan oleh pembuluh darah yang luka. Kalikrein dapat mengaktivasi
F.VII menjadi F.VIIa, hal ini membuktikan adanya hubungan antara jalur
intrinsik dan ekstrinsik. Selanjutnya, F.VIIa yang terbentuk akan
mengaktifkan F.X menjadi F.Xa (Setiabudy, 2009).
2) Jalur Intrinsik
Jalur intrinsik meliputi fase kontak dan pembentukan kompleks
aktivator F X. Kontak antara F.XII dengan permukaan asing seperti serat
kolagen akan menyebabkan aktivasi F.XII menjadi F.XIIa. F.XIIa dengan
kofaktor HMWK akan mengubah prekalikrein menjadi kalikrein, yang akan
meningkatkan aktivasi F.XII. Disamping itu, kalikrein akan mengaktifkan
F.VII menjadi F.VIIa pada jalur ekstrinsik, mengaktifkan plasminogen
menjadi plasmin pada sistem fibrinolitik, serta mengubah kininogen menjadi
kinin yang berperan dalam reaksi inflamasi. Jadi, aktivasi F.XII disamping
mencetuskan pembekuan darah baik jalur intrinsik maupun jalur ekstrinsik,
juga mencetuskan sistem fibrinolitik dan kinin. Reaksi selanjutnya pada jalur
intrinsik adalah aktivasi F.XI menjadi F.XIa oleh F.XIIa dengan HMWK
sebagai kofaktor. F. XIa dengan adanya ion kalsium akan mengubah F.IX
menjadi IXa. Reaksi terakhir pada jalur intrinsik adalah interaksi nonenzimatik
antara F.IXa, PF3, F.VIII dan ion kalsium maka reaksi ini akan dipercepat
(Setiabudy, 2009).
Jalur intrinsik, yaitu semua zat yang terikat dengan pembekuan darah
berasal dari darah. Jalur ini memerlukan faktor IX, faktor X, faktor XI, dan
faktor XII, selain itu juga memerlukan prekalikrein dan HMWK, begitu juga
ion kalsium dan fosfolipid yang disekresi dari trombosit. Darah yang
mengalami kontak dengan serat kolagen pembuluh darah yang kasar secara
bertahap akan mengaktifkan faktor XII, XI, dan IX. Selanjutnya faktor IX
akan mengaktifkan faktor X yang aktif bereaksi dengan faktor V, Ca2+ dan
fosfolipid dari trombosit untuk mengatur aktifator protrombin. Jalur intrinsik
terjadi apabila prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor XII terpapar ke
permukaan pembuluh darah adalah stimulus primer untuk fase kontak.
Kumpulan komponen-komponen fase kontak merubah prekallikrein menjadi
kallikrein, yang selanjutnya mengaktifasi faktor XII menjadi faktor XIIa.
Faktor XIIa kemudian dapat menghidrolisa prekallikrein lagi menjadi
kallikrein, membentuk kaskade yang saling mengaktifasi. Faktor XIIa juga
mengaktifasi faktor XI menjadi faktor XIa dan menyebabkan pelepasan
bradikinin, suatu vasodilator yang poten dari HMWK. Dengan adanya Ca2+,
faktor XIa mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa
mengaktifasi faktor X menjadi faktor Xa.
3) Jalur Bersama
Jalur bersama meliputi pembentukan protrombinase, aktivasi
protrombin dan pembentukan fibrin. Reaksi pertama pada jalur bersama
adalah perubahan F.X menjadi F.Xa oleh adanya kompleks pada jalur intrinsik
dan atau F.VIIa dari jalur ekstrinsik. F.Xa bersama F.V, PF.3 dan ion kalsium
membentuk protombinase yang akan mengubah protrombin menjadi trombin.
Trombin merupakan enzim proteolitik yang mempunyai beberapa proteolitik
yang mempunyai beberapa fungsi yaitu mengubah fibrinogen menjadi fibrin,
mengubah F.XIII menjadi F.XIIIa, meningkatkan aktivasi F.V dan F.VIII,
merangsang reaksi pelepasan dan agregasi trombosit. Pada reaksi selanjutnya
trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin monomer dengan bantuan
kompleks protrombinase yang terdiri dari fosfolipid sel trombosit, ion Ca,
faktor V dan Xa. Faktor V merupakan kofaktor dalam pembentukan kompleks
protrombinase (Bambang, dkk, 2005). Fibrin monomer akan segera
mengalami polimerisasi untuk membentuk fibrin polimer soluable. F.XIIIa
dan ion kalsium mengubah fibrin polimer soluable menjadi fibrin polimer
insoluble yang bersifat stabil dan sulit larut oleh zat tertentu (Setiabudy,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Durachim, A., Astuti, D. (2018). Hemostasis. E-book PPSDM Bahan Ajar Teknologi
Laboratorium Medik (TLM). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2)
Guyton AC, Hall JE. Hemostasis dan Pembekuan Darah. Dalam: Hardjatno T, Tanzil A,
editor. Guyton dan hall buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12 singapura : elsevier;
2014.hal 485-90.
(3)
Sheeerwood L. Darah. Dalam: Yesdelita N editor. Fisiologi manusia dari sel ke sistem.
Edisi 6 singapura : EGC,2009.hal 433-37.
(4)
Kumar V, Abbas K, Aster JC. Kelainan-Kelainan Hemodinamik, Tromboemboli Dan Syok.
Dalam: Ham MF, editor. Buku ajar patologi Robbins. Edisi 9 Singapura :
elsevier;2015.hal 75-88.
(5)
Tarwono, & Wartonah. (2008). Hematologi. Jakarta: Trans Info Media.
(6)
Jayanegara AP. Diagnosis Dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing medical
education 2016;43:652-6.
(7)
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Patogenesis
Thrombosis. Dalam: Tambunan KL, editor. Ilmu penyakit dalam. Edisi 6 Jakarta:
Interna Publishing;2014.hal 2760-5.
(8)
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Obat Yang Digunakan Pada Gangguan Koagulasi.
Dalam : James L, Zhender MD. Editor. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 12
Jakarta: EGC; 2015. Hal 675-95.
(9)
Asti P. Perbedaan Pola Gangguan Hemostasis Antara Penyakit Ginjal Kronik
Prehemodialisis Dengan Diabetes Mellitus Dan Non Diabetes Mellitus. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.2009.
(10)
Setiabudy, R. D. 2009. Hemostasis Dan Trombosis. Cetakan keempat. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
(11)
Kahar, H., & Salim, N. (2021). Kelainan Hemostasis pada pasien Covid-19. Proceeding
Umsurabaya.
(12)
Umar, I., & Sujud, R. W. (2020). Hemostasis dan Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC). Journal of Anaesthesia and Pain, 1(2), 19-32.
SOAL
MAKALAH HEMOSTASIS
MEKANISME FEEDBACK NEGATIF PROSES KOAGULASI
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
B. Latar Belakang
1. Sistem Umpan Balik (Feedback)
Sistem kontrol homeostatik yang paling utama dalam tubuh adalah sistem
umpan balik. Umpan balik terbagi atas dua yaitu umpan balik negatif dan positif.
Umpan balik negatif dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan sebuah variabel
yang dilawan oleh suatu respon yang cenderung berkebalikan dengan perubahan
tersebut. Contoh umpan balik negatif dapat dilihat pada untuk harus menjaga
suhu tubuhnya agar tetap normal/konstan. Peningkatan suhu tubuh akan
menghasilkan respon-respon spesifik yang akan mengembalikan suhu tubuh
kembali ke keadaan normal. Dengan kata lain, umpan balik negatif berperan
dalam menjaga stabilitas fisiologis tubuh.
Sistem umpan balik positif merupakan kebalikan dari sistem umpan balik
negatif, dimana perubahan awal pada suatu variabel akan menghasilkan
perubahan yang lebih lanjut pada arah yang sama. Secara garis besar, sistem
umpan balik positif hanya memiliki peran sangat kecil dalam menjaga
homeostasis. Salah satu contohnya adalah koagulasi atau pembekuan darah.
Proses koagulasi bekerja berdasarkan mekanisme umpan balik positif dan dapat
dianggap sebagai suatu proses yang terlibat dalam menjaga volume sirkulasi
darah agar tetap konstan. Dalam banyak hal, keterlibatan mekanisme umpan balik
positif dalam mengontrol fungsi-fungsi fisiologis normal hewan akan dapat
berubah menjadi suatu bencana (kerusakan). Misalnya, dalam proses
termoregulasi. Jika sistem tersebut bekerja berdasarkan mekanisme umpan balik
positif maka suhu tubuh yang tinggi akan semakin tinggi sehingga pada akhirnya
akan menimbulkan resiko yang fatal. Contoh lain dari sistem umpan balik positif
adalah dalam fungsi sel-sel saraf
Gambar5.13 : NegativeFeedback
Suhu tubuh kita sendiri dipertahankan didekat titik pasang 37°C, melalui
kerjasama beberapa perputaran umpan-balik negatif yang mengatur pertukaran
energi dengan lingkungan. Salah satu umpan-balik tersebut adalah pengeluaran
keringat, sebagai suatu cara untuk membuang panas hasil metabolisme dan
mendinginkan tubuh. Termostat dalam otak memonitor suhu darah.
Jika termostat tersebut mendeteksi peningkatan suhu tubuh di atas titik pasang,
termostat itu akan mengirimkan impuls saraf yang mengarahkan kelenjar
keringatuntuk meningkatkan produksi keringatnya, sehingga menurunkan suhu
tubuh dengan cara pendinginan melalui penguapan. Ketika suhu tubuh turun di
bawah titik pasang, termostat di otak akan berhenti mengirimkan impuls ke
kelenjar keringat tersebut, dan tubuh akan menahan lebih banyak panas yang
dihasilkan oleh metabolisme.
Sebagai kebalikan dari umpan-balik negatif, umapan-balik positif (positive
feedback) melibatkan perubahan pada beberapa variabel yang memicu
mekanisme yang akan memperbesar dan bukannya membalik perubahan tersebut.
Selama proses kelahiran bayi, misalnya, tekanan yang diberikan oleh kepala bayi
pada sensor di dekat pembukaan uterus merangsang kontraksi uterus, yang
memperbesar tekanan terhadap pembukaan uterus, mempertinggi kontraksi, dan
selanjutnya akan menghasilkan tekanan yang lebih besar. Umpan-balik positif
membuat proses kelahiran bayi bisa berlangsung, sesuatu yang berbeda dari
proses untuk mempertahankan keadaan tunak.
Penting bagi kita untuk tidak melebih-lebihkan konsep tentang suatu
lingkungan internal yang konstan. Pada kenyataanya, perubahan teratur sangat
penting bagi fungsi tubuh yang normal. Pada beberapa kasus perubahan tersebut
bersifat siklis, seperti perubahan konsentrasi hormon yang bertanggung jawab
atas siklus menstruasi pada wanita. Pada kasus lain, perubahan teratur merupakan
reaksi terhadap tantangan yang di terima oleh tubuh. Misalnya, tubuh manusia
bereaksi.
2. Trombin juga mengaktifkan berbagai faktor pembekuan pada tahap awal kaskade
sehingga terbentuk lebih banyak trombin, dan mengaktifkan faktor XIII, yaitu :
A. Endotelium yang rusak atau terhadap darah yang keluar dari pembuluh darah
ke jaringan
B. Menerima keluaran dari pusat kontrol yang kemudian mewujudkannya dalam
bentuk suatu respons tubuh.
C. Endotelium yang rusak atau terhadap darah yang keluar dari pembuluh darah
ke jaringan
D. Suatu transaminase yang menghubungkan polimer fibrin dan
menstabilkan bekuan darah.
E. Suatu transaminase yang menghubungkan polimer fibrin dan menstabilkan
bekuan leukosit
3. Sebagai suatu perubahan sebuah variabel yang dilawan oleh suatu respon yang
cenderung berkebalikan dengan perubahan tersebut :
A. Umpan balik positif dan negatif
B. Umpan balik
C. Umpan balik variabel
D. Umpan balik positif
E. Umpan balik negatif
4. Protein C dan S juga bertindak untuk mencegah koagulasi, terutama dengan
menginaktivasi :
A. Faktor V
B. faktor V dan VIII
C. faktor V dan VII
D. Faktor III dan VIII
E. Faktor VIII
6. Proses biologis manakah yang tidak diatur oleh umpan balik negatif?
A. Kontrol alosterik enzim
B. Pengaturan gula darah
C. Termoregulasi
D. Pengaturan pH darah
E. Penyembuhan luka
10. Mekanisme pembekuan darah merupakan suatu proses yang kompleks dan
menyangkut 13 faktor pembekuan. Yang utama adalah faktor-faktor :
A. Kalsium (faktor IV)
B. Faktor VII, VIII, dan IX.
C. Fibrinogen (faktor I), protrombin (faktor II), kalsium (faktor IV), faktor
VII, VIII, dan IX.
D. Fibrinogen (faktor I) dan protrombin (faktor II
E. Protrombin (faktor II) dan kalsium (faktor IV)
MAKALAH HEMOSTASIS
INHIBITOR HEMOSTASIS FIBRINOLISIS
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
B. Latar Belakang
a. Inhibitor
Faal hemostasis merupakan proses yang sangat terkendali dan berkeseimbangan
serta terbatas hanya di tempat kerusakan dinding pembuluh darah, tidak boleh
meluas secara sistemik. Pembentukan fibrin berlebihan (sifat prothrombotik)
menyebabkan thrombosis, sedangkan pembentukan fibrin yang tidak adekuat
menyebabkan perdarahan. Maka dari itu dibutuhkan inhibitor koagulasi. Inhibitor
adalah sejumlah protein plasma mampu menghambat serine protease yang terlibat
dalam koagulasi, fibrinolisis, dan pembentukan kinin. Ini termasuk antitrombin
III, heparin cofactor II, a2-macroglobulin, a1-antitrypsin, tissue factor pathway
inhibitor ( TFPI), activator inhibitor-1(PAI-1), dan C1 inhibitor.
b. Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah proses penghancuran fibrin oleh sistem
fibrinolitik sehingga aliran darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolitik terdiri
dari tiga komponen utama yaitu plasminogen yang akan diaktifkan menjadi
plasmin, activator plasminogen dan inhibitor plasmin. Aktivator plasminogen
adalah substansi yang dapat mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin yang
dibedakan menjadi aktivator intrinsik, ekstrinsik, dan eksogen. Aktivator intrinsik
terdapat dalam darah seperti F.XIIa dan kalikrein.
Aktivator ekstrinsik terdapat pada endotel pembuluh darah dan
bermacam-macam jaringan yang disebut tissue plasminogen activator (t-PA)
sedangkan aktivator eksogen contohnya seperti urokinase dan streptokinase.
Inhibitor plasmin adalah subtansi yang dapat menetralkan plasmin dan disebut
antiplasmin. Bermacam-macam antiplasmin terdapat dalam plasma seperti alfa-2
plasmin inhibitor, alfa-2 makroglobulin, alfa-1 antitripsin dan AT (Setiabudy,
2009).
c. Inhibitor Fibrinolisis
Inaktivator fibrinolisis langsung menghambat plasmin (antiplasmins)
atau plasminogen aktivator. Zat endogen yang menghambat plasmin adalah
protease serin. Inhibitor fisiologis paling penting dari plasmin adalah α2-
antiplasmin, glikoprotein yang disintesis di hati dengan T1 / 2 dari 2,5 hari α2.
Tingkat α2AP menurun pada penyakit hati dan di DIC. defisiensi α2AP herediter,
yang berhubungan dengan perdarahan sangat berbahaya. α2AP menghambat
fibrinolisis dengan kompleks stoikiometri 1 : 1 dengan plasmin dalam proses dua
tahap.
Pada tahap pertama, α2- antiplasmin menghasilkan kompleks
reversibel dengan plasmin melalui obligasi nonkovalen. Interaksi ini dapat
dicegah dengan mengikat molekul tertentu seperti asam epsilon aminocaproic
( EACA ) menjadi plasmin. Selama tahap kedua, serin dari daerah aktif plasmin
terikat ireversibel pada situs aktif α2AP. α2AP mengganggu daerah perlekatan
fibrin di plasminogen. Dalam reaksi sekunder, α2AP mengikat fibrin melalui F
XIII dan kalsium . Hal ini sangat menghambat fibrinolisis dalam koagulum
tersebut. Jumlah serupa dari α2AP dan plasmin terikat dengan fibrin pada
permukaan koagulum. α2AP juga menginaktivasi beberapa komponen kaskade
koagulasi, termasuk F XII, F XI, F X dan trombin. Dengan tidak adanya fibrin,
α2AP mengikat sebagian besar plasmin dan cepat menginaktivasi jumlah plasmin
yang beredar. Dengan demikian, fibrinolisis meningkat di lokasi pembentukan
gumpalan dan dihambat dalam sirkulasi.
Macroglobulin penting dala inhibitor plasmin fisiologis berikutnya.
Protease serin disintesis oleh sel endotel, monosit dan makrofag dalam hati
Peningkatan kadar ditemukan selama kehamilan, pada sindrom nefritik di paru-
paru dan penyakit hati, dan selama penggunaan narkoba kontrasepsi oral. Tingkat
Penurunan ditemukan selama terapi trombolitik dan di DIC. Ini menghambat
plasmin, tetapi juga menurunkan fibrin, fibrinogen dan F VIII. Ini menghambat
komponen lain dari sistem fibrinolitik sepertii t - PA, kompleks streptokinase -
plasminogen dan kallikrein.
Inhibitor lain fibrinolisis adalah: α1AP - Peningkatan tingkat dapat
ditemukan selama proses peradangan di neoplasma dan dalam terapi estrogen. C1
inhibitor ini menghambat komponen pelengkap utama, seperti plasmin,
kallikrein, dan faktor Xia dan XIIa. Defisiensi C1 inhibitor dikaitkan dengan
angioedema herediter tanpa pendarahan. AT III. Inhibitor utama trombin dan
beberapa faktor koagulasi itu juga perlahan-lahan dan ireversibel menghambat
plasmin. Kontribusi AT III penghambatan plasmin kecil karena hanya 1% dari
plasmin terikat untuk AT III. PAI. Penghambat yang paling penting adalah PAI –
1, sementara PAI- 2 yang kurang signifikan adalah protease nexin I dan PAI- 3,
dan yang tidak sama dengan protein C inhibitor (PCI) PAI- 1 adalah glikoprotein.
PAI -1 adalah glikoprotein dibentuk terutama dalam endotel pembuluh
darah, dalam jumlah yang lebih kecil diproduksi oleh hepatosit, sel otot polos,
broblasts dan beberapa sel-sel ganas. PAI -1 hadir dalam α-granules trombosit
disintesis dalam megakariocit. Bersama dengan protease serin yang mirip dengan
α2AP, C1 inhibitor, AT III dan α1 - antitrypsin. PAI - 1 efi sien menghambat t -
PA dan u - PA. Ini adalah fase akut protein, dan meningkat 20 kali lipat saat
sepsis , DIC dan selama operasi . Peningkatan kadar juga ditemukan dalam DVT ,
selama kehamilan dan infark miokard. Banyak stimuli dapat menyebabkan
pembentukan dan ekskresi PAI - 1, seperti interleukin - 1 (IL - 1), endotoksin
bakteri, berubah m Tumor necrosis faktor (TNF), faktor ᵦ (TGF ᵦ ) dan
deksametason. PAI - 1 adalah yang paling signifi tidak bisa plasmin inhibitor dan
inhibitor yang paling penting dari Fibrinolisis, bersama-sama dengan α2
antiplasmin. PAI - 1 defi siensi menyebabkan perdarahan, dan peningkatan PAI -
1 ditemukan di trombosis. Pasien dengan peningkatan PAI 1 tingkat
mengembangkan DVT lebih sering. PAI - 2 homolog dengan PAI - 1, meskipun
secara biologis berbeda. PAI - 1 adalah glikoprotein yang menghambat t - PA dan
u - PA. PAI - 2 disintesis oleh monosit dan oleh epitel trophoblastin pada janin.
d. Macam-macam Inhibitor
a) Inhibitor Vaskuler
Inhibitor vaskuler terdiri dari Prostasiklin dan Nitrit oksida. Prostasiklin
merupakan suatu prostaglandin yang dihasilkan di sel endotel, yang berasal
dari asam, arakidonat dimana dalam pembuatannya dikatalisir oleh enzim
siklooksigenase. menyebabkan vasodilatasi (menghambat vasokontriksi) dan
menghambat agregasi trombosit.
b) Inhibitor Koagulasi
Inhibitor yang mencegah proses koagulasi; yaitu membatasi proses koagulasi
pada pembuluh darah yang mengalami cedera (AT III, thrombomodulin,
TFPI, PC).
e. Mekanisme Fibrinolisis
Fibrinolisis merupakan mekanisme pecahnya benang fibrin (salah satu agen
pembeku darah yang diproduksi dalam darah sebagai produk akhir koagulasi).
Darah juga mengandung enzim fibrinolitik yang berguna mecegah pembentukan
gumpalan atau pembekuan darah pada area yang tidak terluka, sehingga tidak
akan menghalangi aliran darah, dan juga enzim ini akan menghancurkan fibrin
bila luka telah sembuh. Trombosis merupakan pembentukan gumpalan atau
bekuan darah yang tidak normal, yang terjadi bila terdapat gangguan pada jalur
pembekuan darah dan pemecahan fibrin. Obat yang dapat mengaktifkan kerja
fibrinolisis dapat juga menyembuhkan penyakit seperti embolisme paru-paru, dan
infark myocardial yang disebabkan karena adanya gumpalan darah yang
menghalangi aliran darah.
Fibrinolisis adalah mekanisme fisiologis yang bekerja secara konstan dengan
sistem pembekuan darah untuk menjamin lancarnya aliran darah ke organ perifer
atau jaringan tubuh.
Koagulasi dan fibrinolisis merupakan mekanisme yang saling berkaitan erat
sehingga seorang tidak dapat membicarakan masalah koagulasi tanpa di sertai
dengan fibrinolisis demikian juga sebaliknya dalam system koagulasis dan
fibrinolisis terdapat system lain yang mengatur agar kedua proses tidak langsung
berlebihan .sistem tersebut terdiri dari faktor penghambat (inhibitor). Seluruh
proses merupakan mekanisme terpadu antara aktifitas pembuluh darah,fungsi
trombosit ,interaksi antara prokoagulan dalam sirkulasi dengan trombosit ,aktifasi
fibrinolisis dan aktifitas inhibitor.
f. Sistem Fibrinolisis
Sistem fibrinolisis adalah system yang menghancurkan fibrin dengan cara
enzimatik. Komponen system fibrinolisis terdiri atas :
1. Plasminogen
2. Aktivator plasminogen
3. Inhibitor
Plasminogen adalah prekursor dari plasmin. Plasmin adalah enzim proteolitik
yang dapat menghancurkan fibrin, fibrinogen, FV, F VIII, komplemen, dan
hormon.
1. Alfa 2 antiplasmin
2. Alfa 2 makroglobulin
3. Alfa 1 antitripsin
Gambar Sistem Fibrinolisis
SOAL
1. Sistem fibrinolisis adalah system yang menghancurkan fibrin dengan cara
enzimatik. Komponen system fibrinolisis terdiri atas :
a. Palsminogen dan Aktivator plasminogen
b. Inhibitor saja
c. Plasminogen, Aktivator plasminogen, dan Inhibitor
d. Plasmin inhibitor
e. Prostasiklin
2. Proses fibrinolisis dimulai dengan masuknya activator ke sirkulasi. Activator
plasminogen akan mengkatifkan :
a. Plasminogen menjadi plasmin
b. Plasmin menjadi Plasminogen
c. Prekursor dari plasmin
d. Fibrinolisis dengan fibrinogenolisis.
e. Fibrin menjadi fibrin degradation product (FDP)
3. Inhibitor vaskuler terdiri dari Prostasiklin dan Nitrit oksida. Prostasiklin
merupakan suatu prostaglandin yang dihasilkan di :
a. Sel ginjal
b. Sel
c. Endokrin
d. Sel endotel
e. Protein
4. Pengertian dari fibrinolisis yaitu :
a. Merupakan proses yang sangat terkendali dan berkeseimbangan serta terbatas
hanya di tempat kerusakan dinding pembuluh darah, tidak boleh meluas secara
sistemik.
b. Fibrinolisis adalah proses penghancuran fibrin oleh sistem fibrinolitik
sehingga aliran darah akan terbuka kembali.
c. Keseimbangan hemostatik dalam sirkulasi darah diatur oleh berbagai sistem
yang kompleks.
d. Fibrinolisis adalah proses membuka deposit fibrin oleh sistem hemostatik
sehingga aliran darah akan terbuka kembali.
e. Menjaga keseimbangan antara prokoagulan.
5. Macam-macam inhbitor :
a. Inhibitor Koagulasi dan Inhibitor Antikoagulasi
b. Inhibitor Vaskuler
c. Inhibitor sekunder dan Inhibitor primer
d. Inhibitor Koagulasi
e. Inhibitor Vaskuler dan Inhibitor Koagulasi
6. Inhibitor system fibrinolisis ada 2 macam yaitu :
a. Aktivator ekstrinsik terdapat pada endotel pembuluh darah dan bermacam-
macam jaringan.
b. Pembekuan darah dan pemecahan fibrin.
c. Yang menghambat activator (plasminogen activator inhibitor) dan yang
menghambat plasmin (antiplasmin).
d. Yang menghambat activator dan jaringan fibrin
e. Inhibitor Koagulasi dan Inhibitor Antikoagulasi
7. Pada tahap pertama, α2- antiplasmin menghasilkan kompleks reversibel dengan
plasmin melalui obligasi nonkovalen. Interaksi ini dapat dicegah dengan :
a. Mengikat molekul tertentu seperti asam epsilon aminocaproic ( EACA )
menjadi fibrin.
b. Mengikat molekul tertentu seperti asam epsilon aminocaproic ( EACA )
menjadi plasmin.
c. Plasma memiliki hubungan dengan lipoprotein.
d. Mekanisme fisiologis yang bekerja secara konstan dengan sistem pembekuan
darah.
e. Proses yang sangat terkendali dan berkeseimbangan serta terbatas hanya di
tempat kerusakan dinding pembuluh darah.
8. Enzim proteolitik yang dapat menghancurkan fibrin, fibrinogen, FV, F VIII,
komplemen, dan hormon pengertian dari :
a. Fibrin
b. Plasminogen
c. Plasmin
d. Inhibitor
e. Benang fibrin
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS
A. Pendahuluan
Hemostasis adalah istilah kolektif untuk semua mekanisme faal yang
digunakan oleh tubuh untuk melindungi diri dari kehilangan darah. Hemostasis yaitu
proses tubuh yang secara simultan menghentikan pendarahan dari tempat yang cedera,
sekaligus mempertahankan darah dalam keadaan cair di dalam kompartemen vascular.
Hemostasis melibatkan kerja sama antara beberapa sistem fisiologik yang saling
berkaitan (Sacher&McPherson, 2004). Hemostasis merupakan mekanisme tubuh
untuk menghentikan perdarahan secara spontan (R.D.Setiabudy, 2009).
B. Latar Belakang
1) Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Fungsi Vaskular
Proses hemostasis merupakan proses pencegahan perdarahan pada tubuh yang
dipengaruhi oleh vaskular, trombosit, faktor pembekuan darah dan fibrinolisis.
Pembuluh darah pada tubuh manusia terdiri atas pembuluh darah arteri, vena dan
kapiler. Pembuluh darah arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri membawa eritrosit yang
mengandung oksigen ke seluruh tubuh, kecuali arteri pulmonalis yang membawa
eritrosit yang banyak mengandung karbondioksida. Pembuluh darah arteri terkecil
yang berhubungan dengan pembuluh darah kapiler disebut arteriola. Pembuluh darah
vena bertugas membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung. Pembuluh darah vena
membawa darah kaya akan karbondioksida, kecuali vena pulmonalis yang membawa
ertirosit kaya akan oksigen. Pembuluh darah vena terkecil yang berhubungan dengan
pembuluh darah kapiler disebut venula.
Ketika pembuluh darah luka, maka sel endotel akan rusak, sehingga jaringan
ikat dibawah endotel akan terbuka. Hal tersebutakan mencetus trombosit untuk
membuat sumbat melalui tahap adhesi, agregasi dan pelepasan. Adhesi merupakan
proses trombosit melekat pada permukaan asing seperti serat kolagen. Adhesi
trombosit dipengaruhi oleh protein plasma seperti vWF yang disintesis oleh sel
endotel dan megakariosit. vWF berfungsi sebagai jembatan antara trombosit dan
jaringan subendotel. Setelah trombosit melekat pada permukaan asing, trombosit akan
melekat ke trombosit lain, hal ini disebut dengan aggregasi.
Proses aggregasi dicetus oleh ADP yang dikeluarkan oleh trombosit yang
melekat pada permukaan asing. Trombosit tersebut akan membentuk aggregasi primer
yang bersifat reversibel. Trombosit pada aggregasi primer akan mengeluarkan ADP
sehingga terjadi aggregasi sekunder yang bersifat irreversibel. Proses sumbat
trombosit tentunya dipengaruhi oleh jumlah dan fungsi dari trombosit. Untuk
mengetahui hal tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan hitung jumlah trombosit dan
uji aggregasi trombosit.
Gambar. Pembentukkan sumbat trombosit pada perlukaan pembuluh darah
I Fibrinogen
II Protrombin
IV Kalsium
VI -
Pembentukaan benang fibrin dapat distimulus oleh jalur intrinsik ataupun jalur
ekstrinsik. Jalur Intrinsik meliputi fase kontak dan pembentukkan kompleks aktivator
F.X. Adanya kontak antara F.XII dengan permukaan asing seperti serat kolagen akan
mengaktivasi F.XII menjadi FXIIa. Dengan adanya kofaktor HMWK, F.XIIa akan
mengubah prekalikrein menjadi kalikrein. F.XIIa akan mengubah F.XI menjadi XIa.
F.XIa dengan bantuan ion kalsium akan mengubah F.IX menjadi F.IXa. Reaksi
terakhir jalur ekstinsik adalah interaksi non enzimatik antara F.IXa, PF.3, F.VIII dan
ion kalsium membentuk kompleks yang mengaktifkan F.X. Jalur ekstrinsik terdiri dari
reaksi tunggal dimana F.VII akan diaktifkan menjadi F.VIIa dengan adanya ion
kalsium dan tromboplastin jaringan yang dikeluarkan oleh pembuluh darah yang luka.
Kapas alkohol
Lancet
Autoklik
Tahapan perlukaan pembuluh darah kapiler adalah sebagai berikut :
Jarum dan kapas alkohol yang digunakan steril dan disposible (satu kali pakai)
Antisepsis daerah tusukan dilakukan dengan cara melingkar satu arah dari
bagian dalam ke luar.
Tusukan harus cukup dalam (diameter serapan tetes pertama minimal 5mm)
2. Pengambilan darah vena
Pengambilan darah vena menggunakan Evacuate tube system (ETS) dilakukan
dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :
Torniquette
Kapas alkohol
Holder
Jarum
Tabung vakum berisi antikoagulan Na-Sitrat
Kasa kering
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan darah vena antara lain :
Jarum dan kapas alkohol yang digunakan steril dan disposible (satu kali pakai)
Antisepsis daerah tusukan dilakukan dengan cara melingkar satu arah dari
bagian dalam ke luar.
Torniquette harus dilepaskan atau dikendurkan secepatnya setelah tabung
pertama terisi (pembendungan kurang dari satu menit)
Tusukan yang dilakukan harus clean venipunture (tanpa reposisi)
Antikoagulan yang digunakan sesuai baik jenis ataupun takaran
Penampung yang digunakan terbuat dari plastik atau gelas yang dilapisi silikon
Disarankan menggunakan ukuran jarum minimal 20G
Homogenisasi tabung dilakukan sesuai agar tidak terdapat bekuan darah.
Urutan pengambilan darah harus sesuai dengan anjuran WHO/ICSH. Urutan
tabung adalah tabung kultur/steril, tabung koagulasi, tabung tanpa antikoagulan
lalu tabung dengan antikoagulan
Pembuangan tabung pertama ketika pengambilan sampel pemeriksaan
hemostasis dilakukan ketika sampel diambil menggunakan butterfly system atau
menggunakan alat kateter intravena.
Volume tabung harus terisi >90%
Tabung diberi label identitas, seperti nama pasien, tanggal lahir pasien dan
nomor laboratorium
Darah diambil pada pasien yang telah berpuasa selama 8 jam
Pasien tidak diambil darah dalam keadaan stres
1. Pemeriksaan vaskular
Pemeriksaan vaskular meliputi pemeriksaan rumple leede dan masa
perdarahan. Pada pemeriksaan tersebut harus dipastikan alat-alat yang digunakan
berfungsi dengan baik. Untuk alat yang digunakan untuk perlukaan pembuluh darah
kapiler, alat harus steril. Sebelum digunakan, alat harus diuji terlebih dahulu dan
sebaiknya dikalibrasi secara berkala. Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan
rumple leede antara lain :
a. Sfigmomanometer
Digunakan untuk melakukan pembendungan pembuluh darah kapiler
selama waktu tertentu. Sfigmomanometer air raksa sebelum penggunaannya,
harus dilihat apakah air raksa dalam keadaan baik (tidak pecah). Perlu diuji
juga apakah tekanan Sfigmomanometer stabil (tidak turun selama dilakukan
penahan pada posisi tertentu).
Gambar. Sfigmomanometer
b. Timer
Digunakan untuk mengatur waktu pembendungan, sehingga
pembendungan dilakukan dengan waktu yang sesuai. Timer yang akan
digunakan, harus dipastikan berfungsi dengan baik. Cara penggunaan tombol
timer (start/mulai serta stop/berhenti) serta waktu setiap putaran harus
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan penggunaan ketika proses
pemeriksaan pasien.
Gambar. Timer
a. Sfigmomanometer
Digunakan untuk melakukan pembendungan pembuluh darah kapiler
selama waktu tertentu. Sfigmomanometer air raksa sebelum penggunaannya,
harus dilihat apakah air raksa dalam keadaan baik (tidak pecah). Perlu diuji
juga apakah tekanan Sfigmomanometer stabil (tidak turun selama dilakukan
penahan pada posisi tertentu).
b. Timer
Digunakan untuk menghitung waktu perdarahan hingga perdarahan
berhenti. Sebelum digunakan, harus dipastikan timer berfungsi baik. Cara
penggunaan tombol timer (start/mulai serta stop/berhenti) serta waktu setiap
putaran harus diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan penggunaan ketika
proses pemeriksaan pasien.
c. Lancet
Digunakan untuk menusuk pembuluh darah kapiler. Lancet yang
digunakan harus steril dan hanya digunakan untuk satu kali penusukan.
d. Autoklik
Merupakan alat bantu untuk melakukan penusukan pembuluh darah
kapiler. Perlu diperhatikan jenis autoklik yang digunakan serta kedalaman
tusukan. Aturan kedalaman tusukan disesuaikan dengan kondisi pasien, seperti
pasien bayi penusukan tidak sedalam pasien dewasa. Kedalaman tusukan
dapat disesuaikan dengan mengatur angka pada bagian atas autoklik, semakin
besar angka yang dipilih, maka tusukan jarum akan semakin dalam.
e. Kertas saring
Digunakan untuk menyerap setiap tetesan darah yang dikeluarkan oleh
luka akibat penusukan pembuluh darah kapiler.
2. Pemeriksaan selular
Pemeriksaan selular terkait dengan fungsi hemostasis, dapat dilakukan
dengan menghitung jumlah trombosit dan menilai fungsi trombosit. Alat-alat
yang digunakan untuk pemeriksaan hitung jumlah trombosit antara lain :
a. Mikropipet
Digunakan untuk melakukan pengenceran sampel oleh larutan
pengencer (amonium oxalat / Rees Ecker). Mikropipet harus dikalibrasi secara
berkala. Terdapat berbagai macam jenis miikropipet, fix micropipette dan
adjustable micropipette. Fix micropipette adalah jenis mikropipette dengan
satu jenis ukuran, misalnya mikropipet 20 μL dapat mengambil cairan dengan
volume 20 μL saja. Adjustable micropipette merupakan jenis mikropipet yang
dapat digunakan untuk mengambil beberapa ukuran volume cairan, seperti
adjustablemicropipette 100 - 1000 μL, dapat digunakan untuk mengambil
cairan dengan volume 100 sampai dengan 1000 μL.
b. Tip
Digunakan sebagai wadah cairan ketika mengambil cairan
menggunakan mikropipet. Terdapat berbagai macam ukuran tip, mulai dari tip
putih yang digunakan untuk mengambil cairan dengan volume yang kecil
sekali (0,5 μL), Tip kuning dapat digunakan untuk mengambil cairan mulai
dari 10 μL hingga 200 μL dan tip biru yang digunakan untuk mengambil
cairan mulai dari 100 μL hingga 1000 μL.Tip sebaiknya digunakan hanya satu
kali (Disposible) untuk menghindari kontaminasi sampel.
Gambar. Tip
c. Tabung reaksi
Digunakan untuk menampung sampel dan larutan pengencer ketika
proses pengenceran. Tabung reaksi yang digunakan harus dalam keadaan
bersih dan kering.
d. Hemocitometer
Hemocitometer merupakan alat hitung jumlah sel darah seperti sel
lekosit, eritrosit dan trombosit. Hemositometer terdiri atas bilik hitung
Improved Neubauer, pipet Thoma dengan bola merah, pipet Thoma dengan
bola putih, selang dan kaca penutup. Bilik hitung Improved Neubauer terdiri
dari beberapa kotak-kotak kecil, dimana kotak-kotak tersebut digunakan untuk
menghitung sel-sel darah tertentu. Pipet Thoma digunakan untuk melakukan
penganceran darah, pipet dengan bola merah digunakan untuk mengencerkan
darah pada hitung sel eritrosit dan trombosit, sedangkan pipet dengan bola
putih digunakan untuk mengencerkan darah pada hitung sel lekosit. Selang
pada hemocitometer digunakan untuk proses pengambilan darah ataupun
larutan yang akan diencerkan pada pipet Thoma sedangkan kaca penutup
digunakan sebagai penutup cairan yang telah diletakkan pada bilik hitung.
Bilik hitung yang digunakan untuk hitung jumlah sel harus dalam keadaan
bersih dan kering.
Gambar. Hemositometer
e. Cawan petri
Digunakan untuk menginkubasi sampel setelah dimasukkan ke dalam
bilik hitung.
f. Kapas / tissue
Digunakan sebagai alas bilik hitung ketika proses inkubasi sampel
setelah dimasukkan ke dalam bilik hitung. Kapas / tissue dibasahkan terlebih
dahulu sebelum digunakan, sehingga selama proses inkubasi, sampel pada
bilik hitung tidak mengering.
g. Tally counter
Digunakan untuk menghitung banyaknya sel yang ditemukan pada
sediaan. Sebelum penggunaan sebaiknya Tally counter diuji coba untuk
memastikan alat tersebut berfungsi dengan baik (berhenti ditengah
perhitungan).
h. Objek glass
Digunakan untuk membuat sedian apus darah (SAD) pada
penghitungan jumlah trombosit menggunakan metode manual tidak langsung.
Objek glass digunakan seharusnya bersih, kering dan bebas lemak.
i. Mikroskop
Digunakan untuk melihat trombosit dengan melakukan perbesaran
sebanyak 400x pada penghitungan jumlah trombosit cara langsung dan
perbesaran 1000x pada penghitungan jumlah trombosit cara tidak langsung.
Mikroskop sebaiknya dirawat secara berkala, baik harian maupun bulanan.
Perawatan harian dapat dilakukan dengan membersihkan lensa okuler dan
objektif setelah penggunaan.
3. Pemeriksaan biokimia
Pemeriksaan biokimia hemostasis dapat dilakukan menggunakan metode
manual, semi otomatis dan otomatis. Alat-alat yang digunakan untuk
pemeriksaan biokimia antara lain :
a. Inkubator
Digunakan untuk menginkubasi reagensia dan sampel ketika dilakukan
uji biokimia. Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap suhu dari inkubator, harus
dipastikan suhu sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan. Pengecekan suhu
inkubator dapat dilakukan dengan menggunakan thermometer. Pada inkubator
basah, air yang masukkan ke dalam inkubator harus bebas dari logam,
sehingga dapat digunakan aquadest. Penggunaan air biasa pada inkubator
dapat menyebabkan karatan pada bagian inkubator tertentu.
b. Koagulometer
Alat untuk melihat lamanya bekuan terbentuk setelah sampel ditambahkan
dengan pereaksi tertentu. Alat ini harus dikalibrasi secara berkala.
Gambar. Koagulometer
c. Agregometer
Aggregasi trombosit merupakan tes standar untuk menentukkan fungsi
trombosit. Aggregasi trombosit merupakan proses tahapan adhesi yang
melibatkan reseptor berbeda. Berbagai macam agen mampu menghasilkan
aggregasi trombosit invitro, seperti kolagen dan enzim proteolitik (trombin,
epinefrin, dan serotonin). Alat aggregometer yang digunakan pada
pemeriksaan aggregasi trombosit harus dirawat secara rutin, salah satunya
dengan melakukan kalibrasi secara berkala.
Gambar. Agregometer
c. Pengambilan darah
Proses pengambilan darah dilakukan menggunakan alat steril dan non
pyrogenik. Sebelum penggunaan perlu diperiksa sterilitas serta waktu
kadarluarsa jarum. Ketika proses pengambilan darah, plebotomis harus
menggunakan sarung tangan, mengantisepsis daerah venipunture dan
membiarkan alkohol mengering sebelum pengambilan darah. Pembendungan
torniqutte tidak bolah dilakukan lebih dari satu menit, torniquette harus
dilepaskan setelah tabung pertama terisi darah. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari hemokonsentrasi yang dapat meningkatkan kadar fibrinogen,
faktor VII, VIII, XII, mengaktivasi sel endothelial dan fibrinolisis. Diameter
jarum yang digunakan minimal 20G untuk menghindari aktivasi trombosit
invitro.
g. Penolakan sampel
Setiap laboratorium harus memiliki kebijakan tersendiri untuk
penolakan sampel. Beberapa kriteria yang umum untuk penilakan sampel
antara lain : Penggunaan tabung / antikoagulan yang tidak sesuai, tabung
penampung sampel (ETS) sudah kadarluarsa, identitas pasien tidak jelas,
volume sampel tidak sesuai, sampel hemolisis, sampel terdapat bekuan.
2. Pembuatan Plasma
Plasma yang digunakan untuk pemeriksaan hemostasis adalah plasma
miskin trombosit/platelet poor plasma (PPP) dan plasma kaya
tromobosit/platelet rich plasma (PRP). Sentrifugasi yang digunakan untuk
membuat PPP dan PRP direkomendasikan yang memiliki rotor dengan jenis
swing out buckets sehingga dapat memisahkan plasma dengan sel darah dan
meminimalisir pencampuran kembali sel darah dengan plasma. Sentrifuge
disarankan untuk disimpan pada suhu kamar (15-25⁰C) dan dikalibrasi secara
berkala setiap 6 bulan.
Gambar. Swing out bucket centrifuge
PRP dibuat dengan melakukan sentrifugasi lebih dari satu kali, dimana
sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan sentrifugal yang berbeda untuk
mengendapkan sel-sel darah tertentu sesuai dengan berat sel tersebut. PRP
dibuat dengan mensentrifugasi darah dengan kecepatan 1300 rpm lalu
memisahkan plasma yang mengandung trombosit ke dalam wadah steril
lainnya. Plasma tersebut kemudian dicentrifugasi kembali dengan kecepatan
yang lebih tinggi, 2000 rpm untuk mengdapatkan konsentrat trombosit. Bagian
1/3 bawah tabung merupakan PRP sedangkan bagian 2/3 atas tabung
merupakan PPP. Untuk mendapatkan PRP, maka bagian atas plasma
dipindahkan. PRP dapat juga dibuat dengan menggunakan metode buffy coat.
Pada metode tersebut, darah disentrifugasi sehingga terbentuk tiga lapisan,
lapisan sel darah merah, buffy coat dan plasma. Bagian plasma merupakan
PPP yang dipisahkan dari tabung tersebut, lalu lapisan buffy coat yang
mengandung lekosit dan trombosit dipisahkan ke dalam tabung steril lain.
Tabung buffy coat dan trombosit tersebut kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan rendah untuk memisahkan lekosit dari trombosit.
Pada pemeriksaan rumple leede hasil positif dapat diketahui jika pada
lingkaran berdiameter 5 cm, kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti terbentuk petechia
(bercak merah) sebanyak lebih dari 10 petechia. Hasil positif juga dapat disimpulkan
apabila terdapat banyak pechia pada bagian daerah distal sekitar pergelangan tangan.
Hasil positif memperlihatkan bahwa kemampuan vaskuler pasien tidak baik ketika
terjadi tekanan pada pembuluh darah.
Hasil negatif dapat disimpulkan apabila tidak terdapat petechia pada lingkaran
berdiameter 5 cm, kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa kemampuan vaskuler pasien tersebut baik, ketika terjadi tekanan pada
pembuluh darah.
Uji rumple leede dapat positif ketika dilakukan pada pasien dengan kondisi
trombositopenia, seperti pasien demam berdarah. Uji tidak boleh dilakukan apabila
sebelum pelaksaan pemeriksaan, pasien sudah mengalami pupura atau ekimosis.
Apabila uji rumple leede dilakukan setelah pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy,
maka waktu pembendungan dilakukan selama lima menit.
Pada proses uji rumple leed persiapan alat akan mempengaruhi, ketika tekanan
sfigmomanometer tidah stabil, maka tekanan dapat menurun ketika proses uji. Hal
tersebut dapat menyebabkan tekanan darah tidak sesuai dengan SOP, sehingga
stimulus pembentukkan petchia tidak sesuai SOP. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan hasil rumple leed negatif palsu. Pada tahap analitik, penetapan daerah
hitung petechia serta pengenalan ATLM terhadap petechia sangat mempengaruhi
hasil. Petechia tidak boleh dihitung pada daerah lipatan siku (<4 cm distal dari fossa
cubiti), karena pada bagian tersebut tekanan sfigmomanometer lebih besar, sehingga
akan lebih mudah terbentuk petchia. Perhitungan petechia di sekitar lipat siku dapat
menyebabkan interpretasi positif palsu. Pengenalan ATLM terhadap petechia juga
sangat mempengaruhi hasil, karena jika tidak mengetahui bentuk petchia maka akan
menyebabkan kesalahan interpretasi hasil. Ukuran lingkar daerah baca juga harus
ditentukan dengan tepat, jika kurang dari atau lebih dari 5 cm maka akan
menyebabkan kesalahan interpretasi hasil. Selain melihat daerah baca disekitar
lingkaran, ATLM juga harus melihat bagian voler lengan, jika banyak terdapat
petechia, maka hasil uji rumple leed positif. Kesalahan paska analitik terjadi ketika
terjadi kesalahan penulisan hasil uji, oleh karena itu penulisan hasil harus dilakukan
dengan teliti sesuai dengan hasil uji.
2. Pemeriksaan masa perdarahan (Bleeding time)
Selain pemeriksaan rumple leede, kemampuan vaskuler pada proses
hemostasis dapat dilakukan dengan menguji masa perdarahan. Pemeriksaan masa
perdarahan dilakukan untuk menentukan lamanya perdarahan ketika terjadi perlukaan
pada pembuluh darah kapiler.Terdapat dua metode pemeriksaan masa perdarahan,
yaitu metode Duke dan Ivy. Metode duke, perlukaan pembuluh darah kapiler
dilakukan pada daerah cuping telinga, sedangkan metode Ivy, perlukaan dilakukan
pada bagian voler lengan. Seperti uji rumple leede, pemeriksaan masa perdarahan
dapat dilakukan untuk menilai kemampuan vaskuler pembuluh darah ketika terjadi
perdarahan, akan tetapi uji ini dipengaruhi juga oleh jumlah serta fungsi trombosit.
Pada metode Ivy, tetes darah pertama harus memiliki diameter 5 mm. Ketika
diameter tetes pertama < 5mm, maka dikhawatirkan tusukan kurang dalam. Jika
diameter tetes pertama < 5mm, maka perlu dilakukan penusukan ulang. Selain dari
dimeter tusukan pertama, tusukan yang kurang dalam dapat diketahui ketika masa
perdarahan kurang dari satu menit.
Apabila pada pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy didapat hasil lebih
dari 10 menit, maka pemeriksaan perlu diulang. Hal tersebut dikarenakan
kekhawatiran tertusuknya pembuluh darah vena ketika penusukan bagian voler lengan
pasien. Apabila hasil uji ulang masih didapat masa perdarahan lebih dari 10 menit,
maka dapat membuktikan terdapatnya kelainan pada proses hemostasis.
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Durachim, A., Astuti, D. (2018). Hemostasis. E-book PPSDM Bahan Ajar Teknologi
Laboratorium Medik (TLM). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2)
Adiyanti, S. S. (2014). Pre Analitik Pemeriksaan Hemostasis. Pendidikan
Berkesinambungan Patologi Klinik 2014, Jakarta, 21, 1-8.
(3)
Widijanti, A., Susanti, H., & Darmawan, E. Perbandingan Dua Tabung Sitrat Pada
Pemeriksaan Faal Hemostasis. Jurnal Medika.
(4)
Buhari, A. (2020). Studi Literatur Gambaran Waktu Perdarahan (Bledding Time) Dan
Waktu Bekuan (Clotting Time) Pada Perokok. (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Kendari).
(5)
Tarwono, & Wartonah. (2008). Hematologi. Jakarta: Trans Info Media.
(6)
Baehaki, F., & Wahid, A. A. (2019). Pengaruh Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum
Conyzoides, L) Terhadap Waktu Pembekuan Darah. Jurnal Kesehatan Rajawali,
9(2), 14-24.
(7)
Hijriani, B. I., & Zaetun, S. (2023). Potensi Getah Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)
dalam Menurunkan Waktu Perdarahan pada Luka Kulit Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Jurnal Sains Natural, 1(1), 1-5.
(8)
Pramudita, N., & Mulyantari, N. K. (2019). Gambaran hasil pemeriksaan faal hemostasis
pada penderita Diabetes Melitus tipe-2 (DM-2) di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia.
Intisari Sains Medis, 10(2).
(9)
Mardhatilah, S., Ambiar, R. I., & Erlyn, P. (2020). Gambaran Kejadian Demam Berdarah
Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja Puskesmas Dempo Kota Palembang. MESINA
(Medical Scientific Journal), 1, 23-32.
(10)
Rediputra, A. (2017). Peran Pemeriksaan D-Dimer Terhadap Diagnosis Trombosis.
Jurnal Kedokteran, 2(2), 436-453.
(11)
Rasyada, A., Nasrul, E., & Edward, Z. (2014). Hubungan Nilai Hematokrit Terhadap
Jumlah Trombosit Pada Penderita Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3(3).
SOAL
1) Pasien dengan tekanan darah 100/120 mmHg akan melakukan pemeriksaan rumple
leed. Tekanan sfigmomanometer yang diberikan pada lengan pasien tersebut
adalah...mmHg?
a. 80
b. 90
c. 100
d. 110
e. 120
2) Seorang pasien akan melakukan pemeriksaan bleeding time dan rumple leed.
Pemeriksaan bleeding time metode Ivy dikerjakan terlebih dahulu dengan hasil uji 3
menit. Pemeriksaan rumple leed dilakukan setelah uji tersebut, maka tekanan
sfigmomanometer pada uji tersebut dilakukan selama...menit
a. 3
b. 4
c. 5
d. 7
3) Interpretasi uji rumple leed dilakukan padadaerah kira-kira 4 cm distal dari fossa
cubiti dengan diameter lingkaran...cm
a. 3
b. 5
c. 7
d. 8
e. 10
4) Pada proses perdarahan, tubuh akan mengeluarkan zat serotonin, epinefrin, dan 5-
hidroksitriptamin yang menyebabkan...
a. Perdarahan terhenti
b. Agregasi trombosit
c. Stimulus perlekatan trombosit ke daerah luka
d. Vasokontriksi
e. Fibrinolisis
5) Pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy, dilakukan perlukaan pada bagian voler
lengan. Pemeriksaan harus dilakukan ulang apabila diameter tetes pertama...mm
a. <5
b. 5
c. >5
d. < 10
e. 10
6) Pada pemeriksaan hitung jumlah trombosit, larutan pengencer yang dapat digunakan
adalah...
a. Turk
b. Rees Ecker
c. Hayem
d. New methilen blue
e. Eosin
7) Hitung trombosit cara manual dilakukan menggunakan...
a. Hemometer
b. Koagulometer
c. Sfigmomanometer
d. Hemocitometer
e. Agregometer
8) Pada pembuatan PPP sampel disentrifugasi pada kecepatan ... g
a. 500
b. 1000
c. 1500
d. 2000
e. 2500
9) Pemeriksaan masa perdarahan metode Duke dilakukan dengan melakukan perlukaan
pada ...
a. Cuping telinga
b. Tumit kaki
c. Jari tengan
d. Jari manis
e. Bagian voler lengan
10) Pemeriksaan hemostasis dapat dipengaruhi oleh plasma lipemik. Untuk menghindari
gangguan lemak yang berasal dari konsumsi makanan, maka dianjurkan berpuasa
selama ... jam
a. 8
b. 6
c. 4
d. 2
e. 1
MAKALAH HEMOSTASIS
PEMERIKSAAN KHUSUS (APTT, PTT, TT)
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
A. Pendahuluan
Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi memegang peranan penting dalam
tatalaksana kelainan trombotik dan perdarahan, dimana pemeriksaan laboratorium
dapat memberikan informasi terkait diagnostik, prognostik dan pengawasan terapi,
sehingga akhirnya akan berpengaruh pada keputusan klinis yang akan diambil.
Masalah preanalitik dapat timbul dari awal saat sampel diambil, dipersiapkan,
ditransportasikan, diproses, sampai sampel tersebut disimpan. Dimana kesalahan
analitik dapat dihindari melalui pemilihan metode yang sesuai dengan pengukuran
kontrol yang tepat, masalah dalam preanalitik memiliki kesulitan tersendiri akibat
proses tersebut banyak terjadi di luar laboratorium, dan sering kali laboratorium tidak
tahu apakah terjadi masalah preanalitik padasampel yang akan diperiksa.
B. Latar Belakang
1. Pemeriksaan Hemostasis Biokimia
Faal hemostasis adalah suatu fungsi tubuh yang bertujuan untuk
mempertahankan keenceran darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh
darah dan menutup kerusakan dinding pembuluh darah sehingga mengurangi
kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah. Faal hemostasis
melibatkan sistem vaskuler, sistem trombosit, sistem koagulasi, dan sistem
fibrinolisis.
Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam
proses pembekuan. Protrombin dikonversi menjadi trombin oleh tromboplastin yang
diperlukan untuk membentuk bekuan darah. PT memanjang karena defisiensi faktor
koagulasi ekstrinsik dan bersama jika kadarnya < 30 %. Pemanjangan PT dijumpai
pada penyakit hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, ikterus),
afibrinogenemia, defisiensi faktor koagulasi (II, V, VII, X), Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), fibrinolisis, Hemorrhagic Disease Of The Newborn
(HDN), gangguan reabsorbsi usus, penggunaan alcohol. Pada penyakit hati, PT
memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin. Pemanjangan PT juga
dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan: vitamin K, antibiotik (penisilin,
streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol, kanamisin, neomisin, tetrasiklin),
antikoagulan oral (warfarin, dikumarol, klorpromazin, klordiazepoksid,
difenilhidantoin, heparin, metildopa), mitramisin, reserpin, fenil butazon, quinidin,
salisilat/aspirin, sulfonamide. PT memendek padatromboflebitis, infark miokardial,
embolisme pulmonal, dan diet tinggi lemak. Pengaruh obat: barbiturate, digitalis,
diuretik, difenhidramin, kontrasepsioral, rifampisin dan metaproterenol.
Bahan pemeriksaan aPTT terdiri dari plasma sitrat miskin trombosit, reagensia
1 aPTT Human (berisi rabbit brain cephalin, allegic acid, buffer dan sodium acide),
reagensia 2 aPTT Human (berisi CaCl2 0,02 mol/L). Intrepretasi hasil pemeriksaan
aPTT dengan nilai normal 22–27,9 detik (dapat bervariasi antar laboratorium).
Pada pemeriksaan aPTT penyimpanan dan stabilitas reagensia dan bahan perlu
diperhatikan. Reagensia disimpan pada suhu 2-8⁰C, tidak boleh dibekukan. Vial
reagensia yang telah dibuka stabil selama 14 hari ketika disimpan pada suhu 2-8⁰C,
dihomogenisasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Sampel harus dipersiapkan dan
dikerjakan pada suhu suhu 22-24⁰C dan diujikan maksimal 2 jam setelah pengambilan
sampel. Untuk penundaan pemerikasaan, sampel dapat dibekukan, stabil hingga dua
minggu atau pada suhu -70⁰C, stabil sampai enam bulan. Sampel yang dibekukan
dapat dicairkan dengan cepat pada suhu 37⁰C. Sampel tersebut harus dihomogenisasi,
digunakan secepatnya dan tidak boleh dibekukan kembali/ beku ulang.
Faktor pembacaan sangat penting dimana harus benar-benar memastikan
pembekuan yang terbentuk, apabila terdapat kesalahan dalam pembacaan dimana
belum benar terbentuk pembekuan namun sudah mengehentikan waktu pembacaan
maka bisa mendapatkan hasil palsu.
Pembuatan Plasma
1. Kedalam tabung sentrifuge masukkan 0,5 ml Na. Citrat 3,8 %.
2. Darah vena 4,5 mL masukkan ke dalam tabung yang berisi Na Citrat lalu
homogenkan dengan adekuat.
3. Putar pada sentrifuge selama 20 menit pada 3000 rpm
4. Pisahkan plasma yang terjadi, masukkan kedalam tabung dan kalau plasma
tidak segera diperiksa masukkan kedalam lemari es.
Pembuatan Larutan Tromboplastine
1. Satu vial RGT dicampur dengan 1satu vial BUF, dihomogenisasi lalu
didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar.
2. Larutan siap digunakan untuk pemeriksaan.
Pemeriksaan PT
1. Tabung reaksi dan RGT dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 37⁰C
hingga hangat.
2. Kontrol/plasma dimasukkan sebanyak 100 uL kedalam tabung tadi lalu
diinkubasi selama tiga menit pada suhu 37⁰C.
3. Reagensia PT yang telah dihangatkan dimasukkan sebanyak 200 uL ke
dalam tabung reaksi, bertepatan dengan masuknya reagensia stopwatch
dinyalakan.
4. Biarkan selama 10 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin dengan
memiriingkan tabung reaksi
5. Hentikan stopwatch pada saat terdapat benang fibrin. Lamanya waktu
terbentuknya benang fibrin disebut Masa Protrombin plasma.
6. Pada pemeriksaan PT, plasma sitrat direaksikan dengan tromboplastin
jaringan dan CaCl2 hingga terbentuk bekuan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT
1. Pengambilan spesimen
Teknik pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar dan
sesuai dengan standart. Sumber kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan
darah yaitu:
3. Transport spesimen
Pengiriman sampel dengan cara yang tepat menjamin kualitas sampel.
Spesimen harus secepatnya dikirim ke laboratorium rujukan. Penundaan
terlalu lama dapat menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang akan
memperpanjang hasil PT. Untuk pemeriksaan PT jika pemeriksaan ditunda
lebih dari 8 jam sampel harus disimpan dalam keadaan beku .
4. Ketepatan pemipetan
5. Adanya kontaminasi
6. Salah menuliskan hasil
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Durachim, A., Astuti, D. (2018). Hemostasis. E-book PPSDM Bahan Ajar Teknologi
Laboratorium Medik (TLM). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2)
Kartika, C., & Sukeksi, A. (2021). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Daun Kelor
(Moringa Oleifera L.) Terhadap Pemeriksaan Prothrombin Time (PT). Jurnal Labora
Medika, 5(2), 43-47.
(3)
Misnah, M., Abdullah, A. A., Arif, M., & Bahar, B. (2012). Pemeriksaan Prothrombin
Time Dan Activated Partial Thromboplastin Time Dengan Humaclot Va Serta Sysmex
Ca 500. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 18(3),
147-150.
(4)
Widijanti, A., Susanti, H., & Darmawan, E. Perbandingan Dua Tabung Sitrat Pada
Pemeriksaan Faal Hemostasis. Jurnal Medika Kedokteran Indonesia.
(5)
Tarwono, & Wartonah. (2008). Hematologi. Jakarta: Trans Info Media.
(6)
Rahmawati, F. (2022). Aspek Laboratorium Acute Promyelocytic Leukemia (APL) AML-
M3. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 2(1), 34-47.
(7)
Rofinda, Z. D. (2012). Kelainan Hemostasis pada Leukemia. Jurnal Kesehatan Andalas,
1(2).
(8)
Mulyadi, B., & Soemarsono, J. (2018). Trombositopenia Pada Pengobatan Dengan
Heparin. Indonesian Journal Of Clinical Pathology And Medical Laboratory, 13(3),
114-123.
(9)
Kahar, H., & Salim, N. (2021). Kelainan Hemostasis pada pasien Covid-19. Proceeding
Umsurabaya.
(10)
Roslaeni, R. Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma Longa) Terhadap
Pemeriksaan Hemostasis Darah (Effect Of Turmeric Rhizome Ethanol Extract
(Curcuma Longa) On Blood Hemostasis Test). Artikel Penelitian.
Soal
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
Agregasi Trombosit
ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak
trombosit yang beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan
trombosit membengkak dan mendorong membrane trombosit yang berdekatan
untuk melekat satu sama lain. Selain itu terdapat umpan balik positif yang
menyebabkan terjadinya agregasi trombosit sekunder sehingga terbentuk massa
trombosit yang cukup besar untuk menyumbat daerah kerusakan endotel.
Aktivitas Prokoagulan Trombosit
Setelah agregasi trombosit dan pelepasan tersebut, fosfolipid
membrane terpajan tersedia untuk dua jenis reaksi dalam kaskade koagulasi.
Kedua reaksi yang diperantarai fosfolipid ini tergantung pada ion kalsium. Reaksi
pertama (tenase) melibatkan faktor IXa, VIIIa, dan X dalam pembentukan faktor
Xa. Reaksi kedua (protrombinase) menghasilkan pembentukan thrombin dari
interaksi faktor Xa, Va, dan protrombin. Permukaan fosfolipid membentuk
cetakan yang ideal untuk konsentrasi dan orientasi protein-protein tersebut yang
penting.
Agregasi Trombosit Ireversibel
Konsentrasi ADP yang tinggi, enzim yang dilepaskan selama reaksi
pelepasan, dan protein kontraktil trombosit menyebabkan fusi yang ireversibel
pada trombosit-trombosit yang beragregasi pada lokasi cedera vascular. Trombin
juga mendorong terjadinya fusi trombosit, dan pembentukan fibrin memperkuat
stabilitas sumbat trombosit yang terbentuk.
Banyak penelitian melaporkan bahwa sumbatan tersebut akibat
hiperaktivitas fungsi trombosit yang dapat meningkatkan agregasi trombosit. Tes
agregasi trombosit merupakan tes untuk melihat kenormalan fungsi trombosit
terhadap pemicu agregasi. Terdapat tiga indeks volume trombosit yang
berhubungan dengan agregasi trombosit, Mean Platelet Volume (MPV), Platelet
Distribution Width (PDW) dan Platelet Large Cell Ratio (P-LCR). Peningkatan
indeks volume trombosit dapat merefleksikan peningkatan aktivasi trombosit dan
hiperagregasi trombosit yang merupakan faktor risiko stroke iskemik.
Nyalakan alat, tunggu sampai suhu incubation wells pada alat mencapai
suhu 370C. Nyalakan komputer, ketik data pasien.
Siapkan PRP dan PPP. Masukkan 5 kuvet kedalam lubang incubation
wells, 4 kuvet diisi dengan PRP sebanyak 500 µL dan 1 kuvet sebagai
blanko diisi dengan PPP sebanyak 500 µL 4 kuvet yang berisi 500 µL
PRP dimasukkan sebutir magnet yang berfungsi sebagai pengaduk.
Kelima kuvet tersebut diinkubasi selama 3 menit pada suhu 370C.
Satu kuvet yang berisi PPP dan stir bar dipindahkan ke lubang optical
chamber, kemudian PPP set switch ditekan ke angka 1.
4 kuvet yang berisi PRP secara berurutan dimasukkan ke lubang optical
chamber PRP kemudian tombol stirrer dijalankan.
Inkubasi kelima kuvet tersebut selama 3 menit pada suhu 370C.
Buat garis baseline untuk menentukan batas atas dan bawah pada trace
1,2,3 dan 4 pada agregometer.
Siapkan reagen ADP kemudian masukkan larutan ADP berbagai
konsentrasi sebagai berikut :
Tabung ADP,
PRP 500 µL Konsentrasi 10
(Trace 1) µM 5 µL
Tabung ADP,
PRP 500 µL Konsentrasi 5
(Trace 2) µM 5 µL
Tabung ADP,
PRP 500 µL Konsentrasi 2
(Trace 3) µM 5 µL
Tabung ADP,
PRP 500 µL Konsentrasi 1
(Trace 4) µM 5 µL
Biarkan grafik berjalan selama 13 menit
Hasil agregasi akan tampak pada layar secara otomatis dinyatakan dalam
persen.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
Faktor-faktor teknis yang perlu diperhatikan agar pada tes agregasi trombosit
didapatkan hasil yang sesuai karena bila diabaikan menghambat pembentukan
transmisi cahaya antara lain : darah diambil dalam keadaan puasa 10 – 12 jam,
tabung yang digunakan terbuat dari bahan plastik atau gelas belapis silikon,
pemeriksaan harus dikerjakan dalam waktu kurang dari 3 jam setelah pengambilan
darah, jumlah trombosit normal, Plasma tidak hemolisis dan keruh serta kadar
trigliserida normal.
III. Retraksi Bekuan
Prinsip pemeriksaan retraksi bekuan adalah setelah darah membeku,
bekuan darah mengerut dan pada proses pengerut, sejumlah serum diperas keluar
dari bekuan sehingga bekuan menjadi kenyal. Tujuan pemeriksaan retraksi
bekuan adalah Untuk menilai fungsi trombosit.
Volume bekuan = 100 % - retraksi bekuan
Volume cairan bekuan = volume bekuan – nilai hematokrit
(Titik, Indranila, & Muji, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Titik, H. T., Indranila, & Muji, R. (2012). HUBUNGAN ANTARA PDW (PLATELET
DISTRIBUTION WIDTH) DENGAN TAT(TES AGREGASI TROMBOSIT) PADA
PENDERITA STROKE ISKEMIK DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG. JURNAL
KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, Volume 5, Nomor 1.
Durachim, A., Astuti, D. (2018). Hemostasis. E-book PPSDM Bahan Ajar Teknologi
Laboratorium Medik (TLM). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Riadi W. Uji ketelitian dan Nilai Rujuka Agregasi Trombosit dengan Agonist ADP pada
Orang Indonesia Dewasa di Jakarta Menggunakan Agregometer Chrono-Log Model
4. Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta. 2006
Riadi Wirawan, 2008. Nilai Rujukan Pemeriksaan Agregasi Trombosit dengan Adenosis Difosfat
pada Orang Indonesia Dewasa Normal di Jakarta. Jakarta: FKUI
Suharyanti, 2011. Uji Kesesuaian Pemeriksaan Agregat Trombosit pada Sediaan ADT
dengan
Agregasi Trombosit pada Tes Agregasi Trombosit. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Sugiati, 2013. Pengaruh Waktu dan Suhu Terhadap Jumlah Trombosit Metode Automatic.
Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang
Rohmawati, E, 2003. Penentuan Faktor Estimasi Jumlah Trombosit Pada Sediaan Apus
Darah
Tepi Pasien Trombositopenia. Semarang: s.n
SOAL
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
PEMERIKSAAN TROMBOSIT
I. Pendahuluan
Pemeriksaan hematologi merupakan kelompok pemeriksaan
laboratorium klinik yang terdiri dari beberapa macam pemeriksaan seperti kadar
hemoglobin, jumlah sel leukosit, sel eritrosit, sel trombosit, laju endap darah
(LED), hitung jenis leukosit, hematokrit, retikulosit dan pemeriksaan hemostasis.
Pemeriksaan trombosit termasuk salah satu pemeriksaan hematologi yang banyak
diminta di laboratorium klinik. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan
akan data tersebut dalam upaya membantu menegakkan diagnosis. Dengan
meningkatnya permintaan pemeriksaan hitung sel darah maka pemeriksaan hitung
sel trombosit cara manual tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Walaupun demikian, hitung sel darah cara manual masih dipertahankan. Hal ini
disebabkan hitung sel trombosit manual masih merupakan metode rujukan.
Dimana hitung sel secara manual biayanya murah dibandingkan harga sebuah
pemeriksaan hitung sel trombosit secara autoanalyzeryang cukup mahal. (Chairani
& Nilai Yani, 2018)
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,
berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang
dinamakan sebagai pembuluh darah dan berfungsi sebagai sarana transpor, alat
homeostasis dan alat pertahanan. Darah dibagi menjadi dua bagian yaitu sel darah
dan cairan darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(lekosit) dan keping sel (trombosit). Cairan darah yang terpisah dari sel darah
yaitu plasma atau serum.
Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti
dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 µm, berbentuk
cakram bikonveks dengan volume 5-8 fl. Fungsi trombosit berhubungan dengan
pertahanan, untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka. Trombosit
ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan
darah dan terlindung dari penyusupan benda atau sel asing.
Penghitungan jumlah kandungan sel trombosit dalam darah adalah
salah satu topik yang penting dalam menentukan beberapa masalah kesehatan
atau penyakit. Salah satu diagnosa penyakit yang membutuhkan data jumlah sel
trombosit adalah penyakit demam berdarah Dengue atau DBD. Pada penyakit ini
akan menurunkan konsentrasi trombosit darah sampai ke tingkat yang rendah.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal antara 200.000-500.000 per µl darah.
Jumlah trombosit dalam darah dapat diketahui dengan cara pemeriksaan hitung
jumlah trombosit. Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar
dibedakan dengan kotoran kecil, dan cenderung melekat pada permukaan asing
(bukan endotel utuh) dan membentuk gumpalan (Dewi, Herlisa, & Joko, 2017)
Metode untuk menghitung trombosit telah banyak dibuat dan
jumlahnya jelas tergantung dari kenyataan bahwa sukar untuk menghitung sel-sel
trombosit yang merupakan partikel kecil, mudah pecah dan sukar membedakan
trombosit dengan kotoran. Cara yang lazim digunakan dalam hitung jumlah
trombosit adalah cara langsung dapat dilakukan dengan metode Ammonium
Oksalat 1%, dan dengan metode Autoanalyzer. Cara pemeriksaan yang berbeda
tentunya akan menimbulkan variasi hasil perhitungan jumlah trombosit. Untuk itu
perlu diketahui seberapa besar perbedaan yang ditimbulkan oleh kedua cara
tersebut, yang masing-masing mempunyai keterbatasan. Cara manual masih
banyak di laboratorium swasta maupun pemerintah, biasanya digunakan sebagai
konfirmasi apabila cara otomatis memiliki masalah. (Chairani & Nilai Yani,
2018)
II. Pemeriksaan Trombosit
Pemeriksaan trombosit termasuk salah satu pemeriksaan hematologi
yang banyak diminta di laboratorium klinik. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan akan data tersebut dalam upaya membantu menegakkan
diagnosis. Dengan meningkatnya permintaan pemeriksaan hitung sel darah maka
pemeriksaan hitung sel trombosit cara manual tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Walaupun demikian, hitung sel darah cara manual masih
dipertahankan. Hal ini disebabkan hitung sel trombosit manual masih merupakan
metode rujukan. Dimana hitung sel secara manual biayanya murah dibandingkan
harga sebuah pemeriksaan hitung sel trombosit secara autoanalyzeryang cukup
mahal
Trombosit dapat dihitung secara langsung maupun tak langsung. Cara
langsung dilakukan secara manual yaitu dengan metode Rees Ecker, Ammonium
Oxalat 1% dan otomatis (automatic cell counter). Ada cara tak langsung yaitu
dengan metode Fonio dan Barbara Brown.
1. Hitung Trombosit Langsung
A. Pra Analitik
a. Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
b. Persiapan sampel: darah kapiler atau EDTA
c. Prinsip
Darah diencerkan dengan larutan pengencer (ammonium oksalat 1 %)
sehingga semua eritrosit dihemolisis. Jika menggunakan Rees ecker
trombosit akan tercat biru muda, karena larutan pengencer
mengandung brilliart cresyl blue. Trombosit dihitung dengan KH
dibawah mikroskop. Hasilnya diperiksa ulang dengan sediaan apus
yang diwarnai dengan MGG.
d. Alat dan bahan Alat:
Pipet eritrosit atau clinipet 20 ml dengan pipet volumetrik 2 ml
Tabung ukuran 75 x 10 m
Kamar hitung improved Neubauer dan kaca penutup
Pipet pasteur
Cawan petri + kertas saring (kapas) basah
Mikroskop Reagen: Larutan pengencer dapat menggunakan
salah satu dari larutan berikut
1. Rees ecker
- Natrium – sitrat ……………………........ 3,8 g atau
( 3,8 g)
- Brilliant cresyl blue ………………......... 0,1 g ( 30
mg )
- Farmaldehid 40 % …………………........ 0,2 ml ( 2
ml )
- Aquades …………………………........... 100 ml (ad
100 ml )
Saringlah sebelum digunakan.
2. Ammonium Oksalat 1 % ( 40 C )
Simpan dalam lemari es dan saringlah sebelum digunakan.
B. Analitik. Cara Langsung.
a. Membuat Pengenceran
Cara pipet Dengan pipet eritrosit darah diisap sampai tanda 1 dan
encerkan dengan larutan pengencer sampai tanda 101
( pengenceran 1 : 100 ). Mulai saat ini trombosit harus dihitung
dalam waktu 30 menit agar tidak terjadi disintegrasi sel-sel
trombosit. Homogenkan selama 3-5 menit jika menggunakan
Rees Ecker dan selama 10-15 menit jika menggunakan
ammonium oksalat 1% ( dapat digunakan rotator )
2. Cara Tabung Dibuat pengenceran 1 : 100 dengan memasukkan
darah 20 µl ke dalam larutan pengencer sebanyak 1.98 ml dalam
tabung suspensi di campur selama 10-15 menit, dapat
menggunakan rotator dengan menutup tabung memakai parafilm
terlebih dahulu.
b. Mengisi Kamar Hitung ( KH ).
- Kaca penutup KH diletakkan pada tempatnya. KH harus
dalam keadaan bersih dan kering.
- Isilah KH dengan darah yang sudah diencerkan tadi
dengan menggunakan pipet Pasteur. Pengisian KH harus
diulang bila terjadi hal-hal di bawah ini : Terlalu banyak
cairan yang masuk sehingga mengisi parit KH. KH tidak
sepenuhnya terisi. Terdapat gelombang udara dalam KH.
- Bila menggunakan pipet lekosit sebelum pengisian KH
buanglah 4 tetes pertama dan letakkan ujung pipet pada
KH tepat batas kaca penutup . Isikan ke dalam KH
tersebut pada tetesan yang ke-lima.
- Untuk hitung trombosit, KH yang telah diisi dimasukkan
ke dalam cawan petri tertutup yang telah terisi kapas atau
kertas saring basah dan dibiarkan selama 15-20 menit
agar trombosit dalam KH mengendap dan tidak terjadi
penguapan.
c. Menghitung Jumlah Trombosit
Untuk hitung trombosit, dihitung semua trombosit yang ada pada
bidang besar di tengah kamar hitung. Luas bidang yang dihitung
adalah 1 x 1 mm 2, sehingga volumenya 1 x 1 x 0,1 = 0,1 mmk
atau µl. Dengan perbesaran objektif 10 kali dan okuler 40 kali.
Trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda /
bila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau
koma, tersebar atau bergerombol bila menggunakan larutan Rees
Ecker. Bila menggunakan larutan ammonium oksalat, trombosit
tampak bulat, bulat telur dan berwarna lila terang. Bila fokus
dinaikkan –diturunkan tampak perubahan yang bagus, mudah
dibedakan dengan kotoran karena sifat refraktilnya.
d. Perhitungan Jumlah trombosit = jumlah trombosit yang dihitung x
faktor dibagi dengan pengenceran volume yang dihitung Bila
jumlah trombosit dalam bidang besar di tengah adalah N maka :
Jumlah trombosit = N x100 : 0,1 l = 1000 N / µl atau N x 109 / L
C. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung
Jumlah trombosit di dalam darah dinyatakan normal jika berjumlah
150.000-450.000trombosit /µL darah. Jumlah kurang dari 150.000
trombosit /µL darah disebut dengan trombositopenia, sedangkan jumlah
lebih dari 450.000 trombosit /µL darah disebut dengan trombositosis.
2. Hitung Trombosit Tak Langsung
A. Prinsip
Pemeriksaan hitung trombosit cara tidak langsung menggunakan prinsip
Jumlah trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit pada hapusan darah
dengan
cara dibandingkan dengan jumlah eritrosit dalam 1mm3 darah.
B. Tujuan
Tujuan Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung adalah untuk
mengetahui jumlah trombosit per mikroliter darah.
C. Alat dan bahan
Pada pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Tidak Langsung digunakan alat-
alat sebagai berikut ;
- Kaca objek,
- Pipet Pasteur,
- Mikroskop.
Hitung jumlah trombosit cara tidak langsung dilakukan dengan
membandingkan jumlah trombosit per 1000 eritrosit pada hapusan darah
dengan jumlah eritrosit dalam 1mm3 darah. Oleh karena itu pada metode
ini juga dilakukan hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan alat-alat
sebagai berikut ;
- Mikropipet 10μL,
- Mikropipet 1000 μL,
- Tip kuning,
- Tip biru,
- Tabung reaksi,
- Bilik hitung Improved Neubauer,
- Mikroskop.
Bahan yang digunakan adalah darah EDTA, sedangkan reagensia yang
digunakan adalah
- Pewarna Giemsa,
- Larutan metanol dan
- Larutan Hayem untuk menghitung jumlah sel eritrosit.
D. Prosedur pemeriksaan hitung trombosit cara tidak langsung
E. Interpretasi hasil
Jumlah trombosit di dalam darah dinyatakan normal jika berjumlah
150.000-450.000 trombosit /µL darah. Jumlah kurang dari 150.000
trombosit /µL darah disebut dengan trombositopenia, sedangkan jumlah
lebih dari 450.000 trombosit /µL darah disebut dengan trombositosis.
3. Htiung Trombosit Menggunakan Alat Otomatis
A. Prinsip
1. Metode Impedans
Alat otomatisasi dengan metode impedance, menghitung sel
berdasarkan ukuran sel. Pada metode electrical impedance sel dihitung
berdasarkan ukuran sel. Sel dalam darah akan melewati orifice/celah,
dimana sel yang tersebut akan melewati celah satu persatu dan
mengganggu aliran listrik ketika melewati celah. Besar gangguan aliran
listrik sebanding dengan ukuran sel.
2. Metode Flow cytometri
Pengukuran jumlah dan sifat sel yang dibungkus oleh aliran cairan
yang melewati celah sempit, sel dialirkan melalui celah tersebut
sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu persatu, melewati sinar
laser, dimana absorbansi setiap sel akan diukur dengan melalui
beberapa sudut sehingga dapat diketahui granula, diameter sel serta
kompleksitas intra sel .
3. Metode Flouresensi Flowsitometri
Alat otomatisasi metode flouresensi flowsitometri mempunyai prinsip
seperti alat flowsitometri, hanya saja dilakukan penambahan reagensia
flowresensi untuk menghitung sel spesifik. Pewarnaan flowresensi
akan menginformasikan rasio inti sel dan plasma dari setiap sel yang
diwarnai, sehingga berguna dalam membedakan sel trombosit, eritrosit
berinti dan retikulosit.
B. Tujuan
Tujuan Pemeriksaan Hitung Trombosit menggunakan alat otomatisasi
adalah untuk mengetahui jumlah trombosit per mikroliter darah.
C. Alat
Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung dilakukan dengan
menggunakan; alat otomotatisasi seperti, Sysmex KX-21, Medonix,
Sysmex XE-5000, ADVIA 120 dan lain-lain. Pada penggunaan alat
otomatisasi bahan yang diperlukan adalah sampel darah EDTA,
reagensia dari alat otomatisasi tersebut serta bahan control. Bahan
kontrol terdiri dari tiga level, yaitu low, normal dan high. Bahan kontrol
low memilikinilai hasil pemeriksaan dibawah
nilai normal, bahan kontrol normal memiliki hasil pemeriksaan di dalam
batas nilai normal, dan bahan kontrol high memiliki hasil pemeriksaan
diatas nilai normal. Ketiga kontrol tersebut harus dikerjakan sebelum
sampel dikerjakan untuk memastikan bahwa alat dapat mampu
menghitung sel dalam batas nilai rendah, normal dan tinggi
D. Prosedur
Pada modul ini akan dijelaskan cara kerja pemeriksaan hitung jumlah
trombosit menggunakan alat Sysmex KX-21.
1. Menyalakan alat
a. Sambungkan kabel power pada stabilisator (stravo).
b. Nyalakan alat ( saklar on/off yang berada pada sisi kanan bawah
alat)
c. Alat akan melakukan auto clean sendiri.
d. Secara otomatis alat akan melakukan pemeriksaan latar belakang.
e. Pastikan alat berada pada posisi siap ( ready )
2. Menjalankan bahan control
a. Pastikan alat dalam status Ready, kemudian tekan tombol (Select)
Tekan tombol
b. Unuk memilih “ 2. Quality Control “
c. Pada layar QC, tekan tombol ( Sample No) untuk memilih nomor
file (Control Level) yang dikehendaki, kemudian tekan tombol (
Enter )
d. Tekan tombol (1) untuk memilih (1. QC Analayze) dan layar
Control Analisis akan tampil.
e. Homogenisasikan bahankontrol yang akan diperiksa dengan baik.
f. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan
ujung probe menyentuh dasar botol darah kontrol agar tidak
menghisap udara.
g. Tekan Start Switch untuk memulai proses
h. Tarik botol bahankontrol dari bawah probe setelah terdengar
bunyi Beep dua kali.
i. Setelah hasil tertampil pada layar, tekan tombol (1) untuk
menyimpan atau (2) untuk menolak hasil kontrol tersebut.
j. Tekan (3) untuk memilik (3.Print) agar hasil kontrol tercetak.
3. Melakukan pemeriksaan darah dengan Whole Blood (WB) Mode
a. Pastikan alat dalam status Ready, kemudian tekan tombol
(Sample No) untuk memasukakkan nomor identitas darah sampel,
kemudian tekan tombol (Enter).
b. Homogenisasikan darah sampel yang akan diperiksa dengan baik.
c. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan
ujung probe menyentuh dasar botol darah sampel agar tidak
menghisap udara.
d. Tekan Start Switch untuk memulai proses
e. Tarik botol darah sampel dari bawah probe setelah terdengar
bunyi Beep dua kali.
f. Hasil akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak pada
kertas printer.
4. Melakukan pemeriksaan darah dengan Pre-Diluted Mode
(digunakan ketika volume sampel sedikit
a. Lakukan pengenceran darah sampel dan cairan cellpack dengan
perbandingan 1:26, 20 µL darah sampel dilarutkan dengan
500µL cellpack.
b. Pastikan alat dalam status Ready, Jika sistem tidak pada Pre-
Diluted Mode tekan tombol (Mode) untuk mengubah Analysis
Mode dan gunakan tombol(Left/Right) untuk memilih (Pre-
Diluted), kemudian tekan tombol (Enter)
c. Pastikan alat dalam status Ready, kemudian tekan tombol
(Sample No) untuk memasukkan nomor identitas darah sampel,
kemudian tekan tombol (Enter).
d. Homogenisasikan darah sampel yang akan diperiksa dengan baik.
e. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan
ujung probe menyentuh dasar botol darah sampel agar tidak
menghisap udara.
f. Tekan Start Switch untuk memulai proses
g. Tarik botol darah sampel dari bawah probe setelah terdengar
bunyi Beep dua kali.
h. Hasil akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak pada
kertas printer
INTERPRETASI HASIL
Jumlah trombosit di dalam darah dinyatakan normal jika berjumlah
150.000 450.000 trombosit / µL darah. Jumlah kurang dari 150.000
trombosit / µL darah disebut dengan trombositopenia, sedangkan jumlah
lebih dari 450.000 trombosit / µL darah disebut dengan trombositosis.
Pemeriksaan hitung trombosit dapat dilaporkan ketika sebelum
pemeriksaan sampel, bahan kontrol memasuki rentang nilai sesuai kit dan
tidak terdapat tanda peringatan pada alat hematology analyzer. Apabila
terjadi ketidaksesuaian pada saat pemeriksaan, alat akan memberikan
peringatan dengan memberikan tanda/flagging. Ketika tanda flagging
tampak pada monitor, maka ATLM harus menindaklanjuti sebelum
mengeluarkan hasil. Contoh tanda flagging pada alat Sysmex KX-21
terkait pemeriksaan hitung jumlah trombosit :
PL : frekuensi relatif dari PLT-LD (platelet lower discriminator)
melewati atas
PU : frekuensi relatif dari PLT-UD (platelet upper discriminator)
melewati batas
Dewi, R. M., Herlisa, A., & Joko, T. I. (2017). PERBEDAAN HITUNG JUMLAH
TROMBOSIT METODE IMPEDANSI, LANGSUNG DAN BARBARA BROWN.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Wulandari, A., Zulaikah, S., 2012. Perbandingan Antara Hitung Trombosit Dengan Alat
Hitung Otomatis Dan Cara Manual Tidak Langsung. Jurnal
Healthy Science.
Suharyanto. 2017. Perbedaan Jumlah Trombosit Cara Automatik Berdasarkan Metode Optik
dan Impedansi. Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah. Semarang.
Praptomo, Agus Joko,2018 Perbandingan hasil pemeriksaan hitung jumlah trombosit metode
langsung (rees ecker),metode tidak langsung (fonio), dan metode
automatik.Jurnal medika : karya ilmiah kesehatan, [s.l.], v. 1, n. 1, p. 1-
12.
Umar, A., dan Muhamad, SA. (2016). Perbedaan Jumlah Trombosit Metode Automatic Dan
Metode Tidak Langsung. Politeknik Bina Husada Kendari.
Sari, CR., dkk. (2017). Pola Jumlah Trombosit Pasien Infeksi Virus Dengue Yang Dirawat Di
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sari Pediatri. Vol.19
No.1.
Masihor, JJ.,dkk. (2013). Hitung Jumlah Trombosit Dan Hitung Jumlah Leukosit Pada
Pasien Anak Demam Berdarah Dengue. Jurnal e-Biomed. Vol.1 No.1.
Hardisari, R. (2018). Perbedaan Hasil Jumlah Trombosit Pada Darah K3EDTA Yang
Disimpan Di Suhu Kamar - C Dan Lemari ES - C Selama 2 Jam.Jurnal Teknologi
Kesehatan.Vol.14 No. 1 pp. 1-4
SOAL
1. Perhitung sel trombosit manual cara langsung, dapat dilakukan menggunakan larutan …
a. Turk
b. Hayem
c. Amonium oxalate
d. EDTA
e. New methilen blue
2. Cara pipet Dengan pipet eritrosit darah diisap sampai tanda 1 dan encerkan dengan
larutan pengencer sampai tanda 101 yaitu pengenceran……
a. Pengenceran 1 : 100
b. Pengenceran 1 : 200
c. Pengenceran 1 : 25
d. Pengenceran 1 : 50
e. Pengenceran 1 : 1000
3. Pewarnaan yang dapat digunakan untuk mewarnai SAD adalah ...
a. Hayem
b. Rees Ecker
c. Amonium oxalat
d. New methilen blue
e. Giemsa
4. Kaca objek yang berlemak dapat menyebabkan sediaan tampak ...
a. Bergaris
b. Berlubang
c. Pendek
d. Terputus-putus
e. Tebal
5. Pada hitung jumlah trombosit cara tidak langsung dilakukan perhitungan sel eritrosit /
μL. Pada hitung sel eritrosit tersebut, digunakan reagensia ...
a. Hayem
b. Rees Ecker
c. Amonium oxalat
d. New methilen blue
e. Giemsa
6. Hitung sel trombosit dapat dilakukan menggunakan alat hematology analyzer. Ketika
perhitungan sel dilakukan berdasarkan ukuran sel, maka alat tersebut bekerja dengan
prinsip ….
a. Impedance
b. Flow cytometri
c. Flowresensi flowcytometri
d. Absorbansi
e. Otomatisasi
7. Untuk memastikan alat dapat melakukan pemeriksaan dengan baik, sebelum melakukan
pemeriksaan hitung sel trombosit menggunakan alat hematology analyzer, seharusnya
dilakukan ...
a. Auto clean
b. Bacground check
c. Pemeriksaan bahan kontrol
d. Mengencerkan sampel dengan diluent
e. Aspirate sampel
8. Beberapa kondisi klinis dapat mempengaruhi hasil hitung jumlah trombosit
menggunakan alat otomatisasi, keadaan yang dapat menyebabkan hasil trombositosis
adalah, kecuali……….
a. Pseudotrombositopenia
b. Sel mikrositik
c. Giant trombosit
d. Trombosit megaloblastik
e. Aggregasi trombosit
9. Hitung sel trombosit dapat dilakukan menggunakan alat hematology analyzer. Ketika
perhitungan sel dilakukan berdasarkan jumlah dan sifat sel, maka alat tersebut bekerja
dengan prinsip ….
a. Impedance
b. Flow cytometri
c. Flowresensi flowcytometri
d. Absorbansi
e. Otomatisasi
10. Hitung sel trombosit dapat dilakukan menggunakan alat hematology analyzer. Ketika
perhitungan sel dilakukan berdasarkan rasio inti sel dan plasma dari setiap sel yang
diwarnai, maka alat tersebut bekerja dengan prinsip ….
a. Impedance
b. Flow cytometri
c. Flowresensi flowcytometri
d. Absorbansi
e. Otomatisasi
MAKALAH HEMOSTASIS
PLASMA RECALFICATION TIME, KADAR FIBRINOGEN, D-DIMER
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
P1337434121005
A. Pendahuluan
Hemostasis (haima=darah, stasis=tetap,berhenti), berarti darah tetap berada
dalam system pembuluh darah. terdapat beberapa komponen dalam mekanisme
hemostasis, yaitu: trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors,
natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua
komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat
yang tepat untuk dapat menjalankan mekanisme hemostasis dengan baik. Interaksi
komponen ini dapat memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik
dan dapat juga menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat
antithrombotik. Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara
faktor prothrombotik dan faktor antithrombotik. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai fisiologik dan patofisiologik serta prinsip pemeriksaan laboratorium dari
masing-masing faktor yang berperan dalam proses hemostasis, seperti faktor vaskuler,
faktor trombosit dan faktor pembekuan serta interpretasi hasilnya. Hemostasis merupakan
mekanisme normal yang dilakukan oleh tubuh untuk menghentikan perdarahan pada
lokasi yang mengalami kerusakan atau luka.Hemostasis ini sebagai respon untuk
menghentikan keluarnya darah yang diperankan oleh spasme pembuluh darah, adhesi,
agregasi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi. Dalam hemostasis terjadi
adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Komponen-komponen tersebut berusaha menjaga agar darah tetap cair dan
tetap berada dalam system pembuluh darah. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah
menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi
dengan baik
a. Prinsip pemeriksaan
Masa rekalsifikasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyusun
fibrin dari plasma rendah trombosit dan Ca" dengan adanya penambahan CaCh.
Sebenarnya masa rekalsifikasi ini digunakan untuk mengetahui adanya kelainan
defisiensi factor intrinsic, yaitu factor pembekuan V, VIII, IX, X, XI, XII, dan
fibrinogen serta protrombin. Reagen yang diperlukan adalah larutan kalsium
klorida 0.025M dan larutan natrium klorida 0.9%.
Fungsi penambahan CaCb adalah untuk mengaktifkan ion Ca yang
berfungsi sebagai katalisator terbentuknya fibrinogen karena Ca mengendap saat
dilakukan pemusingan, padahal Ca ini diperlukan untuk mempercepat
terbentuknya benang fibrin hingga terjadi bekuan.
Pada pemeriksaan masa rekalsifikasi digunakan sampel plasma rendah
trombosit, karena semakin banyak jumlah trombosit maka akan semakin singkat
masa rekalsifikasinya sehingga akan diperoleh hasil masa rekalsifikasi yang
dipercepat.
b. Tujuan pemeriksaan
Pemeriksaan masa rekalsifikasi digunakan untuk mencari adanya
kekurangan faktor – faktor pembekuan dari jalur intrinsik, yaitu faktor
pembekuan V, VIII, IX, X, XI, XII, protombin dan fibrinogen.
c. Alat pemeriksaan
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Stopwatch
- Centrifuge
- Waterbath
d. Bahan pemeriksaan
- NaCl fisiologis
- Plasma sitrat
- CaCl
e. Prosedur kerja pemeriksaan
- Disiapkan alat dan bahan pemeriksaan
- Disiapkan tabung kosong
- Diisi tabung kosong dengan NaCl sebanyak 100µL
- Diisi tabung yang sama dengan plasma sitrat sebanyak 100µL
- Diinkubasi selama 3 menit
- Ditambahkan CaCl seanyak 100µL pada tabung yang sama setiap 30 detik
- Diperiksa tabung tiap penambahan CaCl tiap 30 detik hingga terlihat atau
terjadi jendalan atau belum.
f. Interpretasi hasil pemeriksaan
Nilai normal masa rekalsifikasi berkisar antara 90-250 detik.
g. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu:
- Trauma pasca tindakan bedah
- Infeksi
- Kehamilan, eclampsia
- Penggunaan obat antikoagulan
- Pengambilan sampel terlalu dini
- Sampel lipemik (karena asupan tinggi lemak sebelum diperiksa) dansampel
hemolysis
- Penundaan pemeriksaan setelah beberapa hari
2. Kadar Fibrinogen
Fibrinogen adalah substrat untuk tiga enzim utama: trombin, plasmin, dan
faktor XIIIa. Karena berbagai interaksi fungsional, itu memainkan peran penting
dalam hemostasis. Fibrinogen adalah prekursor yang larut untuk fibrin yang tidak
larut, dan juga mendukung agregasi trombosit. Bekuan fibrin juga mengaktifkan
sistem fibrinolitik; dengan demikian, keseimbangan antara koagulasi dan fibrinolisis
menentukan manifestasi klinis.
DAFTAR PUSTAKA
SOAL
1. Nilai normal kadar fibrinogen adalah berkisar…
a. 160 – 400 mg/dL
b. 120 – 400 mg/dL
c. 140 – 400 mg/dL
d. 130 – 400 mg/dL
e. 150 – 400 mg/dL
2. Nilai normal masa rekalsifikasi berkisar antara…
a. 90-250 detik
b. 90-200 detik
c. 90-150 detik
d. 80-250 detik
e. 80-200 detik
3. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah seseorang memiliki
gangguan pembekuan darah. Gangguan tersebut meliputi: Deep vein thrombosis
(DVT), bekuan darah yang berada jauh di dalam vena. Merupakan tujuan dari
pemeriksaan…
a. Rekalsifikasi bekuan
b. D-dimer
c. Kadar fibrinogen
d. Bekuan darah
e. Hematologi
4. Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium:
- Trauma pasca bedah dan kehamilan trimester ketiga dapat menyebabkan temuan
positif keliru dari peningkatan kadar fibrinogen,
- Hemolisis sampel dapat menyebabkan temuan yang tidak akurat.
- Kontrasepsi oral dan heparin dapat meningkatkan temuan uji.
Pernyataan diatas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan…
a. Kadar fibrinogen
b. Masa rekalsifikasi
c. APTT
d. PTT
e. D-dimer
5. Umumnya sampel yang digunkan untuk pemeriksaan D-dimer adalah…
a. Plasma
b. Plasma heparin
c. Serum
d. Plasma sitrat
e. Urine
6. Digunakan untuk mencari adanya kekurangan faktor – faktor pembekuan dari jalur
intrinsik, yaitu faktor pembekuan V, VIII, IX, X, XI, XII, protombin dan fibrinogen,
merupakan tujuan dari pemeriksaan…
a. Kadar fibrinogen
b. Masa rekalsifikasi
c. APTT
d. PTT
e. D-dimer
7. Substrat untuk tiga enzim utama: trombin, plasmin, dan faktor XIIIa, merupakan
pengertian dari…
a. Fibrinogen
b. Pembuluh darah
c. Globulin
d. Trombosit
e. Eritrosit
8. Pemeriksaan kadar fibrinogen dilakukan untuk melihat aktivitas faktor berikut,
kecuali…
a. XII
b. XI
c. X
d. VIII
e. VII
9. Syarat yang harus dilakukan dalam pemeriksaan masa rekalsifikasi adalah
antikoagulan yang dipakai yaitu Na Sitrat 3,8% dengan perbandingan…
a. 1:10
b. 1:8
c. 1:9
d. 1:7
e. 1:11
10. Pada pemeriksaan kadar fibrinogen, dilakukan proses kalibrasi dengan cara...
a. Mengerjakan reagensia control
b. Membuat kurva Levey Jennings
c. Membaca kurva kontrol menggunakan aturan Wesgard
d. Membuat kurva kalibrasi
e. Mencari nilai tengah hasil pemeriksaan