Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas Rawat Inap Sukamaju adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kesehatan Kota Bandar Lampung yang bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehatan bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat

kesehatan yang optimal. Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat

penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari Upaya

Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan

Wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas

di Indonesia.

Untuk menunjang pelaksanaan fungsi dan penyelenggaraan upayanya,

Puskesmas dilengkapi dengan instrumen manajemen yang terdiri dari:

1. Perencanaan tingkat Puskesmas

2. Lokakarya Mini Puskesmas

3. Penilaian Kinerja Puskesmas Dan Manajemen Sumber Daya

Termasuk alat, obat, keuangan dan tenaga serta didukung dengan

manajemen sistem pencatatan dan pelaporan disebut Sistem Informasi


1
Puskesmas (SIP) dan upaya peningkatan mutu pelayanan antara lain melalui

penerapan Jaminan kualitas.

Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai

melalui Pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang

ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku

hidup sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya seluuruh diwilayah Republik Indonesia.

Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai

“Masyarakat Sehat Yang Mandiri Dan berkeadilan”. Puskesmas merupakan

ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat

mempunyai peran cukup besar dalam upaya mencapai tujuan pembanguan

kesehatan.

Adapun Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) yang di jalankan di

puskesmas sukamaju yaitu, Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan,

Pelayanan Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana, dan

Pencegahan Penyakit Menular. Berdasarkan uraian diatas makalah ini kami

buat bertujuan untuk mencari dan menganalisis permasalahan yang ada di

setiap Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas Sukamaju.

2
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa permasalahan yang ada di program UKM Promosi Kesehatan?

b. Apa permasalahan yang ada di program UKM Kesehatan Lingkungan?

c. Apa permasalahan yang ada di program UKM Pelayanana Gizi?

d. Apa permasalahan yang ada di program UKM Kesehatan Ibu dan Anak?

e. Apa permasalahan yang ada di program UKM Pencegahan Penyakit

Menular?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi tugas blok Community Health Oriented Program (CHOP).

b. Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang ada di program UKM

Promosi Kesehatan.

c. Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang ada di program UKM

Kesehtan Lingkungan.

d. Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang ada di program UKM

Pelayanan Gizi.

e. Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang ada di program UKM

Kesehatan Ibu dan Anak.

f. Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang ada di program UKM

Pencegahan Penyakit Menular.

3
BAB II

TEORI

2.1 PUSKESMAS

2.1.1 Definisi

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten

atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.1.2 Geografi

Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sukamaju terletak di Kecamatan

Teluk Betung Timur Kota Bandar Lampung, meliputi 3 kelurahan binaan,

yaitu Kelurahan Sukamaju dan Kelurahan Keteguhan dan Kelurahan Way

Tataan. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sukamaju

adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Perwata dan Kelurahan Kota

Karang.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukajaya Lempasing Kabupaten

Pesawaran.

3. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Lampung.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bakung.

4
Tabel 2.1 Luas dan Batas Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sukamaju

NO Kelurahan LUAS (Ha) KEADAAN ALAM


Pemukiman,perkebunan,
1. Keteguhan 364 Ha
sarana umum, pantai
Pemukiman, sarana
2. Sukamaju 412 Ha
umum, perkebunan dan pantai
Pemukiman, sarana
3 Way Tataan 377 Ha
um, perkebunan dan pantai
JUMLAH 1153 Ha

Gambar 2.1 Peta Wilayah Puskesmas Sukamaju

2.1.3 Demografi

Untuk jumlah penduduk yang berkaitan dengan program kesehatan

dapat dilihat dari proyeksi penduduk di tahun 2016, yaitu:

5
Tabel 2.2 Penduduk di wilayah Puskesmas Rawat Inap Sukamaju di tahun 2016

menurut Proyeksi Dinkes Kota Bandar Lampung.

Kel. Kel. Kel. Way Puskesmas


SASARAN
Keteguhan Sukamaju Tataan Sukamaju

JUMLAH
12251 2969
PENDUDUK 4486 19706
LAKI-LAKI 6361 2320 1552 10233
PEREMPUAN 5890 2166 1417 9473
BAYI 225 82 54 361
LAKI-LAKI 115 42 28 185
PEREMPUAN 110 40 26 176
BALITA 1135 416 275 1826
LAKI-LAKI 595 217 145 957
PEREMPUAN 540 199 130 869
BATITA 702 199 171 1072
LAKI-LAKI 368 76 90 534
PEREMPUAN 334 123 81 538
BBLR 25 9 6 40
LAKI-LAKI 13 5 3 21
PEREMPUAN 12 4 3 19
APRAS 910 333 220 1463
LAKI-LAKI 480 175 117 772
PEREMPUAN 430 158 103 691
ANAK USIA 1246 457 302
SEKOLAH 2005
LAKI-LAKI 660 241 161 1062
PEREMPUAN 586 216 141 943
REMAJA 4440 3050 2019 9509
LAKI-LAKI 432 1576 1055 3063
PEREMPUAN 4008 1474 964 6446
PUS 8330 3050 2019 13399
BUMIL 250 92 61 403
BURISTI 52 19 13 84

6
BULIN 236 86 57 379
BUSUI 450 165 109 724
WUS 2710 992 657 4359
LANSIA 45-59 1007 369 244 1620
LAKI-LAKI 523 191 128 842
PEREMPUAN 484 178 116 778
LANSIA 60-69 510 187 124 821
LAKI-LAKI 265 97 65 427
PEREMPUAN 245 90 59 394
LANSIA >=60 760 278 185 1223
LAKI-LAKI 381 140 92 613
PEREMPUAN 379 138 93 610
LANSIA >=70 92 33 23 148
LAKI-LAKI 48 17 12 77

2.1.4 Sumber Daya

a. Sumberdaya manusia

Tabel 2.3 Sumber daya Ketenagaan Kesehatan di Puskesmas Rawat Inap

Sukamaju Tahun 2016

JENIS YANG STATUS


NO KEKURANGAN KETERANGAN
KETENAGAAN ADA KEPEGAWAIAN

1 S2/KM 1 PNS
2 Dokter Umum 3 3 Kontrak Pemda
3 Dokter Gigi 2 PNS
Apoteker PNS
Nurse 2 PNS
Sarjana
Keperawatan 1 PNS
4 Sarjana/D4 2 PNS
5 Sarjana/D3
a. Sarjana Lain 0
PNS & Kontrak
b. Akper 13 Pemda (9) Rawat Inap
c. Akbid 5 PNS &PTT

7
d. AKL 1 PNS
e. Akademi Gizi 1 PNS
f. Akademi Analis 0
g. Akademi Kes.
Gigi 1 1 PNS
h. Kesehatan
Masyarakat 2
6 TU 1 PNS & TKS 1 TKS
7 Perawat ( SPK ) PNS
8 Bidan PNS
9 Perawat Gigi 0 PNS
Pengelola Obat
10 (SMF) 1 PNS
11 Analis Kesehatan 2 PNS
12 Pekarya Kesehatan 1 PNS
13 Tenaga Akutansi 1 Kontrak Pemda
14 Administrasi 2 Kontrak Pemda
15 Pembantu perawat 0
16 Penjaga Malam 0
17 Supir Ambulance 2 Honor Puskesmas
18 Cleaning Service 2 Honor Puskesmas
Jumlah 44 3

b. Sumberdaya Obat Dan Perbekalan Farmasi Lainnya

Perbekalan farmasi terdiri dari obat-obatan, perbekalan farmasi

untuk keperluan kesehatan gigi, perbekalan farmasi untuk kebidanan,

perbekalan farmasi untuk rawat inap pasien, perbekalan untuk keperluan

tindakan medis BP umum dan perbekalan untuk keperluan laboratorium

.Sedangkan sumber perbekalan farmasi berasal dari perbekalan farmasi

untuk Pelayanan Kesehatan dasar (PKD), dan perbekalan farmasi dari

Program Kesehatan lainnya dan pengadaan sendiri.

8
Adapun pengadaan (pengambilan) perbekalan farmasi dilakukan di

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dimana

waktunya sesuai dengan sumber dari perbekalan tersebut. Untuk

perbekalan farmasi dari PKD diadakan 3 bulan sekali (4 kali setahun),

dan perbekalan dari program kesehatan lainnya disesuaikan dengan

pelaksanaan program kesehatan tersebut. Untuk pengadaan sendiri

disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.

c. Peralatan Kesehatan

Adapun peralatan kesehatan meliputi peralatan medis umum

(seperti: stetoskop, tensimeter, bermacam-macam pinset, tang dan

lainnya), peralatan untuk kesehatan gigi (seperti tang, bor, kursi gigi, dan

lainnya), peralatan kebidanan (seperti: doppler, bed ginekolog, dan

lainnya), Peralatan laboratorium (seperti Haemometer set,

haemocytometer set, mikroskop dan lainnya).

d. Sumber Pembiayaan

Adapun sumber daya keuangan Puskesmas Rawat Inap Sukamaju

untuk tahun 2015 adalah BPJS, PPKM KOTA BANDAR LAMPUNG,

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dan APBD II. Diproyeksikan

tahun 2016 pembiayaan berasal dari BPJS Kesehatan, Pelayanan

Kesehatan Masyarakat Kota B.Lampung, Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK), dan APBD II.

9
e. Sarana Dan Prasarana

Secara umum, sarana dan prasarana Puskesmas Rawat Inap

Sukamaju didapat dari beberapa sumber, seperti hibah masyarakat,

bantuan dari Pemda Tingkat II, Dinas Kesehatan, dan lainnya.

Sedangkan pengadaannya dimulai dari tahun 2008 hingga tahun 2015.

Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah:

Tabel 2.4 Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Rawat Inap Sukamaju

Tahun 2015.

NO SARANA 2015
1 Puskesmas Rawat Jalan 1
2 Unit Gawat Darurat 1
3 Puskesmas Rawat Inap
a. Rawat Inap 11 tempat tidur
b. Persalinan 3 tempat tidur
c. Ruang VK 1
4 Gudang Obat 1
5 Rumah Dinas 1
6 Mobil Ambulance 1
7 Motor 7
8 Ruang Tunggu Rawat Inap 1
9 Toilet Pengunjung Rawat Inap 2
10 Tempat Parkir Motor Petugas 1
11 Generator Listrik 1
12 Puskesmas Pembantu 2
Jumlah 20

f. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat di bidang kesehatan dapat dilihat dari

adanya beberapa usaha kesehatan bersumber daya masyarakat seperti

poskeskel, dimana sejak dengan tahun 2015 telah ada 3 buah poskeskel
10
yang ada di Kelurahan Keteguhan, Kelurahan Sukamaju dan Kelurahan

Way Tataan.

No Kelurahan Poskeskel
1 Keteguhan 1
2 Sukamaju 1
3 Way Tataan 1

Selain itu peran serta masyarakat dibidang kesehatan dapat dilihat

pada kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Susunan Baru,

setiap posyandu mempunyai kader yang berjumlah 4-5 orang. Adapun

data jumlah posyandu di wilayah kerja Puskesmas Susunan adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.5 Distribusi Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap

Sukamaju Tahun 2015

Jumlah
No Kelurahan Nama Posyandu Status
Posyandu
Teratai 1 Aktif
Teratai 2 Aktif
1 Keteguhan 6
Teratai 3 Aktif
Teratai 4 Aktif
Teratai 5 Aktif
Teratai 6 Aktif
Widuri 1 Aktif
Widuri 2 Aktif
2 Sukamaju 4
Widuri 3 Aktif
Widuri 4 Aktif / Mandiri
Wijaya Kesuma 1 Aktif
3 Way Tataan 2
Wijaya Kesuma 2 Aktif
Jumlah 12

11
Peran serta masyarakat lainnya adalah dengan adanya Posyandu

lansia sebanyak 3 posyandu lansia di Kelurahan Keteguhan, Kelurahan

Sukamaju dan Kelurahan Way Tataan yang masing-masing 1 buah

Posyandu lansia.

Jumlah
No Kelurahan Posyandu Nama Posyandu Status
Lansia
1 Keteguhan 1 Aktif
2 Sukamaju 1 Aktif
3 Way Tataan 1 Aktif
Jumlah 3

2.2 PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN

2.2.1 Definisi

Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses atau upaya

pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara, meningkatkan dan

melindungi kesehatannya. Promosi kesehatan merupakan upaya puskesmas

melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit

dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya

secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber

masyarakat.

Promosi keshatan tidak dapat lepas dari media karea mellaui media,

pesan-pesan disampaikan dnegan mudah dipahami dan lebih menarik. Media

juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi,


12
mempermudah pengertian. Di samping itu, dapat mengurangi komunikasi

yang verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran

dapat mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi

perilaku sesuia dengan pesan-pesan yang disampaikan. Metode mengajar

dan alat belajar seperti leaflet, poster, video banyak dipakai dlam praktik

promosi kesehatan.

2.2.2 Tujuan

Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan

agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai

bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik

masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi

mengancam, secara mandiri. Di samping itu, petugas kesehatan puskesmas

diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat

untuk melakukan PHBS.

2.2.3 Strategi

Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No. 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi

Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No.1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan adalah:

a. Pemberdayaan

b. Bina Suasana

c. Advokasi

13
d. Kemitraan

Berdasarkan strategi besar tersebut di atas maka strategi promosi

kesehatan puskesmas juga dapat mengacu strategi dasar tersebut dan dapat

dikembangkan sesuai sasaran, kondisi puskesmas dan tujuan dari promosi

tersebut.

2.2.4 Sasaran

a. Sasaran Primer

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat di kelompokan

menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan

menyusui anak untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak) serta anak

sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagainy. Sasaran promosi ini

sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.

b. Sasaran sekunder

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki

kaitan serta berpengaruh penting dalam promosi kesehatan, dengan

harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut

akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi

kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat

yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat

menjadi model dalam prilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

14
c. Sasaran Tersier

Sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah membuat keputusan

atau penentu kebijakan. Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar

kebijakan-kebijakan atau keptusan yang dikeluarkan oleh kelompok

tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran

sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi

advokasi.

2.2.5 Ruang Lingkup

a. Promosi kesehatan pada aspek promotif

Sasaran: kelompok orang sehat.

Tujuan: agar tetap sehat dan meningkatkan kesehatannya.

b. Promosi kesehatan pada aspek preventif

Sasaran: kelompok berisiko tinggi (bumil, bulin, lansia, dan lain-lain).

Tujuan: tidak jatuh sakit.

c. Promosi kesehatan pada aspek kuratif

Sasaran: kelompok penderita penyakit.

Tujuan: sembuh dan tidak menjadi parah.

d. Promosi kesehatan pada aspek rehabilitative

Sasaran: penderita yang baru sembuh.

Tujuan: agar segera pulih kesehatannya.

15
2.2.6 Kegiatan UKM Promosi Kesehatan Puskesmas Sukamaju

a. Penyuluhan (12 kali dalam setahun)

b. Pendataan sasaran program dan survey rumah tangga berPHBS (2 kali

dalam setahun)

c. Pembinaan poskeskel (4 kali dalam setahun)

d. Penyuluhan PSN melalui mobil kesehatan (2 kali dalam setahun)

e. Promosi Abat (SD), kespro (SMP dan SMA) dan survey pengetahuan

kompremensif HIV pada remaja (1 kali dalam setahun)

f. Pelatihan kader poskestren (1 kali dalam setahun)

g. Pembinaan poskestren (1 kali dalam setahun)

2.3 PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2.3.1 Definisi

Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization)

adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan

lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi: penyediaan air minum,

pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan

sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan/pengendalian pencemaran

tanah oleh manusia, higiene makanan termasuk higiene susu, pengendalian

pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian

kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek kesehatan lingkungan dan

transportasi udara, perencanaaan daerah perkotaan, pencegahan kecelakaan,

16
rekreasi umum dan pariwisata, tindakan–tindakan sanitasi yang

berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan

perpindahan penduduk, tindakan pencegahan yang diperlukan untuk

menjamin lingkungan. (Health Word Organization)

2.3.2 Program UKM Kesling Puskesmas Sukamaju di antaranya

a. Pemeriksaan jentik nyamuk berkala (1 tahun empat kali)

b. Kunjungan rumah pasien klinik sanitasi

c. Pemberantasan sarang nyamuk 35%/KK/Kelurahan

d. Inspeksi sanitasi jamban

e. Inspeksi sumber air bersih

f. Inspeksi tempat pengolahan makanan

( Mentri Kesehatan RI, 1990)

Dari data yang kami dapat dari 3 bualn terakhir bahwa kasus Diare ini

sangat tinggi yaitu :

September : 52 kasus

Oktober : 25 kasus

November : 28 kasus

Jadi kasus selama 3 bulan terakhir berkisar 105 kasus di Kelurahan

sukamaju, hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat Indonesia, di dunia sekitar 6 juta anak meninggal tiap

tahun karena penyakit diare.

Kejadian diare di puskesmas sukamaju, kelurahan sukamaju masih

cukup tinggi di bandingkan dengan kelurahan lain hal ini disebabkan

17
Karena kurangnya jamban yang layak pakai, keadaan sanitasi yang kurang

baik dan kurangnya sumber air dan makanan bersih serta kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang cuci tangan yang baik.

2.4 PELAYANAN GIZI

2.4.1 Definisi

Menurut Kemenkes 2013, pelayanan gizi adalah suatu upaya

memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok,

individu, atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi

pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan

evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan

optimal dalam kondisi sehat atau sakit.

Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di

Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non

Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik

dan sensitive, sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan

sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam

pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting. Dalam pelaksanaan

pelayanan gizi di puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga

dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses

penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan

apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu

sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).

18
2.4.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Menanggulangi masalah Gizi dan meningkatkan Status Gizi Masyarakat

b. Tujuan Khusus Tujuan Khusus

1) Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan

seluruh anggota untuk mewujudkan perilaku gizi yang baik dan

benar

2) Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status guzu warga

daru berbagai institusi pemerintag dan swasta

3) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan oetugas gizi dalam

merencanakan, melaksanakan, membina, memantau dan

mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat

4) Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi

masyarakat

5) Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan dan pelaporan gizi dan

tersediaya situasi pangan dan gizi

2.4.3 Sasaran

Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok yang berisiko

menderita kelainan gizi, antara lain:

a. Bayi, balita, anak prasekolah dan anak usia sekolah

b. Wanita usia subur

c. Semua penduduk daerah rawan gizi

d. Semua anak dan dewasa yang mempunyai masalah gizi

19
e. Pekerja berpenghasilan rendah

2.4.4 Indikator UKM Gizi di Puskesmas Sukamaju

UKM gizi di Puskesmas Sukamaju meliputi berbagai indikator, yaitu

sebagai berikut :

a. Balita gizi buruk yang mendapat perawatan

b. Balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

c. ASI ekslusifi

d. Terpenuhinya asupan garam iodium rumah tangga

e. Pemberian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan

f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa

kehamilan

g. Ibu hamil kurang energi protein mendapat makanan tambahan

h. Balita kurus mendapat makanan tambahan

i. Pemberian tablet tambah darah pada remaja

j. Pemberian vitamin A pada ibu nifas

k. Bayi mendapatkan IMD sesaat setelah lahir

l. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

m. Balita mempunyai KMS

n. Balita yang ditimbang berat badannya naik

o. Balita yang ditimbang tidak naik berat badannya

p. Balita yang ditimbang tidak naik berat badannya selama 2 kali berturut-

turut

q. Balita Dibawah Garis Merah

20
r. Ibu hamil anemia

2.5 PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)

2.5.1 Definisi

Program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas

utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab

terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi

neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan

kejadian sakit pada ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan

menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal di tingkat

pelayanan dasar dan pelayanan rujuk primer (Colti S & Elviera G, 2012).

Kesehatan ibu dan anak (KIA) mengacu pada status kesehatan dan

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada perempuan dan anak-anak,

penekanannya pada perempuan dalam peran mereka sebagai ibu (melahirkan

dan membesarkan anak) dan anak-anak, terutama berfokus pada

kelangsungan hidup sehat dari bayi dan anak kecil.

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan yang saat ini terjadi dinegara Indonesia. Derajat kesehatan

anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi

penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkann dalam

meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah

kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan

pembangunan bangsa (hapsari 2004).

21
Dalam menentukan derajat kesehatan di indonesia, terdapat beberapa

indikator yang dapat digunakan, antara lain angka kematian bayi, angka

kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.

2.5.2 Tujuan

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang

optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak

untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan

bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Tujuan khusus:

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku),

dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan

teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,

Posyandu dan sebagainya.

2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah

secara mandiri di dalam lingkungan keluarga.

3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.

4. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan

seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak

prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya (

prasetyawati, arsita eka 2012).

22
2.5.3 Program Kesehatan Ibu dan anak

Program UKM pada kesehatan ibu dan anak di Puskesmas rawat inap

Sukamaju Teluk Betung Timur diantaranya:

1. Program ANC

2. Deteksi risti ibu hamil

3. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

4. Rujukan kasus risti ibu hamil

5. Pemeriksaan BBL (neonatus), bayi dan balita

6. Penanganan neonatal yang beresiko

7. Pelayanan kesehatan bayi umur 1 bulan sampai 1 tahun

8. Pelayanan kesehatan balita

9. Pelayanan kesehatan pra sekolah

2.5.4 Kehamilan

A. Definisi

Kehamilan (WHO) adalah kondisi dimana berkembangnya fetus

atau embrio didalam tubuh setelah penyatuan sel telur dan sprematozoa.

Kehamilan graviditas dimulai dengan konsepsi dan berakhir dengan

permulaan kehamilan (Winkjosastro, 2009).

B. Pertumbuhan Janin

Umur janin yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi

atau karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi sekurang-

kurangnya dari saat ovulasi. Berikut pertumbuhan janin pada akhir tiap

bulan yang terbagi menjadi tiga trimester.

23
1. Trimester I

Sudah ada pusat-pusat pertualangan, kuku dan jenis kelamin sudah dapat

ditentukan. Janin sudah bergerak tapi belum dapat dirasakan oleh ibu.

Bentuk wajah ditentukan. Janin sudah bergerak tapi belum dapat

dirasakan oleh ibu. Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan dihitung

kecil. Jari-jari tangan dan kaki yang mungil terpisah penuh, usus bayi

telah berada di dalam rongga perut. Akibat meningkatnya volume darah

ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm

dan beratnya 14 gram. Mulai proses penyempurnaan seluruh organ

tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter setiap hari. Jari kaki dan

tangan mulai terbentuk telinga dan kelopak mata.

2. Trimester II

Kulitnya keriput dan lemak mulai ditimbun di bawah kulit. Kulit tertutup

oleh vernix caseosa yang bermaksud untuk melindungi kulit. Paru-paru

mulai mengambil oksigen walaupun bayi masih menerima oksigen dari

plasenta. Untuk persiapan hidup diluar rahim, paru-paru bayi mulai

menghasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap

mengembang.

3. Trimester III

Kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi. Lapisan

lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi. Ginjal dari

bayi sudah bekerja dengan baik dan livernya pun telah memproduksi

24
kotoran. Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik. Berat badan bayi

2400-2450 gram, dengan tinggi badan 47- 48 cm (Winkjosastro, 2009).

C. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan

1. Perdarahan

2. Bengkak di kaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang kejang

3. Sakit kepala pada ibu hamil yang terus menerus dapat

membahayakan janin.

4. Demam tinggi

5. Keluar air ketuban

6. Gerakan bayi lemah

7. Muntah terus-menerus dan tidak mau makan.

D. Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin,

ialah segera setelah seorang wanita merasakan diri hamil, sehingga bidan

atau dokter mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau

memperbaiki keadaan-keadaan yang kurang memuaskan.

ANC adalah pemeriksaan pengawasan anternal adalah pemeriksaan


kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian
ASI, dan kehamilan kesehatan reproduksi secara wajar.
1. Tujuan utama ANC
Tujuan utama ANC adalah menurunkan/mencegah kesakitan
dan kematian maternal dan perinatal.
Sedangkan tujuan khusus ANC adalah:

25
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan
sosial ibu.
c. Mengenal secara dini adanya, ketidak normalan, komplikasi yang
mungkin terjadi secara hamil termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan,melahirkan dengan
selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar semasa nifas berjalan normal dan
member ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima,
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
2. Kunjungan ANC
Kunjungan ANC pemeriksaan kehamilan sebaiknya di lakukan
paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu:
a. 1 kali pada usia kandungan sebelum 3 bulan (trimester I)

b. 1 kali usia kandungan 4-6 bulan (trimester II)

c. 2 kali pada usia 7-9 bulan (trimester III)

Pemeriksaan pertama di lakukan segera setelah diketahui


terlambat haid, kunjungan ANC yang saint adalah:
a. Setiap bulan sampai kehamilan 28 minggu
b. Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
c. Setiap 1 minggu sejak kehamilan 32 minggu sampai terjadi
kehamilan
d. Pemeriksaan khusus jika ada keluhan tertentu

26
E. Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal

atau SPM untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib

dilaksanakan yaitu:

1. Indikator akses

2. Indikator cakupan ibu hamil

3. Indikator cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

4. Indikator penjaringan dini faktor resiko

5. Indikator penjaringan faktor resiko oleh tenaga kesehatan

6. Indikator neonatal.

F. Cakupan Kunjungan ibu hamil K4 (trimester III)

Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan

petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan

standar 10T dengan frekuenasi kunjungan minimal 4 kali selama hamil,

dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali

dan trimester III minimal 2 kali . Standar 10 T yang dimaksud adalah:

1. timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. pemeriksaan tekanan darah

3. nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas )

4. pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

5. tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus

toksoid (TT) bila diperlukan

27
7. pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8. tes labolatorum (rutin dan khusus)

9. tatalaksana kasus

10. temu wicara (konseling), termasuk perencanaan dan pencegahan

komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan ( Depkes RI, 2009 ).

2.6 PELAYANAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR (P2M)

2.6.1 Definisi

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi

atau toksin, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang

ditularkan / ditransmisikan kepada penjamu (host) yang rentan.

P2M yaitu satu program untuk mengurangi atau memberantas penyakit

menular yang diadakan pada tingkat nasional dan mengikutsertakan tidak

saja semua petugas puskesmas tetapi juga seluruh anggota masyarakat.

2.6.2 Tujuan

1) Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin.

2) Mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang

memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular di suatu tempat.

3) Memberikan proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu agar

terhindar dari penularan penyakit.

2.6.3 Sasaran

1) Ibu hamil, balita, dan anak-anak sekolah ( untuk kegiatan imunisasi)

2) Lingkungan pemukiman masyarakat

28
3) Kelompok - kelompok tertentu masyarakat yang berisisko tinggi.

2.6.4 Program P2M

a. Upaya Pencegahan Penyakit

Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan terhadap

penyakit atau masalah kesehatan pada suatu wilayah, yang kegiatannya

meliputi: pengumpulan, panyajian, analisis data kesakitan dan kematian

panyakit menular dan tidak menular. Oleh sebab itu, adanya penyebab

terjadinya wabah dan bencana yang menjadi masalah kesehatan saat ini

terutama di Indonesia, diperlukan kegiatan surveilans epidemiologi.

Wabah merupakan peningkatan kejadian kesakitan atau kematian,

yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah

penyakit, dan dapat menimbulkan bencana. Sedangkan kejadian luar

biasa (KLB) adalah salah satu status diterapkan di Indonesia untuk

mengklasifikasikan peristiwa menyebabkan suatu wabah penyakit, suatu

kejadian dinyatakan luar biasa jika terdapat :

1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau

tidak dikenal.

2) Peningkatan kejadian penyakit atau kematian dua kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

3) Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukan kenaikan dua kali

lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan

dalam tahun sebelumnya.

29
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Masalah di Pelayanan Promosi Kesehatan

Tabel 3.1 Indikator tunggal PHBS di Kelurahan Sukamaju tahun 2016

No Indikator Rumah Rumah Rumah % Rumah


Dikunjungi Dengan Dengan Dengan
Indikator Indikator Indikator
Memenuhi Memenuhi
1 Persalinan ditolong 972 86 86 100 %
tenaga Kesehatan
2 Bayi diberi Asi 972 165 134 81 %
Eksklusif
3 Menimbang Bayi dan 972 416 416 100 %
balita setiap bulan
4 Menggunakan Air 972 972 972 100 %
Bersih
5 Mencuci Tangan dgn 972 972 972 100 %
sabun & Air bersih
6 Menggunakan Jamban 972 972 972 100 %
Sehat
7 Memberantas Jentik 972 972 913 94 %
Nyamuk dirumah
8 Makan Buah dan sayur 972 972 900 92,6 %
setiap hari
9 Melakukan Aktifitas 972 972 912 93,8 %
Fisik setiap hari
10 Tidak Merokok di 972 972 600 61,7 %
dalam rumah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 972 rumah di

kelurahan Sukamaju, terdapat 5 indikator PHBS yang memenuhi target UKM

Promosi Kesehatan di Puskesmas Sukamaju, yaitu Persalinan ditolong tenaga


30
kesehatan, Menimbang bayi dan balita setiap bulan, Menggunakan air bersih,

Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, dan Menggunakan jamban sehat.

Sedangkan yang belum mencapai target, berturut-turut dari yang

tertinggi sampai terendah yaitu, tidak merokok di dalam rumah sebanyak 600

(61,7%) rumah, bayi diberi ASI eksklusif sebanyak 134 (81%), makan buah

dan sayur setiap hari sebanyak 900 (92,6%), melakukan aktifitas fisik setiap

hari sebanyak 912 (93,8%), dan memberantas jentik nyamuk di rumah

sebanyak 913 (94%).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa masih banyaknya penduduk yang

merokok di dalam rumah. Pada tahun 2008, badan kesehatan dunia (WHO)

telah menetapkan Indonesia sebagai Negara terbesar ketiga sebagai pengguna

rokok. Lebih dari 60 juta penduduk Indonesia mengalami ketidakberdayaan

akibat dari adiksi nikotin rokok, dan kematian akibat mengkonsumsi rokok

tercatat lebih dari 400 ribu orang per tahun. Kebiasaan merokok telah terbukti

merupakan penyebab terhadap kurang lebih 25 jenis penyakit yang menyerang

beragai organ tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah

kanker mulut, esophagus, faring, laring, kanker paru, pancreas dan kandung

kemih. Juga ditemukan penyakit paru obstruktif kronis dan berbagai penyakit

paru lainnya, yaitu penyakit pembuluh darah.

WHO memprediksi bahwa pada tahun 2020 angka kejadian PPOK akan

menempati peringkat 5 sebagai penyakit terbanyak di dunia dan saat ini PPOK

menempati penyebab kematian terbanyak peringkat 5 di Indonesia. PPOK

juga merupakan urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%) di

31
Indonesia, diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan penyakit paru

lainnya (2%). Dikatakan 80-90% kematian pada penderita PPOK berhubungan

dengan merokok. Pada perokok berat kemungkinan untuk mendapatkan PPOK

menjadi lebih tinggi. WHO menyatakan hampir 75% kasus brokitis kronik dan

emfisema diakibatkan oleh rokok. Dilaporkan perokok adalah 45% lebih

berisiko untuk terkena PPOK disbanding yang bukan perokok.

PPOK juga berkaitan dengan banyak jumlah rokok yang dihisap setiap

hari dan kebiasaan merokok yang lama bisa resiko menderita PPOK yang

ditimbulkan akan lebih besar. Resiko terkena PPOK akibat merokok dapat

diketahui melalui penilaian derajat berat merokok seseorang berdasar Indeks

Brinkman (IB), yakni perkalian antara jumlah rata-rata batang rokok yang

dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Dibawah ini kategori

perokok:

1. Perokok ringan : antara 0-200 batang

2. Perokok sedang : antara 200-600 batang

3. Perokok berat : 600 batang atau lebih.

Selain berdampak buruk untuk perokok aktif, merokok juga dapat

memberikan dampak pada perokok pasif. Pada hakikatnya, asap dari

tembakau yang dibakar mempunyai konsentrasi karsinogen yang lebih tinggi

dibandingkan dengan asap yang dieskhalasi oleh perokok. Ia juga

mengandung partikel-partikel yang lebih kecil, yang memudahkannya masuk

ke dalam sel-sel tubuh. Anak-anak khusunya mempunyai efek yang lebih

besar apabila terpapar asap rokok pasif antara lain asma pada anak-anak yang

32
sebelumnya tidak pernah menunjukkan symptom, meningkatkan resiko

Sudden Infant Death Syndrome, bagi anak-anak berusia di bawah 6 tahun

mempunyai resiko infeksi saluran pernafasan bawah seperti pneumonia dan

bronchitis, serta resiko infeksi telinga tengah.

Pada orang dewasa yang tidak pernah merokok, asap rokok pasif bisa

menyebabkan penyakit jantung dan kanker paru. Perokok pasif mempunyai

resiko sekitas 25-30% untuk mendapat penyakit jantung, manakala resiko

untuk mendapat penyakit kanker paru adalah 20-30%. Selain itu, diperkirakan

sebanyak 46000 kematian akibat penyakit jantung pada perokok pasif yang

terpapar dengan asap rokok dan 3400 kematian akibat kanker paru.

Dikarenakan nilai pencapaian target yang diperoleh dari indicator tidak

merokok di dalam rumah merupakan nilai yang terendah serta bahaya dari

merokok yang berdampak pada perokok aktif dan pasif, maka dari itu kami

menagngkat indicator tidak merokok di dalam rumah sebagai pokok bahasan

di UKM Promosi Kesehatan di Puskesmas Sukamaju.

Telah diketahui salah satu kegiatan dari promosi kesehatan di puskemas

sukamaju adalah penyuluhan. Penyuluhan tentang merokok dilakukan 1 kali

dalam 1 bulan pada siswa/siswi SD.

3.2 Masalah di Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3.2.1 Menggunakan Jamban Sehat

Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan

resiko penyakit diare, penggunaan jamban yang tidak teratur akan

33
mempermudah penularan coliform dan colitinja melalui vector lalat yang

hinggap dimakanan yang dikonsumsi. Jamban yang memiliki jarak <10 m

dari sumber air dapat juga berpotensi pencemaran sumber air.

Syarat jamban yang memenuhi aturan kesehatan adalah:

a. otori permukaan tanah

b. tidak mengotori air

c. kotoran tidak boelh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat

lalat berkembang biak

d. tidak menimbulkan bau

e. mudah digunakan dan di pelihara

3.2.2 Menggunakan Air Bersih

Air sangat penting bagi kesehatan manusia. Kebutuhan manusia akan

air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan

sebagainya. Diantara kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan

masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak

menimbulkan penyakit. Sumbe air merupakan salah satu sarana sanitasi

yang tidak kalah pentingnya dengan kejadian diare kuman infeksius

penyebab diare ditularkan melalui jalur oral.

Syarat-syarat air bersih

b. Secara fisik

1) air tidak keruh

2) air tidak berwarna

34
3) air tidak berasa

4) tidak meninggalkan endapan

5) suhu antara 10-25 ᵒC

c. Secara kimia

1) tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun

2) tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

3) cukup yodium

4) pH air antara 6,5-9,2

3.2.3 Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan perorangan dalam

penularan diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar sebelum dan sesudah makan mempunyai

dampak yang besar dalam kejadian diare. Cara cuci tanagn 7 langkah

merupakan tindakan yang disarankan oleh WHO,untuk tindakan preventif

pencegahan diar. (Buku Saku Lintas Diare Untuk Petugas Kesehatan

Kemeenkes, 2007)

Cara Cuci Tangan 7 Langkah:

1) Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air

yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak

tangan secara lembut.

2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

3) Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.

4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.

35
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

7) Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara

memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan

dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau

tisu. (World Health Organization)

Gambar 3.1 Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Jamban Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamaju tahun 2016

Dari data diatas jumlah penduduk di Kelurahan Sukamaju sekitar

4.486 jiwa, yang menggunakan jamban sekitar 923. Jamban yang layak

pakai atau sesuai standar sekitar 729 sedangkan yang tidak layak pakai atau

tidak sesuai standar ada 92 jamban.

36
3.2.4 Kerangka Teori

Faktor perilaku Faktor kesehatan


Faktor
lingkungan
sosioepide-
miologi
Menggunakan Kebersihan
air bersih makanan dan usia
minuman

Mencuci Tingkat
Pengelolaan
tangan dengan pendidikan
sampah
air bersih dan
sabun
Jenis
kelamin

Jenis
pekerjaan

Diare

Gambar 3.2 kerangka Teori Diare

3.2.5 Pembahasan Masalah

1. Menambah jumlah jamban di masyarakat

2. Mengedukasi pentingnya perawatan jamban bersih

3. Memberitahu kepada masyarakat pentingnya cuci tangan bersih

4. Mengedukasi pentingnya penggunaan air bersih untuk dikonsumsi

37
5. Mengedukasi penanganan pertama pada diare dengan menggunakan

oralit atau air tajin dan membawa pasien ke Pusat Layanan Kesehatan

terdekat.

3.3 Masalah di Pelayanan Gizi

Tabel 3.2 Indikator UKM Gizi di Puskesmas Sukamaju

No Indikator Sasaran Jumlah Target Capaian


2016 (%) (%)
1 Persentase kasus balita GIZI 0 0 100 Tidak ada
buruk yang mendapat kasus gizi
perawatan buruk
2 Persentase balita yang 20.086 15.762 76,1 80,4
ditimbang berat badannya.
D/S
3a Persentase bayi usia kurang 132 80 70 57,5
dari 6 bulan mendapat Asi
Eksklusif
3b Bayi yang lulus Asi Ekslusif 7 4 35 28,7
4 Persentase rumah tangga 176 176 98,4 100
mengonsumsi garam
beriodium
5 Persentase balita 6-59 bulan 3664 2590 85,8 98,8
mendapat kapsul vitamin A
6 Persentase ibu hamil yang 403 352 87 87,3
mendapatkan TTD min.90 tab
selama masa kehamilan
7 Persentase ibu hamil kurang 403 8 56 100
energy protein (KKP) yang
mendapat makanan tambahan
8 Persentase balita kurus yang 40 100
mendapat makanan tambahan
9 Persentase remaja putri 1725 779 15 12,2
mendapat dan mengonsumsi
TTD

38
10 Persentase ibu nifas mendapat 379 224 81 59,1
kapsul vitamin A
11 Persentase bayi baru lahir 403 141 36 35
yang mendapat IMD
12 Persentase bayi baru lahir 40 10 9,4 2,6
dengan berat badan rendah
(BB<2500 gr)
13 Persentase balita yang 34754 34754 100 100
mempunyai buku KMS/KIA
14 Persentase balita yang naik 15762 15409 82 0,09
berat badannya
15 Persentase balita yang 15762 724 3,2 4,51
ditimbang tidak naik berat
badannya
16 Persentase balita yang 15762 190 3,63 0,54
ditimbang yang tidak naik
berat badannya dua kali
berturut-turut
17 Persentase balita dibawah 15762 14 0,7 1,41
garis merah (BGM)
18 Persentase ibu hamil anemia 403 177 33,5 34,89

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa ada beberapa indikator yang

tidak mencapai target yaitu:

a. Bayi kurang 6 bulan mendapat asi ekslusif, dengan capaian sebanyak 80

orang dengan persentase sebesar 52,5 % sementara sasaran yang harus

dicapai adalah sebanyak 132 orang dengan angka persentase sebesar 70 %.

b. Bayi lulus ASI ekslusif, dengan capaian sebanyak 4 orang dengan

persentase sebesar 29 % sementara sasaran yang harus dicapai adalah

sebanyak 7 orang dengan angka persentase sebesar 35 %.

c. Remaja putri yang mendapat tablet tambah darah, dengan capaian

sebanyak 779 orang dengan persentase sebesar 12,29 % sementara target


39
yang harus dicapai adalah sebanyak 1725 orang dengan angka persentase

sebesar 15 % .

d. Bayi baru lahir yang mendapatkan IMD, dengan capaian sebanyak 141

orang dengan persentase sebesar 35 % sementara target yang harus dicapai

adalah sebanyak 403 orang dengan angka persentase sebesar 36 %.

e. Ibu nifas yang mendapatkan tablet vitamin A, dengan capaian sebanyak

141 orang dengan angka persentase sebesar 59,11 % sementara sasaran

yang harus dicapai adalah 379 orang dengan angka persentase sebesar 81

%.

Dari beberapa indikator diatas terdapat persentase yang tidak mencapai

target capaian lebih besar daripada yang lain yaitu persentase ibu nifas yang

mendapatkan tablet vitamin A. Ketersediaan vitamin A di Puskesmas

Sukamaju sudah cukup tetapi distribusi ke ibu nifas masih kurang dikarenakan

tablet vitamin A diberikan pada ibu nifas yang berkunjung.

Diketahui bahwa setelah masa persalinan, organ genital baik internal

maupun eksternal akan kembali seperti semula setelah persalinan seperti

layaknya sebelum masa kehamilan. Untuk itu perlunya asupan vitamin A

penting untuk segera mengembalikan kondisi organ genital ini lebih cepat.

Untuk mencukupi kebutuhan vitamin A pada ibu nifas, di Indonesia telah

dilakukan program pemberian dan kapsul vitamin A dosis tinggi dengan

takaran 200.000 IU diberikan pada masa nifas sebanyak 2 kali yaitu : 1 kapsul

vitamin A diminum segera setelah saat persalinan, 1 kapsul vitamin A kedua

diminum 24 jam setelah pemberian kapsul pertama.

40
3.4 Masalah di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Tabel 3.3 Sasaran Ibu Hamil di Puskesmas Rawat Inap Sukamaju 2016

No Kelurahan Sasaran Ibu hamil Cakupan


1 Sukamaju 121 95 %
2 Keteguhan 315 95 %
3 Way Tataan 80 95 %

Target Capaian K1 Capaian K4


Kelurahan
Sasaran absolut % absolut % absolut %
Sukamaju 121 114,95 95% 69 57% 60 49%
Keteguhan 315 299,25 95% 186 59% 137 43%
Way tataan 80 76 95% 53 66% 48 60%

Dari data yang kami dapatkan pada UKM program KIA di wilayah

puskesmas kelurahan Sukamaju Teluk Betung Timur diketahui bahwa

masih rendahnya kunjungan ibu hamil pada trimester III (K4) ada

beberapa faktor yang menyebabkan ketidak patuhan ibu pada kunjungan

trimester ke III ( K4) yaitu:

a. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemeriksaan

kehamilan di trimester III dan status sosial.

b. Banyaknya pelayanan kesehatan swasta yang menyebabkan

perpindahan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tempat lain

sehingga data pemeriksaan pada trimester ke III yang tidak terdata di

Puskesmas Sukamaju Kelurahan Sukamaju Teluk Betung Timur.

41
Selama periode dari bulan Januari-November 2016 tidak ada ibu

melahirkan yang meninggal di wilayah Puskesmas Sukamaju. Dan tidak

terdapat neonatus maupun ibu hamil dengan komplikasi selama periode

Januari-November 2016. Dari data yang kami dapat jumlah kunjungan

ibu hamil K1 yang dicapai sebesar 57% berjumlah 69 orang, dan

kunjungan ibu hamil K4 sebesar 49% berjumlah 60 orang.

Identifikasi masalah dilakukan dengan mencari adanya

kesenjangan antara pencapaian program pelayanan kesehatan ibu dan

anak di Puskesmas Sukamaju dengan tolak ukur yang telah ditetapkan.

Masalah yang ditemukan pada pelaksanaan program pelayanan

kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Sukamaju adalah kujungan ibu

hamil K4 sebanyak 60 orang dengan capaian 49% dari yang seharusnya

target cakupan sampai bulan november sebesar 95%. Dari masalah yang

kami temukan ada beberapa penyababnya. Berdasarkan analisis data,

penyebab masalah rendahnya angka pencapaian kunjungan ibu hamil K4

di kelurahan Sukamaju, dari segi pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya kunjungan ibu hamil K4 yang masih rendah dan

ketidakrutinan kujungan ibu dalam memeriksakan kehamilannya.

42
3.5 Masalah di Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular (P2M)

3.5.1 Dokumentasi Program Pencegahan Penyakit Menular di Puskesmas

Sukamaju tahun 2016.

a. Diare

Angka Nasional untuk kejadian diare adalah 374/1000 per penduduk

dalam satu tahun. Angka target yang didapat di Puskesmas Sukamaju

pada tahun 2016 dengan jumlah penduduk 19.706 adalah 7.370 kasus.

Dan dari data yang dilihat pada bulan September-November sebanyak

105 kasus, jadi penemuan kasus diare masih belum termasuk kedalam

KLB.

b. DBD

Angka kesakitan (IR) untuk kejadian DBD adalah 60/100.000 peduduk

x jumlah penduduk dalam satu tahun. Angka target yang didapat di

Puskesmas Sukamaju pada tahun 2016 dengan jumlah penduduk 19.706

adalah 11 kasus. Dan dari data yang dilihat dalam setahun sebanyak 11

kasus, jadi penemuan kasus DBD masih belum termasuk kedalam KLB.

c. ISPA

Angka kesakitan untuk kejadian ISPA adalah 10% x jumlah penduduk.

Angka target yang didapat di Puskesmas Sukamaju pada tahun 2016

dengan jumlah penduduk 19.706 adalah 1970 kasus. Dan dari data

yang dilihat pada bulan September-November sebanyak 99 kasus, jadi

penemuan kasus ISPA masih belum termasuk kedalam KLB.

43
d. TB Paru

CDR (Case Detection Rate) TB adalah perhitungan kasus TB Paru

dengan BTA (+) yaitu 160/100.000 x jumlah penduduk. Angka target

yang didapat di Puskesmas Sukamaju pada tahun 2016 dengan jumlah

penduduk 19.706 adalah 31 kasus. Dan dari data yang dilihat pada

bulan Januari - Desember sebanyak 23 kasus, jadi penemuan kasus TB

Paru masih belum termasuk kedalam KLB.

e. Malaria

Annual Parasite Incidence (API) Malaria adalah perhitungan untuk

angka kesakitan kasus Malaria yaitu jumlah penderita positif / jumlah

penduduk x 1.000mil. Dan dari data yang dilihat dalam 1 tahun 782

kasus malaria. Angka API malaria 39 yang didapat di Puskesmas

Sukamaju pada tahun 2016 dengan jumlah penduduk 19.706, dan itu

lebih dari 5/1000 sehingga masuk ke daerah malaria, jadi penemuan

kasus malaria termasuk kedalam KLB.

3.5.2 Latar Belakang Pengambilan Malaria sebagai Masalah

Angka kejadian malaria menurut data di Puskesmas Sukamaju pada

bulan Januari–November 2016 adalah 782 kasus yang terdiri dari tiga

kelurahan yaitu kelurahan Sukamaju 240 kasus , Way Tataan 432 kasus dan

Keteguhan 110 kasus. Dari data urutan tempat kejadian malaria paling

tinggi adalah:

1. Way Tataan di sebabkan:

a. Way Tataan berbatasan dengan daerah Pesawaran

44
b. Lingkungan di sekitarnya teradapat tempat tambak ikan tidak di

pakai

c. Dekat dengan daerah duta wisata

d. Tempat pelelangan ikan lempasing

e. Kurang dari 1 tahun terdapat kasus (+) malaria

2. Sukamaju disebabkan:

a. Faktor pekerjaan nelayan

b. Berbatasan dengan daerah Way Tataan

3. Keteguhan disebabkan:

a. Dekat dengan rawa–rawa

b. 1 Rt (Rt 06) dekat dengan derah sukamaju

c. Pekerjaan nelayan.

API Malaria adalah perhitungan untuk angka kesakitan kasus Malaria

yaitu jumlah penderita positif / jumlah penduduk x 1.000mil :

>5 / 1000 penduduk : Endemis tinggi

1-5 / 1000 penduduk : Endemis sedang

1 / 1000 penduduk : Endemis rendah

Dan dari data yang dilihat dalam 1 tahun 782 kasus malaria. Angka

target untuk API malaria yang didapat di Puskesmas Sukamaju yang terdiri

dari 3 kelurahan pada tahun 2016 dengan jumlah penduduk 19.706 adalah

39, maka di simpulkan daerah tersebuh di nyatakan daerah malaria,

sehingga malaria di angkat sebagai masalah dalam program P2M ini.

45
Table 3.4 Rekap Malaria 2016

BULAN
KELURAHAN TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SUKAMAJU 61 76 31 17 5 1 8 8 8 11 14 240
WAY TATAAN 118 136 68 14 9 7 18 14 11 12 25 432
KETEGUHAN 13 16 24 20 3 5 2 9 9 6 3 110
L. WILAYAH 22 19 18 11 6 5 4 16 9 10 21 141
TOTAL 214 247 141 62 23 18 32 47 37 39 63 923

3.5.3 Pembahasan Malaria

A. Pengertian Malaria

Malaria Menurut WHO adalah penyakit yang disebabkan oleh

parasit Malaria (Plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam

tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles spp)

betina.

Menurut Depkes, Malaria adalah suatu jenis penyait menular yang

disebabkan oleh agent tertentu yang infektif dengan perantaraan suatu

vektor dan dapat disebarkan dari suatu sumber infeksi kepala host.

(Depkes, 2003)

B. Etiologi

Penyakit Malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium.

Terdapat empat spesies yang menyerang manusia yaitu:

a. Plasmodium falciparum (Welch, 1897) menyebabkan malaria

falciparum atau malaria tertiana maligna / malaria tropika/malaria

pernisiosa.

46
b. Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria vivax atau

malaria tertiana benigna.

c. Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan malaria ovale

atau malaria tertiana benigna ovale.

d. Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890) menyebabkan

malaria malariae atau malaria kuartana.

Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa

terinfeksi oleh Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium

zoonosis yang sumber infeksinya adalah kera. Penyebab terbanyak di

Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan suatu komplikasi yang

berbahaya, sehingga disebut juga dengan malaria berat. (Widoyo, 2011)

C. Cara infeksi

Penyakit Malaria dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu cara

alamiah, contohnya melalui gigitan nyamuk dan non alamiah,

misalnya tranfusi darah maupun malaria dari ibu ke bayinya. Sedangkan

menurut Garcia dan Bruckner (1996) terdapat beberapa penyebab yang

mengakibatkan terjadinya infeksi Plasmodium:

a. Gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.

b. Transfusi darah dari donor penderita.

c. Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.

(Widoyo, 2011).

47
D. Gejala klinis

Gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh

penderita. Waktu terjadinya infeksi pertama kali hingga timbulnya

penyakit disebut sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu antara

terjadinya infeksi hingga ditemukannya parasit malaria didalam darah

disebut periode prapaten. Keluhan yang biasanya muncul sebelum

gejala demam adalah gejala prodromal, seperti sakit kepala, lesu, nyeri

tulang (arthralgia), anoreksia (hilang nafsu makan), perut tidak enak,

diare ringan dan kadang merasa dingin di punggung. keluhan yang

khas pada trias malaria adalah:

1. Stadium menggigil

Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali, sehingga menggigil.

Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru, kulit kering dan

pucat. Biasanya pada anak didapatkan kejang. Stadium ini

berlangsung 15 menit sampai 1 jam.

2. Stadium puncak demam

Pasien yang semula merasakan kedinginan berubah menjadi panas

sekali. Suhu tubuh naik hingga 41o C sehingga menyebabkan

pasien kehausan. Muka kemerahan, kulit kering dan panas seperti

terbakar, sakit kepala makin hebat, mual dan muntah, nadi berdenyut

keras. Stadium ini berlangsung 2 sampai 6 jam.

3. Stadium berkeringat

Pasien berkeringat banyak sampai basah, suhu turun drastis bahkan


48
mencapai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur

nyenyak dan saat bangun merasa lemah tapi sehat. Stadium ini

berlangsung 2 sampai 4 jam. (Widoyo, 2011).

Pemeriksaan fisik yang ditemukan lainnya yang merupakan

gejala khas malaria adalah adanya splenomegali, hepatomegali dan

anemia. Gejala yang biasanya muncul pada malaria falciparum ringan

sama dengan malaria lainnya, seperti demam, sakit kepala,

kelemahan, nyeri tulang, anoreksia, perut tidak enak (Widoyo, 2011).

E. Pemeriksaan laboratorium

Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan

beberapa pemeriksaan, antara lain:

1. Pemeriksaan mikroskopik.

a. Darah

Terdapat dua sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis

darah, yaitu sediaan darah hapus tebal dan sediaan darah hapus

tipis. Pada pemeriksaan ini bisa melihat jenis plasmodium

dan stadium - stadiumnya. Pemeriksaan ini banyak dan sering

dilakukan karena dapat dilakukan puskesmas, lapangan maupun

rumah sakit.

Untuk melihat kepadatan parasit, ada dua metode yang

digunakan yaitu semi - kuantitatif dan kuantitatif. Metode yang

biasa digunakan adalah metode semi - kuantitatif dengan rincian

49
sebagai berikut:

(-) : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

(++) : SDr positif 2 ( ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)

(++++): SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Sedangkan untuk metode kuantitatif, pada SDr tebal

menghitung jumlah parasit/200 leukosit dan SDr tipis

penghitungannya adalah jumlah parasit/1000 eritrosit.

b. Tes Diagnostik Cepat (RDT, rapid diagnostic test)

Metode ini untuk mendeteksi adanya antigen malaria

dengan cara imunokromatografi. Tes ini dapat dengan cepat

didapatkan hasilnya, namun lemah dalam hal spesifitas dan

sensitifitas. Tes ini biasanya digunakan pada KLB (Kejadian

Luar Biasa) yang membutuhkan hasil yang cepat di lapangan

supaya cepat untuk ditanggulangi.

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum

penderita , meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

jumlah leukosit, erittrosit, dan trombosit. Bisa juga di lakukan

pemeriksaan kimia darah ( gula darah, SGOT, SGPT, tes fungsi

ginjal), serta pemeriksaan foto thoraks, EKG, dan pemeriksaan

lainnya sesusai indikasi.

50
F. Pengobatan malaria

Pengobatan Malaria Falciparum

a. Lini pertama

Tabel 3.5 Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur I

Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur


Hari Jenis obat
0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-11 tahun ≥ 15 tahun

Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

I Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3

Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
II
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 4
III
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Tabel 3.6 Jumlah Tablet per Hari Merutu Kelompok Umur II

Hari Jenis obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-11 tahun ≥ 15
Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3 x ( 2-
tahun
I Doksisiklin - - - 2 x 1**) -
3)
Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3

II – IV Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 2x1


Doksisiklin - - - 2 x 1 **) -
Ket : *) dosis diberikan dalam kg/BB **) 4 x 250 mg

G. Pencegahan

Pencegahan ditujukan untuk orang yang tinggal di daerah

endemis maupun yang ingin pergi ke daerah endemis:

51
1. Pengendalian vektor

a. Bisa menggunakan larvasida untuk memberantas jentik-jentik.

b. Semprot insektisida untuk membasmi nyamuk dewasa.

c. Penggunaan pembunuh serangga yang mengandung DEET

(10-35%) atau picaridin 7%.

2. Proteksi personal/Personal Protection

Adalah suatu tindakan yang dapat melindungi orang

terhadap infeksi, seperti:

a. Mengindari gigtan nyamuk pada waktu puncak nyamuk

menghisap.

b. Penggunaan kelambu yang direndam insektisida sebelumnya,

kawat nyamuk, penolak serangga.

c. Memakai pakaian panjang dan tertutup.

d. Penggunaan obat - obat profilaksis jika ingin bepergian kedaerah

endemis.

3. Vaksin malaria

Parasit malaria mempunyai siklus hidup yang komplek,

sehingga vaksin berbeda - beda untuk setiap stadium, seperti:

a. Stadium aseksual eksoeritrositik

Cara kerjanya menghambat terjadinya gejala klinis maupun

transmisi penyakit di daerah endemis. Contohnya,

circumsporozoite protein (CSP), Thrombospondin-related

adhesion protein (TRAP), Liver stage antigen (LSA).

52
b. Stadium aseksual eritrositik

Cara kerjanya menghambat terjadinya infeksi parasit terhadap

eritrosit, mengeliminasi parasit dalam eritrosit dan mencegah

terjadinya sekuesterasi parasit di kapiler organ dalam sehingga

dapat mencegah terjadinya malaria berat. Contohnya, merozoite

surface protein (MSP), ring infected erythrocyte surface

antigen (RESA), apical membrane antigen-1 (AMA-1).

c. Stadium seksual

Cara kerjanya menghambat atau mengurangi transmisi malaria

di suatu daerah. Contohnya, Pfs 28 dan Pfs 25.

53
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Promosi Kesehatan

Dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa

rendahnya nilai pencapaian target indicator “tidak merokok didalam rumah”

di karenakan kurangnya target dan frekuensi penyuluhan tentang bahaya

merokok di puskesmas sukamaju. Dan juga dapat disimpulkan bahwa

merokok merupakan kegiatan bodoh yang dilakukan manusia haya untuk

mengorbankan uang, kesehatan, kehidupan social, pahala, persepsi positif

dan sebagainya. Banyak penyakit yang muncul akibat dari rokok dan

kebiasaan merokok.

4.1.2 Kesehatan Lingkungan

Program kesehatan lingkungan adalah program yang bertujuan untuk

mensejahterakan kesehatan bagi masyarakat, khususnya masyarakat

sukamaju. Tingginya angka diare dalam 3 bulan terakhir ini mengakibatkan

diare sebagai penyakit yang patut diwaspadai dengan menerapkan gaya

hidup sehat dan memberi pengetahuan lebih kepada masyarakat tentang

diare untuk menurunkan angka kejadian diare pada masyarakat kelurahan

sukamaju. Dengan berbagai program yang dilakukan oleh UKM kesehatan

54
lingkungan puskesmas sukamaju merupakan upaya menurunkan angka

kejadian diare di kelurahan sukamaju.

4.1.3 Gizi

Dari beberapa indikator yang harus dicapai di pelayanan gizi, terdapat

indikator pemberian tablet vitamin A pada ibu nifas yang masih belum

mencapai target capaian yaitu sebanyak 224 orang dengan angka persentase

sebesar 59,11 % dikarenakan tablet vitamin A hanya diberikan pada ibu

nifas yang berkunjung ke puskesmas.

4.1.4 Kesehatan Ibu dan Anak

Pencapaian pemeriksaan kesehaatan ibu dan anak (KIA) khususnya

pada pemeriksaan ibu hamil di trimester III (K4) dari bulan januari-oktober

2016 masih rendah dari target sasaran yang ada 121 orang dengan cakupan

95 %. Penyebab masalah yang didapatkan antara lain, kurangnya tingkat

pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan trimester III

(K4) dan Banyaknya pelayanan kesehatan swasta yang menyebabkan

perpindahan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tempat lain

sehingga data pemeriksaan pada trimester ke III tidak tercantum (tercatat).

4.1.5 Pencegahan Penyakit Menular (P2M)

Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh

Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya

55
bentukan aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala

berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Jumlah kejadian

penyakit ini jika melewati angka target berdasarkan API malaria maka

daerah tersebut dinyatakan daerah endemis malaria, dengan adanya

program P2M dipuskesmas di harapkan dapat menekan angka kejadian

malaria di daerah tersebut.

4.2 Saran

4.2.1 Promosi Kesehatan

a. Diharapkan kepada Puskesmas Sukamaju agar menerapkan penyuluhan

tentang bahaya merokok selain di SD, penyuluhan juga dilakukan di

SMP,SMA dan Masyarakat. Agar penyuluhan yang di sampaikan dapat

diterima dan diterapkan.

b. Kepada kepala puskesmas perlu memberi motivasi dan dukungan kepada

semua pegawai agar lebih asertif dalam mengingatkan pengunjung dan

pegawai untuk tidak merokok disarana kesehatan.

c. Kepada semua petugas kesehatan agar selalu, meningkatkan kompetensi,

terutama dalam hal keterampilan mengedukasi, memotivasi dan

pendampingan pada perokok yang sudah berniat untuk berhenti.

d. Dalam menerima penyuluhan tentang merokok harus mengetahui bahaya

merokok untuk diri sendiri dan orang lain, memang tidak mudah

menghentikan kebiasaan merokok namun kebiasaan itu bisa di ubah jika

56
perokok memiliki motivasi. Bisa diawali dengan mengunyah permen

bagi perokok yang susah menghentikan kebiasaan merokoknya.

e. Memberikan sosisalisasi di sebuah Majelis Ta’lim agar Ibu-ibu dapat

mengingatkan dan meningkatkan pengawasan kepada anak-anak mereka

supaya tidak merokok.

4.2.2 Kesehatan Lingkungan

a. Untuk menanggulangi penyakit diare terhadap masyarakat kelurahan

sukamaju dan seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas sukamaju

kepada kepala puskesams diharapkan dapat membina dan mempererat

kerja sama dengan dinas kesehatan setempat dan masyarakat kelurahan

sukamaju khusunya seluruh masyarakat diwilayah kerja Puskesmas

Sukamaju.

b. Diharapkan seluruh masyarakat kelurahan sukamaju agar lebih

memperhatikan kesehatannya serta di dukung oleh pelayanan dan

penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Sukamaju

sehingga mampu merubah kebiasaan perilaku yang tidak baik dan lebih

memperhatikan sanitasi lingkungan mereka.

c. Mengupayakan penurunan jumlah diare di kalanagan masyarakat

Kelurahan Sukamaju dengan memperbaiki jamban yang tidak layak

menjadi layak agar masyarakat dapat menggunakannya.

d. Penyelidikan epidemiologi diharapkan dapat menanggulangin atau

mengurangi angka kejadian diare.

57
4.2.3 Gizi

a. Untuk UKM gizi memperhatikan data tentang jumlah sasaran ibu nifas

yang akan menerima Vitamin A.

b. Untuk masing-masing kader disetiap wilayah diharapkan melapor ke

puskesmas 1 x 24 jam di wilayah tersebut jika ada ibu yang melahirkan

tidak di rumah sakit.

c. Melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya pemberian

vitamin A setelah masa nifas 1 bulan menjelang bulan vitamin A melalui

yasinan, arisan maupun paguyuban lainnya.

d. Mengajak ibu-ibu untuk saling mengingatkan dan mengajak tetangga

sekitar rumah yang sedang hamil untuk mendapatkan suplemen vitamin

A saat masa nifas.

4.2.4 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Dengan membuat penyuluhan kepada ibu hamil, suami, dan keluarga,

kader serta masyarakat tentang pentingnya kunjungan ibu hamil pada

trimester III (K4),

b. Membuat informasi berkala berupa brosur mengenai kunjungan ibu

hamil dan dibagikan kepada suami, keluarga ibu hamil dan masyarakat,

serta melakukan kunjungan rumah ibu hamil. masyarakat dapat menjadi

pemecahan masalah yang mampu dilaksanakan kedepannya agar lebih

baik.

58
4.2.5 Pencegahan Penyakit Menular

a. Untuk pihak puskesmas agar terus menjalakan progrman P2M terutama

untuk penyakit malaria dengan mengadakan penyemprotan insektisida

pada dinding rumah warga dan meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat.

b. Bagi masyarakat di harapkan kesadarannya tentang pencegahan penyakit

malaria agar memperbaiki lingkungan seperti menjaga kebersihan,

pemakaian kelambu insektisida, jika keluar malam diharapkan

menggunakan pakaian panjang.

c. Bagi pasien yang telah terkena malaria agar diberikan edukasi untuk

rutin minum obat sampai habis.

59
DAFTAR PUSTAKA
Darozi, M. (2011). Berita Kedokteran Masyarakat. Jurnal Kesehatan, (27) 83-93.
Depkes.go.id II4/Menkes/Sk/VII/2005
Depkes (2014). Provil Kesehatan Lampung .Bandar Lampung: Pemerinath
provinsi lampung
Hapsari, E.D.2004. "Kontribusi Penting Menyelamatkan Persalinan Sehat dan
Buku (KIA)
Kemenkes. Pelayanan Gizi. RI. 2003
Notoatmojo, S. (2012). Prmosi Kesehatan dan perilaku Kesehatan. jakarta:
Rineka Cipta.
Nurrahman. (2014). Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Dan Pembentukan
Karakter Manusia. Jurnal Kesehatan, (1).
Penyakit Paru Obstruksi kronis, Pedoman Diagnosis dan Penatatalksanaan di
indonesia pdpi.com
Prasetyawati,Arsita Eka 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Milenium
Devlopmen goals (MDGS).Yogyakarta
Suradi. (2007). Pengaruh Rokok Pada Penyakit Paru Obtruksi Kronik (PPOK)
Tinjauan Patogenesis, Klinis dan sosisal. Jakarta: Rineka Cipta.
Widoyo. (2011). Penyakit Tropis Epidemiolog,i Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.
Departemen kesehatan Republik Indonesia.No 416/Menteri Kesehatan /(Per UU / IX /
2005) Sumber Air Sehat.Kemenkes RI. Jakarta 2005.

UU Pasal 22 ayat (3) UU No 23 2005. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan tahun


2005.

WHO (World Health Organization) .7 Langkah Cara Mencuci Tangan yang Benar.

60

Anda mungkin juga menyukai