Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
OLEH :
A. Identitas Diri
Nama : Fitria Maharani Wahab
NIM : P00320013111
Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 19 Februari 1996
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 06 Kendari, tamat pada tahun 2007
2. SMP Negeri 09 Kendari, tamat pada tahun 2010
3. SMA Negeri 09 Kendari, tamat pada tahun 2013
4. Sejak tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
v
MOTTO
semua adalah proses untuk meraih suatu tujuan yang kita impikan.
Doa dan usaha adalah kendaraan menuju impian yang kita inginkan
Keluargaku tersayang
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Identifikasi Telur cacing Trichuris trichiura pada Daun Kemangi di
beberapa Penjual Sari Laut di Kota Kendari”. Penelitian ini disusun dalam rangka
melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma
III (D III) pada Politeknik Keseharan Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan.
Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta atas semua bantuan moril maupun materil,
motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya kesuksesan studi yang
penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini.
Proses penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang dan penulis
banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh kaena itu
pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada ibu Hj.
St. Nurhayani, S.Kep.,Ns., M.kep selaku pembimbing I dan ibu Tuty Yuniarty,
S.SI., M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran
dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama
menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada :
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd selaku penguji I, ibu Anita Rosanty,
SST., M.Kes selaku penguji II dan ibu Reni Yunus, S.Si., M.Sc selaku penguji
III.
4. Ibu Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.
5. Ibu Sari Musrifah S.ST yang selalu memberikan bantuan dalam penelitian ini.
6. Bapak dan ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
viii
7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Wahab Muin dan Ibunda Farida yang selama ini telah banyak berkorban baik
secara moril maupun material demi kesuksesan penulis serta terima kasih buat
saudaraku tersayang Roman dan Vita. Iparku Kak Etri dan Kak Agus.
8. Seseorang yang amat berarti buatku yang selalu mensupport, mendoakan serta
perhatiannya.
9. Teman-teman sealmamater angkatan 01 baik suka maupun duka, teman-teman
senasib seperjuanganku : Pratiwi Arni Kangkung partnerku, Elviana, Nilu dan
Dian yang setia menemani. Eltin, Sinartin, Istiqomah, Lilis, Winda Melya,
Linda Ayu, Rita, Putry, Marni, Kiki, Malsin, Erwan, Asdin, Ofar dan YOAE
Bandung.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang ada penulis, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan, dan kekurangan. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi yang telah
penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis Aamiin Ya Rabbal
Alamin.
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
HALAMAN ORISINALITAS……………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iv
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………. v
MOTTO……………………………………………………………………… vi
ABSTRAK…………………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………. 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 3
D. Manfaat Penelitian ………………………………………… 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Daun Kemangi …………………. 5
B. Tinjauan Tentang Helmint …………………………………. 8
C. Tinjauan Tentang Penyakit Kecacingan (Nematoda usus)…. 13
D. Tinjauan Tentang Trichuris trichiura ……………………… 14
E. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Telur cacing (Nematoda usus) …. 18
F. Tinjauan Umum Tentang Penjual Sari Laut ……………….. 19
BAB III : KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran …………………………………………… 22
B. Bagan Kerangka Pikir ..…………………………………….. 23
C. Variabel Penelitian ………………………………………… 24
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ………………… 24
BAB IV : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………….… 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………….…. 25
C. Populasi dan Sampel …………………………………….… 25
D. Jenis Data .……...................................................................... 26
x
E. Prosedur Pengumpulan Data ..………………………........... 26
F. Instrument Penelitian ……………………………….……... 26
G. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium ……………………… 27
H. Pengolahan Data ……………………………….………….. 28
I. Analisa Data …………………………………..…………… 28
J. Penyajian Data ……………………………….……………. 29
K. Etika Penelitian …………………………….……………… 29
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..……………………… 30
B. Hasil Penelitian..……………………………………………. 32
C. Pembahasan……………………………………………….… 34
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan…..……………………………………………… 38
B. Saran..………………………………………………….…… 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Trichuris trichiura....................................................................... 16
Gambar 2.2 Telur cacing Trichuris trichura................................................... 16
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nemathelminthes berasal dari kata Yunani, “nematos” yang berarti benang
dan “helminthes” yang artinya cacing. Cacing ini juga sering disebut cacing
gilik. Cacing yang termasuk dalam filum nemathelminthes sangat banyak di
dalam tanah terdapat jutaan jumlahnya, nemathelminthes mempunyai kelas
nematoda. Spesies nematoda usus membutuhkan tanah untuk pematangan dari
bentuk tidak infektif menjadi bentuk infektif yang disebut dengan Soil
Transmitted Helminths. Spesies nematoda usus yang ditularkan melalui tanah
“Soil Transmitted Helminths” yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
dan cacing tambang yang terdiri dari dua spesies yaitu Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus (Anonim, 2010).
Penyakit Trikuriasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Trichuris
trichiura atau cacing cambuk. Cacing ini tersebar secara kosmopolit terutama
di daerah panas dan lembap. Tanah yang paling baik untuk perkembangan
telur yaitu tanah yang hangat, basah, dan teduh. Trichuris trichiura dalam
siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk pematangan telur yang yang tidak
infektif menjadi telur yang infektif dan manusia merupakan hospes dari
Trichuris trichiura. Cacing ini hidup di sekum manusia. Manusia terinfeksi
setelah menelan makanan yang terkontaminasi telur yang infektif, telur-telur
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia diantaranya melalui tidak bersih
dalam mencuci sayuran yang tidak dimasak. Setelah telur tertelan, larva keluar
melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus, berkembang dan
bermigrasi ke kolon. Kebiasaan makan sayuran mentah ini, sudah menjadi
kebiasaan di Indonesia sehingga kelihatannya sulit untuk di ubah. Didaerah
tropis tercatat 80% penduduk positif, sedangkan diseluruh dunia tercatat 500
juta orang terinfeksi parasit ini terutama yang berada di daerah tropis
(Irianto, 2013).
1
2
yang biasa dimakan mentah atau sering dijadikan lalapan antara lain: kacang
panjang, kubis, tomat dan kemangi. Kemangi (Ocimum basilicum) sudah tidak
asing lagi di Indonesia dan sering ditemukan di penjual sari laut. Walaupun
jenis sayuran ini dicuci sebelum dimakan, kemungkinan pencemaran parasit
masih tetap ada sebelum dimakan. Pencemaran sayuran oleh telur cacing
dapat disebabkan oleh petani sayuran yang menggunakan tinja hewan atau
manusia sebagai pupuk yang kemungkinan besar mengandung parasit
patogen. Terutama jika dalam pencucian kurang baik, mengingat kurang
higienisnya dapur tempat para pedagang menyiapkan penanganan ditambah
lagi kurangnya kesadaran pedagang makanan dan masyarakat akan bahaya
yang akan ditimbulkan akibat infeksi cacing ini (Widjaja, 2014).
Berdasarkan data awal yang diperoleh dari penjual sari laut di Kota
Kendari pada bulan Mei 2016 bahwa terdapat 60 penjual sari laut
(Dinas Pendapatan Daerah, 2016).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
“Identifikasi telur cacing Trichuris trichiura pada daun kemangi di beberapa
penjual sari laut di Kota Kendari”.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat telur cacing Trichuris trichiura pada daun kemangi di
beberapa penjual sari di Kota Kendari?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing Trichuris trichiura pada
daun kemangi di beberapa penjual sari laut di Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi telur cacing yang dapat ditemukan pada daun
kemangi dengan metode flotasi.
b. Untuk mengetahui hasil identifikasi telur cacing Trichuris trichiura
pada daun kemangi di beberapa penjual sari laut di Kota Kendari.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memberikan tambahan ilmu tentang telur cacing Trichuris
trichiura pada daun kemangi di beberapa penjual sari laut di Kota
Kendari.
b. Sebagai informasi untuk masyarakat tentang bahaya telur cacing
Trichuris trichiura bagi kesehatan yang terdapat pada daun kemangi.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk menambahkan kajian pustaka di Perpustakaan Kampus.
b. Sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Daun Kemangi
Daun kemangi adalah salah satu daun yang cukup terkenal sebagai
pemberi rasa harum bagi makanan, memiliki rasa agak manis, bersifat dingin,
dan menyegarkan. Kemangi juga dikenal sebagai sayuran yang dapat dimakan
segar sebagai lalapan bersama-sama dengan kubis dan irisan ketimun. Daun
tanaman yang satu ini biasa dijumpai pada masakan seperti, nasi krawu, botok,
dan lalapan. Daun kemangi juga digunakan sebagai bumbu masakan
(Thailand), dibuat teh daun kemangi (India), dan diambil minyak atsiri-nya
(Suseno, 2013).
Tanaman yang beraroma wangi menyegarkan ini dapat dimanfaatkan
untuk menghilangkan bau badan dan bau mulut. Dari bahasa Latin, kemangi
yang ada di Indonesia bernama botani Ocimum basillicum. Nama ini diberikan
karena kemangi tumbuhnya menyemak. Kemangi dikelompokkan dalam
kelompok basil semak (bush basil) (Nuris, 2014).
Kemangi adalah tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan cabang
yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya bisa mencapai 100
cm. Bunganya tersusun di atas tandan yang tegak. Daunnya panjang, tegak,
berbentuk taji atau bulat telur, berwarna hijau dan berbau harum. Ujung daun
bisa tumpul atau bisa juga tajam, kecil beraroma khas yang berasal dari
kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya (Suseno, 2013).
Nama lokalnya antara lain; Lampes (Sunda); Lampes (Jawa Tengah);
Kemanghi (Madura); Uku-uku (Bali); Lufe-lufe (Ternate). Tanaman berupa
semak semusim, tinggi 30-150 cm. Batang berkayu, segi empat, beralur,
bercabang, berbulu, dan berwarna hijau. Daun tunggal, bulat telur, ujung
runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 14-16
mm, lebar 3-6 mm, tangkai panjang 1 cm, dan berwarna hijau. Bunga
majemuk, bentuk tandan, berbulu, daun pelindung bentuk elips, bertangkai
pendek, dan berwana hijau. Mahkota bulat telur berwarna putih keunguan.
5
6
Sub-ordo : Trichurata
Super famili : Trichurioidea
Famili : Trichuridae
Genus : Trichuris
Spesies : Trichuris trichiura Linnaeus
Sinonim : Trichocephalus trichurus, Blanchard
Trichuris dispar, Rudolphi
Trichocephalus hominis Schrenk
Ascaris trichiura Linne (Irianto, 2013).
2. Morfologi
Cacing dewasa menyerupai cambuk sehingga disebut cacing cambuk.
Tiga per-lima bagian anterior tubuh halus seperti benang, pada ujungnya
terdapat kepala (trix = rambut, aura = ekor, cephalus = kepala), esofagus
sempit berdinding tipis terdiri dari satu lapis sel, tidak memiliki bulbus
esofagus. Bagian anterior yang halus ini akan menancapkan dirinya pada
mukosa usus. 2/5 bagian posterior lebih tebal, berisi usus, dan perangkat
alat kelamin.
Cacing jantan memiliki panjang 30-45 mm, bagian posterior
melengkung ke depan sehingga membentuk satu lingkaran penuh. Pada
bagian posterior ini terdapat satu spikulum yang menonjol keluar melalui
selaput retraksi.
Cacing betina panjangnya 30-50 mm, ujung posterior tubuhnya
membulat tumpul, Organ kelamin tidak berpasangan (simpleks) dan
berakhir di vulva yang terletak pada tempat tubuhnya mulai menebal.
Waktu yang diperlukan 30-90 hari mulai dari telur infektif tertelan sampai
cacing dewasa mendiami kolon, tempat cacing jantan dan betina kawin.
Seekor cacing betina menghasilkan telur setiap hari sekitar 3000-10.000
butir.
16
6. Diagnosis
Trikuriasis dapat ditegakkan diagnosisnya berdasarkan ditemukannya
telur cacing Trichuris trichiura dalam tinja atau menemukan cacing
dewasa pada anus atau prolaps rekti (Natadisastra, 2009).
E. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Telur Cacing (Nematoda usus)
Metode pemeriksaan telur cacing dalam tinja yang sering digunakan di
Indonesia adalah metode konsentrasi yang dapat dilakukan dengan dua teknik,
yaitu teknik pengapungan (flotasi) dan pengendapan (sedimentasi). Teknik
pengapungan dengan larutan NaCl jenuh biasanya lebih disukai karena tidak
memerlukan alat yang lebih komplek (Sumanto, 2012).
1. Metode pengapungan (flotasi)
Pada cara pengapungan digunakan cairan yang berat jenisnya lebih
besar dari pada telur cacing sehingga telur cacing akan terapung di cairan
tersebut. Metode ini menggunakan larutan garam jenuh sebagai bahan
untuk mengapungkan telur. Tujuan dilakukannya metode flotasi ini adalah
untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja
berdasarkan berat jenis telur-telur yang lebih ringan dari pada berat jenis
larutan yang digunakan sehingga telur-telur terapung dipermukaan
(Bramantyo, 2014).
Lautan pengapung berperan penting dalam menyebabkan telur cacing
dapat mengapung sehingga mudah diamati. Bahan pengapung yang lazim
dipergunakan dalam pemeriksaan tinja metode flotasi adalah larutan NaCl
jenuh, glukosa, MgSO4, ZnSO4 proanalisis, NaNO3 dan millet jelly
(Bramantyo, 2014).
Garam NaCl yang beredar di pasaran saat ini ada beberapa macam,
diantaranya adalah garam murni keluaran pabrikan yang memang dibuat
untuk kebutuhan bahan kimia untuk laboratorium kesehatan dan industri.
Jenis garam NaCl lainnya adalah garam dapur yang sudah dikenal
masyarakat luas untuk bumbu dapur. Garam dapur yang beredar di pasaran
diantaranya adalah garam krosok, garam meja dan garam cetak. Semua
jenis garam tersebut dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan
19
22
23
Tanah
Daun Kemangi
Metode
Pemeriksaan
Pengamatan
Mikroskop
Amati Bentuk
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah telur cacing Trichuris trichiura pada Daun
kemangi di beberapa penjual sari laut di Kota Kendari.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional
a. Penjual sari laut adalah pedagang yang dipinggir jalan yang berdagang
pada waktu malam hari. Berjualan makanan dan minuman yang telah
dimasak dan langsung disajikan ditempat seperti ikan, ayam, tempe
penyet dan lalapan.
b. Daun kemangi yang disajikan sebagai lalapan di penjual sari laut.
Daun kemangi yang disajikan didalam wadah penampung berisi air,
daun kemangi yang segar dan memiliki rasa agak manis dimanfaatkan
untuk menghilangkan bau mulut dan bau badan.
c. Telur cacing Trichuris trichiura yang diperkirakan menempel pada
daun kemangi yang disajikan sebagai lalapan oleh penjual sari laut
yang bisa menjadi sumber infeksi konsumen.
2. Kriteria Objektif
a. Dikatakan ada telur cacing Trichuris trichiura jika ditemukan telur
cacing berbentuk seperti tempayan, pada kedua kutubnya terdapat
operkulum yaitu semacam penutup yang jernih dan menonjol jika di
lihat dibawah mikroskop.
b. Dikatakan ada telur cacing lain jika ditemukan telur cacing yang tidak
berbentuk telur cacing Trichuris trichiura jika dilihat di bawah
mikroskop.
c. Dikatakan tidak ada telur cacing jika tidak ditemukan telur cacing di
bawah mikroskop.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif dengan
desain penelitian observasional analitik yaitu melakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mengidentifikasi telur cacing Trichuris trichiura pada
daun kemangi di beberapa penjual sari laut di Kota Kendari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pengambilan sampel penelitian dilakukan di beberapa penjual sari
laut di Kota Kendari, sedangkan untuk pemeriksaan laboratorium dilakukan di
Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes Kendari yang dilaksanakan pada
tanggal 22 Juni sampai 1 Juli 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugyono, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah daun kemangi di penjual sari laut
Kota Kendari, yang terbagi atas Kendari Selatan 5 penjual sari laut,
Kendari Barat 28 penjual sari laut, Kendari Timur 3 penjual sari laut, dan
Kendari Utara 24 penjual sari laut. Jumlah keseluruhan penjual sari laut
yaitu sebanyak 60 penjual sari laut yang akan di periksa daun kemanginya.
2. Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugyono, 2011).
Metode yang digunakan yaitu Simple Random Sampling adalah teknik
sampling yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proposional (Sugyono, 2011).
b) Kendari Barat x 28 = 14
25
26
d) Kendari Utara x 24 = 12
Jadi jumlah keseluruhan sampel yaitu 31 penjual sari laut yang akan di
periksa daun kemanginya yang diperoleh melalui undian.
E. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
berupa gambaran ada tidaknya telur cacing Trichuris trichiura yang dapat
ditemukan pada daun kemangi.
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian
yaitu hasil pemeriksaan identifikasi telur cacing Trichuris trichiura pada
daun kemangi di beberapa penjual sari laut di Kota Kendari.
2. Data sekunder adalah gambaran umum lokasi pengambilan sampel dan
jumlah penjual sari laut yang berada di Kota Kendari.
G. Instrument Penelitian
1. Alat yang digunakan pada penelitian yaitu lembar hasil pemeriksaan.
2. Alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan laboratorium yaitu :
a. Alat
1) Gelas kimia 250 ml
2) Pipet tetes
3) Sendok tanduk
4) Pinset
5) Batang pengaduk
6) Rak tabung reaksi
7) Tabung reaksi
8) Deck glass
9) Objek glass
10) Mikroskop
27
b. Bahan
1) Sampel daun kemangi
2) NaCl jenuh 36%
H. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
1. Pra Analitik
a. Metode pemeriksaan dan prinsipnya
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode flotasi.
Prinsipnya adalah sampel dielmusikan kedalam larutan NaCl jenuh
36%, dimana telur cacing pada sampel mengapung ke permukaan
larutan karena perbedaan berat jenis NaCl jenuh 36% dan telur cacing.
b. Persiapan alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu, gelas kimia 250 ml, pipet tetes, pinset,
batang pengaduk, tabung reaksi, deck glass, objek glass dan
mikroskop.
Bahan yang disiapkan yaitu sampel daun kemangi, kemudian
aquadest dan NaCl untuk dibuat NaCl jenuh 36%.
Setelah alat dan bahan disiapkan, berikan kode pada gelas kimia
250 ml kemudian timbang daun kemangi sebanyak 10 gram.
c. Pembuatan NaCl jenuh 36%
1) Disiapkan aquadest sebanyak 50 ml kedalam gelas kimia 250 ml.
2) Dimasukkan NaCl 18 gram ke dalam larutan sedikit demi sedikit
sampai larutan menjadi larutan NaCl jenuh 36%.
2. Analitik
Prosedur kerja telur cacing dengan metode flotasi
a. Daun kemangi di rendam ke dalam gelas kimia yang berisi NaCl jenuh
36%, kemudian diamkan selama 25 menit.
b. Setelah 25 menit, di aduk hingga homogen setelah itu daun kemangi
diangkat dan dikeluarkan dengan menggunakan pinset.
c. Larutan NaCl jenuh 36% hasil rendaman diambil dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi sampai penuh.
28
X=
Keterangan :
X = Persentase hasil yang dicapai
29
30
31
C. Pembahasan
1. Identifikasi telur cacing yang dapat ditemukan pada daun kemangi dengan
metode flotasi.
Berdasarkan pemeriksaan Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Kendari yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni sampai 1 Juli
2016 dengan 31 sampel daun kemangi yang akan diperiksa secara
mikroskopik dengan metode flotasi menggunakan NaCl jenuh 36%.
Prinsipnya adalah sampel dielmusikan kedalam larutan NaCl jenuh 36%,
dimana telur cacing pada sampel mengapung ke permukaan larutan karena
perbedaan berat jenis NaCl jenuh 36% dan telur cacing.
Persentase dari hasil identifikasi telur cacing dari 31 sampel yang
ditemukan adanya telur cacing 18 sampel (58,06%) dan tidak ada telur
cacing 13 sampel (41,93%). Terdapat 2 sampel telur cacing Trichuris
trichiura dengan persentase (6,45%), 9 sampel telur cacing Ascaris
lumbricoides dengan persentase (29,03%), dan 7 sampel telur Cacing
tambang dengan persentase (22,58%).
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang memungkinkan
telur cacing masih tertinggal pada kemangi. Kontaminasi telur cacing pada
lalapan kemangi ini bisa dipengaruhi oleh tempat atau dimana kemangi ini
berasal, proses pencucian kemangi, dan proses penyajian kemangi sebagai
lalapan. Pencemaran telur cacing dapat terjadi melalui air, udara maupun
lingkungan. Di samping itu penggunanan tinja hewan atau manusia
sebagai pupuk tanaman merupakan salah satu faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya pencemaran tanah sehingga dapat mencemari
tanaman kemangi dan dapat menginfeksi manusia, meskipun tidak
menyebabkan infeksi yang serius tetapi manusia yang terinfeksi parasit
dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga dapat menyebabkan
menurunnya kondisi kesehatan gizi, kecerdasan dan produktivitas
penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian
karena kehilangan karbohidrat, protein dan darah maupun menurunkan
kualitas sumber daya manusia.
35
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Pra Analitik
Alat yang digunakan yaitu :
Mikroskop
Bahan yang digunakan yaitu :