Anda di halaman 1dari 8

SELEKSI SIFAT KETAHANAN TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum

L.) PADA POPULASI F2 TERHADAP PENYAKIT


LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

SELECTION THE RESISTANCE CHARACTER OF CHILLI (Capsicum annuum


L.) F2 POPULATION AGAINST
BACTERIAL WILT DISEASE (Ralstonia solanacearum)
Dina Ayu Ningtyas*), Nur Basuki dan Respatijarti

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya


Jln. Veteran, Malang 66514, Indonesia
*)
Email: dinaaningtyas@gmail.com

ABSTRAK ABSTRACT

Salah satu penyebab tidak tercapainya One of the causes of unachieved potential
potensi hasil cabai adalah karena serangan yield of chilli are pest and disease attacked.
hama dan penyakit. Layu bakteri (Ralstonia Bacterial wilt (Ralstonia solanacearum) is a
solanacearum) merupakan penyakit utama major disease that attacks the chilli crop.
yang menyerang pertanaman cabai. Tujuan The purpose of this research is to study the
dari penelitian ini adalah untuk mempelajari resistance character of chilli F2 populations
sifat ketahanan tanaman cabai besar against bacterial wilt disease and selected
populasi F2 terhadap penyakit layu bakteri individual of chilli F2 populations by
dan menyeleksi individu tanaman cabai resistance character to bacterial wilt disease
besar populasi F2 dengan sifat tahan and high potential yield. It was conducted in
terhadap penyakit layu bakteri dan potensi Patok village, Pujon-Malang from January -
hasil tinggi. Penelitian dilaksanakan di Desa June 2014. We used a single plant design.
Patok, Pujon-Malang pada bulan Januari - The material that used are three F2
Juni 2014. Penelitian menggunakan sistem populations and four parental genotypes.
tanam tunggal (single plant). Bahan tanam The F2 populations are PBC 473 x Randu,
yang digunakan adalah tiga populasi F2 dan 02094 x Randu, Jatilaba x Randu whereas
empat genotip parental tanaman cabai parental genotypes are Jatilaba, PBC 473,
besar. Adapun populasi F2 yakni PBC 473 x Randu and 02094. Result of research
Randu, 02094 x Randu, Jatilaba x Randu showed 02094 x Randu is an F 2 population
sedangkan genotip parental yakni Jatilaba, with the fastest appearance of disease’s
PBC 473, Randu dan 02094. Hasil symptom attacks and highest intensity of
penelitian menunjukkan 02094 x Randu infected plants when compared with other
merupakan populasi F2 dengan F2 populations, which are PBC 473 x Randu
kenampakan gejala serangan penyakit and Jatilaba x Randu. Estimate heritability
tercepat dan intensitas tanaman terserang value based on resistance character against
tertinggi bila dibandingkan dengan populasi bacterial wilt disease of F2 populations are
PBC 473 x Randu dan Jatilaba x Randu. low. Estimate heritability value and genetic
Nilai duga heritabilitas berdasarkan karakter advancement based on potential yield
ketahanan terhadap penyakit layu bakteri character of F2 populations are high.
pada populasi F2 adalah rendah. Nilai duga
heritabilitas dan kemajuan genetik Keywords: Chilli, Resistance, Bacterial Wilt
berdasarkan karakter potensi hasil pada and Ralstonia solanacearum
populasi F2 adalah tinggi.
PENDAHULUAN
Kata kunci: Cabai Besar, Ketahanan, Layu
Bakteri dan Ralstonia solanacearum Cabai besar (Capsicum annuum L.)
merupakan salah satu komoditas
633

Ningtyas,dkk,Seleksi Sifat Ketahanan.......

hortikultura penting yang banyak Pengujian sifat ketahanan tanaman pada


dibudidayakan karena memiliki nilai populasi F2 dilakukan secara alami dengan
ekonomi yang tinggi di Indonesia. Pada memanfaatkan waktu tanam pada musim
tahun 2012 produktivitas cabai besar di penghujan dan lahan pertanaman yang
Indonesia sebanyak 954,36 ribu ton dalam sebelumnya juga digunakan untuk budidaya
luas lahan 120,27 ribu Ha. Hasil tersebut cabai besar sehingga tanpa penambahan
menunjukkan adanya peningkatan hasil inokulasi penyakit. Informasi ini sebagai
sebesar 7,37 % jika dibandingkan tahun dasar dalam pelaksanaan program
2011 yakni 888,85 ribu ton dalam luas lahan ketahanan lebih lanjut untuk menghasilkan
121,06 ribu Ha. Sehingga produktivitas hasil varietas cabai besar yang memiliki
cabai besar berada pada kisaran 7,93 ketahanan terhadap penyakit layu bakteri
ton/ha (BPS, 2013). Angka tersebut masih dan potensi hasil tinggi.
sangat rendah jika dibandingkan dengan
potensi hasilnya. Syukur et al. (2011) BAHAN DAN METODE PENELITIAN
menyatakan bahwa potensi cabai nasional
dapat ditingkatkan mencapai 22 ton/ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Faktor biotik dan abiotik memberikan Januari - Juni 2014. Lokasi penelitian
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman berada di Desa Patok, Pujon-Malang
dan berdampak pada potensi hasil. dengan ketinggian 1100 m dpl dan suhu
Wiratama et al. (2013) menegaskan bahwa rata-rata 24°C. Bahan yang digunakan
beberapa kendala yang menyebabkan dalam penelitian adalah tiga populasi F 2
rendahnya produktivitas cabai adalah faktor yakni PBC 473 x Randu, 02094 x Randu,
varietas dengan daya hasil rendah dan Jatilaba x Randu dan empat genotip
adanya serangan organisme pengganggu parental yakni Jatilaba, PBC 473, Randu
tanaman (OPT) yaitu hama, penyakit, dan dan 02094.
gulma. Layu bakteri (Ralstonia Penelitian disusun menggunakan
solanacearum) merupakan penyakit yang sistem tanam tunggal (single plant). Semua
dominan menyerang pertanaman cabai. generasi F2 hasil kombinasi persilangan dan
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh tetua dalam satu populasi di pertanaman
bakteri R. solanacearum dimana patogen ini yang sama. Dalam penelitian ini terdapat
memiliki kisaran inang dan daerah sebaran tiga blok dimana pada setiap blok ditanam
yang luas dan kemampuan bertahan hidup tiga populasi F2 dan empat populasi tetua
di dalam tanah dan rizosfer tanaman yang secara acak.
bukan inang (Supriadi, 2011). Luasnya Karakter pengamatan meliputi tinggi
kisaran inang tersebut menyebabkan tanaman, jumlah daun, saat muncul
pengendalian dengan sistem rotasi serangan penyakit layu bakteri, indeks
tanaman sulit dilakukan. penyakit layu bakteri (Tabel 1 dan Tabel 2),
Upaya pengendalian secara preventif jumlah buah per tanaman dan bobot buah
dapat dilakukan dengan menggunakan per tanaman.
varietas tahan karena varietas tahan dapat Analisis data dilakukan dengan
menekan serangan bakteri. Pembentukan pendugaan ragam lingkungan, fenotip,
varietas cabai tahan layu bakteri genetik, heritabilitas dan KGH.
memerlukan program pemuliaan tanaman
yang antara lain dengan pengujian
ketahanan beberapa genotip cabai hasil
persilangan dan dilanjutkan dengan seleksi.
Yulianah dan Kendarini (2011) telah
melakukan persilangan tanaman cabai
tahan layu bakteri dengan cabai potensi
hasil tinggi dan menghasilkan generasi F 1
dengan keberagaman respon ketahanan
terhadap penyakit layu bakteri mulai dari
tahan, agak tahan dan agak rentan.
634

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 8, Desember 2015, hlm. 632 – 639

Tabel 1 Penentuan Indeks Penyakit pada (3,31 - 5,50%), agak tinggi (6,61 - 10,00%)
Tanaman Cabai Besar yang dan tinggi (> 10%).
Terserang Layu Bakteri (Peter et
al., 1993 dalam Yulianah, 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks penyakit
Gejala Ketahanan Populasi F2 Terhadap Layu
(6 kelas skor)
0 Tidak ada gejala (sehat) Bakteri
1 1 - 20% daun layu Studi pendahuluan yang mendukung
2 21 - 40% daun layu penelitian telah dilaksanakan oleh Yulianah
3 41 - 60% daun layu dan Kendarini (2011) mengenai perakitan
4 61 - 80% daun layu varietas cabai hibrida tahan layu bakteri dan
5 81 - 100% daun layu
berdaya hasil tinggi. Populasi F 2 dihasilkan
dari persilangan antara tetua dengan sifat
Tabel 2 Respon Ketahanan Cabai Besar yang berbeda. Jatilaba dan PBC 473
Terhadap Layu Bakteri merupakan tetua yang memiliki sifat tahan
Berdasarkan Indeks Penyakit terhadap layu bakteri akan tetapi berdaya
(Peter et al., 1993 dalam Yulianah, hasil rendah. Genotip 02094 merupakan
2007) tetua yang memiliki sifat agak tahan
Indeks penyakit Respon terhadap layu bakteri akan tetapi berdaya
0≤X<1 Tahan hasil rendah. Sedangkan Randu merupakan
1≤X≤2 Agak tahan tetua yang memiliki sifat berdaya hasil tinggi
2<X≤3 Agak rentan
namun rentan terhadap layu bakteri. Layu
>3 Rentan
bakteri adalah salah satu faktor yang
membatasi di produksi cabai (Babu et al.,
Besar nilai heritabilitas (dalam arti
2011). Dalam rangka memperoleh varietas
luas) suatu karakter dapat diduga dengan
dengan sifat tahan terhadap layu bakteri
persamaan berikut:
dan berdaya hasil tinggi maka dihasilkan
σ2 g
h2 = 2 beberapa populasi F 2 yang merupakan hasil
σ g+ σ2 e persilangan PBC 473 x Randu, 02094 x
Randu dan Jatilaba x Randu.
Menurut Syukur et al. (2010), kriteria Pada gambar 1 dan gambar 2 dapat
nilai heritabilitas dalam arti luas adalah dilihat bahwa saat periode 7-35 hst populasi
rendah (0,0 < h2 < 0,2), sedang (0,2 ≤ h2 < F2 sudah menunjukkan adanya tanaman
0,5), tinggi (h2 ≥ 0,5). yang terserang layu bakteri, sedangkan
Kemajuan genetik harapan (KGH) populasi tetua baru menunjukkan adanya
dihitung dengan rumus: serangan pada periode 36-64 hst. Gejala
KGH = h2.i.σf serangan penyakit layu bakteri pada
Keterangan: tanaman memperlihatkan tingkat ketahanan
h = heritabilitas dalam arti luas tanaman terhadap serangan penyakit
i = intensitas seleksi dalam satuan baku tersebut. Populasi F2 hasil persilangan
(pada intensitas seleksi 10%, nilai i = 02094 x Randu menampakkan gejala awal
1,76 (Fehr, 1987)) tercepat yakni 29 hst dan intensitas tertinggi
σf = simpangan baku fenotip total 41 tanaman terserang. Sedangkan
Maka presentase kemajuan genetik populasi F2 hasil persilangan PBC 473 x
harapan diperoleh dengan persamaan: Randu menampakkan gejala awal saat 30
hst dan total 30 tanaman terserang,
KGH sedangkan populasi F2 hasil persilangan
% KGH= x 100%
x Jatilaba x Randu menampakkan gejala awal
saat 35 hst dan total 29 tanaman terserang.
Dimana x = rata-rata populasi Tiga populasi F2 memperlihatkan tingkat
tanaman. Kriteria PKGH (Fehr, 1987) ketahanan terhadap layu bakteri mendekati
adalah rendah (0.0 – 3,30%), agak rendah sifat tetua baik dari Jatilaba, PBC 473
maupun 02094. Namun pengaruh sifat
635

Ningtyas,dkk,Seleksi Sifat Ketahanan.......

Jumlah Tanaman 20 16
Terserang 15
10 10
10 8
3 4 4
5 1 2 2 2 2
0 0 0 0
0
7-35 hst 36-64 hst 65-93 hst 94-122 hst
Periode Pengamatan (hst)

Jatilaba PBC 473 Randu 02094

Gambar 1 Intensitas Serangan Penyakit pada Populasi Tetua Berdasarkan Periode


Pengamatan (hst)

50 41
Jumlah Tanaman

37
40 33 30
27 29
Terserang

30 19 20
20 15
10
10 6
2
0
7-35 hst 36-64 hst 65-93 hst 94-122 hst
Periode Pengamatan (hst)

PBC 473 x Randu 02094 x Randu Jatilaba x Randu

Gambar 2 Intensitas Serangan Penyakit pada Populasi F2 Berdasarkan Periode Pengamatan


(hst)

rentan dari tetua Randu masih Menurut Ciampi dan Sequeira (1980), pada
terekspresikan pada ketiga populasi ini. tahap awal serangan penyakit, daun-daun
Berdasarkan pengamatan di lapang, muda dalam satu rangkaian batang layu
gejala yang muncul pada tanaman selain secara cepat saat suhu hari tinggi sehingga
kelayuan secara menyeluruh pada tanaman pada fase ini hanya satu atau sebagian
tanpa didahului menguningnya daun juga selebaran akan layu dan tanaman akan
munculnya gejala kelayuan yang disertai menunjukkan pemulihan pada malam hari
kekerdilan pada tanaman muda. Muthoni, ketika suhu lebih rendah namun sepanjang
Shimelis dan Melis (2012) menyatakan perkembangan penyakit seluruh daun akan
bahwa gejala kelayuan yang diikuti dengan layu dalam kondisi warna daun masih hijau.
gejala lain yakni epinasti, klorosis dan Kriteria ketahanan tanaman
kekerdilan pada tanaman terjadi pada berdasarkan nilai indeks penyakit dari tiap
varietas yang tahan. tanaman populasi F2 yang didapat antara
Gejala lain yang nampak pada tahan-rentan. Pengaruh yang tampak pada
tanaman adalah gejala layu pada sebagian penelitian adalah keragaman ekspresi
tanaman terutama pada daun muda dan ketahanan tanaman terhadap penyakit layu
diikuti kelayuan pada seluruh tanaman bakteri. Ekspresi sifat ketahanan tanaman
dalam kurun waktu kurang dari tujuh hari. terhadap layu bakteri termasuk dalam
636

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 8, Desember 2015, hlm. 632 – 639

kategori lolos dimana tiga faktor yang penentu terjadinya penyakit adalah iklim
dibutuhkan untuk terjadinya penyakit pada dan cuaca dimana lingkungan penelitian
suatu tanaman terjadi dalam waktu yang sesuai dengan kondisi optimum bagi
tidak bersamaan. Tiga faktor tersebut perkembangan penyakit. Lafortune et al.
adalah tanaman, patogen dan lingkungan (2005) menyatakan faktor lingkungan
yang dikenal dengan istilah segitiga termasuk suhu udara dan tanah,
penyakit. Taufik et al. (2013) menambahkan kelembaban, infeksi penyakit sangat
bahwa konsep segitiga penyakit mempengaruhi upaya ketahanan dan dapat
menunjukkan hubungan atau pengaruh menjelaskan dari banyaknya perbedaan
yang kuat terhadap munculnya penyakit yang didapat antar lokasi.
pada suatu tanaman. Nilai duga heritabilitas berdasarkan
Faktor tanaman inang dapat indeks penyakit pada tiga populasi F 2
dikatakan sebagai penentu terjadinya diperoleh nilai heritabilitas rendah (Tabel 3).
penyakit adalah peran genotip ketahanan Rendahnya nilai heritabilitas selain
tanaman inang terhadap penyakit layu disebabkan faktor ragam genetik ketahanan
bakteri dimana gen ketahanan populasi F 2 yang telah seragam, karakter ketahanan
berasal dari gen mayor tahan terhadap layu juga berkaitan terhadap konsep segitiga
bakteri yang berasal dari tetua Jatilaba, penyakit dimana penyakit merupakan hasil
PBC 473 dan 02094 sedangkan gen rentan interaksi antara tanaman inang, patogen
layu bakteri masih terekspresikan yang dan lingkungan. Walaupun tanaman
berasal dari tetua Randu. Faktor patogen memiliki gen tahan dari tetua, kondisi
dapat dikatakan sebagai penentu terjadinya lingkungan yang mendukung bagi
penyakit adalah virulensi dan fleksibilitas perkembangan patogen, tetapi jika patogen
populasi patogen dimana patogen layu yang ditemukan merupakan koloni non-
bakteri yang ditemukan merupakan koloni virulen maka intensitas serangan penyakit
non-virulen. Koloni non-virulen apabila ke tanaman menjadi tidak sempurna
dikembangbiakkan maka patogen tersebut sehingga karakter ketahanan tidak terlihat
tidak dapat menimbulkan penyakit karena secara pasti seperti yang terjadi dalam
memiliki daya serang yang lemah. Faktor penelitian ini.
lingkungan dapat dikatakan sebagai

Tabel 3 Nilai heritabilitas dan KGH Karakter Ketahanan Penyakit Layu Bakteri pada Populasi F2
F2
PBC 473 x Randu 02094 x Randu Jatilaba x Randu
Rerata 0,94 0,99 0,91
Ragam fenotip 0,29 0,31 0,25
Ragam lingkungan 0,28 0,31 0,22
Ragam genotip 0,01 0,00 0,03
Heritabilitas 0,1 0,0 0,1
KGH 0,1 0,0 0,1
% KGH 5% 0% 11%
Keterangan: Intensitas seleksi 10%.

Tabel 4 Nilai Heritabilitas dan KGH Populasi PBC 473 x Randu Karakter Pertumbuhan dan
Potensi Hasil (Populasi dan Rerata Antar Blok)
1 Populasi Rerata Blok 1, Blok 2, Blok 3
Karakter 2 2
Rerata h KGH % KGH Rerata h KGH % KGH
Tinggi tanaman (cm) 46,88 0,78 15,82 34 % 46,88 0,75 14,48 32 %
Jumlah daun 33,51 0,74 14,83 44 % 33,51 0,65 12,20 37 %
Jumlah buah 27,46 0,81 8,61 31 % 27,46 0,82 8,41 31 %
Bobot buah per tanaman (g) 222,33 0,96 67,19 30 % 222,33 0,91 0,91 28 %
Keterangan: Intensitas seleksi 10%.
637

Ningtyas,dkk,Seleksi Sifat Ketahanan.......

Tabel 5 Nilai Heritabilitas dan KGH Populasi 02094 x Randu Karakter Pertumbuhan dan Potensi
Hasil (Populasi dan Rerata Antar Blok)
1 Populasi Rerata Blok 1, Blok 2, Blok 3
Karakter 2 2
Rerata h KGH % KGH Rerata h KGH % KGH
Tinggi tanaman (cm) 37,87 0,62 9,37 25 % 37,87 0,63 9,60 25 %
Jumlah daun 24,80 0,61 9,96 40 % 24,80 0,48 7,57 30 %
Jumlah buah 30,56 0,77 8,07 26 % 30,57 0,82 8,58 28 %
Bobot buah per tanaman (g) 221,80 0,95 71,05 32 % 221,70 0,87 65,60 29 %
Keterangan: Intensitas seleksi 10%.

Tabel 6 Nilai Heritabilitas dan KGH Populasi Jatilaba x Randu Karakter Pertumbuhan dan
Potensi Hasil (Populasi dan Rerata Antar Blok)
1 Populasi Rerata Blok 1, Blok 2, Blok 3
Karakter 2 2
Rerata h KGH % KGH Rerata h KGH % KGH
Tinggi tanaman (cm) 42,88 0,67 11,02 26 % 42,88 0,67 11,06 25 %
Jumlah daun 30,25 0,66 11,41 38 % 30,25 0,70 10,75 36 %
Jumlah buah 28,63 0,70 6,28 22 % 28,71 0,74 6,52 22 %
Bobot buah per tanaman (g) 206,58 0,95 57,79 28 % 206,54 0,89 53,20 25 %
Keterangan: Intensitas seleksi 10%.

Heritabilitas dan Kemajuan Genetik 0,13 dan selisih nilai KGH 0%-10% pada
Harapan seluruh karakter pengamatan. Nilai
Hasil analisa data pada populasi PBC heritabilitas sedang menunjukkan bahwa
473 x Randu (Tabel 4) didapatkan bahwa faktor genetik aditif dalam mengendalikan
perhitungan dalam satu populasi maupun karakter tersebut kemungkinan lebih mudah
rerata tiap blok nilai heritabilitas dan KGH diwariskan kepada keturunannya namun
seluruh karakter pengamatan adalah tinggi. memiliki proporsi yang kurang bermanfaat.
Jika dibandingkan nilai heritabilitas dan Hasil analisa data pada populasi
KGH antara analisa satu populasi dengan Jatilaba x Randu (Tabel 6) didapatkan
rerata tiap blok didapatkan selisih nilai bahwa perhitungan dalam satu populasi
heritabilitas 0,01-0,09 dan selisih nilai KGH maupun rerata tiap blok nilai heritabilitas
0%-7% pada seluruh karakter pengamatan. dan KGH seluruh karakter pengamatan
Selisih nilai dari kedua metode analisa tidak adalah tinggi. Jika dibandingkan nilai
berpengaruh nyata terhadap perubahan heritabilitas dan KGH antara analisa satu
nilai heritabilitas atau KGH yang masih populasi dengan rerata tiap blok didapatkan
berada pada kategori tinggi. Menurut Fehr selisih nilai heritabilitas 0,00-0,06 dan
(1987), jika nilai duga heritabilitas dan selisih nilai KGH 0%-3% pada seluruh
kemajuan genetik harapan tinggi maka karakter pengamatan. Nilai duga
seleksi dilakukan pada generasi awal heritabilitas menunjukkan apakah suatu
karena karakter dari suatu genotip mudah karakter dikendalikan oleh faktor genetik
diwariskan ke keturunannya. atau faktor lingkungan (Lestari et al., 2006).
Hasil analisa data pada populasi Hal ini menunjukkan bahwa ragam genetik
02094 x Randu (Tabel 5) didapatkan bahwa lebih berperan dari ragam lingkungan.
perhitungan dalam satu populasi maupun
rerata tiap blok nilai heritabilitas dan KGH Tanaman Terseleksi
sebagian besar karakter pengamatan Tiga populasi F2 memiliki nilai
adalah tinggi kecuali karakter jumlah daun heritabilitas dan KGH yang tinggi pada
pada perhitungan rerata tiap blok dengan karakter potensi hasil. Heritabilitas sangat
nilai heritabilitas sedang. Jika dibandingkan bermanfaat dalam proses seleksi (Syukur et
nilai heritabilitas dan KGH antara analisa al., 2011). Tanaman diseleksi berdasarkan
satu populasi dengan rerata tiap blok tingkat ketahanan terhadap penyakit yakni
didapatkan selisih nilai heritabilitas 0,01- individu tanaman yang memiliki respon
638

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 8, Desember 2015, hlm. 632 – 639

tahan dengan nilai indeks penyakit 0, tinggi, sehingga individu yang terseleksi
didukung oleh komponen hasil seperti adalah individu dengan nilai karakter
jumlah buah total dan bobot buah total potensi hasil lebih besar dari nilai rata-rata
sebanyak 10% dari tiap populasi F2. tiap populasi. Individu yang terpilih
Individu yang terseleksi pada sebanyak 10% dari tiap populasi F 2.
populasi PBC 473 x Randu adalah individu
dengan kisaran bobot buah total 235,00- DAFTAR PUSTAKA
345,00 gram per tanaman, jumlah buah 24-
37 per tanaman dan bobot 9,00-9,80 gram Babu, B. Sarath, S.R. Pandravada,
per buah. Individu yang terseleksi pada R.D.V.J. Prasada Rao, K. Anitha,
populasi 02094 x Randu adalah individu S.K. Chakrabarty and K.S.
dengan kisaran bobot buah total 243,00- Varaprasad. 2011. Global Sources of
368,00 gram per tanaman, jumlah buah 30- Pepper Genetic Resources Against
40 per tanaman dan bobot 7,00-9,00 gram Arthropods, Nematodes and
per buah. Individu yang terseleksi pada Pathogens. Crop Protection. 30:389-
populasi Jatilaba x Randu adalah individu 400.
dengan kisaran bobot buah total 222,00- BPS. 2013. Produksi Cabai Besar, Cabai
292,00 gram per tanaman, jumlah buah 25- Rawit, dan Bawang Merah Tahun
40 per tanaman dan bobot 7,00-8,00 gram 2012. Berita Resmi Statistik No.
per buah. 54/08/Th. XVI:2-4.
Seleksi individu tanaman pada Ciampi, L., Sequeira, L. 1980. Influence of
populasi awal (bersegregasi) sangat Temperature on Virulence of Race 3
diperlukan. Seleksi pedigree (silsilah) Strains of Pseudomonas
merupakan salah satu seleksi yang dapat solanacearum. American Potato
digunakan dalam populasi segregasi. Journal. 57:307-317.
Widyawati, Yulianah dan Respatijarti (2014) Fehr, W.R. 1987. Principle of Cultivar
menyatakan bahwa tujuan dari seleksi Development: Theory and Technique.
pedigree adalah untuk mendapatkan Macmillan Publishing Company: New
varietas baru dengan mengkombinasikan York.
gen-gen yang diinginkan dan ditemukan Lafortune, D., M. Beramis, A.M. Daubeze,
pada dua genotip atau lebih. N. Boissot and A. Palloix. 2005.
Partial Resistance of Pepper to
KESIMPULAN Bacterial Wilt Is Oligogenic and
Stable Under Tropical Conditions.
Perbedaan respon ketahanan Plant Disease Journal. 89 (5):501-
terhadap penyakit layu bakteri pada tiap 506.
individu populasi F2 dalam kisaran tahan- Lestari, A.D., W. Dewi, W.A. Qosim, M.
rentan. Perhitungan nilai heritabilitas Rahardja, N. Rostini dan R.
karakter ketahanan tanaman terhadap Setiamihardja. 2006. Variabilitas
serangan penyakit layu bakteri yang rendah Genetik Dan Heritabilitas Karakter
menunjukkan bahwa selain proporsi ragam Komponen Hasil Dan Hasil Lima
genetik dalam karakter ketahanan tergolong Belas Genotip Cabai Merah. Zuriat.
seragam, faktor lain yang dapat 17 (1):97-98.
mempengaruhi ketahanan tanaman adalah Muthoni, J., H. Shimelis, R. Melis. 2012.
tanaman inang, patogen dan lingkungan. Management of Bacterial Wilt
02094 x Randu merupakan populasi F 2 (Ralstonia solanacearum Yabuuchi et
dengan kenampakan gejala serangan al., 1009) of Potatoes: Opportunity for
penyakit tercepat dan intensitas tanaman Host Resistance in Kenya. Journal of
terserang tertinggi bila dibandingkan Agricultural Science. 4:64-78.
dengan populasi PBC 473 x Randu dan Supriadi. 2011. Penyakit Layu Bakteri
Jatilaba x Randu. Nilai heritabilitas dan (Ralstonia solanacearum): Dampak,
kemajuan genetik harapan pada tiga Bioekologi, dan Peranan Teknologi
populasi F2 karakter potensi hasil adalah
639

Ningtyas,dkk,Seleksi Sifat Ketahanan.......

Pengendaliannya. Pengembangan Populasi F2 Tanaman Cabai Besar


Inovasi Pertanian. 4 (4):279-293. (Capsicum annuum L.). Jurnal
Syukur. M., S. Sujiprihati, R.Yunianti dan Produksi Tanaman. 2 (3):247-252.
K. Nida. 2010. Pendugaan Wiratama, I.D.M.P., I.P. Sudiarta, I.M.
Komponen Ragam, Heritabilitas dan Sukewijaya, K. Sumiartha, M.P.
Korelasi untuk Menentukan Kriteria Utama. 2013. Kajian Ketahanan
Seleksi Cabai (Capsicum annuum L.) Beberapa Galur dan Varietas Cabai
Populasi F5. Jurnal Hortikultura Terhadap Serangan Antraknosa di
Indonesia. 1 (3):74-80. Desa Abang Songan Kecamatan
Syukur, M., S. Sujiprihati, R.Yunianti dan Kintamani Kabupaten Bangli. E-jurnal
D.A. Kusumah. 2011. Pendugaan Agroekoteknologi Tropika. 2 (2):71-
Ragam Genetik dan Heritabilitas 81.
Karakter Komponen Hasil Beberapa Yulianah, I. 2007. Studi Pewarisan Karakter
Genotip Cabai. Jurnal Agrivigor Ketahanan Cabai (Capsicum annuum
Indonesia. 10 (2):148-156. L.) Terhadap Layu Bakteri (Ralstonia
Taufik, M., Sarawa, A. Hasan, K. Amelia. solanacearum). Thesis. Institut
2013. Analisis Pengaruh Suhu dan Pertanian Bogor: Bogor.
Kelembapan Terhadap Yulianah, Izmi dan N. Kendarini. 2011.
Perkembangan Penyakit Tobacco Perakitan Varietas Cabai Hibrida
mosaic virus Pada Tanaman Cabai. Tahan Layu Bakteri dan Berdaya
Jurnal Agroteknos. 3 (2):94-100. Hasil Tinggi. Laporan Penelitian
Widyawati, Z., I. Yulianah dan Hibah Bersaing Tahun Anggaran
Respatijarti. 2014. Heritabilitas dan 2011. Universitas Brawijaya: Malang.
Kemajuan Genetik Harapan Empat

Anda mungkin juga menyukai