1)Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia
2)PT. Bisi International Tbk. Farm Kencong
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 619 – 628
Keterangan, Keterangan,
KP : Kejadian penyakit (%) KC : kandungan capsaicin (mg/g)
n : buah yang terserang penyakit A : nilai konsentrasi absorbansi
N : jumlah buah cabai merah total F : faktor pengenceran
yang diinokulasi W : berat sampel (g)
V : volume pengenceran (ml)
Pengamatan buah yang terserang penyakit Pengamatan aktivitas enzim
jika diameter nekrosis ≥ 4 mm. Hasil peroksidase dilakukan dengan metode
perhitungan kejadian penyakit kemudian ekstraksi enzim sebanyak 1 gram sampel
ditentukan kelas ketahanan penyakit diekstraksi dan dihomogenkan buffer
(Syukur et al., 2007) (pada tabel 1). phosphat 0,1 M 5 ml (pH 6,5).
Diameter nekrosis ditentukan dengan
cara mengukur diameter nekrosis pada
622
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 619 – 628
Tabel 2 Rata-rata Kejadian Penyakit, Kelas Ketahanan Penyakit dan Diameter Nekrosis Masing-
masing Perlakuan
No. Perlakuan Buah Hijau Buah Merah
Kejadian Diameter Kejadian Diameter
Penyakit Nekrosis Penyakit Nekrosis
1 Varietas Rimbun 3 49,016 cdef 4,600 abcdef 31,146 abc 2,833 a
2 Varietas Elegance 53,604 cdefg 6,333 efg 23,215 ab 3,967 abcde
3 Varietas Imola 42,401 bcde 5,867 defg 16, 901 a 2,933 ab
4 Varietas HPT 1729 48,357 cdef 4,600 abcdef 11,758 4,067 abcde
5 Varietas HPT 1730 49,619 cdef 5,300 bcdefg 74,753 g 7,033 g
6 Varietas HPT 1777 21,871 ab 2,667 a 34,151 ab 3,067 abc
7 VarietasGada MK 66,961 efg 5,433 cdefg 23,777 ab 3,900 abcd
8 Varietas HP 1072 N 55,964 defg 5,733 defg 57,128 defg 6,767 fg
9 Varietas Imperial 10 43,516 bcde 6,833 fg 71,755 fg 5,367 cdefg
10 Varietas OR Twist 33 71,067 fg 7,633 g 33,587 abcd 3,567 abcd
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT taraf kepercayaan 5%.
Kriteria Ketahanan Penyakit Antraknosa antraknosa tahan pada buah merah diduga
Sifat ketahanan dari tanaman hasil memiliki gen tahan antraknosa yang
persilangan atau populasi F1 dipengaruhi menurun dari parentalnya. Tetua betina
oleh faktor internal dan eksternal. Faktor maupun tetua jantan dari varietas Imola
internal lebih ditekankan pada sifat genetik memiliki sifat moderat dalam
yang diwariskan dari tetua pendonor menanggulangi penyakit antraknosa.
(Purnamasari et al., 2015). Genotip buah Sedangkan pada varietas HPT 1729 yang
cabai dengan kemasakan buah berbeda tetuanya. Tetua betina (♀) varietas HPT
yang diinokulasi dengan cendawan C. 1729 termasuk dalam kriteria ketahanan
acutatum menunjukkan hasil ketahanan antraknosa tahan sedangkan tetua jantan
penyakit antraknosa yang beragam. Dari (♂) termasuk moderat. Berdasarkan
hasil inokulasi cendawan C. acutatum pada penelitian Syukur et al. (2007) bahwa
buah hijau terdapat satu genotip cabai pewarisan ketahanan antraknosa C.
merah besar yang menunjukkan moderat acutatum tidak dipengaruhi oleh efek
yaitu Varietas HPT 1777. Sedangkan buah maternal dan sifat ketahanan dikendalikan
cabai yang diinokulasi cendawan C. oleh gen-gen yang berada di dalam inti
acutatum pada buah merah terdapat dua (nuclear genes). Apabila karakter
genotip cabai merah yang menunjukkan ketahanan antraknosa dipengaruhhi oleh
tahan yaitu varietas Imola dan HPT 1729 efek maternal maka keturunan persilangan
(pada tabel 3). Pada varietas Imola yang resiproknya akan memberikan hasil yang
memiliki kriteria ketahanan penyakit berbeda dan memperlihatkan ciri dari tetua
624
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 619 – 628
mengalami kesulitan atau bahkan tidak hama dan penyakit. Hal ini bisa terjadi
mungkin menyebar pada permukaan dikarenakan senyawa capsaicin yang
lapisan epidermis (Aliah et al., 2015). memiliki sifat rasa pedas yang mampu
Lapisan kutikula yang paling tebal pada menghambat pertumbuhan patogen di
perlakuan varietas HPT 1729 buah merah dalam buah cabai.
yaitu sebesar 0,613 mm, sedangkan lapisan Dari hasil analisis korelasi kandungan
kutikula yang paling rendah pada perlakuan capsaicin menunjukkan terdapat hubungan
varietas HP 1072 N buah merah yaitu yang nyata antara kandungan capsaicin
sebesar 0,133 mm. Pada perlakuan varietas dengan kejadian penyakit dan kandungan
HP 1072 N buah hijau lapisan kutikula lebih capsaicin dengan diameter nekrosis yang
tebal dibandingkan dengan buah merah, berturut-turut sebesar -0,467 dan -0,447
namun apabila dilihat dari kejadian penyakit (pada tabel 4). Korelasi ini memiliki nilai
secara statistik tidak menunjukkan adanya yang negatif, sehingga hubungan antara
perbedaan yang nyata, sedangkan pada kandungan capsaicin dengan kejadian
kelas ketahanan penyakit tidak berbeda penyakit dan kandungan capsaicin dengan
yaitu rentan dan diameter nekrosis yang diameter nekrosis berbanding terbalik.
juga menunjukkan tidak berbeda nyata. Apabila kandungan capsaicin rendah maka
Jadi, ketebalan lapisan kutikula yang lebih kejadian penyakit akan meningkat yang
tebal mampu menurunkan kejadian diikuti dengan melebarnya diameter
penyakit. nekrosis dan sebaliknya apabila kandungan
Pada perlakuan varietas Imperial 10 capsaicin tinggi maka kejadian penyakit
buah hijau kejadian penyakit lebih baik akan turun dan diikuti dengan sempitnya
ketimbang buah merah yaitu dari rentan diameter nekrosis.
menjadi sangat rentan. Sedangkan apabila Kandungan capsaicin paling tinggi
dilihat dari ketebalan lapisan kutikula pada terdapat pada perlakuan varietas OR Twist
buah hijau lebih tipis dari pada buah merah. 33 buah merah, sedangkan yang paling
Menurut Aliah et al. (2015) bahwa terdapat rendah pada perlakuan varietas Gada MK
juga varietas yang memiliki lapisan kutikula buah hijau. Rata-rata pada perlakuan buah
tebal namun mudah diserang oleh patogen hijau kandungan capsaicin lebih rendah
penetrasi secara langsung. Selain itu, Dewi dibandingkan dengan perlakuan buah
et al. (2013) sel-sel epidermis yang merah dalam satu varietas yang sama. Hal
berdinding kuat dan tebal akan membuat ini terjadi pada Varietas Rimbun 3, varietas
penetrasi jamur patogen kesulitas Elegance, varietas Imola, Varietas HPT
menginfeksi. Kuatnya dinding sel 1729, varietas HPT 1730, varietas Gada
disebabkan terdapat senyawa endapan MK, dan varietas OR Twist 33. Menurut
kersik (silisium). Endapan kersik ini Purnama dan Candra (2009) bahwa
bertindak sebagai proteksi tanaman kandungan capsaicin pada buah cabai yang
terhadap patogen. Sedangkan pada berumur 14 DAF dengan keadaan buah
varietas Imperial 10 memiliki lapisan berwarna hijau lebih rendah dibandingkan
kutikula yang tebal namun, kejadian dengan cabai yang berumur 35 DAF
penyakit juga meningkat, sehingga dengan keadaan buah berwarna hijau
kemungkinan varietas ini memiliki lapisan kecoklatan.
kutikula tidak kuat dalam menahan infeksi
patogen antraknosa akibat endapan kersik Aktivitas Enzim Peroksidase
yang rendah. Enzim peroksidase merupakan salah
satu senyawa metabolit sekunder yang
Kandungan capsaicin menjadi mekanisme ketahanan tanaman
Capsaicin merupakan salah satu akibat serangan penyakit. Metabolisme
senyawa metabolit sekunder yang enzim peroksidase pada jaringan tanaman
dikeluarkan oleh buah cabai yang aktif memiliki fungsi untuk mempercepat
mengeluarkan panas dalam cabai. Buah konversi H2O2 yang bersifat racun untuk
cabai yang memiliki kandungan capsaicin menjadi molekul H2O. Hasil analisis korelasi
tinggi relatif lebih tahan terhadap serangan antara aktivitas enzim peroksidase terhadap
626
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 619 – 628
Tabel 4 Nilai Korelasi Ketebalan Kutikula, Kandungan Capsaicin dan Aktivitas Enzim
Peroksidase terhadap Kejadian Penyakit dan Diameter Nekrosis
Rata-rata Kejadian Penyakit Rata-rata Diameter Nekrosis
Ketebalan Lapisan Kutikula -0,457* -0,478*
Kandungan Capsaicin -0,467* -0,447*
Aktivitas Enzim Peroksidase 0,138 0,050
Diameter Nekrosis 0,786**
Keterangan: * korelasi signifikan pada level 5% dan ** korelasi signifikan pada level 1%.
kejadian penyakit dan diameter nekrosis pada parameter kejadian penyakit dan
tidak menunjukkan adanya hubungan yang diameter nekrosis. Perlakuan varietas Imola
nyata. Nilai korelasi antara aktivitas enzim dan HPT 1729 buah merah merupakan
peroksidase dengan kejadian penyakit varietas yang tahan terhadap penyakit
sebesar 0,138. Selanjutnya nilai korelasi antraknosa. Korelasi menunjukkan
antara aktivitas enzim peroksidase dengan perbedaan nyata pada ketebalan lapisan
diameter nekrosis sebesar 0,050 (pada kutikula, kandungan capsaicin dengan
tabel 4). Sehingga karakter aktivitas enzim kejadian penyakit dan diameter nekrosis.
peroksidase tidak bisa dijadikan sebagai Semakin lapisan kutikula tebal dan
indikator sifat ketahanan penyakit kandungan capsaicin tinggi maka buah
antraknosa. Menurut Tenaya et al. (2001) cabai merah semakin tahan. Namun pada
bahwa tidak adanya hubungan antara hubungan karakter enzim peroksidase tidak
karakter aktivitas enzim peroksidase menunjukkan berbeda nyata dengan
terhadap persentase buah terserang kejadian penyakit dan diameter nekrosis.
penyakit dan intensitas serangan penyakit.
antraknosa secara fenotipik. Pada DAFTAR PUSTAKA
penelitian lain menjelaskan bahwa aktivitas
enzim peroksidase merupakan indikator Aliah, N. U., L. Sulistyowati dan A.
respons pertahanan tanaman terhadap Muhibbudin. 2015. Hubungan
infeksi virus. Selain itu, aktivitas enzim ketebalan lapisan epidermis daun
peroksidase memiliki nilai korelasi yang terhadap serangan jamur
positif antara aktivitas enzim peroksidase (Mycosphaerella musicola) penyebab
dengan tingkat gejala serangan dari virus penyakit bercak daun sigatoka pada
(Faizah et al., 2012). sepuluh kultivar pisang. Jurnal HPT.
3(1):35-43.
KESIMPULAN diakses tanggal 24 Nopember 2015.
Arif, A. B., S. Sujiprihati dan M. Syukur.
Adanya interaksi antara perlakuan 2012. Pendugaan parameter genetik
varietas dan kemasakan buah ditunjukkan pada beberapa karakter kuantitatif
627
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6, Nomor 4, April 2018, hlm. 619 – 628