Berkala
Agronomi : 1 – 10 (2020)
8 (1)Penelitian Agronomi 8 (1) : 1 – 10 (2020)
p-ISSN 2089-9858
e-ISSN 2502-3314
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pola tanam terhadap keberadaan hama dan musuh alami, intensitas
kerusakan tanaman kubis dan produktivitas lahan tumpangsari kubis dan tomat. Penelitiandilakukan di Laboratorium
Lapangan Kebun Percobaan IIdan Laboratorium Unit Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari, pada
bulan April hingga Juni 2018.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan
dengan 5 kali ulangan sebagai kelompok sehingga diperoleh 24 unit percobaan, yang terdiri dari monokultur kubis (MK),
monokultur tomat (MT), tumpangsari kubis + tomat berjalur (TB) dan tumpangsari kubis + tomat selang-seling (TS).
Variabel yang diamati yaitu: (1) intensitas kerusakan daun kubis (%), (2) jenis hama yang ditemukan selama penelitian,
(3) produksi kubis (g), (4) produksi tomat, dan (5) Land Equivalent Ratio (LER).Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola
tanam tumpangsari kubis + tomat berjalur dan tumpangsari kubis + tomat berselang-seling mampu menekan intensitas
serangan hama Plutella xylostella L. danSpodoptera litura. Tumpangsari kubis + tomat berjalur merupakan perlakuan pola
tanam terbaik dengan nilai Land Equivalent Ratio (LER) > 1,50.
Kata kunci : Jenis hama, Land Equivalent Ratio (LER), Tumpangsari kubis+tomat
Abstract
The study aims to evaluate the cropping pattern to the presence of pests and natural enemies, the intensity of crop
damage and land productivity intercropping cabbage and tomato.The research was conducted at the Experimental Garden
Field Laboratory II and the Laboratory of Agronomy Unit at the Faculty of Agriculture, University of Halu Oleo, Kendari,
from April to June 2018.The study used a Randomized Block Design (RBD) consisting of 4 treatments with 6 replications
as a group to obtain 24 experimental units, consisting of cabbage monoculture (MK), tomato monoculture (MT),
intercropping of cabbage + grooved tomatoes (TB) and intercropping cabbage + alternating tomatoes (TS). The variables
observed were: (1) intensity of damage to cabbage leaves (%), (2) type of pest found during the study, , (3) cabbage
production (g), (4) tomato production, and (5) Land Equivalent Ratio (LER ). The results showed that intercropping of
cabbage + tomato intermittent and intercropping of cabbage + grooved tomatoes was able to reduce the intensity of
Plutella xylostella L. and Spodoptera litura pests. The intercropping of cabbage + grooved tomatoes is the best cropping
pattern treatment with a value of Land Equivalent Ratio (LER) > 1.50.
*)
Penulis untuk korespondensi. Email : yayukmallarangeng@yahoo.com
1
Pengendalian Hama Plutella xylostella L. pada Tanaman Kubis …….
1
J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 1 – 10 (2020)
Beberapa inteksida ternyata juga mematikan cukup Penghitungan Intensitas serangan hama dilakukan
banyak serangan bukan OPT, sehingga kemungkinan dengan menggunakan rumus (Hunter et al., 1998).
akan menimbulkan ledakan hama sekunder dan
resugensi hama.
Mempertimbangkan masalah ini, maka mulai
timbul kekhawatiaran dunia tentang toksitasi
pestisida kimia, dan kebutuhan untuk lebih Keterangan:
meningkatkan metode pengendalian yang bersifat P = Intensitas / beratnya kerusakan/ serangan (%)
non-kimia dalam kerangka pengendalian hama n = jumlah contoh yang diamati
terpadu. Salah satu komponen teknologi v = nilai skor untuk tiap kategori kerusakan.
pengendalian yang ramah lingkungan dan bersifat N = jumlah total sampel yang diamati
pencegahan yaitu pengendalian secara kultur teknis
Z = nilai skor kategori kerusakan yang tertinggi
dengan pola tanam tumpangsari yang terbukti dapat
menekan resiko dalam budidaya (Kolvanagh & Nilai skala dan kategori serangan yang
Hokati, 2012). Selain berperan dalam pengendalian diterapkan untuk mengamati intensitas kerusakan
hama dapat juga memperoleh hasil beragam yang akibat serangan P. xylostella adalah sebagai berikut:
akan menghindarkan petani dari kegagalan panen. Skala 0: tidak ada kerusakan pada daun yang diamati
Selain itu pola tanam tumpangsari dapat digunakan Skala 1: ada kerusakan 1%-25% pada daun yang
dalam pemanfaatan lahan secara optimal yang akan
diamati
membawa keuntungan bagi petani dengan
meningkatnya produktifitas penggunaan lahan secara Skala 2: ada kerusakan 26%-50% pada daun yang
efektif dan efesien (Pracaya, 2009).Tumpangsari diamati
cabai merah dengan jagung dan ubi jalar mampu Skala 3: ada kerusakan 51%-75% pada daun yang
menekan pertumbuhan gulma dan serangan diamati
potyvirus(Mitiku, Chala & Beyene, 2013) dan Skala 4: ada kerusakan 76%-100% pada daun yang
(Orluchukwu & Udensi, 2013). Tumpangsari cabai diamati
merah dengan kubis, nanas, dan kacang-kacangan
(2) Jenis hama pada tanaman kubis: diamati pada
(Kahn, 2010).
saat terbentuk krop(3) musuh alami yang ditemukan
BAHAN DAN METODE di pertanaman, (4) Produksi kubis dan tomat (ton ha-
1
Penelitian dilaksanakan: di Kebun ), (5) LER Total Kubis+Tomat. Nilai LER (NKL)
Percobaan II Unit Lahan Kering dan Laboratorium dihitung menggunakan persamaan Dariuh et al.
Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (2006)
Kendari mulai dari bulan Maret - Mei 2018. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih
kubis varietas K-K cross, benih tomat varietas
TYMOTI F1, pupuk kandang dan pupuk dasar (Urea,
SP-36 dan KCl). Alat yang digunakan: cangkul,
sabit, parang, tali rafiah, patok, label perlakuan,
meteran, kamera dan alat tulis menulis.Rancangan Keterangan:
Percobaan: yang digunakan dalam penelitian ini Ypi = Hasil tanaman tumpangsari jenis tanaman ke-i
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan Ymi = Hasil tanaman monokultur jenis tanaman ke-i
faktor tunggal yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 5
kali ulangan sebagai kelompok sehingga diperoleh 20 HASIL DAN PEMBAHASAN
unit percobaan.Perlakuan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut: Monokultur kubis (MK), 1. Intensitas kerusakan daun tanaman kubis (%)
Monokultur tomat (MT), Tumpangsari berjalur (TB), Hasil analisis statistic terhadap variabel
dan Tumpangsari berselang-seling (TS). Variabel pengamatan intensitas kerusakan daun tanaman kubis
yang diamati meliputi: (1) Intensitas kerusakan berpengaruh tidak nyata pada umur 14, 21, 28, 35
daun kubis (%). Pengamatan intesitas kerusakan dan 42 hst dan berpengaruh nyata pada umur 56 hst
dilakukan pada saat tanaman kubis berumur 14 HST (Tabel 1).
dengan interval 7 hari sampai umur 56 HST.
Tabel 1. Rata-rata intensitas kerusakan daun tanaman kubis (%) yang ditumpangsarikan dengan tanaman tomat
pada umur 14, 21, 28, 35, 42 dan 56 HST
Pola Tanam Intensitas kerusakan daun tanaman kubis (%)
14 21 28 35 42 56 BNTα = 0,05
…………………………….HST……………………………….
TB (Berjalur) 1,67 a 1,88 a 2,68 a 1,72 a 1,78 a 2,59 b
TS (Berselang-Seling) 1,67 a 2,03 a 2,37 a 1,70 a 1,81 a 2,16 b 1,21
a a a a a a
MK (Mokultur Kubis) 1,78 2,05 2,65 1,79 1,85 3,89
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan
uji BNTα = 0,05
Berdasarkan uji BNTα= 0,05 perlakuan pola beta-selinene (5,10%), dan gamma-selinene
tanam tumpangsari tanaman kubis dan tomat (0,68%), yang bersifat penolak bagi nyamuk.
terhadap intensitas kerusakan daun tanaman kubis Kemangi mengandung linalool (45,11%) yang
menunjukkan bahwa pola tanam tumpangsari berjalur dapat membunuh kutu daun sehingga menurunkan
maupun berselang-seling antara tanaman kubis dan serangan potato virus Y pada tanaman kentang
tomatlebih rendah dibandingkan pola tanam (Oraby & El-Borollosy 2013). Schader, ZaLler &
monokultur. Hal ini diduga karena keberadaan Kopke (2005) melaporkan bahwa tumpangsari
tanaman tomat diantara tanaman kubis dapat kapas dengan kemangi mengakibatkan infestasi
menekan intensitas serangan P. xylostella pada hama menurun hingga 50% dan populasi fauna
tanaman kubis. Kristanto (2013) mengemukakan berguna meningkat sebesar 30%. Zhao et al. (2014)
bahwa pola tanam tumpangsari dapat menurunkan menunjukkan bahwa tumpangsari mentimun dengan
serangan hama dengan cara: (1) mencegah seledri mampu menekan serangan kutukebul.
penyebaran hama karena adanya pemisahan tanaman Proses pemilihan dan penentuan inang oleh
yang rentan, (2) salah satu jenis berperan sebagai hama, tanaman berperan sebagai sumber ransangan.
perangkap hama, dan (3) salah satu jenis tanaman Sifat morfologi tanaman tertentu dapat
menjadi penolak hama dari jenis tanaman yang lain. menghasilkan rasangan fisik untuk kegiatan makan
Kemampuan daun dan batang tanaman tomat dan peletakan telur.Variasi ukuran daun, bentuk,
dalam menolak P.xylostella disebabkan adanya warna, kekerasan jaringan dan tonjolan dapat
kandungan triterpenoid-steroid dan alkaloid yang menekan derajat penerimaan serangga terhadap
terkandung di dalam tomat.Senyawa triterpenoid tanaman (Patty, 2012).
terdapat dalam lapisan malam daun yang berfungsi Hasil pengamatan intensitas serangan
untuk menolak keberadaan serangga.Alkaloid diperoleh bahwa perlakuan pola tanam berjalur
merupakan racun syaraf bagi serangga dan (TB) dan berjalur (TS) berbeda tidak nyata, namun
mempunyai bau khas yang tidak disenangi serangga berbeda nyata dengan pola tanam monokultur
(Wahyudi et al., 2011). (MK).Hal ini disebabkan karena tidak adanya
Tumpangsari dengan tujuan untuk menekan tanaman penghalang pada pola tanam monokultur.
serangan OPT dengan menanam tanaman aromatik Sedangkan pada pola tanam tumpangsari tanaman
yang mengandung senyawa minyakesensial yang tomat dapat berperang sebagai faktor penghalang
beracun bagi hama (Yi et al. 2006; Azare-Bediako, hama sehingga intensitas serangan hama P.
Addo-Quaye & Mohammed, 2010; Ahmad & xylostella lebih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh
Ansari, 2013). Daya racun minyak esensial tersebut senyawa alkaloid yang dimiliki tanaman tomat
berspektrum luas sebagai fumigan, insektisida berupa lycopersicin. Senyawa alkaloid merupakan
kontak, penolak (repellent), antifeedant atau senyawa organik yang terdapat pada beberapa
berpengaruh terhadap perkembangan, reproduksi, dan tanaman terasa pahit, biasa dipakai sebagai bahan
perilaku serangga hama (Karamaounaet al. 2013). obat atau sebagai repellent pada serangga (Patty,
Kemangi dan seledri merupakan tanaman aromatik 2012). Hasil penelitian Subhan (2015)
yang dimanfaatkan sebagai sayuran dan obat (Khalid, menunjukkan bahwa penanaman sawi dan tomat
Hendawy & El-Gezawy 2006; Vina & Chaves 2006). dalam bentuk selang barisan dapat menekan
Tuetun et al. (2008) melaporkan bahwa seledri serangan P. xylostella. Keadaan ini menyebabkan
mengandung3-n-butyltetrahydrophthalide(92,48%), serangan hama berkurang karena tomat
menghasilkan tomatin yang dapat mengusir ngengat tanaman kubis. Total jumlah hama tanaman kubis
P. xylostella betina untuk bertelur pada tanaman yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah 2 famili
sawi. dengan 2 spesies pada masing-masing pertanaman
2. Jenis Hama dan Musuh Alami pada kubis. Serangga fitofag yang banyak ditemukan pada
Tumpangsari Kubis+Tomat pertanaman kubis adalah anggota Plutellidae
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa (Plutella xylostella), dan Noctuidae (Spodoptera
komunitas hama-hama tanaman kubis yang litura) (Tabel 2a).Sedangkan jenis musuh alami
ditumpangsarikan dengan tomat dikelompokkan ke ditemukan famili Ensifera (Gryllidae) dan famili
dalam serangga fitofag atau serangga pemakan Formicidae (Vespoidea) (Tabel 2b).
Tabel 2a. Jenis hama yang ditemukan pada pola tanam tumpangsari kubis+tomat
No. Klasifikasi Hama Utama Jenis Hama yang Ditemukan di Pertanaman Tumpangsari Kubis+Tomat
1 Kingdom: Animalia
Devisis : Arthopoda
Kelas : Insecta
Orda : Lepidoptera
Famili : Iponomeutidae
Genus : Plutella
Spesies : P. xylostella
Tabel 2b. Jenis musuh alami yang ditemukan pada pola tanam tumpangsari kubis+tomat
Jenis Musuh Alami Pola Tanaman Tumpangsari Tanaman Kubis dan Tomat
1 Musuh alami: Jangkrik
Kingdom : Animalia
Devisio : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Ortoptera
Famili : Ensifera
Genus : Gryllidae
Spesies : Gryllidae
Penampakan tanaman kubis dengan musuh alami jangkrik
2 Musuh alami: Semut
Divisio : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Apokrita
Spesies : Vespoidea
Penampakan tanaman kubis dengan musuh alami semut
Mengetahui keragaman dan kelimpahan monokultur maupun tumpangsari (Tabel 3 dan Tabel
hama-hama kubis merupakan komponen penting 4).
sebagai dasar strategi dalam pengendalian hama. Hasil pengamatan produksi tumpangsari
Faktor yang cukup berperan dalam perkembangan kubis dan tomat dan produksi monokultur
hama adalah ada tidaknya musuh alam (parasitoid) menunjukkan bahwa pola tanam berjalur dan
hama tersebut selain cara petani membudidayakan berselang-seling produksi lebih rendah dibandingkan
dan musim. Mengingat pentingnya peranan musuh dengan pola tanam monokultur.Hal ini dikarenakan
alam dalam pengaturan populasi hama pemakan daun luasan lahan yang digunakan 1 ha untuk monokultur,
kubis, dan secara umum informasi tertulis mengenai sedangkan tumpangsari dengan luasan 1 ha
struktur komunitas hama-hama yang berasosiasi digunakan untuk dua jenis tanaman, yaitu tanaman
tanaman kubis di Sulawesi Tenggara masih sangat kubis dan tomat.Namun demikian berdasarkan
kurang, maka diperlukan informasi yang lebih jelas produktifitas lahan menunjukkan bahwa tumpangsari
mengenai hal ini. Informasi ini nantinya akan tanaman kubis dan tomat menguntungkan.Hal ini
berguna dalam merancang suatu sistem pengelolaan dapat diukur dari nilai Land Equivalen Ratio (LER)
habitat pertanian. tumpangsari kubis dan tomat memiliki nilai LER≥1
Berdasarkan hasil pengamatan intensitas (Tabel 3 dan Tabel 4).
kerusakan yang dilakukan pada umur 14 sampai 42 Kenyataan ini menggambarkan bahwa
HST (Tabel 1) menunjukkan pengaruh tidak nyata. tumpangsari tanaman kubis dengan tomat
Hal ini disebabakn karena penelitian berlangsung menguntungkan. Hal ini diduga karena tingkat
pada musim hujan dan keberadaan musuh alamilebih serangan hama tanaman kubis dapat ditekan karena
lama jika dibandingkan dengan kondisi kemarau adanya aroma yang dikeluarkan tanaman tomat yang
(Marwoto, 2011), sehingga dapat menyebabkan dapat bersifat penolak serangga hama.Aroma
populasi organisme penggangu tanaman seperti P. tanaman tomat menyebabkan hama berpindah ke
xylostella dan S. litura masih rendah yang tanaman monokultur akibatnya kerusakan yang
menyebabkan intensitas kerusakan kategori rendah . ditimbulkan oleh hama P.xylostella lebih tinggi pada
Dalam sistem tanam tumpangsari antara kubis monokultur. Aroma tanaman tomat mengacaukan
dengan tomat, serangan hama berkurang karena indra serangga sehingga tanaman kubis terhindar
tomat menghasilkan dan mengandung zat tomatin dari serangan hama (Patty, 2012). Jika populasi
yang mampu mencegah serangga hama imago untuk hamaP.xylostella meningkat, maka intensitas
meletakkan telur. Hal ini sejalan dengan pendapat serangan meningkat dan produksi pun menurun
Subhan et al. (2015) ada tiga cara pola tanam bahkan dapat mengakibatkan gagal panen. Hal ini
tumpangsari yang dapat menekan serangan hama, sesuai dengan pendapat Parolin et al. (2012) tanaman
pertama; mencegah penyebaran hama karena adanya tumpangsari telah mengubah interaksi antara tanaman
pemisahan tanaman rentan, kedua; salah satu jenis inang dengan hama. Selanjutnya Kim et al. (2012)
tanaman berperan sebagai tanaman perangkap hama menyatakan bahwa hama menjadi tidak tertarik pada
(antraktan) dan ketiga; salah satu jenis tanaman tanaman inang karena senyawa volatil yang
menjadi penolak (repellent) hama dari jenis tanaman dihasilkan tanaman inang tersebut. Moaward (2003)
lain dan dapat mengusir ngengat P. xylostella betina melaporkan bahwa tumpangsari kentang dengan
untuk bertelur pada tanaman kubis. kemangi mampu menurunkan populasi trips.
Moekasan(2018) menyatakan bahwa seledri
3. Produksi Monokultur dan Tumpangsari dan kemangitumpangsari dengan cabai merah mampu
Tanaman Kubis+Tomat (ton ha-1) meningkatkanhasil panen cabai merah masing-
Hasil pengamatan produksi tanaman kubis masing sebesar 61,89% dan 65,40% dan menekan
dan tomat dalam sistem tumpangsari menunjukkan populasi trips masing-masing sebesar 35,40% dan
bahwa pola tanam berjalur hasilnya lebih tinggi jika 50,07%. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian
dibandingkan dengan sistem berselang-seling baik Sidauruk et al. (2015) bahwa tumpangsari kentang
pada tanaman kubis maupun tanaman tomat.Jika dan seledri mampu menekan populasi kutu daun.
dilihat hasil monokultur kubis maupun tomat lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan perbandingan populasi 4. Evaluasi Land Equivalent Ratio (LER)
masing-masing tanaman lebih banyak pada Tumpangsari Tanaman Kubis dan Tomat
monokultur dengan luasan lahan yang sama antara Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa produksi
monokultur kubis (10,49 ton ha-1) dan tomat (8,69 ton
ha-1) lebih tinggi dibandingkan produksi tumpangsari produktifitas lahan pertanian jika jenis tanaman yang
kubis dengan tomat. Namun dilihat dari hasil LER dikombinasikan membentuk interaksi yang
total pola tanam tumpangsari berjalur dengan LER> menguntungkan.Hal ini dikarenakan sistem
1,50 dan tumpangsari berselang-seling dengan nilai tumpangsari memiliki banyak keuntungan yang tidak
LER≥1,37. Hal ini diduga bahwa keberadaan dimiliki pada pola tanam monokultur. Menurut
tanaman tomat yang berfungsi sebagai tanaman Syaful dan Yassi (2011) untuk dapat melaksanakan
penolak/pengusir hamaP.xylostella sehingga produksi pola tanam tumpangsari yang cocok, maka perlu
tumpangsari kubis dan tomat meningkat.Menurut memperhatikan faktor lingkungan yang berpengaruh
Mitikuet al. (2013) hasil panen cabai merah antara lain: ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar
meningkat apabila ditanam dalam sistem tumpangsari matahari dan hama penyakit.
dengan jagung atau ubi jalar. Selanjutnya Undie et al. Hasil evaluasi Land Equivalent Ratio (LER)
(2012) dan Mitiku et al. (2014) menyatakan bahwa dapat dilihat pada (Tabel 5) menunjukkan bahwa
sistem tanam tumpangsari berpengaruh nyata perlakuan tumpangsari kubis + tomat berjalur dan
terhadap komponen hasil dari kedua jenis tanaman tumpangsari kubis + tomat berselang-seling
yang ditumpangsarikan menjadi lebih produktif pada mempunyai produktifitas lahan yang tinggi.Hal ini
komposisi populasi tanaman yang tepat. disebabkan karena pola tanam tumpangsari kubis dan
Hasil penelitian Zhao et al. (2014) tomat secara berjalur dan berselang-seling memiliki
menunjukkan bahwa tumpangsaari mentimun dengan intensitas kerusakan kategori rendah jika
seledri mampu menekan serangan hama kutukebul. dibandingkan monokultur kubis sehingga kehilangan
Hal ini sejalan dengan pendapat Handayani (2010) hasil dapat ditekan, selain itu populasi kubis dan
bahwa sistem tumpangsari dapat meningkatkan tomat secara berjalur dan berselang-seling seimbang.
7
Pengendalian Andi
Hama Plutella xylostella L. pada Tanaman Kubis ……. 7
Nurmas, Rahayu Mallarangeng, Andi Kristianto
J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 1 – 10 (2020)
Tabel 5. Evaluasi Land Equivalent Ratio (LER) Tumpangsari Tanaman Kubis dan Tomat
Produksi (ton ha-1)
Monokultur Tumpangsari LER LER
Pola Tanam Parsial Total
Comptomya corticalis (Diptera: Cecidomydae). in biological control: a reviw, int. J. Pest Manag,
J. Econ. Entomol 105(4):1229-1234 58:91-100
Kolvanagh, J. & B. Hokati. 2012. Effect of different Patty, JA. 2012. Peran Tanaman Aromatik dalam
intercropping patterns on shoot part of dill and menekan perkembangan hama pada tanaman
fenugreek. Int. J. Plant, Animal and kubis. Agrologia, 1(2):126-133
Environmental Sciences, 2(2):115-120.
Pracaya, 2009.Bertanam sayur organik di kebun, pot
Kristanto S.P., Sutjipto, Soekarto. 2013. Pengendalian dan polybag.Penebar Swadaya, Cimanggis-
pada tanaman kubs dengan sistem tanam Depok.
tumpangsari. J. Berkala Ilmiah Pertanian 1(1):7-
Riana, W dan A, Lusi.2012. Kepadatan Populasi Ulat
9.
Krop (Crocidolomia binotalis Z) pada Tanaman
Marwoto, S., 2011.Ulat grayak.Balai penelitian Kubis (Brasicca oleracea L) di Kenagirian
tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian. Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti
Malang, and Aphid Infestation in Intercropping Kabupaten Solok, Sumatera Barat.Jurnal
System withHot Pepper).J. Hort., 28 (1):87-96 Ekotrans 12(1):1411-1416.URI:http://repo.stkip-
pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/4759
Mitiku, A., A. Chala & Y. Beyene. 2013. The effect of
intercropping of pepper with maize and sweet Schader, C., J. ZaLler and U. Kopke, 2005. Cotton-
potato on infection of pepper (Capsicum annum basilintercropping: effects on pests, yield and
L.) by potyvirus and yield of pepper in Shouthern economicalparameters in an organic field in
Ethiopia. Int. J. Tech. Enhancement & Emerging Fayoum, Egypt. Biological Agriculture and
Eng. Res., 1(4):68-73 Horticulture, 23: 59–72.
Mitiku, A., A. Chala & Y. Beyene. 2014. Effect of Sidauruk, L., D. Bakti, R.A. Kuswardani&C. Hanum,
intercropping on aphid vectors and yield of 2015. Effect of intercropping system on green
pepper (Capsicum annum L.) in Southern part of peach aphid dynamics on organic farming of
Ethiopia, Int. J. Tech. Enhancement & Emerging potato in Karo Highland.Int. J. Sci.Tech.
Eng. Res., 2(6):28-35 Res.,4(10):272-277.ISSN 2277-8616,
IJSTR©2015 www.ijstr.org
Moekasan, T.K., 2018. Pengaruh Tanaman Aromatik
dalam Sistem Tanam Tumpangsari dengan Cabai Subhan, W. Setiawati, N. Nurtika. 2015 pengaruh
Merah terhadap Serangan Trips dan Kutu Daun tumpangsari tomat dan sawi terhadap
(Effect of Aromatic Plants on Thrips perkembangan hama dan hasil. J. Hort.
15(1):22-24.
Oraby, M.M.and A.M. El-Borolloosy, 2013. Essensial
oils fromsome egyptian aromatic plant as an anti- Sunarjono, H.H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur.
microbial agent andfor prevention of Potato Penebar Swadaya. Jakarta. Bogor. p 38-47.
Virus Y transmission by aphids. Annalof Tuetun, B., W. Choochote, Y. Pongpaibul, A. Junkum,
Agric.Sci., 58(1):97- D. Kanjanapothi, U. Chaitong, A. Jitpakdi, D.
103.http://doi.org/10.1016/jaoas.sp13.01. 013 Riyongand B. Pitasawat. 2008. Celery-based
Orluchukwu, J.and U. Udensi, 2013. The effect of topical repellents as apotential natural alternative
intercroppingpattern of okra, maize, pepper on for personal protection
weeds infestations and okrayield’, African J. againstmosquitoes.Parasitol. Res., 104(1):107-
Agric. Res., 8(10):896–902. 115, doi:10.1007s00436-008-1167-1.
Parolin P., C. Bresch, N. Desneus, R. Brun, A. Bout, R. Undie U., D. Uwah & E. Attoe. 2012. Effect of
Boll and C. Poncet. 2012. Secondary plants used intercropping and crop management on yield and