PENDAHULUAN
Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi
(Soemarto, 1987; Bisri, 1991). Air tanah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal adalah air tanah yang
terdapat pada lapisan akuifer bebas yang bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan
kedap air tetapi bagian atasnya tidak dibatasi lapisan kedap air, melainkan oleh
muka preatik bertekanan satu atmosfer. Air tanah dalam merupakan air tanah yang
terdapat pada akuifer tertekan yang bagian bawah dan atasnya dibatasi oleh
lapisan kedap air (Arismunandar, 2000). Akuifer adalah suatu lapisan, formasi,
atau kelompok formasi satuan geologi yang dapat meluluskan air baik yang
terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi dengan kondisi jenuh air dan
penyimpanan air tanah (Danaryanto et al., 2010). Peranan penting dari air tanah
dalam sektor pertanian adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada suatu
daerah dimana air permukaan tidak dapat dimanfaatkan akibat kendala faktor
1969 dengan bantuan dari negara-negara donor yang dimulai dari tahap
1
2
Pendayagunaan air tanah untuk irigasi dengan melibatkan para petani memiliki
pendapatan dan taraf hidup petani dan penduduk di sekitar lokasi proyek, (4)
pembangunan prasarana irigasi air tanah berupa sumur bor dan instalasi pompa
beserta jaringan irigasinya pada sawah tadah hujan dan lahan kering yang tidak
terjangkau oleh irigasi air permukaan. Sistem irigasi air tanah yang dikembangkan
sawah tadah hujan, umumnya sebelum ada pompa memiliki pola tanam padi–
palawija–tebu. Pada lahan kering, umumnya sebelum ada pompa memiliki pola
tanam palawija–bero, setelah adanya pompa pola tanam bisa menjadi palawija–
merupakan salah satu daerah yang potensi air tanahnya banyak didayagunakan
untuk keperluan irigasi. Hal ini tidak terlepas dari kondisi wilayah Kabupaten
Jombang yang memiliki potensi air tanah cukup besar karena berada pada Cekung
Air Tanah Brantas (Arifin, 2003) dan secara hidrogeologis sebagian besar
tinggi (>10 l/detik) (Poespowardoyo, 1984). Selain potensi air tanah yang ada, di
Kabupaten Jombang juga masih terdapat 6.288 ha sawah tadah hujan, 1.717 ha
sawah irigasi setengah teknis, 1.524 ha sawah irigasi sederhana, dan 24 ha sawah
irigasi desa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, 2013), serta permasalahan
kekurangan air di musim kemarau pada lahan beririgasi teknis. Terhadap lahan-
lahan tersebut petani mengupayakan pemberian suplai air dengan cara melakukan
pemboran air tanah secara mandiri. Gambaran potensi air tanah dan kondisi lahan
pertanian di atas menunjukkan pentingnya peranan air tanah sebagai sumber air
Jombang telah dilakukan sejak tahun 1978, yang dilakukan terhadap air tanah
dalam pada akuifer tertekan dengan kedalaman 50–127 m. Pemboran air tanah
untuk irigasi di Kabupaten Jombang diawali pada sumur SDJB 003 yang terletak
di Desa Gerobogan Kecamatan Mojowarno pada tahun 1978, yang kala itu
Jombang tersebut terus dilakukan hingga saat ini dan telah terdapat 100 lokasi
4
pemboran air tanah untuk keperluan irigasi pada lahan-lahan pertanian (Data
Keberadaan air tanah sebagai sumber air irigasi sudah seharusnya tersedia
tidak hanya dalam kuantitas yang memadai tetapi juga harus dengan kualitas yang
baik. Kualitas air tanah sebagai sumber air irigasi adalah sama pentingnya dengan
kesuburan tanah (Sigh dan Khare, 2008). Kualitas air tanah dapat dinilai
berdasarkan karakteristik kimianya, dimana variasi ion-ion kimia dalam air tanah
kualitas air tanah. Keberadaan ion-ion yang dominan baik kation maupun anion
Sumber daya air tanah merupakan sumber daya yang bergerak mengikuti
siklus hidrologi dan dikontrol oleh prinsip-prinsip hidrolika. Aliran air tanah yang
menjadikan adanya kontak antara air dan batuan memberikan pengaruh kimiawi
terhadap air, sehingga kandungan kimia air tanah yang mengalir akan mengalami
evolusi sesuai dengan aliran air (Kodoatie, 2012). Keberadaan air tanah yang
gambaran proses aliran air tanah melalui persamaan matematika yang didasarkan
tanah telah banyak digunakan dalam penelitian di bidang keteknikan seperti untuk
aliran air tanah (Waspodo, 2002), memprediksi muka air tanah di masa
Teknik pemodelan air tanah belum banyak digunakan dalam penelitian di bidang
pertanian terkait dengan karakteristik kimia air tanah atau kualitasnya sebagai
Penelitian tentang aspek kimia air tanah untuk irigasi pada umumnya
dan pola penyebarannya (Balachandar et al., 2010; Devi et al., 2012; Reddy,
(Nwankwoala dan Udom, 2011; Hagras, 2013; Barick dan Ratha, 2014; Khan et
al., 2014; Nag dan Das, 2014; Srinivas et al., 2014). Saat ini telah berkembang
penelitian kualitas air tanah dengan menggunakan model Indeks Kualitas Air
Irigasi (Irrigation Water Quality Index/IWQI) yang diusulkan oleh Meireles et al.
(2010) untuk menunjukkan tingkat kesesuaian air tanah sebagai sumber air irigasi
terhadap tanah dan tanaman berdasarkan batasan penggunaan air tersebut (Khalaf
dan Hassan, 2013; Al-Mussawi, 2014; Omran et al., 2014). Namun demikian,
sejauh ini belum ada penelitian yang mengintegrasikan antara karakteristik kimia
air tanah, keberadaan air tanah sebagai zat yang bergerak, dan kesesuaiannya
dengan lahan pertanian yang diari. Pergerakan air tanah sebagai agen geologi
dalam membawa unsur-unsur kimia yang nantinya digunakan sebagai sumber air
survey awal (Januari 2015), diketahui bahwa dari 87 lokasi sumur produksi yang
mahalnya biaya operasional dan pemeliharaan irigasi air tanah yang harus
ditanggung oleh petani, khususnya yang terkait dengan instalasi pompa pada
sumur produksi. Salah satu solusi terhadap permasalahan tersebut, adalah bahwa
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi yaitu tanaman hortikultura atau tanaman
lokasi penelitian saat ini adalah belum adanya acuan secara teknis tentang
kesesuaian karakteristik kimia air tanah sebagai sumber air irigasi dengan jenis
komoditas pertanian yang dapat diusahakan. Hal ini membuat para petani tidak
yang mendalam tentang karakteristik kimia air tanah untuk irigasi dengan
(hidrolika). Penelitian ini mencakup 3 substansi yaitu karakteristik kimia air tanah
(tipe kimia dan kelayakan kualitas air), pemodelan aliran air tanah, dan
karakteristik kimia air tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Tahapan di
dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah konsep untuk menelusuri
karakteristik kimia air tanah yang digunakan sebagai sumber air irigasi untuk
petani dalam memilih komoditas pertanian yang diusahakan pada lahan irigasi air
tanah agar dihasilkan produktivitas yang lebih baik dengan nilai ekonomi tinggi.
2. Apakah kualitas air tanah di lokasi penelitian layak digunakan untuk irigasi ?
3. Membentuk pola seperti apakah model aliran air tanah di lokasi penelitian ?
5. Apakah karakteristik kimia air tanah yang digunakan sebagai sumber air
teknik penelusuran karakteristik kimia air tanah yang digunakan sebagai sumber
air irigasi dengan pendekatan hidrokimia dan hidrolika untuk digunakan sebagai
dasar dalam merancang pewilayahan komoditas pertanian bagi lahan irigasi air
1. Membuat deskripsi tentang tipe kimia air tanah yang ada di lokasi penelitian.
tanah untuk irigasi di daerah pendayagunaan potensi air tanah untuk irigasi.
berdasarkan karakteristik kimia air tanah yang digunakan sebagai air irigasi.
9