Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

PENGENDALIAN HAMA KACANG HIJAU DENGAN MENGGUNAKAN PESTISIDA NABATI A. Rugaya, Dahyar, Iman Hidayat, Uvan N. , I. Subaedah dan Baharuddin B.
Balai Protek Tanaman Pangan dan hortikultura Wil. IX ABSTRAK
Penelitian pengendalian hama Kacang hijau dengan menggunakan pestisida nabati (Pestisida berasal dari tumbuhan) dilakukan di Kabupaten Gowa pada MT. 2005. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan, yaitu daun tembakau, daun mimba, daun serei dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida nabati yang berasal dari daun serei memperlihatkan efektifitas terhadap hama penggulung daun dan belalang, sedangkan untuk hama ulat jengkal pestisida nabati yang paling efektif adalah pestisida yang berasal dari daun mimba. Hasil penelitian juga menunjukkkan bahwa produksi pada semua perlakuan (daun tembakau, daun mimba dan daun serei) lebih tinggi dibanding dengan produksi yang ada pada kontrol. Kata kunci : Hama kacang hijau, pestisida nabati

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

PENDAHULUAN Permintaan produksi kacangkacangan pada masa mendatang diperkirakan meningkat terus sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan gizi masyarakat. Mengacu pada patokan Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2000, konsumsi kacangkacangan Indonesia rata-rata mencapai 35,88 gr/kapita/hari. Dengan penduduk Indonesia yang akan mencapai 209 juta jiwa pada tahun 2000 dan membutuhkan kacang-kacangan sebanyak 2699,6 Milyar ton ( Rukmana, 1977). Usaha mencukupi kebutuhan kacang-kacangan di dalam negeri ditempuh antara lain, dengan program Swasembada kedelai selama pelita VI (1994-1998), produksi kedelai nasional diproyeksikan meningkat rata-rata 3,17 % pertahun yakni dari 1.849 juta ton (1994), mencapai 1.907 juta ton (1995), 1.968 juta ton (1996) dan mencapai 2.095 juta ton (1998). Usaha untuk mendukung pencapaian swasembada kedelai, khususnya dalam penyediaan protein nabati, perlu dipacu dengan peningkatan produksi kacang-kacangan lainnya, seperti kacang hijau. Saat ini pengembangan budidaya kacang hijau menempati urutan ke tiga setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau berprotein tinggi untuk dikembangkan secara intensif berpolaagribisnis. Data Departemen Pertanian proyeksikan pengembangan kacang hijau nasional tahun 2000 seluas 499.000 ha dengan produksi 623.000 ton atau ratarata 1,25 ton/ha. Saat ini kacang hijau makin banyak di tanam petani, karena mempunyai beberapa kelebihan seperti berumur genjah (58-65 hari), tidak sulit di budidayakan dan dapat menyuburkan tanah. Salah satu kendala dalam meningkatkan produksi kacang hijau adalah adanya serangan hama. Hama yang dominan menyerang kacang hijau adalah

Helicoperva armigera, Spodoptera litura dan Maruca sp. Untuk mengendalikan hama tersebut petani umumnya menggunakan pestisida sintetik. Namun harga dari pestisida sintetik ini terlalu mahal sehingga sangat sulit di jangkau oleh petani, oleh sebab itu perlu dicari pengendalian yang efektif dan dapat dijangkau oleh petani. Pestisida yang berasal dari tumbuhan merupakan salah satu cara pengendalian yang memberi prospek di kembangkan. Beberapa tumbuhan yang dapat di gunakan sebagai pestisida nabati antara lain : tembakau, nimba dan serai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tumbuhan (flora) yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman kacang hijau. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2005 di Kabupaten Gowa, kecamatan Bajeng kelurahan Maradekaya. Di tanam pada petak yang berukuran 2 m x 2 m, dengan jarak tanam 20 cm x 40 cm, varietas yang digunakan adalah varietas Gelatik, 2 tanaman per lubang. Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP36, dan KCI masing-masing 300 kg/ha, 100 kg/ha dan 100 kg/ha. Pemberian pupuk Urea 100 kg/ha, SP36 100 kg/ha, dan KCI 100 kg/ha dilakukan pada saat tanam. Sedangkan sisa Urea sebanyak 200 kg/ha diberikan saat tanaman berumur 5 minggu setelah tanam (MST). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dengan 5 ulangan. Adapun perlakuan yang dimaksud yaitu menggunakan beberapa jenis tumbuhan yaitu daun tembakau, daun mimba, daun serei, dan kontrol. Semua bahan diatas dikering anginkan lalu ditumbuk halus, kemudian

168

A. Rugaya et al. : Pengendalian Hama Kacang Hijau dengan Menggunakan Pestisida Nabati

setiap bahan yang telah ditumbuk halus ditimbang masing-masing 1 kg dan dimasukkan ke dalam 10 liter air selama 1 x 24 jam kemudian disaring. Sebelum diaplikasikan larutan tersebut ditambahkan 1 gr sabun colek, lalu dilarutkan dalam air sebanyak 500 l/ha. Aplikasi insektisida dilakukan pada 3, 5, 7, dan 9 MST. Pengamatan dilakukan pada 2 MST, kemudian pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval dua minggu sekali sampai menjelang panen. Jumlah tanaman yang diamati yaitu 10 tanaman per petak yang diamati secara acak sistematik. Variabel yang diamati adalah : - populasi ulat grayak, ulat jengkal dan penggerek polong - kerusakan daun (%) - kerusakan polong - produksi (t/ha). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selama penelitian berlangsung ditemukan beberapa jenis hama yang menyerang pertanaman yaitu : ulat grayak, ulat jengkal, penggulung daun,

apids, belalang dan kumbang tanah kuning. Hama ini ada yang bersamaan muncul di lapangan, ada juga yang tidak bersamaan. Ulat grayak Hama ulat grayak pertama kali populasinya ditemukan di lapangan yaitu pada 4 minggu setelah tanam (MST) dengan padat populasi 2 ekor/10 rumpun. Padat populasi ulat grayak tersebut tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Populasi ulat grayak sudah mulai berkurang pada saat tanaman berumur 8 MST (Tabel 1). Gejala serangan ulat grayak, yaitu daun menjadi sobek, terpotong, atau berlubang-lubang. Bila tingkat serangannya berat, yang tinggal hanya tulang-tulang daun saja. Ulat grayak merusak tanaman kacang hijau baik pada fase vegetatif maupun pada fase generatif. Hama ini juga menyerang tanaman lain seperti : Kedelai, buncis, dan kacang tanah (Khaerudin, 1996; Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Horticultura, 1994; Adisarwanto dan Rini, 1999; Sudarmo, 1998).

169

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Tabel 1. Padat populasi ulat grayak/10 rumpun, Gowa, MT. 2005. Perlakuan Tembakau Mimba Serei Kontrol KK (%) 4 2 tn 2 2 2 19,50 6 2 tn 2 1 2 24,30 Pengamatan ( MST) 8 10 0 tn 1 tn 1 0 0 0 1 1 28,20 20,01 12 0 tn 0 0 1 22,50

tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji Duncan MST = Minggu Setelah Tanam

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Ulat jengkal Hama ulat jengkal merupakan hama yang merusak daun dan bunga kacang hijau. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa hama ulat jengkal tersebut mulai terdeteksi saat 8 MST, dengan padat populasi yang cukup tinggi yaitu mencapai 28 ekor/10 rumpun. Pada

pengamatan 8 MST, terlihat bahwa terjadi perbedaan yang nyata antar perlakuan serei, perlakuan tembakau, mimba dan kontrol. Pada pengamatan saat 10 MST tampak bahwa perlakuan tembakau, mimba dan serei padat populasinya sangat rendah dan berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 2).

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Tabel 2. Padat populasi ulat jengkal /10 rumpun, Gowa, MT. 2005 Perlakuan Tembakau Mimba Serei Control KK (%) 8 25 a 26 a 9b 28 a 18,30 Pengamatan (MST) 10 9b 9b 12 b 21 a 21,10 12 6b 3b 6b 12 a 16,25

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji Duncan. MST = Minggu Setelah Tanam

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Ulat jengkal merupakan hama yang bersifat polipag, dan memakan (merusak) tanaman pada bagian daun. Daun yang terserang berat akan tampak bolongbolong atau rusak tidak beraturan. Serangga dewasa berupa kupu-kupu kecil dan aktif pada malam hari, meletakkan telur pada permukaan bawah daun (Rukmana, 1997). Hama Belalang dan Penggulung Daun Hama perusak daun lain yang ditemukan adalah hama penggulung daun. Hama ini mulai muncul pada pertanaman saat tanaman berumur 6 MST. Padat

popalasi penggulung daun cukup tinggi yaitu mencapai 33 ekor/10 rumpun pada 6 MST dan 21 ekor/10 rumpun pada 8MST. Pada pengamatan 6MST terlihat bahwa semua perlakuan pestisida nabati efektif mengendalikan penggulung daun, sedang pada pengamatan 8 MST terlihat bahwa perlakuan daun serei lebih efektif dibanding perlakuan lain (Tabel 3). Penggulung daun menimbulkan kerusakan pada tanaman kacang hijau dengan cara memakan daun dan menggulungnya. Serangan yang berat menyebabkan daun gundul dan tinggal tulang-tulangnya saja.

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Tabel 3. Padat populasi hama Belalang dan Penggulung daun/10 rumpun, Gowa, MT. 2005. Perlakuan Tembakau Mimba Serei Kontrol KK (%) 4 MST 58 c 67 c 80 b 97 a 17,20 Belalang 6 MST 79 a 73 b 68 b 83 a 23,00 Penggulung daun 6 MST 8 MST 27 b 21 a 27 b 21 a 27 b 9b 33 a 21 a 16,80 25,30

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji Duncan. MST = Minggu Setelah Tanam.

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Hasil pengamatan hama belalang terlihat bahwa kepadatan populasinya cukup tinggi dan lebih awal muncul di pertanaman. Pada 4 MST kepadatan populasi mencapai 97 ekor/10 rumpun. Pada pengamatan 4 MST ini tampak bahwa perlakuan daun mimba dapat menekan hama belalang, hal ini juga terlihat pada 6 MST (Tabel 3). Penggerek Polong Hama lain yang diamati adalah hama penggerek polong (Maruca testulalis) yang merupakan hama yang cukup berpengaruh terhadap penurunan produksi, hal ini disebabkan karena hama

penggerek polong tersebut langsung merusak polong. Padat populasi hama penggerek polong cukup rendah hanya berkisar 3 ekor/10 rumpun. Namun kerusakan polong yang ditimbulkan cukup tinggi yaitu mencapai 10,71%. Akibat kerusakan polong yang diakibatkan oleh penggerek polong menyebabkan penurunan produksi. Produksi pada plot kontrol hanya berkisar 1,89 t/ha lebih rendah dibanding perlakuan lain yang berkisar 2,46 t/ha 2,50 t/ha (Tabel 4). Hama penggerek polong ini, selain merusak polong kacang hijau, juga merusak bunga dan pucuk.

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

Tabel 4. Padat populasi Penggerek Polong/10 rumpun, Kerusakan Polong (%) dan Produksi (t/ha), Gowa, MT. 2005. Perlakuan Tembakau Mimba Serei Kontrol KK (%) Pengamatan (MST) 10 3 tn 1 1 3 20,56 12 2 tn 1 1 3 25,00 Kerusakan polong (%) 8,68 a 10,37 a 7,11 b 10,71 a 18,60 Produksi t/ha 2,48 a 2,50 a 2,46 a 1,89 b 17,30

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji Duncan. MST = Minggu Setelah Tanam tn = Tidak berbeda nyata

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

KESIMPULAN Perlakuan daun serei efektif mengendalikan hama penggulung daun dan belalang. Perlakuan daun mimba efektif mengendalikan hama ulat jengkal. Produksi (t/ha) pada semua perlakuan (daun tembakau, daun mimba dan daun serei) lebih tinggi dan berbeda nyata dengan produksi yang ada pada kontrol.

Direktorat Jendereal Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1994. Pengenalan dan Pengendalian OPT Kedelai. Hal.1-71. Khaerudin. D., 1996. Mengendalikan Hama dan Penyakit KacangKacangan. Penerbit Trubus Agrisarana. Hal. 1-58. Rukmana. R., 1997. Kacang Hijau ; Budidaya dan Pasca panen. Penerbit Kanisius, Hal. 1-68. Sudarmo, S. 1998. Pengendalian Serangga Hama Kedelai. Penerbit Kanisius 1-31.

DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. dan W. Rini. 1999. Peningkatan hasil panen kedelai di lahan sawah kering pasang surut. Penerbit Penebar Swadaya. Hal.1-86.

168

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005 ISBN : 979-95025-6-7

168

Anda mungkin juga menyukai