STUDI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PEDIKULOSIS KAPITIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 08
ABSTRAK
Pedikulosis Kapitis (PK) merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit Pediculus humanus capitis
yang tumbuh dan berkembang di lapisan kulit kepala manusia. Di Amerika Serikat, 6-12 juta orang terinfestasi PK
setiap tahunnya. Prevalensi PK pada anak usia sekolah di negara maju seperti Belgia adalah sebesar 8,9 %.
Sedangkan di negara berkembang sebesar 16,59% di India, 58,9 % di Alexandria, hingga 81,9% di Argentina.
Berdasarkan hasil pada siswa di SD Negeri di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, terdapat 51,92% siswa yang
terinfestasi PK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit PK pada siswa
Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian cross
sectional deskriptif dengan pendekatan studi epidemiologi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 responden yang
diambil dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik orang
ditemukan penderita PK terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 responden (100%), berada
dalam usia 7-9 tahun sebanyak 17 responden (89,5%), berambut sedang dan panjang sebanyak masing-masing 10
dan 9 responden (100%), dan frekuensi keramasnya dalam kategori kurang sebanyak 21 responden (84%).
Berdasarkan karakteristik waktu ditemukan penderita PK yang sering melakukan kontak dengan menggunakan
bantal/alas tidur bersama sebanyak 33 responden (91,7%) dan menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama
sebanyak 34 responden (91,9%). Berdasarkan karakteristik tempat, ditemukan penderita PK yang kepadatan
hunian kamarnya tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 35 responden (87,5%).
ABSTRACT
Pediculosis capitis (PC) is a skin disease caused by infestation of parasite i.e. Pediculus humanus capitis that grows
and develops in the lining of a human scalp. In the United States, 6-12 million people were infested by PC every
year. The prevalence of PC in school-age children in developed countries such as Belgium was 8.9%. Whereas in
developing countries amounted to 16.59% in India, 58.9% in Alexandria, and 81.9% in Argentina. Based on the
results of students in public primary schools in Tanah Datar, West Sumatra, there were 51.92% of students who
infested by PC. The purpose of this study was to determine the epidemiology illustration of PC among students in
public elementary school 08 of North Moramo in 2016. The method in this study was descriptive cross sectional
with epidemiological study approach. The populations in this study were all students in public elementary school
08 of North Moramo in 2016. The samples in this study were 49 respondents taken by purposive sampling
method. The results showed that based on the characteristics of people found most of PC patients were female as
1
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
many as 23 respondents (100%), in the age of 7-9 years were 17 respondents (89,5%), middle-haired and long-
haired as many as 10 and 9 respondents (100%), and the shampoo frequency in the poor category were 21
respondents (84%). Based on the characteristics of time, it was found PC patients who frequently make contact
with a pillow / bedding along with as many as 33 respondents (91,7%) and using a comb / hair accessories along
with as many as 34 respondents (91,9%). Based on the characteristics of place, it was found that the density of PC
patients who have occupancy rooms did not meet health requirements as many as 35 respondents (87,5%).
PENDAHULUAN
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi endemik di seluruh dunia baik negara maju maupun
parasit merupakan penyakit yang angka kejadiannya negara berkembang dan baik di negara beriklim tropis
cukup tinggi di negara berkembang. Salah satu maupun iklim sedang. Anak-anak sekolah adalah
penyakit yang paling sering adalah pedikulosis kapitis populasi yang paling sering terinfestasi dibanding
atau kutu kepala. Pedikulosis Kapitis (PK) merupakan dengan populasi lain. Sekitar seperempat anak sekolah
penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit telah menderita PK3. Selain itu, berdasarkan hasil
Pediculus humanus capitis. Parasit ini hanya dapat penelitian mengenai prevalensi PK pada santri yang
berkembang dan tumbuh di lapisan kulit kepala berusia 11-13 tahun di salah satu pondok pesantren di
manusia1. Surakarta, Jawa Timur, terdapat 72,1% santri yang
Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia terinfeksi kutu kepala4.
cukup tinggi, diperkirakan ada ratusan juta orang yang Pediculus humanus capitis adalah salah satu
terinfeksi PK setiap tahunnya. Data PK di Amerika ektoparasit yang hidupnya tergantung dari darah
Serikat menunjukkan bahwa 6-12 juta orang manusia. Seringkali parasit ini terdapat di ruangan
terinfestasi PK setiap tahunnya dan diperkirakan umum seperti sekolah dan di tempat banyak orang
dihabiskan sekitar 100 juta dolar untuk pengobatannya. yang saling bersentuhan. Kutu menyebarkan diri
Sebagian besar PK terjadi pada anak-anak usia sekolah. dengan mudah yaitu hanya dengan kontak langsung
Prevalensi PK pada anak usia sekolah di negara maju karena tidak dapat terbang ataupun loncat. Parasit ini
seperti Belgia adalah sebesar 8,9 %. Sedangkan di berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap
negara berkembang prevalensi PK pada anak usia dan dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah
sekolah sebesar 16,59% di India, 58,9 % di Alexandria, yang ditimbulkan kutu pada manusia adalah gatal
Mesir, hingga 81,9% di Argentina. Sebuah penelitian di akibat saliva dan fesesnya. Rasa gatal akan
Brazil menunjukan 5-6% populasi dan 28-35,7% anak mengakibatkan orang untuk menggaruk kepala.
usia sekolah terinfestasi tungau2. Kebiasaan menggaruk yang intensif dapat
Secara umum, di Indonesia belum ditemukan menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder 2.
data mengenai prevalensi seluruh anak usia sekolah Anemia karena kehilangan darah dapat terjadi pada
yang menderita PK di Indonesia. Penyebaran PK di infestasi kutu kepala berat. Selain itu, masalah sosial
Indonesia belum diketahui karena belum ada penelitian seperti dikucilkan dalam lingkungan masyarakat juga
mengenai insidensi dan pola penyebarannya. Namun, dapat dirasakan oleh penderita5.
berdasarkan hasil survei prevalensi PK pada murid kelas Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya PK,
IV, V, dan VI di SD Negeri di Kabupaten Tanah Datar, antara lain jenis kelamin, anak perempuan lebih banyak
Sumatera Barat, terdapat 51,92% murid yang terserang PK dibandingkan anak laki-laki karena
terinfestasi kutu kepala. Angka ini mungkin sangat jauh biasanya rambut anak perempuan lebih panjang 6.
di bawah angka sesungguhnya karena banyak penderita Tingkat pengetahuan yang kurang tentang PK juga
yang mengobati sendiri dan tidak melapor ke petugas menjadi faktor terjadinya PK, banyak hal yang
kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa PK telah menjadi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang seperti
2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
4
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
6
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
besar terkena PK dibandingkan laki-laki, karena diketahui bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka
perempuan lebih sering bertukar aksesoris rambut dan risiko untuk terinfestasi PK akan semakin berkurang.
perempuan senang memiliki rambut yang panjang 12. Peneltian lain menyatakan prevalensi kejadian PK
Selain itu, penelitian lain pun menyatakan hal yang terbanyak pada kelompok umur 10-12 tahun. Hal ini
sejalan, yang menunjukkan bahwa perempuan memiliki sangat erat hubungannya dengan tingkat kesadaran
tingkat signifikansi yang tinggi pada infestasi PK. Pada responden untuk menjaga kebersihannya, semakin
penelitian di Jordan ini pula disebutkan, bahwa laki-laki muda umur semakin kurang kesadaran untuk menjaga
memiliki kontak yang singkat dengan temannya saat higiene pribadi, sehingga meningkatkan resiko
beraktivitas13. terjadinya penyakit PK15.
Hasil pengamatan dari peneliti menunjukkan Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
bahwa sebagian besar anak perempuan memiliki MTS Muhammadiyah Yogyakarta yang menunjukkan
rambut yang panjang dan dibiarkan terurai begitu saja bahwa pengingkatan infestasi PK terjadi pada kelompok
tanpa diikat. Hal ini akan mempermudah berkembang umur yang lebih muda. Semakin muda umur semakin
biaknya tungau Pediculus humanus capitis di kulit besar resiko terjadinya PK16. Banyak penelitian yang
kepala mereka, terlebih jika mereka sering berkumpul dilakukan untuk mengetahui prevalensi kejadian pada
dengan teman-temannya dan salah satu temannya kelompok umur yang terbanyak, yang hasilnya
terkena PK, maka akan sangat mudah penularannya. menunjukkan bahwa prevalensi PK terbanyak terdapat
Selain itu, penularan PK ini tidak hanya terjadi pada anak usia 9 tahun 17, sedangkan menurut
kontak langsung saja, namun dapat terjadi secara tidak penelitian lainnya, prevalensi PK terbanyak terjadi pada
langsung, seperti dengan saling meminjam aksesoris umur < 7 tahun18.
rambut seperti bando, ikat rambut, dan jepit rambut. Prevalensi terbanyak kejadian PK berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis dengan umur tergantung dari karakteristik kelompok umur
crosstabulation antara jenis kelamin dengan responden yang diteliti, semakin muda umur maka
penggunaan sisir/aksesoris rambut bersama semakin tinggi prevalensi kejadiannya. Infestasi PK
menunjukkan bahwa 22 dari 23 responden perempuan pada penelitian ini banyak banyak terjadi pada
sering menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama responden yang berusia 7-9 tahun, namun hal ini tidak
teman sebayanya di sekolah, maupun anggota mutlak menggolongkan bahwa yang paling rentan
keluarganya di rumah. Hal inilah yang menjadi salah terinfestasi PK adalah responden yang berusia 7-9
satu penyebab mengapa anak perempuan di wilayah ini tahun, karena sampel dalam penelitian ini yang tidak
banyak terinfestasi PK. merata dan kurang representatif untuk mewakili
Usia seluruh kelompok umur dan menggambarkan variabel
Usia merupakan faktor penentu yang sangat usia secara menyeluruh.
penting bila dihubungkan dengan terjadinya distribusi Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang
penyakit. Usia sangatlah berkaitan dengan dianalisis dengan crosstabulation antara usia dengan
keterpaparan risiko dan resistensi terhadap suatu penggunaan sisir/aksesoris rambut bersama
penyakit. Pada hakikatnya, semua penyakit dapat menunjukkan sebagian besar responden sering
menyerang semua golongan umur, tetapi golongan menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama. Begitu
penyakit-penyakit tertentu lebih banyak menyerang pula dengan penggunaan bantal/alas tidur bersama.
golongan umur tertentu14. Hal ini tentunya dapat memperbesar risiko untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terinfestasi PK. Namun, dapat diketahui bahwa semakin
infestasi PK banyak terjadi pada responden yang bertambah usia responden, maka kebiasaan tersebut
berusia < 6 tahun sebanyak 4 responden (80%), usia 7-9 akan semakin berkurang. Hal inilah yang menyebabkan
tahun sebanyak 17 responden (89,5%), usia 10-12 mengapa semakin tinggi usia responden maka risiko
tahun sebanyak 18 responden (81,8%) dan usia >12 terinfestasi PK akan semakin berkurang.
tahun sebanyak 2 responden (66,7%). Sehingga dapat Panjang rambut
7
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
Panjang rambut merupakan salah satu salah satu alasan mengapa responden yang berambut
variabel yang dapat mempengaruhi terjadinya PK. pendek juga dapat terinfestasi PK.
Orang yang memiliki rambut panjang lebih sering Frekuensi Keramas
terkena infestasi kutu kepala. Hal ini disebabkan lebih Frekuensi keramas merupakan bagian dari
susah membersihkan rambut dan kulit kepala pada higienie perorangan (personal hygiene). Higienie
orang yang berambut panjang dibandingkan dengan perorangan adalah tindakan pencegahan terutama
orang yang berambut pendek19. yang menyangkut tanggung jawab perorangan untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 30 memelihara kesehatan dan menegah atau membatasi
responden yang berambut pendek, terdapat 22 penyebaran penyakit infeksi, utamanya penyakit-
responden (73,3%) yang terinfestasi PK dari 10 penyakit menular langsung. Higiene perorangan juga
responden (20,4%) yang berambut sedang, seluruhnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk
terinfestasi PK, dan dari 9 responden (100%) berambut memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
panjang, seluruhnya juga terinfestasi PK. Dapat kesejahteraan fisik dan psikis20.
diketahui bahwa anak yang memiliki rambut yang Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
sedang dan panjang sangat beresiko untuk terinfestasi bahwa dari 26 responden yang frekuensi keramasnya
PK. Berdasarkan hasil penelitian, anak yang berambut dalam kategori kurang, terdapat 21 responden (84%)
sedang dan panjang seluruhnya terinfestasi PK. Hal ini yang positif terinfestasi PK dan dari 23 responden yang
disebabkan lebih susah membersihkan rambut dan frekuensi keramasnya dalam kategori cukup terdapat
kulit kepala pada orang yang berambut panjang 20 responden (83,7%) yang terinfestasi PK. Hal ini
dibandingkan dengan orang yang berambut pendek. menunjukkan bahwa frekuensi keramas dapat
Selain itu, parasit Pediculus humanus var.capitis lebih mempengaruhi terjadinya infestasi PK, yang dimana
leluasa hidup dan berkembang biak di rambut yang semakin kurang frekuensi keramas seseorang, maka
lebih lebat dan lembab. akan semakin besar kemungkinan seseorang positif
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di terinfestasi PK.
asrama di Yogyakarta yang menyatakan bahwa semakin Penelitian ini sejalan dengan penelitian
panjang rambut maka semakin tinggi pula angka sebelumnya yang menunjukkan bahwa anak yang
kejadian PK. Namun, berbeda halnya dengan penelitian jarang mencuci rambut banyak terinfestasi PK. Dari
lain yang menyatakan bahwa panjang rambut tidak penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
memiliki hubungan yang signifikan dengan prevalensi hubungan antara frekuensi cuci rambut dengan
PK. Hal ini dapat diterima mengingat masing-masing kejadian PK pada anak sekolah dasar. Selain itu, hasil
faktor tidak berdiri sendiri melainkan saling penelitian lainnya menunjukkan bahwa frekuensi cuci
berhubungan. Sebagai contoh, seseorang memiliki rambut memiliki p-value = 0,001 yang berarti terdapat
rambut yang panjang tetapi personal hygiene yang hubungan dengan kejadian PK. Data tersebut
dimilikinya baik maka ada kemungkinan ia tidak mengkonfirmasi temuan sebelumnya bahwa frekuensi
mengalami penyakit PK20. rendah dalam mencuci rambut lebih berisiko untuk
Namun, responden yang berambut pendek terinfestasi PK21.
juga tetap berisiko untuk tersinfestasi PK. Berdasarkan Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, siswa
hasil penelitian yang dianalisis dengan crosstabulation Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara yang menjadi
antara panjang rambut dengan frekuensi keramas responden penelitian cenderung memiliki personal
menunjukkan bahwa 20 dari 30 responden yang hygiene yang kurang baik. Hal ini dipengaruhi oleh
berambut pendek memiliki frekuensi keramas yang akses air bersih yang tidak mudah di wilayah ini.
kurang, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu. Sebagian besar dari responden tinggal di pemukiman
Personal hygiene yang buruk tentunya dapat yang dibangun di atas air dan sehingga untuk
memperbesar risiko seseorang untuk terserang memenuhi konsumsi air bersih seperti minum, mandi
berbagai penyakit termasuk PK. Hal ini dapat menjadi dan mencuci pakaian, masyarakat harus pergi ke sumur
8
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
gali yang berada di daratan. Hal ini kemudian menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama terdapat
berdampak pada frekuensi mandi dan keramas yang 7 responden (58,3%) yang positif terinfestasi PK. Hal ini
jarang, karena air bersih tidak selalu tersedia dengan berarti penggunaan sisir/aksesoris rambut bersama
mudah. anggota keluarga yang lain juga dapat memperbesar
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara kemungkinan seseorang untuk terinfestasi PK.
peneliti dengan responden serta pengamatan peneliti Penelitian ini sejalan dengan penelitian
terhadap aktivitas harian responden, didapatkan fakta sebelumnya tentang kebiasaan tidur sendiri pada siswa
bahwa terdapat sebagian responden yang tidak Sekolah Dasar Negeri Kertasari yaitu diperoleh 55 anak
menggunakan shampoo ketika keramas. Hal ini tentu yang tidur bersama orang lain terinfestasi PK. Hasil
sangat berdampak pada kebersihan rambut dan kulit penelitian diperoleh p-value= 0,000, yang berarti
kepala responden. Kutu atau tungau lebih mudah terdapat hubungan antara kebiasaan tidur sendiri
tumbuh dan berkembang biak di kepala inang yang dengan kejadian PK12. Prevalensi PK pada anak yang
kotor. Akibatnya, penyakit PK mudah menginfestasi tidur sendiri lebih rendah dibandingkan anak yang tidur
anak di wilayah ini. bersama anggota keluarga lain. Hal ini disebabkan pada
Gambaran Epidemiologi Pedikulosis Kapitis pada waktu tidur terjadi kontak langsung antara kepala dan
siswa Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Tahun kepala atau dengan perantara bantal dan alat-alat
2016 Berdasarkan Waktu (Lama Kontak) tidur6.
Faktor waktu merupakan faktor yang cukup Penelitian sebelumnya juga sejalan dengan
penting dalam definisi setiap ukuran epidemiologis dan penelitian ini dimana terdapat hubungan antara
merupakan komponen dasar dalam konsep penyebab. kebiasaan tidur dengan kejadian PK. Selain itu, pada
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan timbulnya penelitian sebelumnya di Venezuela, Yemen, dan Iran
penyakit yang mengalami perubahan dari waktu ke juga memperlihatkan bahwa berbagi tempat tidur
waktu, meliputi jenis penyebab dan keadaan, serta memiliki resiko yang tinggi untuk terinfestasi penyakit
kegiatan faktor penyebab yang mungkin mengalami PK22.
perubahan dari waktu ke waktu11. Pada hakikatnya, penularan kutu rambut
Fokus dalam penelitian ini berdasarkan terbagi menjadi dua bagian, yaitu secara langsung dan
karakteristik waktu adalah lama kontak responden tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi
dengan orang lain, yang dapat ditinjau dari penggunaan melalui kontak langsung misalnya dengan tidur
alas/tempat tidur bersama dan penggunaan bersama dengan orang lain yang terinfestasi PK.
sisir/askesoris rambut bersama anggota keluarga Berbagi bantal atau tempat tidur dapat memfasilitasi
lainnya. kutu rambut untuk bertransmisi secara langsung
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini melalui kontak antar kepala. Sedangkan penularan
menunjukkan bahwa dari 36 responden yang sering tidak langsung dapat terjadi melalui suatu objek
menggunakan alas/tempat tidur bersama, terdapat 33 perantara, misalnya dengan menggunakan sisir, topi,
responden (91,7%) yang positif terinfestasi PK dan dari bando, pita, kerudung, dan aksesoris rambut lainnya
13 responden yang jarang menggunakan alas/tempat bersama dengan penderita PK23.
tidur bersama terdapat 8 responden (61,5%) yang Berdasarkan hasil pengamatan dan
terinfestasi PK. Hal ini berarti penggunaan alas/tempat wawancara peneliti terhadap responden di Sekolah
tidur bersama dapat mempengaruhi terjadinya Dasar Negeri 08 Moramo Utara, anak yang terinfestasi
penyakit PK. PK memiliki keluarga yang juga terinfestasi PK. Hal ini
Begitu pula dengan faktor penggunaan dapat terjadi karena kontak penderita dengan orang
sisir/aksesoris rambut bersama. Dari 37 responden lain tergolong sering, baik kontak langsung maupun
yang sering menggunakan sisir/aksesoris rambut tidak langsung seperti yang telah dipaparkan
bersama, terdapat 34 responden (91,9%) yang positif sebelumnya. Umumnya, responden menggunakan alas
terinfestasi PK dan dari 12 responden yang jarang tidur berupa kasur atau tikar yang sama dengan seluruh
9
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
anggota keluarganya. Akibatnya, penularan PK lebih Dengan lingkungan yang padat, frekuensi kontak
mudah terjadi di keluarga responden. langsung antara penderita dengan orang lain atau
Gambaran Epidemiologi Pedikulosis Kapitis pada sebaliknya semakin besar16.
siswa Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Tahun Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi
2016 Berdasarkan Tempat (Kepadatan Hunian) langsung mengenai variabel tempat, dapat dikatakan
Peranan karakteristik tempat dalam studi bahwa lingkungan tempat tinggal sebagian besar
epidemiologi erat hubungannya dengan lokasi fisik responden begitu padat dan kumuh. Rumah responden
seperti sifat geologi dan keadaan tanah, keadaan iklim umumnya terbuat dari kayu atau papan dan beratap
setempat yang erat hubungannya dengan daerah tropis rumbia, yang berdiri di atas air dengan disanggah kayu,
dan subtropics, serta daerah yang beriklim dingin. menyebabkan kondisi di dalam rumah dan kamar
Selain itu, faktor tempat dapat pula dipengaruhi oleh pengap dan lembab. Hal ini dapat menyebabkan
kepadatan penduduk dan kepadatan rumah tangga, tungau tumbuh subur dan berkembang biak.
jenis penyebab serta jenis vektor setempat11. Kepadatan hunian kamar responden juga di atas
Kepadatan hunian rumah dapat normal, karena umumnya satu kamar dihuni oleh
mempengaruhi kesehatan karena rumah yang padat seluruh anggota keluarga. Hal inilah yang menyebabkan
dapat memungkinkan terjadiya penularan penyakit dari hampir seluruh anggota keluarga responden
satu orang ke orang yang lain. Untuk penyakit PK, terinfestasi PK.
kepadatan hunian kamar dapat menjadi salah satu Selain itu, berdasarkan hasil penelitian,
faktor yang mempengaruhinya. Menurut keputusan terdapat responden yang meskipun kepadatan
Mentri Kesehatan RI No.829/MENKES/SK/VII/199 huniannya sudah memenuhi syarat kesehatan, namun
menyatakan bahwa salah satu syarat ruangan atau masih terinfestasi PK. Hal ini dapat terjadi karena
kamar yang sehat adalah perbandingan antara luas faktor-faktor lain yang juga saling berkaitan, misalnya
ruangan dengan jumlah penghuni harus sesuai dengan penggunaan alas/tempat tidur bersama serta
persyaratan kesehatan yaitu maksimal 4 m/jiwa. penggunaan sisir/aksesoris rambut bersama.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian yang di analisis dengan
menjunjukkan bahwa terdapat 40 responden (81,7%) crosstabulation, dari 9 responden yang kepadatan
yang kepadatan hunian kamarnya tidak memenuhi huniannya memenuhi syarat, terdapat 8 responden
syarat kesehatan dan terdapat 9 responden (18,3%) yang sering menggunakan sisir/aksesoris rambut
yang kepadatan hunian kamarnya memenuhi syarat bergantian, dan 6 responden yang sering menggunakan
kesehatan. Berdasarkan hasil skrining, dari 40 alas/tempat tidur bersama anggota keluarga lainnya.
responden yang kepadatan huniannya tidak memenuhi Hal ini akan mempermudah penularan PK jika salah
syarat, terdapat 35 responden (87,5%) yang positif satu atau seluruh anggota keluarga responden juga
terinfestasi PK dan dari 9 responden yang kepadatan telah terinfestasi PK.
huniannya memenuhi syarat terdapat 6 responden Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, anak
(66,7%) yang positif terinfestasi PK. Hal ini berarti yang tertular PK dari anggota keluarganya dapat
bahwa kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat menularkan PK pada teman sekolahnya. Sebaliknya,
kesehatan sangat mempengaruhi terjadinya penyakit murid yang tertular PK dari teman sekolahnya
PK. menularkannya pada anggota keluarga di rumah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Akibatnya, penyakit PK menjadi rantai penyakit yang
sebelumnya yang mencari korelasi antara variabel tidak putus-putus di wilayah penelitian ini.
kepadatan hunian dengan kejadian PK. Hasil
penelitiannya menunjukkan hubungan yang signifikan SIMPULAN
(p<0.05) dengan nilai r = 0.299. Nilai r berpola positif, 1. Menurut variabel orang, sebagian besar
artinya semakin tinggi kepadatan hunian, maka responden yang positif PK berjenis kelamin
semakin tinggi pula angka kejadian penyakit PK. perempuan, berusia 7-9 tahun, berambut sedang
10
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
dan panjang, serta frekuensi keramasnya dalam Pesantren X, Jakarta Timur. Skripsi Universitas
kategori kurang. Indonesia.
2. Menurut variabel waktu, sebagian besar 4. Ansyah, AN. 2013. Hubungan Personal
responden yang positif PK sering menggunakan Hygiene Dengan Angka Kejadian Pediculosis
alas/tempat tidur bersama dan sering Capitis Pada Santri Putri Pondok Pesantren
menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama Modern Islam Assalaam Surakarta. Skripsi
anggota keluarga lainnya. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
3. Menurut variabel tempat, sebagian besar Surakarta.
responden yang positif PK memiliki kepadatan 5. Moradi AR, Zahirnia AH, Alipour AM, Eskandari
hunian kamar yang tidak memenuhi syarat Z. 2009. The Prevalence of Pediculosis Capitis in
kesehatan. Primary School Students in Bahar, Hamadan
Province, Iran. J Res Health Sci.9(1):45-9. Diakses
SARAN tanggal 22 Juli 2016
1. Bagi Pemerintah, Dinas Kesehatan, dan unit 6. Hadidjaja, P. 2011. Dasar Parasitologi Klinik.
pelayanan kesehatan setempat, untuk melakukan Edisi I. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
upaya pencegahan terhadap penyebaran penyakit Indonesia.
PK berupa penyuluhan kepada masyarakat guna 7. Isroin, Laily dan Andarmoyo, Sulistyo. 2012.
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Personal hygiene : Konsep, Proses, dan Aplikasi
penyakit PK, upaya pencegahan, serta upaya dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha
pengobatan yang segera untuk mencegah Ilmu
8. Gulgun, M., Balci, El., Karaoglu, A., Babacan,
penularannya di masyarakat luas.
2. Bagi masyarakat yang memiliki anak usia O., Turker, T., 2013. Pediculosis Capitis :
sekolah dasar khususnya yang bersekolah di Sekolah Prevalence and Its Associated Factors in Primary
Dasar Negeri 08 Moramo Utara hendaknya tidak School Children Living in Rural and Urban Areas in
menyepelekan penyakit PK dan meningkatkan Kayseri, Turkey. Cent Eur J Public Health 21 (2) :
hygiene perorangannya. 104-108. Diakses tanggal 16 Oktober 2016
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk 9. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
mengembangkan penelitian tentang PK dengan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
10. Santjaka, A. 2011. Statistik Untuk Penelitian
menggunakan metode analitik mengingat penelitian
Kesehatan I. Yogyakarta : Nuha Medika
ini masih jarang dilakukan, serta masih memiliki
11. Noor, NN. 2006. Pengantar Epidemiologi
banyak kelemahan. Misalnya dengan memperluas
Penyakit Menular, Jakarta : Rineka Cipta
jumlah populasi dan sampel, serta mengembangkan 12. Yulianti, E. 2015. Faktor-faktor yang
instrument penelitian yang digunakan. Berhubungan dengan Kejadian Pedikulosis Kapitis
di SD Negeri Kertasari. Skripsi STIKES Santo
DAFTAR PUSTAKA Borromeus.
1. Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan 13. AlBashtawy, M & Hasna, F., 2012. Pediculosis
Kelamin Edisi Keenam. Jakarta : Fakultas capitis among primary-school children in Mafraq
Kedokteran Universitas Indonesia Governorate, Jordan. EMHJ Vol 18 No 1. Diakses
2. Bugayong AMS, Araneta KTS, Cabanilla JC.
tanggal 22 Juli 2016
Effect of dry-on, suffocation-based treatment on 14. Notoatmodjo, B. 2003. Pengetahuan dan
the prevalence of pediculosis among Sikap Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
schoolchildren in Calagtangan Village, Miag-ao, 15. Borges, A.S., 2002. Some Aspects of Protozoan
Iloilo. Philippine Science Letters. 2011;4(1):33-7. Infections in Immunocompromised Patients. Mem
3. Alatas, SSS., Linuwih,S. 2013. Hubungan Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, Vol. 97(4): 443-
Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis 457 . Diakses tanggal 22 Juli 2016
Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri
11
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
12