Anda di halaman 1dari 12

JIMKESMAS

JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

STUDI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PEDIKULOSIS KAPITIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 08

MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2016

Nurhijrianti Akib1 Yusuf Sabilu2 Andi Faizal Fachlevy3

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo123


nurhijrianti_akib@yahoo.com1 yusufsabilu@yahoo.com2 andi.faizal.fachlevy@gmail.com3

ABSTRAK
Pedikulosis Kapitis (PK) merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit Pediculus humanus capitis
yang tumbuh dan berkembang di lapisan kulit kepala manusia. Di Amerika Serikat, 6-12 juta orang terinfestasi PK
setiap tahunnya. Prevalensi PK pada anak usia sekolah di negara maju seperti Belgia adalah sebesar 8,9 %.
Sedangkan di negara berkembang sebesar 16,59% di India, 58,9 % di Alexandria, hingga 81,9% di Argentina.
Berdasarkan hasil pada siswa di SD Negeri di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, terdapat 51,92% siswa yang
terinfestasi PK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit PK pada siswa
Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian cross
sectional deskriptif dengan pendekatan studi epidemiologi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 responden yang
diambil dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik orang
ditemukan penderita PK terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 responden (100%), berada
dalam usia 7-9 tahun sebanyak 17 responden (89,5%), berambut sedang dan panjang sebanyak masing-masing 10
dan 9 responden (100%), dan frekuensi keramasnya dalam kategori kurang sebanyak 21 responden (84%).
Berdasarkan karakteristik waktu ditemukan penderita PK yang sering melakukan kontak dengan menggunakan
bantal/alas tidur bersama sebanyak 33 responden (91,7%) dan menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama
sebanyak 34 responden (91,9%). Berdasarkan karakteristik tempat, ditemukan penderita PK yang kepadatan
hunian kamarnya tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 35 responden (87,5%).

Kata Kunci: Studi Epidemiologi, Pedikulosis Kapitis, Anak Sekolah Dasar.

ABSTRACT
Pediculosis capitis (PC) is a skin disease caused by infestation of parasite i.e. Pediculus humanus capitis that grows
and develops in the lining of a human scalp. In the United States, 6-12 million people were infested by PC every
year. The prevalence of PC in school-age children in developed countries such as Belgium was 8.9%. Whereas in
developing countries amounted to 16.59% in India, 58.9% in Alexandria, and 81.9% in Argentina. Based on the
results of students in public primary schools in Tanah Datar, West Sumatra, there were 51.92% of students who
infested by PC. The purpose of this study was to determine the epidemiology illustration of PC among students in
public elementary school 08 of North Moramo in 2016. The method in this study was descriptive cross sectional
with epidemiological study approach. The populations in this study were all students in public elementary school
08 of North Moramo in 2016. The samples in this study were 49 respondents taken by purposive sampling
method. The results showed that based on the characteristics of people found most of PC patients were female as
1
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

many as 23 respondents (100%), in the age of 7-9 years were 17 respondents (89,5%), middle-haired and long-
haired as many as 10 and 9 respondents (100%), and the shampoo frequency in the poor category were 21
respondents (84%). Based on the characteristics of time, it was found PC patients who frequently make contact
with a pillow / bedding along with as many as 33 respondents (91,7%) and using a comb / hair accessories along
with as many as 34 respondents (91,9%). Based on the characteristics of place, it was found that the density of PC
patients who have occupancy rooms did not meet health requirements as many as 35 respondents (87,5%).

Keywords: Epidemiological Study, Pediculosis Capitis, Primary School Children.

PENDAHULUAN
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi endemik di seluruh dunia baik negara maju maupun
parasit merupakan penyakit yang angka kejadiannya negara berkembang dan baik di negara beriklim tropis
cukup tinggi di negara berkembang. Salah satu maupun iklim sedang. Anak-anak sekolah adalah
penyakit yang paling sering adalah pedikulosis kapitis populasi yang paling sering terinfestasi dibanding
atau kutu kepala. Pedikulosis Kapitis (PK) merupakan dengan populasi lain. Sekitar seperempat anak sekolah
penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit telah menderita PK3. Selain itu, berdasarkan hasil
Pediculus humanus capitis. Parasit ini hanya dapat penelitian mengenai prevalensi PK pada santri yang
berkembang dan tumbuh di lapisan kulit kepala berusia 11-13 tahun di salah satu pondok pesantren di
manusia1. Surakarta, Jawa Timur, terdapat 72,1% santri yang
Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia terinfeksi kutu kepala4.
cukup tinggi, diperkirakan ada ratusan juta orang yang Pediculus humanus capitis adalah salah satu
terinfeksi PK setiap tahunnya. Data PK di Amerika ektoparasit yang hidupnya tergantung dari darah
Serikat menunjukkan bahwa 6-12 juta orang manusia. Seringkali parasit ini terdapat di ruangan
terinfestasi PK setiap tahunnya dan diperkirakan umum seperti sekolah dan di tempat banyak orang
dihabiskan sekitar 100 juta dolar untuk pengobatannya. yang saling bersentuhan. Kutu menyebarkan diri
Sebagian besar PK terjadi pada anak-anak usia sekolah. dengan mudah yaitu hanya dengan kontak langsung
Prevalensi PK pada anak usia sekolah di negara maju karena tidak dapat terbang ataupun loncat. Parasit ini
seperti Belgia adalah sebesar 8,9 %. Sedangkan di berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap
negara berkembang prevalensi PK pada anak usia dan dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah
sekolah sebesar 16,59% di India, 58,9 % di Alexandria, yang ditimbulkan kutu pada manusia adalah gatal
Mesir, hingga 81,9% di Argentina. Sebuah penelitian di akibat saliva dan fesesnya. Rasa gatal akan
Brazil menunjukan 5-6% populasi dan 28-35,7% anak mengakibatkan orang untuk menggaruk kepala.
usia sekolah terinfestasi tungau2. Kebiasaan menggaruk yang intensif dapat
Secara umum, di Indonesia belum ditemukan menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder 2.
data mengenai prevalensi seluruh anak usia sekolah Anemia karena kehilangan darah dapat terjadi pada
yang menderita PK di Indonesia. Penyebaran PK di infestasi kutu kepala berat. Selain itu, masalah sosial
Indonesia belum diketahui karena belum ada penelitian seperti dikucilkan dalam lingkungan masyarakat juga
mengenai insidensi dan pola penyebarannya. Namun, dapat dirasakan oleh penderita5.
berdasarkan hasil survei prevalensi PK pada murid kelas Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya PK,
IV, V, dan VI di SD Negeri di Kabupaten Tanah Datar, antara lain jenis kelamin, anak perempuan lebih banyak
Sumatera Barat, terdapat 51,92% murid yang terserang PK dibandingkan anak laki-laki karena
terinfestasi kutu kepala. Angka ini mungkin sangat jauh biasanya rambut anak perempuan lebih panjang 6.
di bawah angka sesungguhnya karena banyak penderita Tingkat pengetahuan yang kurang tentang PK juga
yang mengobati sendiri dan tidak melapor ke petugas menjadi faktor terjadinya PK, banyak hal yang
kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa PK telah menjadi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang seperti

2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

karakteristik demografi. Frekuensi cuci rambut, yaitu


seberapa sering seseorang merawat rambutnya karena METODE
salah satu faktor PK adalah kurang menjaga kebersihan Jenis penelitian yang digunakan adalah
dan perawatan rambut. Kebiasaan tidur sendiri, penelitian cross sectional deskriptif dengan pendekatan
prevalensi PK pada anak yang tidur sendiri lebih rendah studi epidemiologi9. Tujuan penelitian ini adalah untuk
dibandingkan dengan anak yang tidur bersama anggota mendapatkan gambaran frekuensi distribusi silang
keluarga lain7. penyakit PK berdasarkan jenis kelamin, usia, panjang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 92% rambut, frekuensi keramas, lama kontak, dan
kejadian PK terjadi pada anak-anak daripada orang kepadatan hunian pada siswa Sekolah Dasar Negeri 08
dewasa, dan paling sering ditemukan pada anak usia 9- Moramo Utara.
16 tahun. Disebutkan pula bahwa anak perempuan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
lebih banyak terinfeksi PK dengan prevalensi 35,4% siswa Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara yang
dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini antara lain berjumlah 180 orang. Cara penentuan jumlah sampel,
dipengaruhi oleh kebiasaan tidur sendiri/bersama menggunakan formula penentuan besar sampel pada
dengan orang lain di tempat tidur yang sama dan penelitian survei dengan populasi yang diketahui,
tingkat pengetahuan anak mengenai PK8. sehingga didapatkan total sampel sebanyak 49 orang.
Desa Wawatu merupakan salah satu desa yang Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
terletak di Kecamatan Moramo Utara Kabupaten purposive sampling, yang didasarkan pada kriteria
Konawe Selatan. Desa Wawatu terdiri dari 4 dusun dan tertentu yaitu siswa Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo
8 RT yang sebagian besar wilayahnya berada di wilayah Utara yang bertempat tinggal di wilayah pesisir dusun
pesisir. Dusun IV Desa Wawatu didiami oleh masyarakat IV Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
yang hidup di atas air. Pemukiman penduduknya padat Konawe Selatan, hadir pada saat dilakukannya
dan kumuh, hampir setiap rumah memiliki kepadatan penelitian, dan bersedia menjadi responden penelitian.
hunian yang tidak sesuai dengan standar kesehatan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Selain itu, akses masyarakat ke sumber air bersih data primer yang diperoleh langsung dari responden
tergolong sulit, sehingga menyebabkan kurangnya dengan kuesioner dan observasi. Data sekunder
perilaku kebersihan diri termasuk frekuensi keramas diperoleh dari Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo
yang jarang. Hal ini dapat memperbesar risiko Utara10.
masyarakat khususnya anak-anak untuk terinfeksi PK.
Di Desa Wawatu terdapat beberapa Sekolah
HASIL
Dasar, salah satunya ialah Sekolah Dasar Negeri 08
Jenis Kelamin Responden
Moramo Utara yang terletak di dusun IV, yang sebagian
Persentase
besar muridnya berasal dari wilayah pesisir di Desa No Jenis Kelamin Jumlah (n)
(%)
Wawatu. Berdasarkan kegiatan pra survei yang telah
1 Laki-laki 26 53,1
dilakukan, menunjukkan bahwa selain kepadatan 2 Perempuan 23 46,9
hunian yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan Total 49 100
frekuensi keramas yang jarang, pengetahuan akan Sumber: Data Primer, 2016
PHBS siswa Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 49
masih tergolong rendah dan hal ini juga sangat responden, sebagian besar responden berjenis kelamin
berdampak pada perilaku kesehatan mereka. laki-laki yaitu sebanyak 26 responden (53,1%),
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
sedangkan yang terendah berjenis kelamin perempuan
dianggap perlu untuk dilakukan. Penelitian ini berjudul:
yaitu sebanyak 23 responden (46,9%).
Studi Epidemiologi Penyakit Pedikulosis Kapitis pada
Kelas Responden
Siswa Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara
No Kelas Jumlah (n) Persentase (%)
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016.
1 I 11 22,4
3
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

2 II 6 12,3 Distribusi Status PK Berdasarkan Orang


3 III 6 12,3 Jenis Kelamin
4 IV 9 18,3 Persentase
No Jenis Kelamin Jumlah (n)
5 V 5 10,2 (%)
6 VI 12 24,5 1 Laki-laki 26 53,1
Total 49 100 2 Perempuan 23 46,9
Sumber: Data Primer, 2016 Total 49 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 49 Sumber: Data Primer, 2016
responden, sebagian besar responden berada pada Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 49
kelas VI yaitu sebanyak 12 responden (24,5%), responden, sebagian besar responden berjenis kelamin
sedangkan yang terendah berada pada kelas V yaitu laki-laki sebanyak 26 responden (53,1%) dan
sebanyak 5 responden (10,2%). perempuan sebanyak 23 responden (46,9%).
Umur Responden Usia
Umur Persentase Persentase
No Jumlah (n) No Usia Jumlah (n)
(tahun) (%) (%)
1 5 1 2,1
6 tahun 5 10,2
2 6 4 8,2 1
3 7 7 14,2 2 7-9tahun 19 38,8
4 8 7 14,2 3 10-12tahun 22 44,8
5 9 5 10,3 4 >12tahun 3 6,2
6 10 11 22,4 Total 49 100
7 11 4 8,2 Sumber: Data Primer, 2016
8 12 77 14,2 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 49
9 13 2 4,2 responden, kelompok usia yang paling banyak adalah
10 15 1 2,1 10-12 tahun sebanyak 22 responden (44,8%), usia 7-9
Total 49 100 tahun sebanyak 19 responden (38,8%), usia 6 tahun
Sumber: Data Primer, 2016 sebanyak 5 responden (10,2%), dan usia >12tahun
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 49 sebanyak 3 responden (6,2%).
responden, sebagian besar responden berusia 10 tahun Panjang Rambut
yaitu sebanyak 11 responden (22,4%) dan yang paling Panjang Persentase
No Jumlah (n)
sedikit berusia 5 tahun dan 15 tahun yaitu masing- rambut (%)
masing sebanyak 1 responden (2,1%). 1 Panjang 9 18,3
2 Sedang 10 20,4
Analisis Univariat 3 Pendek 30 61,3
Distribusi Responden Berdasarkan Status PK Total 49 100
Persentase Sumber: Data Primer, 2016
No Status PK Jumlah (n)
(%) Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 49
1 Positif 42 85,7 responden, terdapat responden berambut pendek
2 Negatif 7 14,3 sebanyak 30 responden (61,3%), berambut sedang
Total 49 100 sebanyak 10 responden (20,4%), dan berambut
Sumber: Data Primer, 2016 panjang sebanyak 9 responden (18,3%).
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari hasil skrining Frekuensi Keramas
diperoleh bahwa dari 49 responden, positif terinfestasi Frekuensi Jumlah Persentase
PK sebanyak 42 responden (85,7%), sedangkan yang No
Keramas (n) (%)
negatif sebanyak 7 responden (14,3%). 1 Kurang 25 51

4
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

2 Cukup 24 49 2 Memenuhi Syarat 13 26,4


Total 49 100 Total 49 100
Sumber: Data Primer, 2016 Sumber: Data Primer, 2016
Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 49 Tabel 19 menunjukkan bahwa dari 49
responden, terdapat 25 responden (51%) yang responden, terdapat 40 responden (81,7%) yang
frekuensi keramasnya dalam kategori kurang dan kepadatan huniannya tidak memenuhi syarat kesehatan
terdapat 24 responden (49%) yang frekuensi dan terdapat 9 responden (18,3%) yang kepadatan
keramasnya dalam kategori cukup. huniannya memenuhi syarat kesehatan.
Distribusi Status PK Berdasarkan Waktu Analisis Crosstabulation
Penggunaan Alas/tempat Tidur Bersama Jenis Kelamin
Penggunaan No. Jenis Status PK Jumlah
Persentase Kelamin Positif Negatif
No Alas/tempat Jumlah (n) n % n % n %
(%)
Tidur Bersama 1 Perempuan 23 100 0 0 23 100
1 Sering 36 73,4 2 Laki-laki 18 69,2 8 30,8 26 100
Total 41 83,7 8 16,4 49 100
2 Jarang 13 26,4
Sumber: Data Primer, 2016
Total 49 100 Berdasarkan hasil skrining, dari 26 responden
Sumber: Data Primer, 2016
yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 18 responden
Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 49
(69,2%) yang positif terinfestasi PK dan dari 23
responden, terdapat 36 responden (73,4%) yang sering
responden yang berjenis kelamin perempuan, seluruh
menggunakan alas/tempat tidur bersama dan terdapat
responden (100%) terinfestasi PK.
13 responden (26,4%) yang jarang menggunakan Usia
alas/tempat tidur bersama anggota keluarga lainnya. No. Status PK Jumlah
Penggunaan Sisir/Aksesoris Rambut Bersama Usia Positif Negatif
n % N % n %
Penggunaan
Jumlah Persentase 6 tahun 4 80 1 20 5 100
No Sisir/Aksesoris 1
(n) (%)
Bersama 2 7-9 tahun 17 89,5 2 10,5 19 100
1 Sering 36 73,4 3 10-12 tahun 18 81,8 4 18,2 22 100
4 >12 tahun 2 66,7 1 33,3 3 100
2 Jarang 13 26,4 Total 41 83,7 8 16,3 49 100
Total 49 100 Sumber: Data Primer, 2016
Sumber: Data Primer, 2016 Berdasarkan hasil skrining, penyakit PK banyak
Tabel 17 menunjukkan bahwa dari 49 terdapat pada responden yang berusia 10-12 tahun
responden, terdapat 37 responden (75,4%) yang sering yaitu sebanyak 18 responden (81,%) dan yang paling
menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama dan sedikit pada responden yang berusia >12 tahun
terdapat 12 responden (24,6%) yang jarang yaitusebanyak 2 responden (66,7%).
menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama anggota Panjang Rambut
keluarga lainnya. No. Panjang Status PK Jumlah
Rambut Positif Negatif
n % N % n %
1 Panjang 9 100 0 0 9 100
2 Sedang 10 100 0 0 10 100
3 Pendek 22 73,3 8 26,7 30 100
Distribusi Status PK Berdasarkan Tempat
Total 41 83,7 8 16,3 49 100
Kepadatan Hunian Sumber: Data Primer, 2016
Kepadatan Jumlah Persentase Berdasarkan hasil skrining, dari 30 responden
No
Hunian (n) (%)
yang berambut pendek, terdapat 22 responden (77,3%)
Tidak Memenuhi
1 36 73,4 yang terinfestasi PK, dari 10 responden yang berambut
Syarat
sedang, seluruhnya terinfestasi PK (100%), dan dari 9
5
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

responden berambut panjang, seluruhnya juga (100%) Kepadatan Hunian


terinfestasi PK. No Kepadatan Status PK Jumlah
Hunian Positif Negatif
Frekuensi Keramas
n % n % n %
No. Frekuensi Status PK Jumlah
1 Tidak 35 87,5 5 12,5 40 100
Keramas Positif Negatif
Memenuhi
n % N % N %
Syarat
1 Kurang 21 84 4 16 25 100
2 Memenuhi 6 66,7 3 33,3 9 100
2 Cukup 20 83,3 4 16,7 24 100
Syarat
Total 41 83,7 8 16,3 49 100
Total 41 83,7 8 16,3 49 100
Sumber: Data Primer, 2016
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan hasil skrining, dari 25 responden Berdasarkan hasil skrining, dari 40 responden
yang frekuensi keramasnya dalam kategori kurang, yang kepadatan huniannya tidak memenuhi syarat,
terdapat 21 responden (84%) yang positif terinfestasi terdapat 35 responden (87,5%) yang positif terinfestasi
PK dan dari 24 responden yang frekuensi keramasnya PK dan dari 9 responden yang kepadatan huniannya
dalam kategori cukup terdapat 20 responden (83,3%) memenuhi syarat terdapat 6 responden (66,7%) yang
yang terinfestasi PK. positif terinfestasi PK.
Penggunaan Alas/tempat Tidur Bersama
No Penggunaan Status PK Jumlah DISKUSI
Alas/tempat Positif Negatif
n % N % n %
Gambaran Epidemiologi PK pada siswa Sekolah Dasar
tidur bersama
Negeri 08 Moramo Utara Tahun 2016 Berdasarkan
1 Sering 33 91,7 3 8,3 36 100 Orang (Jenis Kelamin, Usia, Panjang Rambut, dan
2 Jarang 8 61,5 5 38,5 13 100 Frekuensi Keramas)
Total 41 83,7 8 16,3 49 100
Sumber: Data Primer, 2016 Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil skrining, dari 36 responden Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya
yang sering menggunakan alas/tempat tidur bersama, dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan
terdapat 33 responden (91,7%) yang positif terinfestasi memang mempunyai peranan tersendiri, oleh karena
PK dan dari 13 responden yang jarang menggunakan itu, apabila ditemukan adanya perbedaan frekuensi
alas/tempat tidur bersama terdapat 8 responden penyakit menurut jenis kelamin harus dilakukan analisis
(61,5%) yang terinfestasi PK. terlebih dahulu. Apakah perbedaan simbol karena rasio
Penggunaan Sisir/Aksesoris Rambut Bersama jenis kelamin pada populasi atau mungkin karena
No Penggunaan Status PK Jumlah perbedaan kebiasaan, faktor biologis, dan genetik11.
Sisir/aksesoris Positif Negatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari
rambut n % N % n %
26 responden yang berjenis kelamin laki-laki terdapat
bersama
1 Sering 34 91,9 3 8,1 37 100 18 responden (69,2%) yang positif terinfestasi PK dan
2 Jarang 7 58,3 5 41,7 12 100 dari 23 responden yang berjenis kelamin perempuan,
Total 41 83,7 8 16,3 49 100
seluruh responden (100%) terinfestasi PK. Hal ini
Sumber: Data Primer, 2016
menunjukkan bahwa anak perempuan lebih banyak
Berdasarkan hasil skrining, dari 37 responden
terinfestasi PK dibandingkan anak laki-laki di wilayah
yang sering menggunakan sisir/aksesoris rambut
ini.
bersama, terdapat 34 responden (91,9%) yang positif
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
terinfestasi PK dan dari 12 responden yang jarang
dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Kertasari yang
menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama terdapat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis
7 responden (58,3%) yang positif terinfestasi PK.
kelamin dengan kejadian PK pada anak, yang dimana
anak perempuan lebih banyak terinfestasi PK
dibandingkan anak laki-laki. Walaupun PK dapat
menyerang siapa saja, namun perempuan dua kali lebih

6
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

besar terkena PK dibandingkan laki-laki, karena diketahui bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka
perempuan lebih sering bertukar aksesoris rambut dan risiko untuk terinfestasi PK akan semakin berkurang.
perempuan senang memiliki rambut yang panjang 12. Peneltian lain menyatakan prevalensi kejadian PK
Selain itu, penelitian lain pun menyatakan hal yang terbanyak pada kelompok umur 10-12 tahun. Hal ini
sejalan, yang menunjukkan bahwa perempuan memiliki sangat erat hubungannya dengan tingkat kesadaran
tingkat signifikansi yang tinggi pada infestasi PK. Pada responden untuk menjaga kebersihannya, semakin
penelitian di Jordan ini pula disebutkan, bahwa laki-laki muda umur semakin kurang kesadaran untuk menjaga
memiliki kontak yang singkat dengan temannya saat higiene pribadi, sehingga meningkatkan resiko
beraktivitas13. terjadinya penyakit PK15.
Hasil pengamatan dari peneliti menunjukkan Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
bahwa sebagian besar anak perempuan memiliki MTS Muhammadiyah Yogyakarta yang menunjukkan
rambut yang panjang dan dibiarkan terurai begitu saja bahwa pengingkatan infestasi PK terjadi pada kelompok
tanpa diikat. Hal ini akan mempermudah berkembang umur yang lebih muda. Semakin muda umur semakin
biaknya tungau Pediculus humanus capitis di kulit besar resiko terjadinya PK16. Banyak penelitian yang
kepala mereka, terlebih jika mereka sering berkumpul dilakukan untuk mengetahui prevalensi kejadian pada
dengan teman-temannya dan salah satu temannya kelompok umur yang terbanyak, yang hasilnya
terkena PK, maka akan sangat mudah penularannya. menunjukkan bahwa prevalensi PK terbanyak terdapat
Selain itu, penularan PK ini tidak hanya terjadi pada anak usia 9 tahun 17, sedangkan menurut
kontak langsung saja, namun dapat terjadi secara tidak penelitian lainnya, prevalensi PK terbanyak terjadi pada
langsung, seperti dengan saling meminjam aksesoris umur < 7 tahun18.
rambut seperti bando, ikat rambut, dan jepit rambut. Prevalensi terbanyak kejadian PK berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis dengan umur tergantung dari karakteristik kelompok umur
crosstabulation antara jenis kelamin dengan responden yang diteliti, semakin muda umur maka
penggunaan sisir/aksesoris rambut bersama semakin tinggi prevalensi kejadiannya. Infestasi PK
menunjukkan bahwa 22 dari 23 responden perempuan pada penelitian ini banyak banyak terjadi pada
sering menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama responden yang berusia 7-9 tahun, namun hal ini tidak
teman sebayanya di sekolah, maupun anggota mutlak menggolongkan bahwa yang paling rentan
keluarganya di rumah. Hal inilah yang menjadi salah terinfestasi PK adalah responden yang berusia 7-9
satu penyebab mengapa anak perempuan di wilayah ini tahun, karena sampel dalam penelitian ini yang tidak
banyak terinfestasi PK. merata dan kurang representatif untuk mewakili
Usia seluruh kelompok umur dan menggambarkan variabel
Usia merupakan faktor penentu yang sangat usia secara menyeluruh.
penting bila dihubungkan dengan terjadinya distribusi Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang
penyakit. Usia sangatlah berkaitan dengan dianalisis dengan crosstabulation antara usia dengan
keterpaparan risiko dan resistensi terhadap suatu penggunaan sisir/aksesoris rambut bersama
penyakit. Pada hakikatnya, semua penyakit dapat menunjukkan sebagian besar responden sering
menyerang semua golongan umur, tetapi golongan menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama. Begitu
penyakit-penyakit tertentu lebih banyak menyerang pula dengan penggunaan bantal/alas tidur bersama.
golongan umur tertentu14. Hal ini tentunya dapat memperbesar risiko untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terinfestasi PK. Namun, dapat diketahui bahwa semakin
infestasi PK banyak terjadi pada responden yang bertambah usia responden, maka kebiasaan tersebut
berusia < 6 tahun sebanyak 4 responden (80%), usia 7-9 akan semakin berkurang. Hal inilah yang menyebabkan
tahun sebanyak 17 responden (89,5%), usia 10-12 mengapa semakin tinggi usia responden maka risiko
tahun sebanyak 18 responden (81,8%) dan usia >12 terinfestasi PK akan semakin berkurang.
tahun sebanyak 2 responden (66,7%). Sehingga dapat Panjang rambut
7
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

Panjang rambut merupakan salah satu salah satu alasan mengapa responden yang berambut
variabel yang dapat mempengaruhi terjadinya PK. pendek juga dapat terinfestasi PK.
Orang yang memiliki rambut panjang lebih sering Frekuensi Keramas
terkena infestasi kutu kepala. Hal ini disebabkan lebih Frekuensi keramas merupakan bagian dari
susah membersihkan rambut dan kulit kepala pada higienie perorangan (personal hygiene). Higienie
orang yang berambut panjang dibandingkan dengan perorangan adalah tindakan pencegahan terutama
orang yang berambut pendek19. yang menyangkut tanggung jawab perorangan untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 30 memelihara kesehatan dan menegah atau membatasi
responden yang berambut pendek, terdapat 22 penyebaran penyakit infeksi, utamanya penyakit-
responden (73,3%) yang terinfestasi PK dari 10 penyakit menular langsung. Higiene perorangan juga
responden (20,4%) yang berambut sedang, seluruhnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk
terinfestasi PK, dan dari 9 responden (100%) berambut memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
panjang, seluruhnya juga terinfestasi PK. Dapat kesejahteraan fisik dan psikis20.
diketahui bahwa anak yang memiliki rambut yang Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
sedang dan panjang sangat beresiko untuk terinfestasi bahwa dari 26 responden yang frekuensi keramasnya
PK. Berdasarkan hasil penelitian, anak yang berambut dalam kategori kurang, terdapat 21 responden (84%)
sedang dan panjang seluruhnya terinfestasi PK. Hal ini yang positif terinfestasi PK dan dari 23 responden yang
disebabkan lebih susah membersihkan rambut dan frekuensi keramasnya dalam kategori cukup terdapat
kulit kepala pada orang yang berambut panjang 20 responden (83,7%) yang terinfestasi PK. Hal ini
dibandingkan dengan orang yang berambut pendek. menunjukkan bahwa frekuensi keramas dapat
Selain itu, parasit Pediculus humanus var.capitis lebih mempengaruhi terjadinya infestasi PK, yang dimana
leluasa hidup dan berkembang biak di rambut yang semakin kurang frekuensi keramas seseorang, maka
lebih lebat dan lembab. akan semakin besar kemungkinan seseorang positif
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di terinfestasi PK.
asrama di Yogyakarta yang menyatakan bahwa semakin Penelitian ini sejalan dengan penelitian
panjang rambut maka semakin tinggi pula angka sebelumnya yang menunjukkan bahwa anak yang
kejadian PK. Namun, berbeda halnya dengan penelitian jarang mencuci rambut banyak terinfestasi PK. Dari
lain yang menyatakan bahwa panjang rambut tidak penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
memiliki hubungan yang signifikan dengan prevalensi hubungan antara frekuensi cuci rambut dengan
PK. Hal ini dapat diterima mengingat masing-masing kejadian PK pada anak sekolah dasar. Selain itu, hasil
faktor tidak berdiri sendiri melainkan saling penelitian lainnya menunjukkan bahwa frekuensi cuci
berhubungan. Sebagai contoh, seseorang memiliki rambut memiliki p-value = 0,001 yang berarti terdapat
rambut yang panjang tetapi personal hygiene yang hubungan dengan kejadian PK. Data tersebut
dimilikinya baik maka ada kemungkinan ia tidak mengkonfirmasi temuan sebelumnya bahwa frekuensi
mengalami penyakit PK20. rendah dalam mencuci rambut lebih berisiko untuk
Namun, responden yang berambut pendek terinfestasi PK21.
juga tetap berisiko untuk tersinfestasi PK. Berdasarkan Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, siswa
hasil penelitian yang dianalisis dengan crosstabulation Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara yang menjadi
antara panjang rambut dengan frekuensi keramas responden penelitian cenderung memiliki personal
menunjukkan bahwa 20 dari 30 responden yang hygiene yang kurang baik. Hal ini dipengaruhi oleh
berambut pendek memiliki frekuensi keramas yang akses air bersih yang tidak mudah di wilayah ini.
kurang, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu. Sebagian besar dari responden tinggal di pemukiman
Personal hygiene yang buruk tentunya dapat yang dibangun di atas air dan sehingga untuk
memperbesar risiko seseorang untuk terserang memenuhi konsumsi air bersih seperti minum, mandi
berbagai penyakit termasuk PK. Hal ini dapat menjadi dan mencuci pakaian, masyarakat harus pergi ke sumur
8
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

gali yang berada di daratan. Hal ini kemudian menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama terdapat
berdampak pada frekuensi mandi dan keramas yang 7 responden (58,3%) yang positif terinfestasi PK. Hal ini
jarang, karena air bersih tidak selalu tersedia dengan berarti penggunaan sisir/aksesoris rambut bersama
mudah. anggota keluarga yang lain juga dapat memperbesar
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara kemungkinan seseorang untuk terinfestasi PK.
peneliti dengan responden serta pengamatan peneliti Penelitian ini sejalan dengan penelitian
terhadap aktivitas harian responden, didapatkan fakta sebelumnya tentang kebiasaan tidur sendiri pada siswa
bahwa terdapat sebagian responden yang tidak Sekolah Dasar Negeri Kertasari yaitu diperoleh 55 anak
menggunakan shampoo ketika keramas. Hal ini tentu yang tidur bersama orang lain terinfestasi PK. Hasil
sangat berdampak pada kebersihan rambut dan kulit penelitian diperoleh p-value= 0,000, yang berarti
kepala responden. Kutu atau tungau lebih mudah terdapat hubungan antara kebiasaan tidur sendiri
tumbuh dan berkembang biak di kepala inang yang dengan kejadian PK12. Prevalensi PK pada anak yang
kotor. Akibatnya, penyakit PK mudah menginfestasi tidur sendiri lebih rendah dibandingkan anak yang tidur
anak di wilayah ini. bersama anggota keluarga lain. Hal ini disebabkan pada
Gambaran Epidemiologi Pedikulosis Kapitis pada waktu tidur terjadi kontak langsung antara kepala dan
siswa Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Tahun kepala atau dengan perantara bantal dan alat-alat
2016 Berdasarkan Waktu (Lama Kontak) tidur6.
Faktor waktu merupakan faktor yang cukup Penelitian sebelumnya juga sejalan dengan
penting dalam definisi setiap ukuran epidemiologis dan penelitian ini dimana terdapat hubungan antara
merupakan komponen dasar dalam konsep penyebab. kebiasaan tidur dengan kejadian PK. Selain itu, pada
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan timbulnya penelitian sebelumnya di Venezuela, Yemen, dan Iran
penyakit yang mengalami perubahan dari waktu ke juga memperlihatkan bahwa berbagi tempat tidur
waktu, meliputi jenis penyebab dan keadaan, serta memiliki resiko yang tinggi untuk terinfestasi penyakit
kegiatan faktor penyebab yang mungkin mengalami PK22.
perubahan dari waktu ke waktu11. Pada hakikatnya, penularan kutu rambut
Fokus dalam penelitian ini berdasarkan terbagi menjadi dua bagian, yaitu secara langsung dan
karakteristik waktu adalah lama kontak responden tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi
dengan orang lain, yang dapat ditinjau dari penggunaan melalui kontak langsung misalnya dengan tidur
alas/tempat tidur bersama dan penggunaan bersama dengan orang lain yang terinfestasi PK.
sisir/askesoris rambut bersama anggota keluarga Berbagi bantal atau tempat tidur dapat memfasilitasi
lainnya. kutu rambut untuk bertransmisi secara langsung
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini melalui kontak antar kepala. Sedangkan penularan
menunjukkan bahwa dari 36 responden yang sering tidak langsung dapat terjadi melalui suatu objek
menggunakan alas/tempat tidur bersama, terdapat 33 perantara, misalnya dengan menggunakan sisir, topi,
responden (91,7%) yang positif terinfestasi PK dan dari bando, pita, kerudung, dan aksesoris rambut lainnya
13 responden yang jarang menggunakan alas/tempat bersama dengan penderita PK23.
tidur bersama terdapat 8 responden (61,5%) yang Berdasarkan hasil pengamatan dan
terinfestasi PK. Hal ini berarti penggunaan alas/tempat wawancara peneliti terhadap responden di Sekolah
tidur bersama dapat mempengaruhi terjadinya Dasar Negeri 08 Moramo Utara, anak yang terinfestasi
penyakit PK. PK memiliki keluarga yang juga terinfestasi PK. Hal ini
Begitu pula dengan faktor penggunaan dapat terjadi karena kontak penderita dengan orang
sisir/aksesoris rambut bersama. Dari 37 responden lain tergolong sering, baik kontak langsung maupun
yang sering menggunakan sisir/aksesoris rambut tidak langsung seperti yang telah dipaparkan
bersama, terdapat 34 responden (91,9%) yang positif sebelumnya. Umumnya, responden menggunakan alas
terinfestasi PK dan dari 12 responden yang jarang tidur berupa kasur atau tikar yang sama dengan seluruh
9
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

anggota keluarganya. Akibatnya, penularan PK lebih Dengan lingkungan yang padat, frekuensi kontak
mudah terjadi di keluarga responden. langsung antara penderita dengan orang lain atau
Gambaran Epidemiologi Pedikulosis Kapitis pada sebaliknya semakin besar16.
siswa Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Tahun Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi
2016 Berdasarkan Tempat (Kepadatan Hunian) langsung mengenai variabel tempat, dapat dikatakan
Peranan karakteristik tempat dalam studi bahwa lingkungan tempat tinggal sebagian besar
epidemiologi erat hubungannya dengan lokasi fisik responden begitu padat dan kumuh. Rumah responden
seperti sifat geologi dan keadaan tanah, keadaan iklim umumnya terbuat dari kayu atau papan dan beratap
setempat yang erat hubungannya dengan daerah tropis rumbia, yang berdiri di atas air dengan disanggah kayu,
dan subtropics, serta daerah yang beriklim dingin. menyebabkan kondisi di dalam rumah dan kamar
Selain itu, faktor tempat dapat pula dipengaruhi oleh pengap dan lembab. Hal ini dapat menyebabkan
kepadatan penduduk dan kepadatan rumah tangga, tungau tumbuh subur dan berkembang biak.
jenis penyebab serta jenis vektor setempat11. Kepadatan hunian kamar responden juga di atas
Kepadatan hunian rumah dapat normal, karena umumnya satu kamar dihuni oleh
mempengaruhi kesehatan karena rumah yang padat seluruh anggota keluarga. Hal inilah yang menyebabkan
dapat memungkinkan terjadiya penularan penyakit dari hampir seluruh anggota keluarga responden
satu orang ke orang yang lain. Untuk penyakit PK, terinfestasi PK.
kepadatan hunian kamar dapat menjadi salah satu Selain itu, berdasarkan hasil penelitian,
faktor yang mempengaruhinya. Menurut keputusan terdapat responden yang meskipun kepadatan
Mentri Kesehatan RI No.829/MENKES/SK/VII/199 huniannya sudah memenuhi syarat kesehatan, namun
menyatakan bahwa salah satu syarat ruangan atau masih terinfestasi PK. Hal ini dapat terjadi karena
kamar yang sehat adalah perbandingan antara luas faktor-faktor lain yang juga saling berkaitan, misalnya
ruangan dengan jumlah penghuni harus sesuai dengan penggunaan alas/tempat tidur bersama serta
persyaratan kesehatan yaitu maksimal 4 m/jiwa. penggunaan sisir/aksesoris rambut bersama.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian yang di analisis dengan
menjunjukkan bahwa terdapat 40 responden (81,7%) crosstabulation, dari 9 responden yang kepadatan
yang kepadatan hunian kamarnya tidak memenuhi huniannya memenuhi syarat, terdapat 8 responden
syarat kesehatan dan terdapat 9 responden (18,3%) yang sering menggunakan sisir/aksesoris rambut
yang kepadatan hunian kamarnya memenuhi syarat bergantian, dan 6 responden yang sering menggunakan
kesehatan. Berdasarkan hasil skrining, dari 40 alas/tempat tidur bersama anggota keluarga lainnya.
responden yang kepadatan huniannya tidak memenuhi Hal ini akan mempermudah penularan PK jika salah
syarat, terdapat 35 responden (87,5%) yang positif satu atau seluruh anggota keluarga responden juga
terinfestasi PK dan dari 9 responden yang kepadatan telah terinfestasi PK.
huniannya memenuhi syarat terdapat 6 responden Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, anak
(66,7%) yang positif terinfestasi PK. Hal ini berarti yang tertular PK dari anggota keluarganya dapat
bahwa kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat menularkan PK pada teman sekolahnya. Sebaliknya,
kesehatan sangat mempengaruhi terjadinya penyakit murid yang tertular PK dari teman sekolahnya
PK. menularkannya pada anggota keluarga di rumah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Akibatnya, penyakit PK menjadi rantai penyakit yang
sebelumnya yang mencari korelasi antara variabel tidak putus-putus di wilayah penelitian ini.
kepadatan hunian dengan kejadian PK. Hasil
penelitiannya menunjukkan hubungan yang signifikan SIMPULAN
(p<0.05) dengan nilai r = 0.299. Nilai r berpola positif, 1. Menurut variabel orang, sebagian besar
artinya semakin tinggi kepadatan hunian, maka responden yang positif PK berjenis kelamin
semakin tinggi pula angka kejadian penyakit PK. perempuan, berusia 7-9 tahun, berambut sedang
10
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

dan panjang, serta frekuensi keramasnya dalam Pesantren X, Jakarta Timur. Skripsi Universitas
kategori kurang. Indonesia.
2. Menurut variabel waktu, sebagian besar 4. Ansyah, AN. 2013. Hubungan Personal
responden yang positif PK sering menggunakan Hygiene Dengan Angka Kejadian Pediculosis
alas/tempat tidur bersama dan sering Capitis Pada Santri Putri Pondok Pesantren
menggunakan sisir/aksesoris rambut bersama Modern Islam Assalaam Surakarta. Skripsi
anggota keluarga lainnya. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
3. Menurut variabel tempat, sebagian besar Surakarta.
responden yang positif PK memiliki kepadatan 5. Moradi AR, Zahirnia AH, Alipour AM, Eskandari
hunian kamar yang tidak memenuhi syarat Z. 2009. The Prevalence of Pediculosis Capitis in
kesehatan. Primary School Students in Bahar, Hamadan
Province, Iran. J Res Health Sci.9(1):45-9. Diakses
SARAN tanggal 22 Juli 2016
1. Bagi Pemerintah, Dinas Kesehatan, dan unit 6. Hadidjaja, P. 2011. Dasar Parasitologi Klinik.
pelayanan kesehatan setempat, untuk melakukan Edisi I. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
upaya pencegahan terhadap penyebaran penyakit Indonesia.
PK berupa penyuluhan kepada masyarakat guna 7. Isroin, Laily dan Andarmoyo, Sulistyo. 2012.
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Personal hygiene : Konsep, Proses, dan Aplikasi
penyakit PK, upaya pencegahan, serta upaya dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha
pengobatan yang segera untuk mencegah Ilmu
8. Gulgun, M., Balci, El., Karaoglu, A., Babacan,
penularannya di masyarakat luas.
2. Bagi masyarakat yang memiliki anak usia O., Turker, T., 2013. Pediculosis Capitis :
sekolah dasar khususnya yang bersekolah di Sekolah Prevalence and Its Associated Factors in Primary
Dasar Negeri 08 Moramo Utara hendaknya tidak School Children Living in Rural and Urban Areas in
menyepelekan penyakit PK dan meningkatkan Kayseri, Turkey. Cent Eur J Public Health 21 (2) :
hygiene perorangannya. 104-108. Diakses tanggal 16 Oktober 2016
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk 9. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
mengembangkan penelitian tentang PK dengan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
10. Santjaka, A. 2011. Statistik Untuk Penelitian
menggunakan metode analitik mengingat penelitian
Kesehatan I. Yogyakarta : Nuha Medika
ini masih jarang dilakukan, serta masih memiliki
11. Noor, NN. 2006. Pengantar Epidemiologi
banyak kelemahan. Misalnya dengan memperluas
Penyakit Menular, Jakarta : Rineka Cipta
jumlah populasi dan sampel, serta mengembangkan 12. Yulianti, E. 2015. Faktor-faktor yang
instrument penelitian yang digunakan. Berhubungan dengan Kejadian Pedikulosis Kapitis
di SD Negeri Kertasari. Skripsi STIKES Santo
DAFTAR PUSTAKA Borromeus.
1. Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan 13. AlBashtawy, M & Hasna, F., 2012. Pediculosis
Kelamin Edisi Keenam. Jakarta : Fakultas capitis among primary-school children in Mafraq
Kedokteran Universitas Indonesia Governorate, Jordan. EMHJ Vol 18 No 1. Diakses
2. Bugayong AMS, Araneta KTS, Cabanilla JC.
tanggal 22 Juli 2016
Effect of dry-on, suffocation-based treatment on 14. Notoatmodjo, B. 2003. Pengetahuan dan
the prevalence of pediculosis among Sikap Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
schoolchildren in Calagtangan Village, Miag-ao, 15. Borges, A.S., 2002. Some Aspects of Protozoan
Iloilo. Philippine Science Letters. 2011;4(1):33-7. Infections in Immunocompromised Patients. Mem
3. Alatas, SSS., Linuwih,S. 2013. Hubungan Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, Vol. 97(4): 443-
Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis 457 . Diakses tanggal 22 Juli 2016
Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri
11
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT

VOL. 2/NO.5/Januari 2017; ISSN 250-731X ,

16. Restiana, R., Aminah, S., 2010. Hubungan


Berbagai Faktor Resiko Terhadap Angka Kejadian
Pedikulosis kapitis di Asrama. Jurnal Skripsi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
17. Kamiabi, F, & Nakhei, F, Hosain. (2005).
Prevalence of pediculosis capitis and
determination of risk factors in primary school
children in Kerman. Eastern Mediteranean Health
journal. Vol 11. Diakses Tanggal 18 Oktober 2016
18. Counahan, M. 2004. Head lice prevalence in
primary schools in Victoria, Australia. Journal
Paediatri child Health. Diakses Tanggal 18 Oktober
2016
19. Meinking TL. C Buckhart. Infestations. In : Jean
L. Bolognia, Joseph L. Jorizzo, Ronald P. 2008.
Dermatology volume one. p 1321 8. Diakses
tanggal 2 Agustus 2016
20. Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi
4.Volume 2. Jakarta: EGC.
21. Seobo SIM,et al. 2003. A Survey On Head Lice
Infestation In Korea (2001) And The Therapeutic
Efficacy Of Oral Trimethoprim/ Sulfamethoxazole
Adding To Lindane Shampoo. The Korean J of
Parasitol :41(1):57-61. Diakses tanggal 16 Agustus
2016
22. Barbara L. Frankowski, Leonard B. Weiner.
2002. Committee on School Health and Commitee
on Infectious Diseases. Head lice Pediatrics; 110;
638. Diakses tanggal 22 Juli 2016
23. Rahman, ZA. 2014. Faktor Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Pediculosis Capitis
Pada Santri Pesantren Rhodlotul Quran
Semarang. Skripsi Universitas Diponegoro

12

Anda mungkin juga menyukai