Anda di halaman 1dari 11

INFORMASI KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Kumpulan Artikel dan Informasi Medis dan Kesehatan

Untuk Pencarian Silakan Masukkan Kata Kunci Di Kotak


Di Bawah Ini

Custom Search

SEARCH
Untuk smartphone dan tablet, tampilan terbaik
(khususnya untuk melihat tabel dalam artikel)
dalam posisi landscape (horizontal memanjang)

Bidang Ilmu Home Legal Notices

Fibrinolisis Primer Search

 Hematologi, Ilmu Penyakit Dalam     No comments   


CATEGORIES
Definisi
            Fibrinolisis adalah kondisi hancurnya fibrin (salah satu agen pembeku darah yang
Ilmu Penyakit Dalam Hematologi
diproduksi dalam darah sebagai produk akhir koagulasi).[1] Darah juga mengandung
Kardiologi Infeksi Tropik
enzim fibrinolitik yang berguna mencegah pembentukan gumpalan atau pembekuan
darah pada area yang tidak terluka, sehingga tidak akan menghalangi aliran darah, dan Nefrologi Gastroenterologi

juga enzim ini akan menghancurkan fibrin bila luka telah sembuh. Fibrinolisis Medis Terkini Pulmonologi

merupakan proses penghancuran deposit fibrin oleh sistem fibrinolotik sehingga aliran Endokrinologi Hepatologi
darah akan terbuka kembali. Sistem   fibrinolitik merupakan sistem enzim
Kumpulan Latihan Soal Leukemia
multikomponen yang menghasilkan pembentukan enzim aktif plasmin. Plasmin
menyebabkan degradasi fibrin, meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang POSTING TERBARU
terlarut. Pada fibrinolisis primer diduga disebabkan oleh pembentukan plasmin yang
berlebihan dalam tubuh.
1 ORGANISME GABUNGAN MANUSIA
DAN MONYET MEMUNCULKAN
Sistem fibrinolitik terdiri dari tiga komponen utama yaitu KONTROVERSI

1. Plasminogen Perdebatan mengenai etika dan...


Aug 24 2019 | Baca lebih lanjut
2. Aktivator plasminogen 1 Komentar

3. Inhibitor plasmin. KUMPULAN SOAL LATIHAN UKMPPD


2
(UJI KOMPETENSI MAHASISWA
PROGRAM PROFESI DOKTER
INDONESIA) BAGIAN KEEMPAT

Berikut ini adalah bagian keempat dari...


Aug 09 2019 | Baca lebih lanjut
0 Komentar

3 AMEBIASIS HATI (ABSES HEPATIK)

De nisi    Amebiasis hati


adalah...
Jun 25 2019 | Baca lebih lanjut
0 Komentar

4 HEPATITIS FULMINAN (KEGAGALAN


HEPATIK FULMINAN)

De nisi    Hepatitis fulminan


adalah...
Jun 14 2019 | Baca lebih lanjut
0 Komentar

5 INIKAH OBAT SEJATI DARI KANKER?


(TERBUKTI SECARA ILMIAH)

       Perjuangan umat manusia


melawan...
Back to Top
Oct 11 2018 | Baca lebih lanjut
0 Komentar
PAGES

Home

Disclaimer

About Us

Contact Us

Privacy Policy

SILAHKAN LIKE DI FACEBOOK


UNTUK MENGIKUTI
PERKEMBANGAN ARTIKEL
BARU

ENTRI POPULER

Struma Nodosa Nontoksik


(SNNT)
DEFINISI        Struma
nodosa non toksik adalah
pembesaran kelenjar tiroid yang
secara klinik teraba nodul satu atau
Aktivasi plasminogen terjadi melalui 3 jalur yang berbeda yaitu: lebih tanpa disertai...
1.                  Jalur instrinsik
Reaksi Transfusi Darah
Jalur instrinsik melibatkan F.XII, prekalikrein dan HMWK. Aktivasi F.XII menjadi
De nisi             Reaksi
F.XIIa yang akan mengubah prekalikrein menjadi kalikrein dengan adanya transfusi adalah semua
HMWK. Kaalikrein yang terbentuk akan mengaktifkan plasminogen menjadi kejadian ikutan yang
plasmin, juga mengubah F.XII menjadi F.XIIa. terjadi karena transfusi darah. Potensi
untuk terjadinya kompl...
2.                  Jalur ekstrinsik
  Pada jalur ekstrinsik aktivator yang terdapat di dalam jaringan atau endotel Kumpulan Soal Latihan
pembuluh darah akan dilepaskan ke dalam darah bila terdapat amin vasoaktif UKMPPD (Uji Kompetensi
dan protein C. Mahasiswa Program
Profesi Dokter Indonesia)
3.                  Jalur eksogen
Bagian Pertama
    Aktivator eksogen contohnya adalah urokinase yang dibentuk ginjal dan
       Berikut ini beberapa kumpulan
dieksresi bersama urin, dan streptokinase yang merupakan produk streptokokus latihan soal UKMPPD (Uji Kompetensi
beta hemolitikus dan urokinase (urin). Mahasiswa Program Profesi Dokter)
yang telah kami himpun dari bebe...
Mekanisme Hemostasis dan Fibrinolisis
Dislipidemia (Bagian
Pertama) : De nisi,
Mekanisme hemostasis yang seimbang terjadi oleh karena adanya interaksi dari 5 Pato siologi, Klasi kasi,
sistem: Manifestasi Klinis,
Diagnosis
Vaskuler
Untuk bagian kedua dapat dibaca di
Trombosit sini DEFINISI             Dislipidemia
adalah kelainan metabolisme lipid
Koagulasi yang ditandai oleh peningka...

Fibrinolisis Kor Pulmonal


De nisi             Kor
Inhibitor pulmonal / Cor Pulmonale
atau disebut juga
Pulmonary Heart Disease adalah
suatu kondisi gagal jantung sisi ...

Koagulasi Intravaskular
Diseminata (Disseminated
Intravascular Coagulation)
Back to Top
De nisi           Koagulasi
intravaskular diseminata
(Disseminated Intravascular
Coagulation, KID) adalah suatu
sindrom yang ditandai d...

Angina Pektoris
De nisi    Angina pektoris
berasal dari bahasa
Yunani, ankhon, yang
berarti ‘mencekik’ dan pectus yang
berarti ‘dada’. Jadi, angina pect...

Penyakit Jantung
Hipertensif (Hipertensive
Heart Disease)
De nisi             Hipertensi
adalah peninggian tekanan darah
diatas nilai normal. Ini termasuk
golongan penyakit yang terjadi akiba...

Infark Miokard Akut (AMI)


De nisi             Infark
adalah area nekrosis
koagulasi pada jaringan
akibat iskemia lokal, disebabkan oleh
obstruksi sirkulasi ke dae...

Kolelitiasis (Batu Empedu)


DEFINISI         Kolelitiasis
atau Cholelithiasis adalah
keadaan adanya atau
                        sedang terbentuknya batu empedu
                      Pembuluh darah yang terluka akan mengadakan vasokontriksi dengan tujuan yang merupakan timbunan kris...
memperlambat aliran darah yang keluar. Dengan demikian kontak antara trombosit
dengan pembuluh darah ditingkatkan. Vasokontriksi ini hanya berlangsung sebentar,
UNTUK BERLANGGANAN
kurang dari 1 menit.
MELALUI PEMBERITAHUAN
            Dalam beberapa detik setelah terjadinya luka trombosit akan mengadakan adesi EMAIL
pada jaringan kolagen. Untuk terjadinya adesi ini dibutuhkan suatu glikoprotein dari
membran trombosit (Glikoprotein Ib) dan suatu faktor yang ada didalam plasma yang
Email address... SUBMIT
dikenal dengan von willebrand faktor. Setelah adesi terombosit maka akan terjadi
sekresi bahan-bahan antara lain ADP.
            ADP dan trombosan A2 sebagai hasil sintesa dari prostagladin yang berasal dari
KEHIDUPAN YANG
fosfolipid membran trombosit, akan mempengaruhi agregasi dari trombosit. BERMANFAAT ADALAH
Dipermukaan trombosit yang mengadakan agregasi akan dihasilkan fosfolipid membran KEHIDUPAN HEBAT
(platelet faktor) yang berperan pada pembekuan darah.
                      Dengan adanya agregasi trombosit akan terbentuk suatu trombosit yang tidak
ILMU ADALAH KUNCI
stabil, sumbat trombosit ini kemudian menjadi stabil dengan adanya fibrin sebagai hasil
KEMAJUAN
akhir adanya proses koagulasi sehingga akhirnya terbentuk sumbat menjadi stabil.
                      Seperti disebutkan diatas aktifasi menjadi plasmin terjai melalui tiga jalur,
intrinsik, ekstrinsik, dan eksogen. Proses pembekuan darah terjadi oleh karena aktivitas TERIMA KASIH TELAH
sistem intrinsik dan sistem ekstrinsik. Pada permukaan membran sel trombosit terdapat BERKUNJUNG

glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat menghindari pelekatan pada endotel


normal dan justru melekat pada dinding pembuluh yang terluka, terutama pada sel-sel PENCARIAN UNTUK WEBSITE
endotel yang rusak, dan bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka di bagian INI SILAHKAN KETIK DI
dalam pembuluh. Membran juga mengandung banyak fosfolipid yang berperan dalam BAWAH
mengaktifkan berbagai hal dalam proses pembekuan darah.
                                              Pada sistem intrinsik, semua bahan yang diperlukan untuk proses TELUSURI
pembekuan terdapat dalam sirkulasi darah. Bahan-bahan ini beredar dalam bentuk
prekusor yang inaktif, beberapa diantaranya merupakan proenzim dan yang lainnya
merupakan faktor.
                                              Sebalikya sistem ekstrinsik memerlukan suatu bahan berupa faktor
jaringan (tissue faktor / tissue tromboplastin) yang berasal dari jaringan pembuluh
darah yang rusak untuk aktivasinya.
Back to Top
                                              Fibrin yang dibentuk pada proses koagulasi secara perlahan-lahan
dihancurkan melalui mekanisme bertahap analog dengan sistem koagulasi. Dalam
keadaan normal fibrinolisis diperlukan untuk rekanalisasi pembuluh yang tersumbat
dan supaya pembentukan sumbat dibatasi.
                        Fibrinolisis terjadi oleh plasmin yang bersifat enzim proteolitik (serin
protease) yang memecah fibrin menjadi fragmen-fragmen yang disebut fragmen  X-
selain memecah fibrin, plasmin juga memecah fibrinogen dan menghasilkan fragmen
yang sama. Pemecahan fragmen X selanjutnya menghasilkan fragmen Y & D. Fragmen
ini disebut fibrin/fibrinogen degradation product (FDP). Aktifitas plasminogen juga
berlangsung dengan perantaraan activator plasminogen yang berasal dari berbagai
jaringan diantaranya pembuluh darah.
           
Fungsi mekanisme hemostasis dan fibrinolisis

1. Fungsi mekanisme hemostasis :


    a.            Mencegah keluarnya darah dari pembuluh darah yang utuh. Hal ini tergantung
dari :
integritas dari pembuluh darah

adanya fungsi trombosit yang normal

    b.      menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka. Proses-proses yang
terjadi setelah           mengalami luka :
Reaksi dari pembuluh darah

Pembentukan sumbat trombosit

Proses pembekuan darah

2. Fungsi mekanisme fibrinolisis :


Pembatasan pembentukan fibrin didaerah luka

Penghancurann fibrin didalam sumbat hemostasis

Etiologi

Beberapa penyebab fibrinolisis yang diketahui adalah :


Infeksi bakteri.[2]

Latihan terus menerus.[2]

Kadar gula darah rendah (Hipoglikemi).[2]

Kekurangan oksigen untuk jaringan (Hipoksia) .[2]

Komplikasi kehamilan.[3]

Setelah operasi.[3]

Keganasan.[3]

Sirosis hepatis[3]

LES[3] dan

Uremia.[3]

Back to Top
Faktor-Faktor yang mempengaruhi fibrinolisis:
1.        Usia
Proses fibrinolisis pada anak dan dewasa lebih cepat daripada orang tua. Orang
tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat
mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2.        Merokok
Merokok dapat menaikkan fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit,
menaikkan hematokrit dan viskositas darah.
3.        Aktivitas fisik
Pengaruh aktivitas fisik terhadap keseimbangan hemostasis pertama kali diamati
oleh John Hunter pada tahun 1794 dimana ia menemukan darah hewan yang
tidak membeku setelah lari jarak jauh. 150 tahun kemudian dilakukan penelitian
ilmiah oleh Bigss dkk pada tahun 1947 dimana ditemukan bahwa latihan fisik
memacu aktivitas fibrinolisis darah.
Darah akan mengalami hiperkoagulasi (lebih encer) setelah seseorang
mengadakan aktivitas fisik. Ini disebabkan peningkatan aktivitas 2 faktor yang
dapat membuat darah lebih encer yaitu : koagulan faktor VIII dan  APTT (
activated Partial Prothrombin Time). Untuk memacu hiperkoagulasi, faktor VIII
harus meningkat banyak, sedangkan APTT harus mengalami pemendekan.

Patofisologi

Diagram Patofisiologi Fibrinolisis

            Seperti kita ketahui sebagian besar plasminogen terikat pada fibrin dan sebagian
lagi terdapat bebas di dalam plasma. Apabila plasminogen tersebut diaktifkan, akan
terbentuk plasmin bebas dan plasmin yang terikat fibrin. Plasmin bebas akan
dinetralkan oleh antiplasmin. Apabila plasmin bebas terdapat dalam jumlah berlebihan
sehingga melebihi kapasitas antiplasmin, maka plasmin bebas tersebut akan memecah
fibrinogen, F.V dan F.VIII.Plasmin merupakan enzim proteolitik yang akan memecah
fibrin menjadi fragmen-fragmen yang disebut  fibrin degradation product atau FDP. Mula-
mula fibrinogen diubah menjadi fragmen X dengan memindah ikatan C-terminal pada
42 asam amino di rantai ß, yang selanjutnya terpecah dan membentuk fragmen Y.
Fragmen Y akan dipecah oleh plasmin menjadi fagmen D dan E. dan dua fragmen D
inilah yang selanjutnya dikenal dengan nama D-dimer.D-dimer adalah produk
degenerasi fibrin yang berguna untuk mengetahui abnormalitas pembentukan bekuan
darah atau kejadian trombotik dan untuk menilai adanya pemecahan bekuan atau
proses fibrinolitik.
            Pada umumnya FDP merupakan inhibitor pembekuan darah terutama fragmen Y
yaitu dengan cara menghambat kerja trombin dan menghambat polimerisasi fibrin.
Selain itu, FPD juga mengganggu fungsi trombosit. Pada proses selanjutnya FDP akan
dibersihkan dari sirkulasi darah oleh hati dan RES. Dengan cara ini, fibrinolisis secara
enzimatis mengatur pembentukan fibrin sewaktu terbentuk di tempat pengendapan
Back to Top
fibrin. Dalam hal ini, fibrinolisis adalah bagian yang amat integral pada hemostasis
normal. Plasmin memiliki afinitas tinggi terhadap fibrinogen dan fibrin. Pembentukan
plasmin terjadi dari plasminogen protein plasma inaktif, dan proses ini dipicu oleh
activator plasminogen. Activator – activator ini dapat dirangsang oleh factor Hageman
aktif (factor XIIa) dalam sistem koagulasi, kalikrein, dan activator plasminogen lain yang
dibebaskan oleh berbagai jaringan.
            Aktivator plasminogen merupakan enzim proteolitik, kecuali streptokinase yang
akan mengikat plasminogen membentuk kompleks streptokinase-plasminogen yang
mempunyai aktivitas sebagai aktivator plasminogen. Activator plasminogen jaringan
(tPA) mempunyai afinitas tinggi terhadap fibrin. Suatu activator plasminogen jaringan
(tPA) spesifik yang dibebaskan di tempat kerusakan pembuluh darah mungkin
merupakan activator paling penting, mengubah plasminogen menjadi plasmin di dalam
bekuan fibrin di tempat cedera. Activator ini memiliki afinitas sangat tinggi terhadap
fibrin dan bukan fibrinogen, sehingga pengaktifan fibrinolisis terlokalisasi di dalam
bekuan dan tidak di dalam darah yang bersirkulasi. Plasma normal mengandung 10
sampai 20 mg/dl zat prekusor plasminogen.
            Inhibitor plasmin adalah substansi yang dapat menetralkan plasmin dan disebut
sebagai antiplasmin. Bermacam-macan antiplasmin terdapat didalam plasma, seperti
alfa-2 plasmin inhibitor, alfa-2 makroglobulin, alfa-1 antitripsin dan AT. Yang kerjanya
paling cepat adalah alfa-2 plasmin inhibitor.Saat ini telah dikenal inhibitor yang bekerja
terhadap aktivator plasminogen yang disebut plasminogen activator inhibitor atau PAI,
yang diberi nomer urut oleh Internasional Committee on Trombosis and Haemostasis.
PAI-1 atau endothelial cell-type PAI adalah suatu glikoprotein yang disintesis oleh sel
endotel. Di samping itu PAI-1 juga disintesis oleh kultur sel hati, sel melanoma, fibroblast
paru-paru, sel fibrosarkoma, sel granulose dan sel otot polos.
            Di dalam trombosit inhibitor ini juga ditemukan di dalam granula alfa dan akan
dikeluarkan pada proses pelepasan. PAI-1  bekerja menghambat urokinase dan t-PA .
Kadar PAI-1 yang tinggi dijumpai pada beberapa kedaan seperti trombosit vena
profunda, penyakit jantung koroner dan pasca bedah, sehingga diduga PAI-1 ikut
berperan dalam peningkatan risiko trombosis pada keadaan ini. PAI-2 disintesis oleh
plasenta dan bereaksi dengan t-PA maupun urokinase. Inhibitor ini juga ditemukan pada
granulosit, monosit dan makrofag. PAI-3 ditemukan dalam urin dan identik dengan
inhibitor terhadap protein C aktif. Inhibitor lain adalah protease nexin 1 yang
ditemukan dalam fibroblast, sel otot jantung dan epitel ginjal. 

D-DIMER
            D-dimer adalah produk akhir degenerasi cross-linked fibrin oleh aktivitas kerja
plasmin dalam sistem fibrinolitik. Sejak 1990, tes D-dimer digunakan untuk pemeriksaan
trombosis. Hasil pemeriksaan yang positif menunjukkan adanya trombus, namun tidak
dapat menunjukkan lokasi kelainan dan menyingkirkan etiologi-etiologi potensial lain.
            Dalam proses pembentukan bekuan normal, bekuan fibrin terbentuk pada tahap
terakhir proses koagulasi. Fibrin dihasilkan oleh aktivitas trombin yang   memecah
fibrinogen menjadi fibrin monomer. Fibrinogen adalah glikoprotein dengan formula Aα,
Bβ, γ. Terdiri dari 3 pasang rantai polipeptida yang tidak identik dan saling beranyaman
yaitu 2 rantai Aα, 2 Bβ, dan 2γ. Molekul fibrinogen adalah dimer yang diikat oleh ikatan
disulfida pada bagian terminal end. Pasangan rantai Aα dan Bβ memiliki
fibinopolipeptida berukuran kecil pada bagian terminal yang disebut sebagai
fibrinopolipeptida A dan B.
                      Proses perubahan fibrinogen menjadi fibrin terdiri dari 3 tahap yaitu tahap
enzimatik, polimerisasi dan stabilisasi. Pada tahap enzimatik, 2 molekul fibrinopeptida A
dan 2 molekul fibrinopeptida B dipecah dan fibrinogen diubah oleh trombin menjadi
monomer fibrin yang larut. Tahap polimerisasi, fibrinopolipeptida A dilepas yang akan
menimbulkan agregasi side to side disusul dengan pelepasan fibrinopeptida B yang
mengadakan kontak dengan unit-unit monomer dengan lebih kuat dan membentuk
bekuan yang tidak stabil. Tahap selanjutnya adalah stabilisasi dimana ada penambahan
trombin, faktor XIIIa dan ion kalsium (Ca2+) sehingga terbentuk unsoluble fibrin yang
stabil.
            Trombin menyebabkan aktivasi faktor XIII menjadi XIIIa yang berperan sebagai
transamidinase. Faktor XIIIa menyebabkan ikatan silang (cross-linked) fibrin monomer Back to Top
yang saling berdekatan dengan membentuk ikatan kovalen yang stabil (fibrin Mesh).
Rantai α dan γ berperan dalam pembentukan unsoluble fibrin yang stabil.
Plasminogen yang secara normal terdapat dalam plasma akan diserap oleh fibrin. Saat
di dalam fibrin, plasminogen diubah oleh tissue-plasminogen activator (tPA) menjadi
plasmin.
            Plasmin merupakan enzim fibrinolitik utama yang berfungsi memecah fibrinogen
dan fibrin yang menghasilkan bermacam-macam produk degenerasi fibrinogen (Fibrin
Degradation Product / FDP). Jika plasmin melisiskan unsoluble fibrin, maka akan
meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang terlarut. Fibrin degradation product
(FDP) yang dihasilkan berupa fragmen X, Y, D dan E. Dua fragmen D dan satu fragmen E
akan berikatan dengan kuat membentuk D-dimer.
            Pemeriksaan D-dimer bermanfaat untuk mengetahui pembentukan bekuan darah
yang abnormal atau adanya kejadian trombotik (indirek) dan untuk mengetahui adanya
lisis bekuan atau proses fibrinolitik (direk). Hasil pemeriksaan kadar D-dimer memiliki
nilai sensitifitas dan nilai ramal negatif yang tinggi untuk dua keadaan tersebut.

                      Selain mekanisme pembekuan, terdapat pula sistem kontrol utama dalam


mengimbangi sistem koagulasi yaitu sistem atau mekanisme fibrinolisis yang berperan
menghancurkan fibrin secara enzimatik. Fibrin adalah protein tak larut yang dibentuk
dari fibrinogen oleh kegiatan proteolitik trombin sewaktu pembekuan darah normal.  
                      Pada sistem fibrinolisis, komponen yang berperan terdiri dari plasminogen,
aktivator plasminogen, dan inhibitor plasminogen. Plasminogen adalah suatu
glikoprotein rantai tunggal dengan amino terminal glutamic acid glutamic acid yang
mudah dipecah oleh proteolisis menjadi bentuk modifikasi dengan suatu terminal lysine,
valine atau methionin. Plasminogen adalah prekursor inaktif plasmin yang
dikonversikan oleh kerja proteolitik enzim urokinase. Plasminogen disebut juga
profibrinolisin. Plasminogen berisi motif struktur sekunder yang dikenal sebagai
kringles, yang mengikat secara khusus untuk lisin dan arginin residu pada fibrin (Ogen).
Ketika dikonversi dari plasminogen menjadi plasmin, berfungsi sebagai protease serin.
Plasminogen merupakan bentuk proenzim dari plasmin.
            Plasmin adalah suatu enzim proteolitik dengan spesifisitas yang tinggi terhadap
fibrin dan dapat memecah fibrin, fibrinogen, F V dan F VIII, komplemen, hormon, serta
protein lainnya. Plasmin disebut juga fibrinolisin. Plasmin merupakan protease serin
yang terutama bertanggungjawab atas proses penguraian fibrin dan fibrinogen, berada
dalam sirkulasi darah dalam bentuk zimogen inaktif, yaitu plasminogen (90 kDa ),  dan
setiap plasmin dengan jumlah sedikit yang terbentuk dalam fase cair dibawah kondisi
fisiologik dengan cepat akan dihilangkan aktivitasnya oleh inhibitor plasmin yang
kerjanya cepat, yakni antiplasmin- α2, unsur tersebut masih dalam keadaan aktif
            Aktivator plasminogen adalah zat yang dapat mengaktifkan plasminogen menjadi
plasmin. Inhibitor plasminogen adalah substansi yang dapat menetralkan plasmin.
Inhibitor plasmin disebut juga antiplasmin. Inhibitor plasminogen  yang dapat
mengontrol aktivitas plasmin meliputi:
a2-plasmin inhibitor (a2-antiplasmin), adalah inhibitor plasmin yang bereaksi
cepat, dimana menghambat plasmin dengan segera dengan membentuk
kompleks 1:1.

a1-proteinase inhibitor, juga dikenal sebagai a1-antitripsin atau a1-


antiroteinase, juga menginaktifasi plasmin dan urokinase, tetapi sebagai
inhibitor tripsin relatif lemah.

a2-makroglobulin

antitrombin III (AT-III), adalah suatu protein plasma dengan BM 58.000


dihasilkan di hepar, terdiri dari polipeptida rantai tunggal dengan 432 asam
amino. AT-III menetralisasi/menghambat trombin dengan membentuk
kompleks stabil 1:1 antara satu residu arginin dari AT-III dan active-site serine
dari trombin.
Back to Top
Plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1), adalah suatu protein plasma dengan
BM 52.000, dihasilkan oleh berbagai sel, seperti sel-sel endothelium, hepatosit,
dan fibroblast. Konsentrasi didalam plasma sangat rendah (0.005 mg/dl) dan
juga disimpan dalam a-granul trombosit. PAI-1 menghambat tissue
plasminogenactivator (t-PA) dan urokinase dengan membentuk suatu
kompleks dengan enzim,dan PAI-1 berperan penting dalam pengaturan
aktifitas sistim fibrinolisis.

                      Pada tempat jaringan yang rusak (tissue injury), fibrinolisis dimulai dengan
perubahan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin mempunyai banyak fungsi seperti
degradasi dari fibrin, inaktifasi faktor V dan faktor VIII dan aktifasi dari
metaloproteinase yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka dan
perbaikan jaringan (tissue-remodeling). Aktivator-aktivator plasminogen memecah
peptide dari plasminogen dan membentuk plasmin rantai dua.

            Dalam keadaan fisiologik, aktifasi plasminogen terutama oleh tissue plasminogen
activator (t-PA) yang disintesis dan dilepas dari sel-sel endotelium pembuluh darah
dalam respons terhadap trombin dan pada kerusakan sel. Aktivator plasminogen
jaringan (alteplase, t-PA) merupakan protease serin yang dilepaskan kedalam sirkulasi
dari endotel vaskuler dalam keadaan luka atau stres dan mempunyai sifat katalitik –
inaktif kecuali bila terikat dengan fibrin. Setelah terikat dengan fibrin t-PA memecah
plasminogen dalam bekuan untuk menghasilkan plasmin serta  selanjutnya plasmin
mencernakan fibrin hingga terbentuk produk penguraian yang bersifat dapat larut dan
dengan demikian melarutkan bekuan tesebut. Setelah distimulasi t-PA release oleh
exercise, statis, atau desmopressin (DDAVP), masa paruhnya dalam sirkulasi sangat
pendek ( sekitar 5 menit), berhubungan dengan inhibisi oleh PAI-1 dan clearance dihati.
            Aktivator lain, urokinase-type plasminogen avtivator (u-PA), diproduksi diginjal
dan ditemukan terutama dalam urine. Akan tetapi sejumlah kecil prourokinase plasma
atau single-chain u-PA (scuPA) dapat diubah menjadi bentuk aktif melalui sistim kontak
oleh kallikrein. Prourokinase merupakan prekusor zat aktivator plasminogen, yaitu
urokinase, yang tidak memperlihatkan derajat selektifitas tinggi yang sama dengan
fibrin. Urokinase yang disekresikan oleh sel epitel tertentu yang melapisi saluran
ekskretorik (misalnya tobulus ginjal) kemungkinan terlibat dalam proses penghancuran
(lisis) setiap fibrin yang tertimbun didalam saluran tersebut.
                      Aktivator plasminogen yang berasal dari ketiga jalur intrinsik, ekstrinsik, dan
eksogen, mengaktivasi plasminogen bebas (dalam darah) atau plasminogen terikat
(dalam bekuan) menjadi plamin bebas (dalam darah) dan plasmin terikat (dalam
bekuan).
Proses fibrinolitik diatur pada tiap-tiap tahap enzimatik oleh inhibitor-inhibitor protease
spesifik. Aktifitas plasminogen diatur oleh inhibitor-inhibitor plasmin seperti a2-
antiplasmin, a2- makroglobulin, dan juga oleh plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1),
yang merupakan inhibitor fisiologi dari t-PA dan u-PA.
                      Plasmin mempunyai fibrinogen dan fibrin sebagai substrat utamanya yang
terpenting untuk produksi fragmen-fragmen spesifik yang secara kolektif disebut
fibrinogen-fibrin degradation product (FDP), yang terdiri dari fragmen X, Y, D, E. Fragmen
D hasil pemecahan fibrin berupa dimer sehingga disebut ‘D Dimer’. Plasmin juga
memecah faktor V dan faktor VIII:C. Ledakan fibrinolisis dihambat oleh inhibitor poten
a2- antiplasmin dan oleh a2- makroglobulin.
                      Plasmin bebas yang beredar dalam darah segera di inaktifkan oleh a2-
antiplasmin, sehingga pada keadaan normal di dalam darah tidak akan dijumpai
plasmin bebas. Sedangkan plasmin yang terikat fibrin dalam plug hemostasis lokal
terlindungi dari a2- antiplasmin dan dapat memecah fibrin menjadi FDP. Bila plasmin
bebas yang terbentuk berlebihan sehingga melampaui kapasitas antiplasmin, maka
plasmin bebas tersebut dapat menghancurkan fibrinogen, F V, F VIII, dan protein lain.
Penghancuran fibrinogen (fibrinogenolisis) juga menghasilkan fragmen X, Y, D, E (FDP),
tetapi fragmen D hasil pemecahan fibrinogen tersebut berupa monomer bukan dimer.
Inhibitor dari aktivator plasminogen juga memegang peranan penting dalam mengatur Back to Top
fibrinolisis dan membatasinya pada bagian luka.
            Proses fibrinolisis yang berlangsung melalui aktivasi plasminogen dan plasmin
terikat fibrin dalam bekuan adalah proses fibrinolisis fisiologis (Fibrinolisis Sekunder).
Sedangkan proses fibrinogenolisis akibat aktivasi plasmin bebas yang beredar dalam
darah adalah patologis (Fibrinolisis Primer).

Perbedaan fibrinolisis Primer dan Sekunder

                      Fibrinolisis sekunder adalah pembentukan fibrin yang diikuti dengan proses


penghancuran fibrin oleh plasmin. Sedangkan Fibrinolisis primer adalah proses
penghancuran fibrinogen oleh plasmin.
            Fibrinolisis primer atau fibrinogenolisis adalah proses penghancuran fibrinogen.
Hal ini merupakan akibat masuknya activator plasminogen ke dalam darah secara
berlebihan sehingga plasmin yang terbentuk melampaui kemampuan antiplasmin untuk
meanetralkannya. Selain menghancurkan fibrinogen, plasmin juga menghancurkan
factor  V dan VII. Akibat proses penghancuran tersebut, maka terjadi penurunan kadar
fibrinogen, factor V dan VII serta peningkatan kadar FDP.
                      Pada pemeriksaan laboratorium akan dijumpai aktivitas fibrinolisis sangat
meningkat. Pemeriksaan penyaring yang paling sederhana ialah masa lisis bekuan
darah. Normal bekuan darah akan lisis ada 48 jam. Bila dalam waktu 8 jam atau kurang
telah terjadi lisis berarti ada aktivitas fibrinolisis yang berlebihan. Pemeriksaan
penyaring yang lain ialah masa lisis bekuan euglobulin. Fraksi euglobulin dalam pasma
mengandung plasminogen, activator plasminogen, plasmin dan fibrinogen. Dalam
keadaan normal bekuan euglobulin akan mengalami lisis setelah 2 jam. Lisis yang
sempurna terjadi dalam waktu kurang dari 2 jam menunjukan adanya aktivitas
fibrinolisis juga dapat diperiksa dengan peningkatan kadar FDP, penurunan aktivitas
plasminogen dan antiplasmin serta adanya kompleks plasmin-antiplasmin. Dalam hal
ini tidak akan dijumpai fragmen D-dimer, sebab yang dipecah oleh plasmin adalah
fibrinogen.
                      Selain kelainan tersebut diatas akan dijumpai pemanjangan masa thrombin,
sedangkan PT dan APTT  tidak selalu memanjang. Penurunan jumlah trombosit tidak
dijumpai kecuali terdapat keadaan lain  yang menyebabkan hal ini. Demikian pula tidak
akan dijumpai adanya penurunan aktivitas AT, tidak dijmpai adanya fibrinopeptida A
dan tesparakoagulasi hasilnya negative. Juga tidak dijumpai adanya sel burr dan
fragmentosit pada sediaan hapus darah tepi karena tidak ada mikrotrombi.  

Pemeriksaan Penunjang
                      Berbeda dengan KID/ DIC, pada fibrinolisis primer tidak terdapat
trombositopenia, defisiensi faktor pembekuan lebih ringan, dan hasil perombakan fibrin
dan fibrinogen lebih sedikit. Tidak didapatkan sel Burr, suatu fragmentasi eritrosit
seperti pada KID.

Indikasi pemeriksaan kadar D-Dimer


Pengukuran D-dimer diindikasikan apabila:
1. Ada dugaan thrombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT)

2. Emboli paru (pulmonary embolus/embolisme, PE)

3. Pembekuan intravaskuler menyeluruh (disseminated intravascular


coagulation, DIC)

4. Arterial tromboemboli

5. Infark myocard

6. Gagal ginjal atau gagal hati

Back to Top
          Prinsip pemeriksaan D-dimer adalah dengan menggunakan antibody monoklonal
yang mengenali epitop pada fragmen D-dimer. Ada beberapa metode pemeriksaan
yaitu Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Latex Agglutination (LA) dan Whole
Blood Agglutination (WBA).
                Metode ELISA dianjurkan untuk dipakai sebagai baku emas pemeriksaan.
Sensitivitas dan nilai ramal negatif untuk D-dimer berkisar 90 %.57 Antibodi dengan
afinitas tinggi terhadap D-dimer dilapiskan pada suatu dinding atau microliter well dan
mengikat protein dalam plasma. Antibodi kedua ditambahkan dan jumlah substansi
berlabel yang terikat secara langsung sepadan dengan D-dimer yang diukur. Tes rapid
ELISA menunjukan sensitivitas mirip metode ELISA konvensional.30,57
          Metode Latex agglutination menggunakan antibodi yang dilapiskan pada partikel
latex. Aglutinasi secara makroskopik terlihat bila ada peningkatan D-dimer dalam
plasma. Cara ini kurang sensitif untuk uji saring.30 Latex agglutination yang
dimodifikasi dengan menggunakan analyzer automatik dapat dipakai untuk mengukur
Ddimer secara kuantitatif dengan menilai sensitivitas 98 – 100 %.56 Contohnya adalah
Latex enhanced turbidimetric test. Prinsip metode ini adalah terbentuknya ikatan
kovalen partikel polystyrene pada suatu antibodi monoklonal terhadap cross-linkage
region dari D-dimer. Cross-linkage tersebut memiliki struktur stereosimetrik. Reaksi
aglutinasi yang terjadi dideteksi dengan menggunakan turbidimetri. Hasil metode ini
sebanding metode ELISA konvensional.

Bahan Pemeriksaan D-dimer


                  Sampel darah vena yang dimasukan ke dalam vacutainer plastik berkapasitas
volume 2,7 mL yang mengandung sodium citras dengan kadar 0,109 M (9:1). Dikirim ke
laboratorium tanpa perlakuan khusus. Sampel disentifugasi untuk mendapatkan
supernatan untuk dilakukan pemeriksaan kadar D-dimer. Supernatan dapat disimpan
pada suhu -20 0C yang stabil sampai 1 bulan.

Interpretasi hasil tes D-dimer


                  Hasil pemeriksaan kadar D-dimer secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan
μg/L. Nilai cut off D-dimer dengan metode latex agglutination adalah 500 μg/L. Kadar D-
dimer yang lebih dari nilai normal rujukan menunjukkan adanya produk degradasi
fibrin dalam kadar yang tinggi; mempunyai arti adanya pembentukan dan pemecahan
trombus dalam tubuh. Kadar D-dimer yang normal dapat digunakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding gangguan pembekuan darah sebagai penyebab dari
gejala klinik yang ada.

Penatalaksanaan[3]
1.    Mengatasi penyakit primer yang menimbulkan fibrinolisis primer.
2.    Memberikan obat-obat antiplasmin, yaitu:
Epsilon Amino Caproic Acid (EACA) 5 g iv, kemudian 1 g iv tiap 1-2 jam. Dosis
maksimal 30 g/24 jam.

Trasylol 200.000 KIU tiap 8 jam, setelah 3-4 hari

Transamin intravena, mula-mula l-2 ampul, kemudian dilanjutkan 1 ampul


tiap 4-8 jam sampai 3-4 hari. Dapat pula diberikan peroral.

Daftar Pustaka/Referensi
1. Peters M. A-Z Family Medical Encyclopedia. British Medical Associations.

2. MedlinePlus.Fibrinolysis.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000577.htm [13 Agustus
2015].
Back to Top
3. Mansjoer A dkk. (Eds) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Volume 1, Media
Aesculapius. Jakarta.

4. Boedhianto, F.X. 1986. Patologi Klinik. Universitas Airlangga. Surabaya.

5. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 26. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.     

6. Fischbach frances, Marshall B.Dunning III. 2009. A Manual of Laboratory and


Diagnostic Test. US : The Point.

Kata Kunci Pencarian : Fibrinolisis Primer, Sekunder, Fibrinolysis, Referat, Karya Tulis
Ilmiah, Hematologi, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx,
Makalah, Jurnal, Desertasi, Skripsi, Ilmu Penyakit Dalam, Tesis,Disertasi,  Refrat, modul
BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based  Learning, askep, asuhan keperawatan

Share This:    Facebook  Twitter

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

0 comments:

Posting Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Ac

Publikasikan Pratinjau

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Copyright © 2019 Informasi Kedokteran Dan Kesehatan

Back to Top

Anda mungkin juga menyukai