Custom Search
SEARCH
Untuk smartphone dan tablet, tampilan terbaik
(khususnya untuk melihat tabel dalam artikel)
dalam posisi landscape (horizontal memanjang)
juga enzim ini akan menghancurkan fibrin bila luka telah sembuh. Fibrinolisis Medis Terkini Pulmonologi
merupakan proses penghancuran deposit fibrin oleh sistem fibrinolotik sehingga aliran Endokrinologi Hepatologi
darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolitik merupakan sistem enzim
Kumpulan Latihan Soal Leukemia
multikomponen yang menghasilkan pembentukan enzim aktif plasmin. Plasmin
menyebabkan degradasi fibrin, meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang POSTING TERBARU
terlarut. Pada fibrinolisis primer diduga disebabkan oleh pembentukan plasmin yang
berlebihan dalam tubuh.
1 ORGANISME GABUNGAN MANUSIA
DAN MONYET MEMUNCULKAN
Sistem fibrinolitik terdiri dari tiga komponen utama yaitu KONTROVERSI
Home
Disclaimer
About Us
Contact Us
Privacy Policy
ENTRI POPULER
Koagulasi Intravaskular
Diseminata (Disseminated
Intravascular Coagulation)
Back to Top
De nisi Koagulasi
intravaskular diseminata
(Disseminated Intravascular
Coagulation, KID) adalah suatu
sindrom yang ditandai d...
Angina Pektoris
De nisi Angina pektoris
berasal dari bahasa
Yunani, ankhon, yang
berarti ‘mencekik’ dan pectus yang
berarti ‘dada’. Jadi, angina pect...
Penyakit Jantung
Hipertensif (Hipertensive
Heart Disease)
De nisi Hipertensi
adalah peninggian tekanan darah
diatas nilai normal. Ini termasuk
golongan penyakit yang terjadi akiba...
b. menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka. Proses-proses yang
terjadi setelah mengalami luka :
Reaksi dari pembuluh darah
Etiologi
Komplikasi kehamilan.[3]
Setelah operasi.[3]
Keganasan.[3]
Sirosis hepatis[3]
LES[3] dan
Uremia.[3]
Back to Top
Faktor-Faktor yang mempengaruhi fibrinolisis:
1. Usia
Proses fibrinolisis pada anak dan dewasa lebih cepat daripada orang tua. Orang
tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat
mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Merokok
Merokok dapat menaikkan fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit,
menaikkan hematokrit dan viskositas darah.
3. Aktivitas fisik
Pengaruh aktivitas fisik terhadap keseimbangan hemostasis pertama kali diamati
oleh John Hunter pada tahun 1794 dimana ia menemukan darah hewan yang
tidak membeku setelah lari jarak jauh. 150 tahun kemudian dilakukan penelitian
ilmiah oleh Bigss dkk pada tahun 1947 dimana ditemukan bahwa latihan fisik
memacu aktivitas fibrinolisis darah.
Darah akan mengalami hiperkoagulasi (lebih encer) setelah seseorang
mengadakan aktivitas fisik. Ini disebabkan peningkatan aktivitas 2 faktor yang
dapat membuat darah lebih encer yaitu : koagulan faktor VIII dan APTT (
activated Partial Prothrombin Time). Untuk memacu hiperkoagulasi, faktor VIII
harus meningkat banyak, sedangkan APTT harus mengalami pemendekan.
Patofisologi
Seperti kita ketahui sebagian besar plasminogen terikat pada fibrin dan sebagian
lagi terdapat bebas di dalam plasma. Apabila plasminogen tersebut diaktifkan, akan
terbentuk plasmin bebas dan plasmin yang terikat fibrin. Plasmin bebas akan
dinetralkan oleh antiplasmin. Apabila plasmin bebas terdapat dalam jumlah berlebihan
sehingga melebihi kapasitas antiplasmin, maka plasmin bebas tersebut akan memecah
fibrinogen, F.V dan F.VIII.Plasmin merupakan enzim proteolitik yang akan memecah
fibrin menjadi fragmen-fragmen yang disebut fibrin degradation product atau FDP. Mula-
mula fibrinogen diubah menjadi fragmen X dengan memindah ikatan C-terminal pada
42 asam amino di rantai ß, yang selanjutnya terpecah dan membentuk fragmen Y.
Fragmen Y akan dipecah oleh plasmin menjadi fagmen D dan E. dan dua fragmen D
inilah yang selanjutnya dikenal dengan nama D-dimer.D-dimer adalah produk
degenerasi fibrin yang berguna untuk mengetahui abnormalitas pembentukan bekuan
darah atau kejadian trombotik dan untuk menilai adanya pemecahan bekuan atau
proses fibrinolitik.
Pada umumnya FDP merupakan inhibitor pembekuan darah terutama fragmen Y
yaitu dengan cara menghambat kerja trombin dan menghambat polimerisasi fibrin.
Selain itu, FPD juga mengganggu fungsi trombosit. Pada proses selanjutnya FDP akan
dibersihkan dari sirkulasi darah oleh hati dan RES. Dengan cara ini, fibrinolisis secara
enzimatis mengatur pembentukan fibrin sewaktu terbentuk di tempat pengendapan
Back to Top
fibrin. Dalam hal ini, fibrinolisis adalah bagian yang amat integral pada hemostasis
normal. Plasmin memiliki afinitas tinggi terhadap fibrinogen dan fibrin. Pembentukan
plasmin terjadi dari plasminogen protein plasma inaktif, dan proses ini dipicu oleh
activator plasminogen. Activator – activator ini dapat dirangsang oleh factor Hageman
aktif (factor XIIa) dalam sistem koagulasi, kalikrein, dan activator plasminogen lain yang
dibebaskan oleh berbagai jaringan.
Aktivator plasminogen merupakan enzim proteolitik, kecuali streptokinase yang
akan mengikat plasminogen membentuk kompleks streptokinase-plasminogen yang
mempunyai aktivitas sebagai aktivator plasminogen. Activator plasminogen jaringan
(tPA) mempunyai afinitas tinggi terhadap fibrin. Suatu activator plasminogen jaringan
(tPA) spesifik yang dibebaskan di tempat kerusakan pembuluh darah mungkin
merupakan activator paling penting, mengubah plasminogen menjadi plasmin di dalam
bekuan fibrin di tempat cedera. Activator ini memiliki afinitas sangat tinggi terhadap
fibrin dan bukan fibrinogen, sehingga pengaktifan fibrinolisis terlokalisasi di dalam
bekuan dan tidak di dalam darah yang bersirkulasi. Plasma normal mengandung 10
sampai 20 mg/dl zat prekusor plasminogen.
Inhibitor plasmin adalah substansi yang dapat menetralkan plasmin dan disebut
sebagai antiplasmin. Bermacam-macan antiplasmin terdapat didalam plasma, seperti
alfa-2 plasmin inhibitor, alfa-2 makroglobulin, alfa-1 antitripsin dan AT. Yang kerjanya
paling cepat adalah alfa-2 plasmin inhibitor.Saat ini telah dikenal inhibitor yang bekerja
terhadap aktivator plasminogen yang disebut plasminogen activator inhibitor atau PAI,
yang diberi nomer urut oleh Internasional Committee on Trombosis and Haemostasis.
PAI-1 atau endothelial cell-type PAI adalah suatu glikoprotein yang disintesis oleh sel
endotel. Di samping itu PAI-1 juga disintesis oleh kultur sel hati, sel melanoma, fibroblast
paru-paru, sel fibrosarkoma, sel granulose dan sel otot polos.
Di dalam trombosit inhibitor ini juga ditemukan di dalam granula alfa dan akan
dikeluarkan pada proses pelepasan. PAI-1 bekerja menghambat urokinase dan t-PA .
Kadar PAI-1 yang tinggi dijumpai pada beberapa kedaan seperti trombosit vena
profunda, penyakit jantung koroner dan pasca bedah, sehingga diduga PAI-1 ikut
berperan dalam peningkatan risiko trombosis pada keadaan ini. PAI-2 disintesis oleh
plasenta dan bereaksi dengan t-PA maupun urokinase. Inhibitor ini juga ditemukan pada
granulosit, monosit dan makrofag. PAI-3 ditemukan dalam urin dan identik dengan
inhibitor terhadap protein C aktif. Inhibitor lain adalah protease nexin 1 yang
ditemukan dalam fibroblast, sel otot jantung dan epitel ginjal.
D-DIMER
D-dimer adalah produk akhir degenerasi cross-linked fibrin oleh aktivitas kerja
plasmin dalam sistem fibrinolitik. Sejak 1990, tes D-dimer digunakan untuk pemeriksaan
trombosis. Hasil pemeriksaan yang positif menunjukkan adanya trombus, namun tidak
dapat menunjukkan lokasi kelainan dan menyingkirkan etiologi-etiologi potensial lain.
Dalam proses pembentukan bekuan normal, bekuan fibrin terbentuk pada tahap
terakhir proses koagulasi. Fibrin dihasilkan oleh aktivitas trombin yang memecah
fibrinogen menjadi fibrin monomer. Fibrinogen adalah glikoprotein dengan formula Aα,
Bβ, γ. Terdiri dari 3 pasang rantai polipeptida yang tidak identik dan saling beranyaman
yaitu 2 rantai Aα, 2 Bβ, dan 2γ. Molekul fibrinogen adalah dimer yang diikat oleh ikatan
disulfida pada bagian terminal end. Pasangan rantai Aα dan Bβ memiliki
fibinopolipeptida berukuran kecil pada bagian terminal yang disebut sebagai
fibrinopolipeptida A dan B.
Proses perubahan fibrinogen menjadi fibrin terdiri dari 3 tahap yaitu tahap
enzimatik, polimerisasi dan stabilisasi. Pada tahap enzimatik, 2 molekul fibrinopeptida A
dan 2 molekul fibrinopeptida B dipecah dan fibrinogen diubah oleh trombin menjadi
monomer fibrin yang larut. Tahap polimerisasi, fibrinopolipeptida A dilepas yang akan
menimbulkan agregasi side to side disusul dengan pelepasan fibrinopeptida B yang
mengadakan kontak dengan unit-unit monomer dengan lebih kuat dan membentuk
bekuan yang tidak stabil. Tahap selanjutnya adalah stabilisasi dimana ada penambahan
trombin, faktor XIIIa dan ion kalsium (Ca2+) sehingga terbentuk unsoluble fibrin yang
stabil.
Trombin menyebabkan aktivasi faktor XIII menjadi XIIIa yang berperan sebagai
transamidinase. Faktor XIIIa menyebabkan ikatan silang (cross-linked) fibrin monomer Back to Top
yang saling berdekatan dengan membentuk ikatan kovalen yang stabil (fibrin Mesh).
Rantai α dan γ berperan dalam pembentukan unsoluble fibrin yang stabil.
Plasminogen yang secara normal terdapat dalam plasma akan diserap oleh fibrin. Saat
di dalam fibrin, plasminogen diubah oleh tissue-plasminogen activator (tPA) menjadi
plasmin.
Plasmin merupakan enzim fibrinolitik utama yang berfungsi memecah fibrinogen
dan fibrin yang menghasilkan bermacam-macam produk degenerasi fibrinogen (Fibrin
Degradation Product / FDP). Jika plasmin melisiskan unsoluble fibrin, maka akan
meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang terlarut. Fibrin degradation product
(FDP) yang dihasilkan berupa fragmen X, Y, D dan E. Dua fragmen D dan satu fragmen E
akan berikatan dengan kuat membentuk D-dimer.
Pemeriksaan D-dimer bermanfaat untuk mengetahui pembentukan bekuan darah
yang abnormal atau adanya kejadian trombotik (indirek) dan untuk mengetahui adanya
lisis bekuan atau proses fibrinolitik (direk). Hasil pemeriksaan kadar D-dimer memiliki
nilai sensitifitas dan nilai ramal negatif yang tinggi untuk dua keadaan tersebut.
a2-makroglobulin
Pada tempat jaringan yang rusak (tissue injury), fibrinolisis dimulai dengan
perubahan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin mempunyai banyak fungsi seperti
degradasi dari fibrin, inaktifasi faktor V dan faktor VIII dan aktifasi dari
metaloproteinase yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka dan
perbaikan jaringan (tissue-remodeling). Aktivator-aktivator plasminogen memecah
peptide dari plasminogen dan membentuk plasmin rantai dua.
Dalam keadaan fisiologik, aktifasi plasminogen terutama oleh tissue plasminogen
activator (t-PA) yang disintesis dan dilepas dari sel-sel endotelium pembuluh darah
dalam respons terhadap trombin dan pada kerusakan sel. Aktivator plasminogen
jaringan (alteplase, t-PA) merupakan protease serin yang dilepaskan kedalam sirkulasi
dari endotel vaskuler dalam keadaan luka atau stres dan mempunyai sifat katalitik –
inaktif kecuali bila terikat dengan fibrin. Setelah terikat dengan fibrin t-PA memecah
plasminogen dalam bekuan untuk menghasilkan plasmin serta selanjutnya plasmin
mencernakan fibrin hingga terbentuk produk penguraian yang bersifat dapat larut dan
dengan demikian melarutkan bekuan tesebut. Setelah distimulasi t-PA release oleh
exercise, statis, atau desmopressin (DDAVP), masa paruhnya dalam sirkulasi sangat
pendek ( sekitar 5 menit), berhubungan dengan inhibisi oleh PAI-1 dan clearance dihati.
Aktivator lain, urokinase-type plasminogen avtivator (u-PA), diproduksi diginjal
dan ditemukan terutama dalam urine. Akan tetapi sejumlah kecil prourokinase plasma
atau single-chain u-PA (scuPA) dapat diubah menjadi bentuk aktif melalui sistim kontak
oleh kallikrein. Prourokinase merupakan prekusor zat aktivator plasminogen, yaitu
urokinase, yang tidak memperlihatkan derajat selektifitas tinggi yang sama dengan
fibrin. Urokinase yang disekresikan oleh sel epitel tertentu yang melapisi saluran
ekskretorik (misalnya tobulus ginjal) kemungkinan terlibat dalam proses penghancuran
(lisis) setiap fibrin yang tertimbun didalam saluran tersebut.
Aktivator plasminogen yang berasal dari ketiga jalur intrinsik, ekstrinsik, dan
eksogen, mengaktivasi plasminogen bebas (dalam darah) atau plasminogen terikat
(dalam bekuan) menjadi plamin bebas (dalam darah) dan plasmin terikat (dalam
bekuan).
Proses fibrinolitik diatur pada tiap-tiap tahap enzimatik oleh inhibitor-inhibitor protease
spesifik. Aktifitas plasminogen diatur oleh inhibitor-inhibitor plasmin seperti a2-
antiplasmin, a2- makroglobulin, dan juga oleh plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1),
yang merupakan inhibitor fisiologi dari t-PA dan u-PA.
Plasmin mempunyai fibrinogen dan fibrin sebagai substrat utamanya yang
terpenting untuk produksi fragmen-fragmen spesifik yang secara kolektif disebut
fibrinogen-fibrin degradation product (FDP), yang terdiri dari fragmen X, Y, D, E. Fragmen
D hasil pemecahan fibrin berupa dimer sehingga disebut ‘D Dimer’. Plasmin juga
memecah faktor V dan faktor VIII:C. Ledakan fibrinolisis dihambat oleh inhibitor poten
a2- antiplasmin dan oleh a2- makroglobulin.
Plasmin bebas yang beredar dalam darah segera di inaktifkan oleh a2-
antiplasmin, sehingga pada keadaan normal di dalam darah tidak akan dijumpai
plasmin bebas. Sedangkan plasmin yang terikat fibrin dalam plug hemostasis lokal
terlindungi dari a2- antiplasmin dan dapat memecah fibrin menjadi FDP. Bila plasmin
bebas yang terbentuk berlebihan sehingga melampaui kapasitas antiplasmin, maka
plasmin bebas tersebut dapat menghancurkan fibrinogen, F V, F VIII, dan protein lain.
Penghancuran fibrinogen (fibrinogenolisis) juga menghasilkan fragmen X, Y, D, E (FDP),
tetapi fragmen D hasil pemecahan fibrinogen tersebut berupa monomer bukan dimer.
Inhibitor dari aktivator plasminogen juga memegang peranan penting dalam mengatur Back to Top
fibrinolisis dan membatasinya pada bagian luka.
Proses fibrinolisis yang berlangsung melalui aktivasi plasminogen dan plasmin
terikat fibrin dalam bekuan adalah proses fibrinolisis fisiologis (Fibrinolisis Sekunder).
Sedangkan proses fibrinogenolisis akibat aktivasi plasmin bebas yang beredar dalam
darah adalah patologis (Fibrinolisis Primer).
Pemeriksaan Penunjang
Berbeda dengan KID/ DIC, pada fibrinolisis primer tidak terdapat
trombositopenia, defisiensi faktor pembekuan lebih ringan, dan hasil perombakan fibrin
dan fibrinogen lebih sedikit. Tidak didapatkan sel Burr, suatu fragmentasi eritrosit
seperti pada KID.
4. Arterial tromboemboli
5. Infark myocard
Back to Top
Prinsip pemeriksaan D-dimer adalah dengan menggunakan antibody monoklonal
yang mengenali epitop pada fragmen D-dimer. Ada beberapa metode pemeriksaan
yaitu Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Latex Agglutination (LA) dan Whole
Blood Agglutination (WBA).
Metode ELISA dianjurkan untuk dipakai sebagai baku emas pemeriksaan.
Sensitivitas dan nilai ramal negatif untuk D-dimer berkisar 90 %.57 Antibodi dengan
afinitas tinggi terhadap D-dimer dilapiskan pada suatu dinding atau microliter well dan
mengikat protein dalam plasma. Antibodi kedua ditambahkan dan jumlah substansi
berlabel yang terikat secara langsung sepadan dengan D-dimer yang diukur. Tes rapid
ELISA menunjukan sensitivitas mirip metode ELISA konvensional.30,57
Metode Latex agglutination menggunakan antibodi yang dilapiskan pada partikel
latex. Aglutinasi secara makroskopik terlihat bila ada peningkatan D-dimer dalam
plasma. Cara ini kurang sensitif untuk uji saring.30 Latex agglutination yang
dimodifikasi dengan menggunakan analyzer automatik dapat dipakai untuk mengukur
Ddimer secara kuantitatif dengan menilai sensitivitas 98 – 100 %.56 Contohnya adalah
Latex enhanced turbidimetric test. Prinsip metode ini adalah terbentuknya ikatan
kovalen partikel polystyrene pada suatu antibodi monoklonal terhadap cross-linkage
region dari D-dimer. Cross-linkage tersebut memiliki struktur stereosimetrik. Reaksi
aglutinasi yang terjadi dideteksi dengan menggunakan turbidimetri. Hasil metode ini
sebanding metode ELISA konvensional.
Penatalaksanaan[3]
1. Mengatasi penyakit primer yang menimbulkan fibrinolisis primer.
2. Memberikan obat-obat antiplasmin, yaitu:
Epsilon Amino Caproic Acid (EACA) 5 g iv, kemudian 1 g iv tiap 1-2 jam. Dosis
maksimal 30 g/24 jam.
Daftar Pustaka/Referensi
1. Peters M. A-Z Family Medical Encyclopedia. British Medical Associations.
2. MedlinePlus.Fibrinolysis.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000577.htm [13 Agustus
2015].
Back to Top
3. Mansjoer A dkk. (Eds) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Volume 1, Media
Aesculapius. Jakarta.
Kata Kunci Pencarian : Fibrinolisis Primer, Sekunder, Fibrinolysis, Referat, Karya Tulis
Ilmiah, Hematologi, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx,
Makalah, Jurnal, Desertasi, Skripsi, Ilmu Penyakit Dalam, Tesis,Disertasi, Refrat, modul
BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep, asuhan keperawatan
0 comments:
Posting Komentar
Publikasikan Pratinjau
Copyright © 2019 Informasi Kedokteran Dan Kesehatan
Back to Top