Anda di halaman 1dari 5

Berapa Jumlah Malaikat Pencabut Nyawa (Malakul

Maut)?
By Ahmad Anshori, Lc - Sep 3, 2019

Source image: ‫ اﻹﻳﻤﺎن ﺑﺎﻟﻤﻼﺋﻜﺔ‬https://youtu.be/v5N-TNOOtcM

Jumlah Malaikat Pencabut Nyawa (Malakul Maut)


Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala Rasulillah wa ba’du.

Ada dua keterangan dalam Al Qur’an yang menerangkan tentang jumlah malaikat pencabut nyawa (malakul
maut):

Pertama, disebutkan dengan kata tunggal (mufrod).

َ ُ‫۞ﻗ ۡﻞ ﻳَ ﺘَ َﻮﻓ ٰﯩﻜُﻢ ﻣﻠَ ُﻚ ۡٱﻟ َﻤ ۡﻮ ِت ٱﻟ ِﺬي ُوﻛ َﻞ ِﺑﻜُ ۡﻢ ُﺛﻢ اﻟَ ٰﻰ َرﺑﻜُ ۡﻢ ُﺗ ۡﺮ َﺟﻌ‬
‫ﻮن‬ ُ

Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kalian, kemudian kepada
Tuhan kalian, kalian akan dikembalikan.” (QS. As-Sajdah : 11)

Pada ayat ini, malaikat disebutkan dengan kata tunggal; malak (‫)ﻣﻠَ ُﻚ‬, yang menunjukkan bahwa jumlah malaikat
pencabut nyawa hanya satu.

Kedua, disebutkan dengan kata jamak.

Seperti dalam beberapa ayat berikut :

ٓ
َ ‫َﻓﻜ َ ۡﻴ َﻒ ا َذا َﺗ َﻮﻓ ۡﺘ ُﻬ ُﻢ ۡٱﻟ َﻤ ٰﻠَ ِﺌﻜ َ ُﺔ ﻳَ ۡﻀ ِﺮﺑ‬
‫ُﻮن ُو ُﺟﻮﻫ َُﻬ ۡﻢ َوا ۡد ٰ َﺑ َﺮ ُﻫ ۡﻢ‬

Maka bagaimana (nasib mereka) apabila para malaikat (maut) mencabut nyawa mereka, memukul wajah dan
punggung mereka? (QS. Muhammad : 27)
ْ ‫ﻴﻢ ﻛُﻨﺘُ ۡۖﻢ َﻗ ُﺎﻟ‬ ْ ‫ﻧﻔ ِﺴﻬ ۡﻢ َﻗ ُﺎﻟ‬ َٓ ٰ ۡ
‫ﻮا ﻛُﻨﺎ‬ َ ‫ﻮا ِﻓ‬ ِ ُ ‫ﻳﻦ َﺗ َﻮﻓ ٰﯩ ُﻬ ُﻢ ٱﻟ َﻤﻠ ِﺌﻜ َ ُﺔ َﻇﺎ ِﻟ ِﻤ ٓﻲ ا‬ َ ‫ان ٱﻟ ِﺬ‬
‫وا ِﻓﻴﻬَ ۚﺎ‬ ِ َ‫ﻴﻦ ِﻓﻲ ۡٱﻻ ۡر ِۚض َﻗ ُﺎﻟ ٓﻮ ْا اﻟَ ۡﻢ َﺗﻜُ ۡﻦ ا ۡر ُض ٱ ِ ٰ َو ِﺳﻌَ ٗﺔ َﻓﺘُ ﻬ‬
ْ ‫ﺎﺟ ُﺮ‬ َ ‫ُﻣ ۡﺴﺘَ ۡﻀﻌَ ِﻔ‬
ۡ ٓ
ً ‫ﺂء ۡت َﻣ ِﺼ‬
‫ﻴﺮا‬ َ ‫ﻨﻢ َو َﺳ‬ ُ ۖ َ‫َﻓﺎ ْو ٰﻟَ ِﺌ َﻚ َﻣﺄ َوﯨٰ ُﻬ ۡﻢ َﺟﻬ‬
Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat-malaikat dalam keadaan menzhalimi sendiri,
mereka (para malaikat) bertanya, “Bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami orang-orang yang tertindas di
bumi (Mekah).” Mereka (para malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah
(berpindah-pindah) di bumi itu?” Maka orang-orang itu tempatnya di neraka Jahanam, dan (Jahanam) itu seburuk-
buruk tempat kembali. (QS An-Nisa’ : 97)

َ ‫ﺎد ِه ۖۦ َوﻳُ ۡﺮ ِﺳ ُﻞ ﻋَ ﻠَ ۡﻴﻜُ ۡﻢ َﺣ َﻔ َﻈ ًﺔ َﺣﺘ ٰ ٓﻰ ا َذا َﺟ‬


‫ﺂء ا َﺣﺪَ ﻛُ ُﻢ ۡٱﻟ َﻤ ۡﻮ ُت‬ ِ ‫َو ُﻫ َﻮ ۡٱﻟ َﻘ‬
ِ ‫ﺎﻫ ُﺮ َﻓ ۡﻮ َق ِﻋ َﺒ‬
َ ‫َﺗ َﻮﻓ ۡﺘ ُﻪ ُر ُﺳ ُﻠﻨَﺎ َو ُﻫ ۡﻢ َﻻ ﻳُ َﻔﺮ ُﻃ‬
‫ﻮن‬

Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga
apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan
mereka tidak melalaikan tugasnya. (QS. Al-An’am : 61)

Pada ayat-ayat di atas, malaikat pencabut nyawa disebutkan dengan kata jamak (jama’ taksir); Al malaa-ikah
ٓ ۡ
‫ٱﻟ َﻤ ٰﻠَ ِﺌﻜ َ ُﺔ‬. Menunjukkan bahwa jumlah mereka banyak.

Kedua keterangan di atas tampak kontradiksi, satu menyatakan satu, yang lain menyatakan banyak. Namun,
prinsip yang terpatri kuat dalam sanubari seorang mukmin adalah, keyakinan kuat bahwa tidak ada sedikitpun
kontradiksi dalam Al Qur’an. Karena kitab suci ini turun dari Allah Tuhan semesta alam. Bayangan adanya
pertentangan, itu hanya terjadi pada pikiran kita, karena keterbatasan ilmu yang dimiliki. Namun, jika seorang
mempelajari lebih dalam atau berupaya mentadabburi Al Qur’an, dengan izin Allah bayangan kontrakdiksi itu
menghilang. Allah berfirman,

ٰ ۡ ‫ﻴﻪ‬ ْ ُ‫ﻨﺪ َﻏ ۡﻴﺮ ٱ ِ ﻟَ َﻮ َﺟﺪ‬ َ ۚ ‫ون ۡٱﻟ ُﻘ ۡﺮ َء‬


ٗ ‫ٱﺧ ِﺘﻠَ ٗﻔﺎ ﻛ َ ِﺜ‬
‫ﻴﺮا‬ ِ ‫وا ِﻓ‬ ِ َ َ ‫ان َوﻟَ ۡﻮ ﻛ‬
ِ ‫ﺎن ِﻣ ۡﻦ ِﻋ‬ ُ َ‫ا َﻓ َﻼ ﻳَ ﺘَ ﺪ‬
َ ‫ﺑﺮ‬
Tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Sekiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka
menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya. (Qs An-Nisa’ : 82)

Dengan izin Allah, kita akan buktikan melalui kasus ini, bahwa tidak ada pertentangan dalam kitab suci yang
mulia; Al-Qur’an.

Mengkompromikan Dua Ayat


Dua keterangan tentang jumlah malaikat maut (pencabut nyawa) pada ayat-ayat di atas, alhamdulillah tidaklah
bertentangan. Karena Malaikat maut memang jumlahnya satu, namun ia memiliki banyak pasukan yang
membantu tugasnya.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari sahabat Barro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

‫اﻵﺧ َﺮ ِة َﻧ َﺰ َل اﻟَ ْﻴ ِﻪ‬


ِ ‫ﺎل ِﻣ َﻦ‬ ْ
ٍ ‫ﺎع ِﻣ َﻦ اﻟﺪ ْﻧ َﻴﺎ َواﻗ َﺒ‬ َ َ ‫ان ْاﻟﻌَ ْﺒﺪَ ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ َﻦ ا َذا ﻛ‬
ٍ ‫ﺎن ِﻓﻰ ا ْﻧ ِﻘ َﻄ‬
‫ﻮه ﻛَﺎن ُو ُﺟﻮﻫ َُﻬ ُﻢ اﻟﺸ ْﻤ ُﺲ َﻣﻌَ ُﻬ ْﻢ ﻛ َ َﻔ ٌﻦ ِﻣ ْﻦ‬ ِ ‫ﻴﺾ ْاﻟ ُﻮ ُﺟ‬ُ ‫ﺎء ِﺑ‬ ِ ‫ﻼ ِﺋﻜ َ ٌﺔ ِﻣ َﻦ اﻟﺴ َﻤ‬ َ ‫َﻣ‬
‫ﻨﺔ َﺣﺘﻰ ﻳَ ْﺠ ِﻠ ُﺴﻮا ِﻣﻨ ُْﻪ َﻣﺪ ْاﻟ َﺒ َﺼ ِﺮ ُﺛﻢ‬
ِ ‫ُﻮط ْاﻟ َﺠ‬
ِ ‫ُﻮط ِﻣ ْﻦ َﺣﻨ‬ ِ ‫ﺎن ْاﻟ َﺠ‬
ٌ ‫ﻨﺔ َو َﺣﻨ‬ ِ ‫اﻛْ َﻔ‬
‫ﻮل اﻳﺘُ ﻬَ ﺎ‬ُ ‫ﻼ ُم َﺣﺘﻰ ﻳَ ْﺠ ِﻠ َﺲ ِﻋﻨْﺪَ َرا ِﺳ ِﻪ َﻓ َﻴ ُﻘ‬
َ ‫ﻰء َﻣﻠَ ُﻚ ْاﻟ َﻤ ْﻮ ِت ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ اﻟﺴ‬ ُ ‫ﻳَ ِﺠ‬
‫ﺎل – َﻓﺘَ ْﺨ ُﺮ ُج‬ َ ‫اﺧ ُﺮ ِﺟﻰ اﻟَﻰ َﻣ ْﻐ ِﻔ َﺮ ٍة ِﻣ َﻦ ا ِ َور ْﺿ َﻮان – َﻗ‬ ْ ‫اﻟﻨﻔ ُﺲ اﻟﻄﻴ َﺒ ُﺔ‬ ْ
ٍ ِ
ِ ‫ﻴﻞ ْاﻟ َﻘ ْﻄ َﺮ ُة ِﻣ ْﻦ ِﻓﻰ اﻟﺴ َﻘ‬
‫ﺎء َﻓ َﻴﺎ ُﺧ ُﺬﻫَﺎ َﻓﺎ َذا ا َﺧ َﺬﻫَﺎ ﻟَ ْﻢ ﻳَ ﺪَ ﻋُ ﻮﻫَﺎ‬ ُ ‫ﻴﻞ ﻛ َ َﻤﺎ َﺗ ِﺴ‬
ُ ‫َﺗ ِﺴ‬

‫ِﻓﻰ ﻳَ ِﺪ ِه َﻃ ْﺮ َﻓ َﺔ ﻋَ ْﻴ ٍﻦ َﺣﺘﻰ ﻳَ ﺎ ُﺧ ُﺬوﻫَﺎ َﻓ َﻴ ْﺠﻌَ ُﻠﻮﻫَﺎ ِﻓﻰ َذ ِﻟ َﻚ ْاﻟﻜ َ َﻔ ِﻦ َو ِﻓﻰ َذ ِﻟ َﻚ‬


َ ‫ُﻮط َوﻳَ ْﺨ ُﺮ ُج ِﻣﻨْﻬَ ﺎ ﻛَﺎ ْﻃ َﻴ ِﺐ َﻧ ْﻔ َﺤ ِﺔ ِﻣ ْﺴ ٍﻚ ُو ِﺟﺪَ ْت ﻋَ ﻠَﻰ َو ْﺟ ِﻪ اﻻ ْر ِض – َﻗ‬
‫ﺎل‬ ِ ‫ْاﻟ َﺤﻨ‬
‫ﻼ ِﺋﻜ َ ِﺔ اﻻ َﻗ ُﺎﻟﻮا‬
َ ‫ون – ﻳَ ﻌْ ِﻨﻰ ِﺑﻬَ ﺎ – ﻋَ ﻠَﻰ َﻣ ٍﻸ ِﻣ َﻦ ْاﻟ َﻤ‬ َ ‫ون ِﺑﻬَ ﺎ َﻓ‬
َ ‫ﻼ ﻳَ ُﻤﺮ‬ َ ُ‫– َﻓ َﻴ ْﺼﻌَ ﺪ‬
َ ‫ﻼ ُن ﺑ ُْﻦ ُﻓ‬
‫ﻼ ٍن ِﺑﺎ ْﺣ َﺴ ِﻦ ا ْﺳ َﻤﺎ ِﺋ ِﻪ اﻟ ِﺘﻰ ﻛَﺎ ُﻧﻮا‬ َ ‫ﻮن ُﻓ‬ ُ ‫وح اﻟﻄﻴ ُﺐ َﻓ َﻴ ُﻘ‬
َ ‫ﻮﻟ‬ ُ ‫َﻣﺎ ﻫ ََﺬا اﻟﺮ‬
‫ﻳُ َﺴﻤﻮ َﻧ ُﻪ ِﺑﻬَ ﺎ ِﻓﻰ اﻟﺪ ْﻧ َﻴﺎ‬

Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi
oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan
dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat
itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk di dekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia
segera berkata,

“Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah.”

Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut
guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan
Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya
sekejappun berada di tangan Malaikat Maut.

Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu. Kemudian membukusnya dengan kain kafan dan
wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan
bau minyak misik yang paling harum yang pernah ada di dunia.

Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi
segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya,

“Ruh siapakah ini? Betapa harumnya…”

“Ini ruhnya Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik, yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah
dipanggil dengan nama itu).” Jawab Sang Malaikat pembawa ruh itu. (HR. Ahmad no. 18063)

Hadis di atas menunjukkan, bahwa malaikat maut memiliki banyak malaikat pembantu, yang membantu beliau
dalam mencabut nyawa.

Mari kita simak keterangan para ulama yang menguatkan kesimpulan ini.

Imam Ibnu Jarir At-thobari rahimahullah menjelaskan,

: ‫ ﻓﻜﻴﻒ ﻗﻴﻞ‬، ‫ أو ﻟﻴﺲ اﻟﺬي ﻳﻘﺒﺾ اﻷرواح ﻣﻠﻚ اﻟﻤﻮت‬: ‫إن ﻗﺎل ﻗﺎﺋﻞ‬
‫ وﻫﻮ واﺣﺪ ؟‬، ‫ و”اﻟﺮﺳﻞ” ﺟﻤﻠﺔ‬،( ‫)ﺗﻮﻓﺘﻪ رﺳﻠﻨﺎ‬
Jika ada yang menanyakan, “Bukankah malaikat pencabut nyawa itu hanya satu, lalu bagaimana bisa
diungkapkan dengan bentuk jamak “malaikat-malaikat Kami akan mencabut nyawanya (QS. Al -An’am : 61)”.
Sementara rusul (yang diterjemahkan Malaika-malaikat, pent) menunjukkan sejumlah malaikat. Padahal malaikat
maut itu hanya satu?”

Jawabannya adalah :

، ‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ذﻛﺮه أﻋﺎن ﻣﻠﻚ اﻟﻤﻮت ﺑﺄﻋﻮان ﻣﻦ ﻋﻨﺪه‬ ‫ﺟﺎﺋﺰ أن ﻳﻜﻮن ا‬


ً
، ‫ﻣﻀﺎﻓﺎ إﻟﻰ ﻣﻠﻚ اﻟﻤﻮت‬ ”‫ﻓﻴﻜﻮن” اﻟﺘﻮﻓﻲ‬. ‫ﻓﻴﺘﻮﻟﻮن ذﻟﻚ ﺑﺄﻣﺮ ﻣﻠﻚ اﻟﻤﻮت‬
، ‫ وﺟﻠﺪُ ﻣﻦ ﺟﻠﺪوه ﺑﺄﻣﺮ اﻟﺴﻠﻄﺎن‬، ‫أﻋﻮان اﻟﺴﻠﻄﺎن‬
ُ ُ ‫ﻛﻤﺎ ﻳﻀﺎف‬
‫ﻗﺘﻞ ﻣﻦ ﻗﺘﻠﻪ‬
“ ‫ وﻻ وﻟﻴﻪ ﺑﻴﺪه‬، ‫ وإن ﻟﻢ ﻳﻜﻦ اﻟﺴﻠﻄﺎن ﺑﺎﺷﺮ ذﻟﻚ ﺑﻨﻔﺴﻪ‬،‫إﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎن‬

Boleh-boleh saja Allah menyebutnya sebagai para pembantu Malaikat maut, yang telah Allah siapkan dari
sisiNya. Sehingga para malaikat pembantu menyabut nyawa itu melaksanakan tugasnya atas perintah Malaikat
maut. Sehingga pekerjaan menyabut nyawa dinisbatkan kepada Malaikat maut. Sebagaimana pembunuhan yang
dilakukan oleh prajurit seorang raja, dinisbatkan kepada Sang Raja. Atau cambukan Raja, padahal yang
mencambuk adalah prajuritnya. Meski Raja tidak melakukannya secara langsung atau dengan tangannya sendiri.
(Tafsir At-thobari 9/290)

Berikutnya keterangan dari Imam Ibrahim An-Nakho’i rahimahullah,

) : ‫ ﻳﺘﻮﻓ ْﻮن ﻋﻦ أﻣﺮه ؛ ﻓﻬﻮ ﻣﻌﻨﻰ ﻗﻮﻟﻪ‬، ‫ﻟﻤﻠﻚ اﻟﻤﻮت أﻋﻮان ﻣﻦ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ‬
‫ وﻳﻜﻮن ﻣﻠﻚ اﻟﻤﻮت ﻫﻮ اﻟﻤﺘﻮﻓﻰ ﻓﻲ اﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ؛ ﻷﻧﻬﻢ‬، ( ‫ﺗﻮﻓﺘﻪ رﺳﻠﻨﺎ‬
. ‫ وﻟﺬﻟﻚ ﻧﺴﺐ اﻟﻔﻌﻞ إﻟﻴﻪ ﻓﻲ ﺗﻠﻚ اﻵﻳﺔ‬، ‫ﻳﺼﺪرون ﻋﻦ أﻣﺮه‬

Malaikat maut memiliki pembantu-pembantu. Pada malaikat pembantu itu mencabut nyawa dengan perintah
Malaikat maut (yang berjumlah satu, pent). Inilah makna firman Allah, “malaikat-malaikat Kami akan mencabut
nyawanya (QS. Al -An’am : 61)”. Sehingga sebenarnya yang mencabut adalah Malaikat maut. Karena para
malaikat itu melakukan tugasnya atas perintah Malaikat maut. Oleh karena itu, pekerjaan menyabut nyawa
dinisbatkan kepadanya pada ayat tersebut.
(Dikutip dari :https://islamqa.info/amp/ar/answers/128486)

Syekh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah juga menegaskan,

‫إن ﻣﻠﻚ اﻟﻤﻮت ﻟﻪ أﻋﻮان ﻳﻌﻴﻨﻮﻧﻪ ﻋﻠﻰ إﺧﺮاج اﻟﺮوح ﻣﻦ اﻟﺠﺴﺪ ﺣﺘﻰ‬
.‫ ﻓﺈذا أوﺻﻠﻮﻫﺎ إﻟﻰ اﻟﺤﻠﻘﻮم ﻗﺒﻀﻬﺎ ﻣﻠﻚ اﻟﻤﻮت‬، ‫ﻳﻮﺻﻠﻮﻫﺎ إﻟﻰ اﻟﺤﻠﻘﻮم‬

‫ وإﻟﻰ‬، ‫ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ‬: ‫ وإﻟﻰ رﺳﻠﻪ أي‬، ‫ﺗﻌﺎﻟﻰ اﻟﻮﻓﺎة إﻟﻰ ﻧﻔﺴﻪ‬ ‫وﻗﺪ أﺿﺎف ا‬
‫إﻟﻰ ﻧﻔﺴﻪ ؛ ﻷﻧﻪ‬ ‫ ﻓﺄﺿﺎﻓﻪ ا‬، ‫ﻣﻠﻚ واﺣﺪ … وﻻ ﻣﻌﺎرﺿﺔ ﺑﻴﻦ ﻫﺬه اﻵﻳﺎت‬
‫ وأﺿﺎﻓﻪ إﻟﻰ‬، ‫ وأﺿﺎﻓﻪ إﻟﻰ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ؛ ﻷﻧﻬﻢ أﻋﻮان ﻟﻤﻠﻚ اﻟﻤﻮت‬، ‫واﻗﻊ ﺑﺄﻣﺮه‬
‫ﻣﻠﻚ اﻟﻤﻮت ؛ ﻷﻧﻪ ﻫﻮ اﻟﺬي ﺗﻮﻟﻰ ﻗﺒﻀﻬﺎ ﻣﻦ اﻟﺒﺪن‬
Malaikat maut memiliki pembantu-pembantu. Yang membantunya dalam mengeluarkan ruh dari jasad. Saat ruh
itu sampai di kerongkongan, Malaikat maut datang mencabutnya.

Allah telah menisbatkan pen-wafatan manusia pada diriNya, terkadang Allah nisbatkan kepada utusan-
utusanNya, maksudnya para malaikat. Terkadang Allah nisbatkan kepada satu Malaikat (yaitu Malaikat maut).
Dan tidak ada kontradiksi antar ayat-ayat ini. Allah nisbatkan pada diriNya, karena keluarnya ruh terjadi atas
perintahNya. Kemudian Allah nisbatkan kepada para malaikat karena mereka yang membantu tugas Malaikat
maut. Dan dinisbatkan kepada Malaikat maut karena dialah yang bertugas mencabut nyawa agar keluar dari
badan. (Syarah Munti’ 5/245).

Wallahua’lam bis showab.

***

Ditulis oleh Ustadz Ahmad Anshori


(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)

Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !!

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.

REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID
NETWORK
KONFIRMASI DONASI hubungi: 087-738-394-989

Ahmad Anshori, Lc
Beliau alumni Universitas Islam Madinah, Fakultas Syariah. Saat ini aktif mengisi kajian-kajian sekitar Yogyakarta, dan sekaligus
sebagai pengajar di PP. Hamalatul Quran Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai