Anda di halaman 1dari 4

Hukum Akad Nikah Di Masjid

By Ahmad Anshori, Lc - Jul 29, 2019

Sumber gambar: kalteng.kemenag.go.id

Hukum Akad Nikah Di Masjid


Ust, apakah akad nikah lebih afdol dilakukan di masjid..?

Jawaban:

Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala Rasulillah wa ba’du.

Terdapat dua kesimpulan yang dipilih oleh para ulama berkaitan hukum Akad nikah di masjid:

[1] Sunah

Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ulama (Jumhur).

Disebutkan dalam Ensiklopedi Fikih,

، ‫ وﻷﺟﻞ ﺷﻬﺮﺗﻪ‬، ‫اﺳﺘﺤﺐ ﺟﻤﻬﻮر اﻟﻔﻘﻬﺎء ﻋﻘﺪ اﻟﻨﻜﺎح ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ ؛ ﻟﻠﺒﺮﻛﺔ‬


: ‫و ﻠ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻠ ا‬ ‫ﻮل ا‬ ‫ ﻗﺎل‬: ‫ﺎ ﻗﺎﻟ‬ ‫ﺎﺋﺸﺔ ﺿ ا‬ ‫ﻓ‬
: ‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﺻﻠﻰ ا‬ ‫ ﻗﺎل رﺳﻮل ا‬: ‫ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ‬ ‫ﻓﻌﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ رﺿﻲ ا‬
( ‫) أﻋﻠﻨﻮا ﻫﺬا اﻟﻨﻜﺎح واﺟﻌﻠﻮه ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ واﺿﺮﺑﻮا ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﺪﻓﻮف‬
“Mayoritas ulama menganjurkan akad nikah dilakukan di masjid. Karena keberkahan masjid dan lebih
memudahkan tersebarnya kabar pernikahan. Dari Ibunda Aisyah –radhiyallahu’anha-, beliau berkata, “Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

‫أﻋﻠﻨﻮا ﻫﺬا اﻟﻨﻜﺎح واﺟﻌﻠﻮه ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ واﺿﺮﺑﻮا ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﺪﻓﻮف‬

“Umumkanlah pernikahan ini, laksanakanlah di masjid, kemudian pukul duf.” (Al-Mausu’ah Al-fiqhiyyah, 37/214)

Sehingga menurut pendapat ini, akad nikah lebih afdol dilaksanakan di masjid.

[2] Mubah

Menurut para ulama mazhab Maliki. Mubah artinya tidak ada berkaitan dengan anjuran dan larangan. Atau boleh-
boleh saja.

Diterangkan dalam Hasyiyah Al-Khorkhi (salah satu referensi fikih mazhab Maliki),

‫وﺟﺎز ﺑﻤﺴﺠﺪ ﺳﻜﻨﻰ ﻟﺮﺟﻞ ﺗﺠﺮد ﻋﻦ اﻟﻌﺒﺎدة وﻋﻘﺪ اﻟﻨﻜﺎح‬

Boleh bagi seorang tinggal di masjid meski tidak sedang dalam ibadah, dan boleh juga melangsungkan akad
nikah di Masjid. (Hasyiyah Al-Khorkhi 7/348)

Dari kedua pendapat ini, pendapat yang Mazhab Maliki lebih tepat insyaAllah. Hal ini karena alasan berikut :

Pertama, hadis yang dijadikan dalil oleh jumhur ulama, yang berisi perintah melaksanakan akad nikah di masjid;
tersebut di atas, statusnya dho’if.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, beliau menilainya dha’if. Demikian Imam Ibnu Hajar, Imam
Baihaqi dan pakar hadis zaman ini Syekh Albani menilai hadis tersebut dha’if. Karena diantara deretan perawi
hadis ini terdapat perowi yang bernama, Isa bin Maimun, yang dinilai dha’if (kurang kredibel dalam meriwayatkan
hadis) oleh para pakar hadis.

(Lihat : Silsilah al-Ahadis ad-Dho’ifah 2/409, Hadis no. 978)

Kedua, tidak adanya hadis sahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang berisi perintah untuk melangsungkan
akad nikah di masjid, tidak juga tersebut dalam praktik para sahabat, kecuali hanya beberapa saja.

Itupun bukan karena meyakini adanya keberkahan tertentu saat akad nikah dilakukan di masjid (baca : Hadis Al-
Wahibah). Namun, karena pertimbangan kondisi. Padahal mereka tinggal di kota Madinah yang terdapat masjid
paling berkah setelah Masjidil Haram. Namun mereka tidak melakukan itu di masjid Nabawi, atau menjadikannya
sebagai budaya.

Ini menunjukkan bahwa akad nikah di masjid bukan termasuk sunah, namun hanya perkara mubah.

Syekh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,

ً ‫ وﻻ دﻟﻴ‬، ‫ﻼ‬
‫ﻼ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ‬ ً ‫اﺳﺘﺤﺒﺎب ﻋﻘﺪ اﻟﻨﻜﺎح ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﻻ أﻋﻠﻢ ﻟﻪ أﺻ‬
‫ ﻟﻜﻦ إذا ﺻﺎدف أن اﻟﺰوج واﻟﻮﻟﻲ ﻣﻮﺟﻮدان ﻓﻲ‬، ‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﺻﻠﻰ ا‬
‫ﻲ‬ ‫ﻲ‬
‫ وﻣﻦ‬، ‫ ﻓﻼ ﺑﺄس ؛ ﻷن ﻫﺬا ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺟﻨﺲ اﻟﺒﻴﻊ واﻟﺸﺮاء‬: ‫اﻟﻤﺴﺠﺪ وﻋﻘﺪ‬
‫ ﻟﻜﻦ ﻋﻘﺪ اﻟﻨﻜﺎح ﻟﻴﺲ ﻣﻦ‬، ‫اﻟﻤﻌﻠﻮم أن اﻟﺒﻴﻊ واﻟﺸﺮاء ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﺣﺮام‬
‫ أﻣﺎ اﺳﺘﺤﺒﺎب ذﻟﻚ‬، ‫ ﻓﻼ ﺑﺄس‬: ‫ ﻓﺈذا ﻋﻘﺪ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ‬، ‫اﻟﺒﻴﻊ واﻟﺸﺮاء‬
‫ أو ﺗﻮاﻋﺪوا ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ‬، ‫ اﺧﺮﺟﻮا ﻣﻦ اﻟﺒﻴﺖ إﻟﻰ اﻟﻤﺴﺠﺪ‬: ‫ﺑﺤﻴﺚ ﻧﻘﻮل‬
ً ‫ وﻻ أﻋﻠﻢ ﻟﺬﻟﻚ دﻟﻴ‬، ‫ ﻓﻬﺬا ﻳﺤﺘﺎج إﻟﻰ دﻟﻴﻞ‬: ‫ﻟﻴﻌﻘﺪ ﻓﻴﻪ‬
.‫ﻼ‬

Berkaitan anjuran melakukan akad nikah di masjid, kami tidak mengetahui adanya dalil yang mendasarinya.
Tidak ada hadis dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Namun jika prosesi pernikahan bertepatan di masjid,
karena pengantin dan wali sedang berada di masjid, lalu melangsungkan akad nikah, maka tidak mengapa.

Karena akad nikah bukan termasuk akad jual-beli. Dan kita mengetahui bahwa haram hukumnya melakukan jual-
beli di masjid. Namun nikah tidak termasuk jual beli. Oleh karenanya jika dilakukan di masjid tidak mengapa.

Adapun menganjurkannya (atau menganggapnya sunah), dimana seorang memerintah, “Akadnya di masjid aja….”
ini butuh dalil, dan kami tidak mengetahuinya adanya dalil yang memerintahkannya.
(Liqo’ Bab Maftuh hal. 167, soal no. 12, dikutip dari Islamqa)

Demikian ditegaskan dalam Fatawa Lajnah Da-imah,

‫ واﻟﻤﺪاوﻣﺔ ﻋﻠﻰ ﻋﻘﺪ اﻟﻨﻜﺎح داﺧﻞ‬، ‫ﻟﻴﺲ ﻣﻦ اﻟﺴﻨﺔ ﻋﻘﺪ اﻟﻨﻜﺎح ﺑﺎﻟﻤﺴﺎﺟﺪ‬
‫ ﺑﺪﻋﺔ ﻣﻦ اﻟﺒﺪع ؛ ﻟﻤﺎ ﺛﺒﺖ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ‬: ‫اﻟﻤﺴﺠﺪ واﻋﺘﻘﺎده ﻣﻦ اﻟﺴﻨﺔ‬
( ‫ ) ﻣﻦ أﺣﺪث ﻓﻲ أﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬا ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ رد‬: ‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أﻧﻪ ﻗﺎل‬ ‫ا‬

Melakukan akad nikah di masjid, bukan termasuk sunah. Merutinkan akad nikah di dalam masjid (artinya setiap
ada prosesi nikah, mengharuskan/menganjurkan di masjid, pent) kemudian meyakininya sebagai sunah, adalah
termasuk amalan yang bid’ah. Karena Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

‫ﻣﻦ أﺣﺪث ﻓﻲ أﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬا ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ رد‬

Siapa yang membuat amalan baru dalam urusan agama kami, maka amalan itu pasti tertolak.

(Fatawa Lajnah Da-imah no. 9903, 18/111)

Wallahua’lam bis showab.

***

Ditulis oleh Ustadz Ahmad Anshori


(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)

Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !!

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.

REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID
REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID
NETWORK
KONFIRMASI DONASI hubungi: 087-738-394-989

Ahmad Anshori, Lc
Beliau alumni Universitas Islam Madinah, Fakultas Syariah. Saat ini aktif mengisi kajian-kajian sekitar Yogyakarta, dan sekaligus
sebagai pengajar di PP. Hamalatul Quran Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai