Sholat
By Ahmad Anshori, Lc - Apr 18, 2019
Jawaban:
Dari pertanyaan yang Ibu sampaikan, kami menangkap ada tiga permasalahan:
[1]. Suci sebelum atau di waktu subuh, namun belum sempat mandi besar sampai habis waktu subuh.
[2]. Mengalami haid di waktu isya, namun belum sempat menunaikan sholat Isya.
Ada dua kewajiban yang harus dilakukan untuk yang mengalami seperti ini:
Karena yang menjadi patokan adalah waktu sucinya, bukan mandi besarnya. Selama darah haid berhenti di
dalam waktu sholat, saat itu pula dia berstatus kembali layak dibebani kewajiban ibadah, maka saat itu pula dia
wajib melakukan sholat sesegera mungkin.
اﻟﺤﺎﺋﺾ ﻟﻮ أﺧﺮت اﻟﻐﺴﻞ إﻟﻰ ﻃﻠﻮع اﻟﺸﻤﺲ وﻫﻲ ﻃﻬﺮت ﻓﻲ أول اﻟﻮﻗﺖ
،أو ﻓﻲ آﺧﺮ اﻟﻠﻴﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ أن ﺗﻘﻀﻲ ﺻﻼة اﻟﻔﺠﺮ ﺗﺼﻠﻲ ﺻﻼة اﻟﻔﺠﺮ
Wanita haid yang mengakhirkan mandi besar (janabah) sampai terbit matahari, padahal dia sudah suci haid dari
sejak awal waktu subuh atau di ujung malam, dia wajib meng-qodo’ sholat subuh tersebut. (Dikutip dari situs
resmi beliau : https://binbaz.org.sa/fatwas/16158/ﻟﻠﺠﻨﺐ-اﻟﻔﺎﯨﺘﺔ-اﻟﺼﻼة-ﻗﻀﺎء-)ﺣﻜﻢ
Karena dia telah mengulur waktu bersuci (mandi besar) sampai keluar waktu sholat. Ini termasuk dosa besar,
dan wajib ia bertobat.
ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﺠﻨﺐ أن،وﻻ ﻳﺠﻮز ﻟﻬﺎ ﻫﺬا اﻟﻌﻤﻞ وﻻ ﻳﺠﻮز ﻟﻠﺠﻨﺐ ﻫﺬا اﻟﻌﻤﻞ
وﻫﻜﺬا اﻟﺤﺎﺋﺾ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ أن ﺗﻐﺘﺴﻞ ﻓﻲ اﻟﻮﻗﺖ،ﻳﻐﺘﺴﻞ ﻓﻲ اﻟﻮﻗﺖ
أﺛﻤﺎ ﺑﻬﺬا وﻋﻠﻴﻬﻤﺎ اﻟﺘﻮﺑﺔ ﻣﻊ ﻓﻌﻞ.. ﻟﻜﻦ ﻟﻮ أﺧﺮا أﺛﻤﺎ،وﺗﺼﻠﻲ ﻓﻲ اﻟﻮﻗﺖ
.اﻟﺼﻼة
Menunda-nunda mandi besar seperti ini tidak boleh dilakukan oleh orang yang junub demikian pula wanita yang
haid. Meraka wajib mandi segera di waktu sholat kemudian wajib segera melakukan sholat tersebut. Adapun jika
menundanya, maka mereka berdosa… Berdosa karena perbuatan tersebut. Sehingga mereka wajib bertaubat dan
wajib melakukan sholat yang bersangkutan.
Kasus Kedua, haid di waktu isya, namun belum sempat menunaikan sholat Isya.
Pendapat pertama, selama masih sempat melakukan takbiratul ihram, maka dia wajib meng-qodo’.
Pendapat kedua, selama waktu masih cukup untuk melakukan sholat secara sempurna, maka wajib meng-qodo’.
Pendapat ketiga, selama waktu mencukupi untuk melakukan satu raka’at, maka wajib meng-qodo’.
Pendapat ketiga ini insyaallah yang lebih mendekati kebenaran. Karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Jadi selama yang bersangkutan saat suci di waktu Isya, rentang waktunya cukup untuk melakukan satu raka’at
sholat Isya, maka dia wajib meng-qodo’ sholat isyanya. Jika tidak, maka tidak wajib meng-qodo’.
Waktu sholat isya di mulai sejak hilangnya cahaya kemerahan di ufuk barat, sampai pertengahan malam.
Berdasarkan penjelasan malaikat Jibril ‘alaihis salam saat menjelaskan waktu-waktu sholat fardhu kepada Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam,
Waktu sholat Maghrib selama belum habis cahaya mega di ufuk barat. Adapun waktu sholat Isya membentang
sampai pertengahan malam. (HR. Muslim)
Setengah malam cara mengukurnya : dijumlahkan jam antara awal waktu sholat Maghrib s/d Subuh, kemudian
dibagi dua. Misal sholat Maghrib pukul 18.00, sholat subuh pukul 04.30, kita jumlahkan jamnya ketemu: 10 jam
30 menit. Kemudian dibagi dua, ketemulah akhir sholat isya yaitu pukul: 11.15.
Pertama, qodo harus dilakukan sesegera mungkin. Tidak perlu menunggu tiba waktu sholat yang bersangkutan.
“Siapa yang tertidur hingga ia melewatkan sholat, atau terlupa, hendaklah ia mengerjakan shalat saat ia ingat.”
Bahkan jika bertepatan dengan waktu terlarang sholatpun, tidak mengapa. Berdasarkan keumuman hadis di
atas.
Sholat yang bisa dijamak adalah: Dhuhur bersama Ashar, dan Maghrib bersama Isya.
Jadi jika suci di waktu Ashar, dia wajib meng-qodo’ sholat Dhuhur dan Asar, dengan cara menjamak. Atau suci di
waktu Isya, maka wajib meng-qodo’ sholat Maghrib dan Isya dengan dijamak.
ﻟﺰﻣﺘﻪ وﻣﺎ ﻳﺠﻤﻊ إﻟﻴﻬﺎ ﻗﺒﻠﻬﺎ: وﻣﻦ ﺻﺎر أﻫﻼ ﻟﻮﺟﻮﺑﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﺧﺮوج وﻗﺘﻬﺎ
Siapa yang berstatus layak mendapat kewajiban sholat (pent, seperti saat wanita haid suci kembali), sebelum
keluar waktu sholat tertentu, maka dia wajib meng-qodo’sholat tersebut dan menjamak sholat sebelumnya jika
memungkinkan untuk dijamak. (Lihat : Ar-Roudhul Murbi’ Syarah Zaadil Mustaqni’, hal. 56)
Demikian.
Wallahua’lam bis showab.
****
Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android.
Download Sekarang !!
REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID
NETWORK
KONFIRMASI DONASI hubungi: 087-738-394-989
Ahmad Anshori, Lc
Beliau alumni Universitas Islam Madinah, Fakultas Syariah. Saat ini aktif mengisi kajian-kajian sekitar Yogyakarta, dan sekaligus
sebagai pengajar di PP. Hamalatul Quran Yogyakarta