Anda di halaman 1dari 5

Ngalap Berkah dengan Rambut Nabi?

By Ahmad Anshori, Lc - May 10, 2019

Ngalap Berkah dengan Rambut Nabi?


Assalamuallaikum wrwb ustadz,baru2 ini ada berita opick membawa sehelai rambut Rasululloh,apakh itu benar ?
Dan apakah boleh kita sampai mengagung2kn rambut tsb sprti perlakuan opick dkk thd benda tsb

Ibu Farida, di Yogyakarta.

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala Rasulillah wa ba’du.

Ngalap berkah (tabarruk) dengan bekas fisik Nabi shallallahu’alaihi wasallam memang dibolehkan. Sebagaimana
dilakukan oleh para sahabat, mereka pernah bertabaruk dengan air bekas wudhu Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
baju beliau, minuman beliau, rambut dan seluruh bekas fisik yang mulia Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Dan Nabi shallallahu’alaihi wasallam tidak mengingkari tindakan mereka. Menunjukkan bahwa hal tersebut boleh
dilakukan. Karena memang pada tubuh Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang mulia, mengandung keberkahan
dari Allah ‘azza wa jalla.

Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu pernah menceritakan,

‫ﺎرو َر ٍة َﻓ َﺠﻌَ ﻠَ ْﺖ ُﺗ َﺴﻠ ُﺖ‬


ُ ‫ﻴﺒ َﻘ‬ َ ‫اﻟﻨﺒﻲ َﻓ َﻘ‬
َ ‫ﺎل ِﻋﻨْﺪَ َﻧﺎ َﻓﻌَ َﺮ َق َو َﺟ‬
ِ ‫ﺎء ْت اﻣ‬ ِ ‫دَ َﺧ َﻞ ﻋَ ﻠَ ْﻴﻨَﺎ‬
‫ ﻫ ََﺬا‬:‫ﻴﻦ؟ َﻗﺎﻟَ ْﺖ‬
َ ‫ َﻣﺎ ﻫ ََﺬا اﻟ ِﺬي َﺗ ْﺼﻨ َِﻌ‬،‫ﻳَ ﺎ ام ُﺳﻠَ ْﻴ ٍﻢ‬:‫ﺎل‬ ْ ‫ْاﻟﻌَ َﺮ َق ِﻓﻴﻬَ ﺎ َﻓ‬
َ ‫ﺎﺳﺘَ ْﻴ َﻘ َﻆ َﻓ َﻘ‬

ِ ‫ﻋَ َﺮ ُﻗﻜَﻨ َْﺠﻌَ ﻠَ ُﻪ ِﻓﻲ ِﻃ ْﻴ ِﺒﻨَﺎ َو ُﻫ َﻮ ِﻣ َﻦ ا ْﻃ َﻴ ِﺐ اﻟﻄ‬


‫ﻴﺐ‬

“Suatu saat, Nabi shallallahu’alaihi wasallam berkunjung ke rumah kami. Lalu beliau tidur siang. Beliau
berkeringat ketika itu. Kemudian ibuku mengambil botol dan mengumpulkan keringat itu di dalamnya.
Nabi shallallahu’alaihi wasallam terbangun dan bertanya, “Ummu Sulaim.. apa yang sedang kamu lakukan ?”

“Ini adalah keringat Anda Ya Nabi..,” jawab Ummu Sulaim, “kami akan campur dengan parfum kami. Itu adalah
parfum terbaik.”

Dalam riwayat, dijelaskan jawaban Ummu Sulaim,

‫َﻧ ْﺮ ُﺟﻮ ﺑ ََﺮﻛَﺘَ ُﻪ ِﻟ ِﺼ ْﺒ َﻴﺎ ِﻧﻨَﺎ‬

“Kami mengharap mendapatkan barakah keringat ini untuk anak-anak kami.”

Rasul pun berkata,

‫ا َﺻ ْﺒ ِﺖ‬

“Anda benar…”

(HR. Bukhori)

Di kesempatan yang lain, sahabat Abu Juhaifah radhiallahu ‘anhu mengisahkan,

َ ‫اﻟﻨﺎس ﻳَ ﺎ ُﺧ ُﺬ‬
‫ون‬ ُ ‫ﻮء َﻓﺘَ َﻮﺿﺎ َﻓ َﺠﻌَ َﻞ‬
ٍ ‫ﺎﺟ َﺮ ِة َﻓﺎ ِﺗ َﻲ ِﺑ َﻮ ُﺿ‬ ُ ‫َﺧ َﺮ َج ﻋَ ﻠَ ْﻴﻨَﺎ َر ُﺳ‬
ِ َ‫ﻮل ا ِ ِﺑ ْﺎﻟﻬ‬
ِ ‫ﻮن ِﺑ ِﻪ َﻓ َﺼﻠﻰ‬
‫اﻟﻨﺒﻲ اﻟﻈﻬْ َﺮ َرﻛْﻌَ ﺘَ ْﻴ ِﻦ‬ َ ‫ِﻣ ْﻦ َﻓ ْﻀ ِﻞ َو َﺿﻮ ِﺋ ِﻬ َﻔ َﻴﺘَ َﻤﺴ ُﺤ‬
‫َو ْاﻟﻌَ ْﺼ َﺮ َرﻛْﻌَ ﺘَ ْﻴ ِﻦ َوﺑ َْﻴ َﻦ ﻳَ ﺪَ ﻳْ ِﻪ ﻋَ ﻨ ََﺰ ٌة‬

“Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menemui kami saat hari panas terik. Air wudhu disiapkan untuk beliau.
Seusai wudhu, orang-orang bergegas mengambil sisa wudhu beliau. Lalu mereka usap-usapkan pada tubuh
mereka. Kemudian beliau shalat zhuhur dua rakaat dan ashar dua rakaat. Beliau shalat menghadap sebuah
tombak kecil.” (HR. Bukhori)

Bahkan para ulama sepakat boleh. Dalam Ensiklopedia Fikih terbitan Kementerian Wakaf Kuwait diterangkan,

‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وأورد‬ ‫اﺗﻔﻖ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻋﻠﻰ ﻣﺸﺮوﻋﻴﺔ اﻟﺘﺒﺮك ﺑﺂﺛﺎر اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ا‬
‫ﻋﻠﻤﺎء اﻟﺴﻴﺮة واﻟﺸﻤﺎﺋﻞ واﻟﺤﺪﻳﺚ أﺧﺒﺎرا ﻛﺜﻴﺮة ﺗﻤﺜﻞ ﺗﺒﺮك اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ اﻟﻜﺮام‬
‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻨﻬﻢ ﺑﺄﻧﻮاع ﻣﺘﻌﺪدة ﻣﻦ آﺛﺎره ﺻﻠﻰ ا‬ ‫رﺿﻲ ا‬

Para ulama telah sepakat (ijma’), disyariatkannya ngalap berkah dengan bekas fisik Nabi Shallallahu’alaihi
wasallam. Ulama-ulama Siroh (sejarah Nabi) telah menyebutkan banyak hadis tentang tabarruk para sahabat
yang mulia dengan bekas-bekas fisik Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, dengan berbagai
macamnya. (Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 11/62)

Hanya Untuk Nabi


Tabarruk dengan fisik atau bekas fisik manusia, tidak boleh dilakukan kecuali kepada fisik yang mulis Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam. Tidak boleh dilakukan pada para wali Allah lainnya atau orang-orang sholih selain
Nabi.
Syekh Sholih Al Utsaimin rahimahullah menerangkan,

‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻳﺘﺒﺮﻛﻮن ﺑﺮﻳﻘﻪ‬ ‫ﻛﺎن اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻳﺘﺒﺮﻛﻮن ﺑﻌﺮق اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ا‬
‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ‬ ‫ أﻣﺎ ﻏﻴﺮه ﺻﻠﻰ ا‬، ‫وﻳﺘﺒﺮﻛﻮن ﺑﺜﻴﺎﺑﻪ وﻳﺘﺒﺮﻛﻮن ﺑﺸﻌﺮه‬
‫ ﻓﻼ ﻳﺘﺒﺮك ﺑﺜﻴﺎب اﻹﻧﺴﺎن وﻻ ﺑﺸﻌﺮه وﻻ‬، ‫ﻳﺘﺒﺮك ﺑﺸﻲء ﻣﻦ ﻫﺬا ﻣﻨﻪ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ وﻋﻠﻰ آﻟﻪ وﺳﻠﻢ‬ ‫ﺑﺄﻇﻔﺎره وﻻ ﺑﺸﻲء ﻣﻦ ﻣﺘﻌﻠﻘﺎﺗﻪ إﻻ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ا‬

Dahulu para sahabat berharap berkah dari keringatnya Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Mereka juga berharap
berkah dari air ludah beliau, baju dan rambut beliau. Adapun untuk selain Nabi shallallahu’alaihi wasallam, tidak
boleh kita berharap berkah dari baju, rambut, kuku atau segala sesuatu yang melekat pada fisiknya, kecuali
hanya kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam saja. (Syarah Riyadussholihin, 1/852)

Terbukti dalam praktek para sahabat –radhiyallahu’anhum-, sepeninggal Nabi, tak ada satupun riwayat yang
menyebutkan bahwa seorangpun dari mereka bertabaruk dengan bekas wudhu atau rambutnya Abu Bakr As
Sidiq atau Umar bin Khattab radhiyallahu’anhuma.

Masih Adakah Rambut Rasulullah saat Ini?


Abdullah bin Mubarok –rahimahullah– pernah mengatakan,

‫اﻹﺳﻨﺎد ﻣﻦ اﻟﺪﻳﻦ وﻟﻮﻻ اﻹﺳﻨﺎد ﻟﻘﺎل ﻣﻦ ﺷﺎء ﻣﺎ ﺷﺎء‬

Sanad adalah bagian dari agama. Kalau bukan karena sanad, niscaya orang akan mengklaim sesukanya.

Sanad adalah, data urutan orang-orang dalam jalur periwayatan sebuah kabar.

Mengenai rambut Nabi shallallahu’alaihi wasallam, jika saja itu benar, tidak perlu dipermasalahkan. Namun,
membuktikan keountentiakan rambut beliau yang mulia, harus ada bukti berupa jalur sanad yang terjaga dan
bisa dipertanggungjawabkan. Apakah bukti ini bisa diupayakan pada zaman ini?

Mari kita simak keterangan dari pada pakar sejarah. Diantaranya berikut :

[1] Keterangan Syekh Ahmad Basa Taimur.

Beliau menyatakan dalam buku beliau “Al-Atsar An Nabawiyah”,

‫ ﻓﺈﻧﻤﺎ وﺻﻞ إﻟﻴﻬﻢ ﻣﻤﺎ‬، ‫ﻓﻤﺎ ﺻﺢ ﻣﻦ اﻟﺸﻌﺮات اﻟﺘﻲ ﺗﺪاوﻟﻬﺎ اﻟﻨﺎس ﺑﻌﺪ ذﻟﻚ‬
‫ ﻏﻴﺮ أن اﻟﺼﻌﻮﺑﺔ ﻓﻲ ﻣﻌﺮﻓﺔ‬، ‫ﻋﻨﻬﻢ‬ ‫ﻗﺴﻢ ﺑﻴﻦ اﻷﺻﺤﺎب رﺿﻲ ا‬
‫ﺻﺤﻴﺤﻬﺎ ﻣﻦ زاﺋﻔﻬﺎ‬

Tak satupun riwayat valid yang bersambung sampai ke Nabi berkenaan rambut Nabi shallallahu’alaihi wasallam
yang tersebar di masyarakat sepeninggal beliau. Rambut-rambut beliau yang sampai kepada mereka mungkin
bersumber dari para sahabat; semoga Allah meridhoi mereka, yang telah tersebar setiap helainya. Hanya saja,
sangat sulit mengidentifikasi riwayat yang valid dengan yang tidak. (Al-Atsar An Nabawiyah, hal. 82 – 84)

[2] Keterangan pakar hadis abad ini : Syekh Nashirudin Al-Albani.


Beliau menjelaskan,

‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫” ﻫﺬا وﻻﺑﺪ ﻣﻦ اﻹﺷﺎرة إﻟﻰ أﻧﻨﺎ ﻧﺆﻣﻦ ﺑﺠﻮاز اﻟﺘﺒﺮك ﺑﺂﺛﺎره ﺻﻠﻰ ا‬
ً
‫ وﻟﻜﻦ ﻟﻬﺬا اﻟﺘﺒﺮك‬. ‫ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻤﺎ ﻳﻮﻫﻤﻪ ﺻﻨﻴﻊ ﺧﺼﻮﻣﻨﺎ‬ ‫ وﻻ ﻧﻨﻜﺮه‬، ‫وﺳﻠﻢ‬
ً
‫ﻣﺴﻠﻤﺎ ﺻﺎدق‬ ‫ ﻓﻤﻦ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ‬، ً
‫ﺷﺮوﻃﺎ ﻣﻨﻬﺎ اﻹﻳﻤﺎن اﻟﺸﺮﻋﻲ اﻟﻤﻘﺒﻮل ﻋﻨﺪ ا‬
‫ ﻛﻤﺎ ﻳﺸﺘﺮط ﻟﻠﺮاﻏﺐ ﻓﻲ‬، ‫ﻟﻪ أي ﺧﻴﺮ ﺑﺘﺒﺮﻛﻪ ﻫﺬا‬ ‫اﻹﺳﻼم ﻓﻠﻦ ﻳﺤﻘﻖ ا‬
‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻳﺴﺘﻌﻤﻠﻪ‬ ً ‫اﻟﺘﺒﺮك أن ﻳﻜﻮن ﺣﺎﺻ‬
‫ﻼ ﻋﻠﻰ أﺛﺮ ﻣﻦ آﺛﺎره ﺻﻠﻰ ا‬
.

Kita mengimani bahwa boleh bertabaruk dengan bekas fisik Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Kita tidak
mengingkari hal ini, sebagaimana yang disangkakan orang-orang. Namun, tabaruk (agar berkhat) memiliki
syarat-syarat, diantaranya adalah iman yang diterima di sisi Allah. Siapa yang tidak muslim jujur Islamnya, dia
tidak berhak mendapatkan keberkahan ini. Disyaratkan pula untuk mereka yang ingin bertabaruk dengan bekas
fisik Nabi shallallahu’alaihi wasallam untuk benar-benar mendapatkan benda tersebut, kemudian
menggunakannya untuk wasilah mendapat berkah.

Beliau melanjutkan,

‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺛﻴﺎب أو ﺷﻌﺮ أو ﻓﻀﻼت ﻗﺪ‬ ‫وﻧﺤﻦ ﻧﻌﻠﻢ أن آﺛﺎره ﺻﻠﻰ ا‬
‫ وﻟﻴﺲ ﺑﺈﻣﻜﺎن أﺣﺪ إﺛﺒﺎت وﺟﻮد ﺷﻲء ﻣﻨﻬﺎ ﻋﻠﻰ وﺟﻪ اﻟﻘﻄﻊ‬، ‫ﻓﻘﺪت‬
ً
‫أﻣﺮا ﻏﻴﺮ ذي‬ ‫ وإذا ﻛﺎن اﻷﻣﺮ ﻛﺬﻟﻚ ﻓﺈن اﻟﺘﺒﺮك ﺑﻬﺬه اﻵﺛﺎر ﻳﺼﺒﺢ‬، ‫واﻟﻴﻘﻴﻦ‬
ً
‫ ﻓﻼ ﻳﻨﺒﻐﻲ إﻃﺎﻟﺔ اﻟﻘﻮل‬،‫ﻣﺤﻀﺎ‬ ً
‫ﻧﻈﺮﻳﺎ‬ ً
‫أﻣﺮا‬ ‫ﻣﻮﺿﻮع ﻓﻲ زﻣﺎﻧﻨﺎ ﻫﺬا وﻳﻜﻮن‬
‫ﻓﻴﻪ‬

Kita semua mengetahui bahwa bekas-bekas fisik Nabi shallallahu’alaihi wasallam seperti baju, rambut atau yang
lainnya, telah punah. Dan tidak seorangpun diantara kita yang mampu menghadirkan benda-benda tersebut
dengan yakin dan valid. Maka dari itu, bertabaruk dengan hal-hal demikian zaman ini menjadi pembahasan yang
tidak terlalu penting, hanya sekadar praduga atau klaim semata. Olehkarenanya, tidak perlu kita memperpanjang
pembicaraan tentang masalah ini. (Masu’ah Al Albani fil ‘Aqidah, 3/731)

Sarana Ngalap Berkah yang Pasti


Jika kita menginginkan betul berkah dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam, ada satu sarana yang valid dan pasti
dapat keberkahan. Yaitu bertabaruk dengan ajaran yang dibawa Nabi shallallahu’alaihi wasallam, yang sampai
detik ini jejaknya masih terjaga, bahkan hingga hari kiamat.

Silahkan ngalap berkah dari meneladani sunah-sunah beliau shallallahu’alaihi wasallam.

Ada keterangan menarik dari Syeikhul Islam Ahmad Al Harroni rahimahullah,

ِ ‫ﺎن ا ْﻫ ُﻞ ْاﻟ َﻤ ِﺪﻳﻨ َِﺔ ﻟَﻤﺎ َﻗ ِﺪ َم ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻬ ْﻢ‬


‫اﻟﻨﺒﻲ َﺻﻠﻰ ا ُ ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠ َﻢ ِﻓﻲ ﺑ ََﺮﻛ َ ِﺘ ِﻪ ﻟَﻤﺎ‬ َ َ‫ﻛ‬
‫ ﺑ َْﻞ ﻛُﻞ‬، ‫ َﻓ ِﺒ َﺒ َﺮﻛ َ ِﺔ َذ ِﻟ َﻚ َﺣ َﺼ َﻞ ﻟَ ُﻬ ْﻢ َﺳﻌَ ﺎدَ ُة اﻟﺪ ْﻧ َﻴﺎ َو ْاﻵ ِﺧ َﺮ ِة‬،ُ‫آﻣﻨُﻮا ِﺑ ِﻪ َوا َﻃﺎﻋُ ﻮه‬
َ
َ َ َ ‫ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٍﻦ‬
‫إﻳﻤﺎ ِﻧ ِﻪ‬ ِ ‫ﻮل َوا َﻃﺎﻋَ ُﻪ َﺣ َﺼﻞ ﻟ ُﻪ ِﻣ ْﻦ ﺑ ََﺮﻛ َ ِﺔ اﻟﺮ ُﺳ‬
َ ‫ﻮل ِﺑ َﺴ َﺒ ِﺐ‬ ِ ‫آﻣ َﻦ ِﺑﺎﻟﺮ ُﺳ‬
ُ ‫ َﻣﺎ َﻻ ﻳَ ﻌْ ﻠَ ُﻤ ُﻪ إﻻ ا‬، ‫َو َﻃﺎﻋَ ِﺘ ِﻪ ِﻣ ْﻦ َﺧ ْﻴ ِﺮ اﻟﺪ ْﻧ َﻴﺎ َو ْاﻵ ِﺧ َﺮ ِة‬

Penduduk Madinah, di saat kedatangan Nabi shallallahu’alaihi wasallam, mereka mendapatkan keberkahan, saat
mereka beriman dan taat kepada beliau. Dengan berkah ini, mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bahkan setiap mukmin yang beriman Rasul serta patuh kepada perintahnya, meraka mendapat keberkahan
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, disebabkan iman serta ketaatan mereka kepadanya. Berupa kebaikan
dunia dan akhirat yang tak ada tahu nilainya kecuali Allah. (Majmu’Fatawa, 11/ 113)

Wallahua’lam bis showab.

***

Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori


(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)

Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !!

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.

REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID
NETWORK
KONFIRMASI DONASI hubungi: 087-738-394-989

Ahmad Anshori, Lc
Beliau alumni Universitas Islam Madinah, Fakultas Syariah. Saat ini aktif mengisi kajian-kajian sekitar Yogyakarta, dan sekaligus
sebagai pengajar di PP. Hamalatul Quran Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai