Ilmu Ma’ani
inimAnalisis ayat / syiir Bahasa Arab minim 3 baris/ayat
Kelas : BSA3
Nim : U20283020
Ilmu bayan Menurut Dr. Maman Lesmana dalam bukunya yang berjudul Kritik Sastra Arab dan
Islam, al-baya:n merupakan ungkapan yang indah, balig‘sampai kepada pembaca karena sesuai
dengan kondisi dan situasi pembaca’berkesan dan menggambarkan makna dengan gambaran
yang jelas dengan cara yang paling dekat. Unsur-unsur yang terkandung didalam ilmu baya:n
adalah al-uslu:b, at-tasybih, al-majaz, al-kinaya
Al-Uslub adalah cara yang diikuti dan dipakai oleh seseorang untuk menyampaikan apa yang
dirasakannya dan apa yang terdapat dalam pikirannya (Gufran Zibni Alim. Al-Balaghotu fi Ilmil
Baya:n. 1997: 6-10). Al-Uslu:b terbagi menjadi dua macam,
1. al-uslu:badabi: yaitu penyampaian suatu ide kedalam kata-kata atau tulisan yang sifatnya
sastra, dengan kata-kata kiasan dan menggunakan diksi yang indah dengan makna tersirat
2.al-uslu:b ‘ilmi: adalah cara seseorang untunk mengunggkapkan apa yang ia rasakan dan ia
pikirkan dengan bahasa yang lebih ilmiah, tidak mengandung kiasan, dan segalanya tersurat. At-
Tasyibh‘perumpamaan’ adalah mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Unsur-unsur
at-tasybih ada empat, yaitu : al-musyabbah‘yang diumpamakan’, al-musyabbabih‘yang menjadi
perumpamaan, ada:tu tasybih‘partikel yang dipakai dalam mengumpamakan’ dan wajhu
syibhi‘aspek yang mejadi tolak ukur antara yang diumpamakan dan yang menjadi perumpamaan.
Al-Majaz dalam ilmu baya:n sama halnya dengan majas dalam istilah bahasa Indonesia, al-
maja:z atau mazas merupakan suatu kata atau ungkapan yang digunakan seseorang untuk arti
yang bukan sebenarnya. Ilmu badi:’.Ilmu badi:’merupakan ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana memperindah suatu ungkapan baik berdasarkan makna ataupun ungkapannya.
Terdapat dua unsur yang dibahas dalam ilmu badi:’, yaitu : muhsinati lafdziyya‘memperindah
sebuah ungkapan’ dan muhsinatil maknawiyya‘memperindah makna ungakapan’.Tiba:q
merupakan salah satu bagian dari muhsinati maknawiyya yang menggabungkan dua kata
احتِ َمايِل ِ ٍ ِ
َ َوذنْيِب َزائ ٌد َك# ص يِف ُك ِّل َي ْوم
ْ يف ٌ َوعُ ْم ِري نَاق
Artinya :
Wahai tuhanku! aku bukanlah ahli surgafirdaus # sedang aku tak kuat di neraka
Maka terimalah taubatku dan ampunilah segala dosaku # karena engkaulah pengampun dosa-
dosa besar
Dosaku seperti bilangan pepasir # maka berilah aku taubat wahai pemilik keagungan
Umurku berkurang setiap hari # sedang dosaku bertambah, bagaimana aku bisa menanggungnya.
Wahai, Tuhanku! Hamba Mu yang durhaka telah datang kepada Mu # dengan mengakui segala
dosa, dan telah memohon kepada Mu. Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah pemilik
ampunan # akan tetapi jika Engkau menolak, kepada siapa lagi aku mengharap selain kepada
Engkau?
Bait pertama
Kedua kata yang dicetak tebal pada bait pertama puisi memiliki makna yang berlawanan.
ِ فِْر َد ْوfirdaus/surga firdaus’ dan لنّا ِرnar/‘neraka’, menunjukan bahwa secara maknawi, bait
Kataس
pertama puisi karangan Abu Nawas tersebut tergolong kedalam ungkapan tibaq.
menggambarkan surga, bukan kata جنةjanna ‘surga’ yang memiliki arti setara dengan kata nar
لنّار/ ‘neraka’. Jika dianalisis dari sudut makna, kata فِْر َد ْو ِس firdaus/ yang digunakan dalam puisi
puisi tersebut itu bukanlah syurga secara umum, namun secara khusus yaitu syurga firdaus.
Ini artinya Abu Nawas selaku pengarang puisi masih berharap bahwa Allah masih berkenan
untukmenempatkannya di salah satu syurga –Nya. Walau bukan syurga firdaus. Berkebalikan
dengan larik kedua, َوالَ أَقوى َعلَى النّا ِر اجلَ ِحيم wala aqwa ‘alan naril jahi:mi / sedang aku tidak
kuat di neraka’.
Pada larik ini Abu Nawas menggunakan kata النّا ِرan-na:r yang berarti neraka secara umum,
bukan secara khusus.Dari pemilihan diksi diatas sudah jelas bahwa Abu Nawas sama sekali tidak
ingin masuk ke neraka. Dan ia hanya mengharapkan syurga walau bukan syurga firdausز
Bait kedua
الع ِظْيم ِ ْك َغافِر الذن ِ
َ ب ُ َ ّ فَإن# ب يِل َت ْوبَةً َوا ْغف ْر ذنويِب
ْ فه
َ
Bait ketiga
ب يِل َت ْوبَةً يَا َذااجلَالَل ِ ذنويِب ِمثل أ َْع َد ٍاد
ْ َف َه# الر َمال
ّ ُ
Larik pertama dibait ketiga secara retorika digolongkan kedalam tasybi:h mujmal,
karena didalam susunan larik tersebut terdapat tiga unsur tasybih
‘perumpamaan’ yaitu : kata ذنوبdzunub ‘dosaku’ sebagai kata yang
diumpamakan ثل ِ ِ أ َْع َد ٍادa’dadi rimali
َ مmisla ‘sepeti’ sebagai perumpamaan dan الر َمال
ّ
‘bilangan pasir’ sebagai aspek yang menjadi tolak ukur perumpamaan.