Anda di halaman 1dari 9

Makalah Praktikum Filologi

KRITIK TEKS, TRANSLITERASI TEKS


DAN APARATUS KRITIK

Di susun
Oleh :

Kelompok III

Alifia Rafita 150502057


Syifa 150502069
Nazaruddinlah 150502041

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY

BANDA ACEH 2017


Kata pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalam

Banda Aceh, 15 November 2017

kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan penulisan

BAB II: PEMBAHASAN

2.1. Kritik Teks

2.2. Transliterasi Teks

2.3. Aparatus Teks

BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2 Daftar Pustaka

Baried, dkk, Siti Baroroh. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan BahasaDepartemaen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suryani, Elis. 2012. Filologi. Bogor. Ghalia Indonesia. Cetakan ke-1.
_______ .2009. Filologi: Teori, Sejarah, Metode, dan Penerapannya. Bandung: Fakultas
Sastra Universitas Padjadjaran.
Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi Fakultas Sastra Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.

Djamaris, Edwar. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Manasco.

Nurizzati. 1998. Metode-metode Penelitian Filologi. Padang: FBSS IKIP Padang


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai
ungkapan pikiran dan perasaan sebagai basil budaya bangsa masa lampau. Semua
bahan tulisan tangan itu disebut naskah (handschrift dengan singkatan hs untuk
tunggal; hss untuk jamak; manuscript dengan singkatan ms untuk tunggal, mss untuk
jamak). Jadi, naskah itu benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan khazanah budaya
peningagalan masa lampau. Salah satu diantaranya adalah peninggalan dalam bentuk
naskah-naskah lama dengan tulisan tangan. Naskah peniggalan masa lampau tersebut
dapat dijumpai hampir di setiap daerah dalam bentuk jumlah yang tidak sedikit dan
jenisnya sangat bervarisai. Keselurahan naskah-naskah lama yang terkenal dari daerah
di wilayah Nusantara itu dikenal dengan sebutan naskah kuno nusantara.
Tak terkecuali di aceh, aceh pusat peradaban islam pertama di nusantara maka
para ulama pada masa itu kebanyakannya menuliskan ilmunya ke dalam bentuk
naskah ada yang menggunakan bahasa arab dan ada pula yang menggunakan bahasa
arab pegon (arab melayu).
Oleh karena itu untuk mengkaji atau untuk mengangkat isi dari suatu naskah
itu kita perlu untuk mentransliterasi, mengkritik teks tersebut, maka dalam makalah
ini penulis akan menjelaskan apa itu kritik teks, transliterasi teks.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Kritik Teks?
2. Apa itu transliterasi?
3. Apa itu apparatus kritik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kritik teks.
2. Untuk mengetahui transliterasi.
3. Untuk mengetahui Apparatus kritik.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. KRITIK TEKS

Kata "kritik" berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya "seorang hakim"
Krinein berarti "menghakimi", kriterion berarti "dasar penghakiman".

Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti, dan menempatkan


teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan
teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (constitutio textus). Inilah tugas
utama fllologi, yaitu melalui kritik teks memurnikan teks. Teks yang sudah
dibersihkan dari kesalahan-kesalahan dan telah tersusun kembali seperti semula dapat
dipandang sebagai tipe mula (arketip) yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai
sumber untuk kepentingan berbagai penelitian dalam bidang ilmu-ilmu lain.

Kritik teks adalah usaha untuk mengembalikan teks ke bentuk aslinya atau
mendekati aslinya seperti yang diciptakan oleh penciptanya. Kritik teks juga perlu
dilakukan karena ada kemungkinan terjadi penyimpangan atau korup yang dilakukan
pengarang atau penyalin. Tujuan umum kritik teks adalah mengembalikan atau
menghasilkan teks yang mendekati teks aslinya. Kritik teks ada yang dikerjakan
berdasarkan naskah tunggal adapula yang berdasarkan naskah banyak/jamak. Apabila
hanya satu naskah maka tinggal dipilih langkah mana yang akan diambil, antara edisi
diplomatik atau edisi standar. Sedangkan untuk naskah yang diperoleh lebih dari satu
maka ada empat metode, yaitu metode intuitif, objektif, gabungan, dan landasan.
Namun pada prosesnya teks yang berdasarkan pada naskah banyak/jamak cendrung
hanya bergantung pada dua pilihan yakni antara metode gabungan dan landasan.

Adapun beberapa metode kritik teks antara lain sebagai berikut :

a. Metode Intuitif, yaitu mengambil naskah yang dianggap paling tua. Di tempat –
tempat yang dipandang tidak betul atau tidak jelas, naskah itu diperbaiki
berdasarkan naskah lain, dengan menggunakan akal sehat, selera baik, dan
pengetahuan luas. Metode ini hanya bertahan sampai abad ke-19.
b. Metode objektif, yaitu jika dari sejumlah naskah, ada beberapa naskah yang selalu
mempunyai kesalahan yang sama pada tempat yang sama pula, maka dapat
disimpulkan bahwa naskah – naskah tersebut berasal dari satu sumber (yang
hilang). Dengan memperhatikan kekeliruan – kekeliruan bersama dalam naskah
tertentu, dapat ditentukan silsilah naskah. Setelah itu, barulah dilakukan kritik teks
yang sebenarnya. Metode objektif yang sampai kepada silsilah naskah disebut
metode stema. Penerapan metode ini sangat penting karena pemilihan atas dasar
objektivitas selera baik dan akal sehat dapat dihindari.
c. Metode gabungan, yaitu jika nilai naskah menurut tafsiran filolog semunya
hampir sama atau perbedaan antar naskah tidak besar. Walaupun ada perbedaan,
tetapi hal itu tidak memengaruhi teks. Pada umumnya, yang dipilih adalah bacaan
mayoritas atas dasar perkiraan, bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan
saksi atas bacaan yang betul. Bila ada yang meragukan, misalnya, karena jumlah
naskah yang mewakili bacaan tertentu sama, maka dipakai pertimbangan lain,
diantaranya kesesuaian dengan norma tata bahasa, jenis sastra, keutuhan cerita,
faktor – faktor literer lain, dan latar belakang pada umumnya. Dengan metode ini,
teks yang disunting merupakan teks baru yang merupakan gabungan bacaan dari
semua naskah yang berbeda.
d. Metode landasan, yaitu jika menurut tafsiran, ada satu atau segolongan naskah
yang diyakini lebih unggul kualitasnya dibandingkan dengan naskah – naskah
yang diperiksa dari sudut bahasa, kesusastraan, sejarah, dan lain sebagainya, maka
dapat dinyatakan sebagai naskah yang mengandung paling banyak bacaan yang
baik. Oleh karena itu, naskah tersebut dipandang paling baik untuk dijadikan
landasan atau induk teks untuk edisi. Metode ini disebut juga metode induk atau
legger. Dalam metode landasan varian–variannya hanya digunakan sebagai
pelengkap atau penunjang. Seperti halnya pada metode atas dasar bacaan
mayoritas, pada metode landasan ini pun varian – varian yang terdapat dalam
naskah – naskah lain yang se-versi dimuat dalam aparat kritik yaitu bahan
pembanding yang menyertai penyajian suatu naskah.

2.2. Transliterasi Teks

Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi merupakan salah satu tahap atau langkah
penyuntingan teks yang di tulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.
Naskah lama dalam sastra Indonesia dan sastra daerah sebagian besar di tulis dengan
huruf Arab (Arab-Melayu atau Pegon) atau huruf daerah. Dalam rangka penyuntingan
teks yang ditulis dengan huruf Arab atau huruf daerah perlu di transliterasikan terlebih
dahulu kedalam huruf Latin. Transliterasi di perlukan untuk memudahkan peneliti
dalam menyunting sebuah naskah sehingga tidak akan ada kesalahan dalam ejaannya.

Transliterasi sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks lama yang


tertulis dengan huruf daerah karena kebanyakan orang sudah tidak mengenal atau
tidak akrab lagi dengan tulisan daerah. Dalam melakukan transliterasi, perlu di ikuti
pedoman Yang berhubungan dengan pemisahan dan pengelompokan kata, ejaan, dan
pungtuasi. Sebagaimana di ketahui, teks-teks lama di tulis tanpa memperhatikan
unsur-unsur tata tulis yang merupakan kelengkapan wajib untuk memahami teks.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam transliterasi teks adalah


sebagai berikut:

1) tata tulis aksara yang digunakan dalam naskah dan sifat aksara yang akan
digunakan untuk mengalihtuliskannya.
2) sifat aksara dalam naskah dan sifat aksara yang akan digunakan untuk
mengalihtuliskannya (dalam hal pemisahan kata).
3) ejaan, yaitu untuk mempertahankan variasi ejaan naskah, pengejaan kata pinjaman
terutama dalam teks yang berbentuk puisi.
4) pungtuasi, yaitu tanda baca yang berfungsi sebagai tanda penuturan kalimat
(koma, titik koma, titik, titik dua, tanda tanya, tanda seru, dan tanda petik) serta
tanda metra yang berfungsi sebagai tanda pembagian puisi, yaitu pembatas larik,
pembatas bait, dan tembang.

Pada tahap transliterasi teks, seorang filolog mempunyai dua tugas pokok
yang harus dilakukan. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah,
khususnya penulisan kata. Penulisan kata yang menunjukkan ciri ragam bahasa lama
dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan penulisannya dengan penulisan kata
menurut EYD dengan tujuan agar bahasa lama dalam naskah tidak hilang. Kedua,
menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang, khususnya teks
yang tidak menunjukkan ciri bahasa lama yang disebutkan dalam tugas pertama di
atas.

2.3. Aparatus Kritik

Penyajian kritik teks dalam penelitian ini disertai dengan adanya aparat kritik
(aparatus criticus). Menurut Mulyani (2009b: 29) aparat kritik (aparatus criticus)
adalah pertanggungjawaban ilmiah dari kritik teks yang berisi kelainan bacaan (variae
lectiones atau varian) yang ada dalam suntingan teks atau penyajian teks yang sudah
bersih dari korup.

Oleh karena itu, aparat kritik digunakan untuk menjelaskan segala perubahan,
pengurangan, dan penambahan yang dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban
ilmiah dalam suatu penelitian naskah. Jadi, apabila dalam suatu penelitian diadakan
perubahan, penambahan, maupun pengurangan maka dicatat dalam aparat kritik.
Penyajian aparat kritik dalam suntingan disebutkan oleh Mulyani (2009b: 29-30)
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) dicantumkan di bawah teks sebagai catatan
kaki atau (2) dilampirkan di belakang suntingan teks sebagai catatan halaman.
BAB III

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kritik teks adalah usaha untuk mengembalikan teks ke bentuk aslinya atau
mendekati aslinya seperti yang diciptakan oleh penciptanya. Kritik teks juga perlu
dilakukan karena ada kemungkinan terjadi penyimpangan atau korup yang dilakukan
pengarang atau penyalin. Tujuan umum kritik teks adalah mengembalikan atau
menghasilkan teks yang mendekati teks aslinya.
Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi merupakan salah satu tahap atau langkah
penyuntingan teks yang di tulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.
Aparat kritik digunakan untuk menjelaskan segala perubahan, pengurangan,
dan penambahan yang dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban ilmiah dalam
suatu penelitian naskah.
DAFTAR PUSTAKA

Baried, dkk, Siti Baroroh. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan BahasaDepartemaen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suryani, Elis. 2012. Filologi. Bogor. Ghalia Indonesia. Cetakan ke-1.

Djamaris, Edwar. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Manasco.

Nurizzati. 1998. Metode-metode Penelitian Filologi. Padang: FBSS IKIP Padang

Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi Fakultas Sastra Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai