Keanekaragaman[sunting | sunting sumber]
Saat ini, bangsa kadal terdiri dari sekitar 40 suku, dengan bentuk tubuh, warna, dan ukuran
tubuh setiap jenisnya yang sangat bervariasi. Sebagian jenis mempunyai sisik-sisik yang halus
dan mengkilap seolah-olah dilapisi minyak, tetapi sebenarnya sisik-sisik itu kering karena kadal
tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak. Beberapa jenis kadal
seperti cecak dan tokek memiliki setae khusus di telapak kaki yang berfungsi sebagai perekat
saat memanjat pohon atau dinding.[3]
Sebagian besar spesies kadal memiliki tungkai namun ada beberapa golongan kadal yang tidak
memiliki tungkai dan bentuk tubuhnya menyerupai ular. Kadal-kadal ini disebut kadal tanpa kaki.
Contohnya Anguis fragilis, yang memiliki tubuh yang panjang dan tanpa tungkai. Terlepas dari
itu semua, kadal-kadal tanpa tungkai masih bisa dibedakan dari ular, dari bentuk lidah yang
bercabang dua namun setiap cabang berukuran pendek dan gepeng (sedangkan pada ular,
kedua cabang lidah berukuran panjang, dan dapat dijulurkan dalam keadaan mulut tertutup),
lubang telinga (ular tidak memiliki lubang telinga dan tidak bisa mendengar sama sekali), kelopak
mata (ular tidak memiliki kelopak mata), ekor yang lebih panjang daripada tubuh (pada ular,
tubuh lebih panjang dan ekor lebih pendek), sisik yang lunak (sementara pada ular, sisik
cenderung lebih menonjol).[4][5]
Kebiasaan[sunting | sunting sumber]
Sebagian besar kadal aktif pada siang hari, sebagian lainnya aktif pada malam hari. Ada juga
beberapa spesies yang aktif pada pagi hingga sore hari. Sebagian besar kadal memerlukan
sinar matahari untuk menghangatkan badannya sebelum beraktivitas. Biasanya, kadal berkelana
sendirian, kadang-kadang juga berkelompok, misalnya Komodo yang memakan mangsanya
bersama-sama dengan komodo lainnya. Interaksi yang paling sering dilakukan kadal adalah
ketika musim kawin. Biasanya, kadal saling berkomunikasi menggunakan isyarat tertentu seperti
enggerakkan bagian tubuh tertentu (semisal ekor), menjulurkan lidahnya, mengubah-ubah warna
kulit (contohnya bunglon) atau menaik-turunkan badannya. Pada keadaan tertentu, kadal-kadal
jantan sering kali berkelahi dengan sadis untuk memperebutkan wilayah kekuasaan atau kadal
betina, seperti saling menggigit atau mencakar, sampai salah satu mengalah dan pergi.[6][7]
Jika ada hewan atau manusia yang mengganggu, kadal biasanya memilih pergi menjauh.
Namun, jika sudah tidak mampu melarikan diri, kadal akan membela diri dengan berbagai cara.
Misalnya, mengeluarkan suara yang nyaring atau menggigit bagian tubuh pengganggunya.
Beberapa jenis kadal seperti cecak dapat memutuskan ekornya (autotomi) sebagai alat pengalih
perhatian pengganggu, selanjutnya kadal tersebut akan melarikan diri secepat mungkin dan
bersembunyi. Meskipun ekornya putus, tetapi tubuhnya bisa menumbuhkan ekor yang baru.[8]
Makanan[sunting | sunting sumber]
Kadal adalah reptil omnivora (pemakan hewan dan/atau tumbuhan), tetapi bisa dipastikan
bahwa hampir semua jenis kadal pasti lebih menyukai zat hewani. Makanan kadal
meliputi serangga (yang merupakan makanan utama sebagian besar spesies kadal, biasanya
nyamuk, belalang, atau larva), cacing, amfibia, reptil yang lain (terkadang jenisnya
sendiri/kanibal), dan mamalia kecil. Beberapa spesies lebih menyukai zat nabati
seperti tanaman, buah-buahan dan bahan nabati lain, misalnya Iguana laut yang
memakan rumput laut. Sebagian kelompok kadal juga menyukai bangkai, bahkan kadal besar
seperti komodo juga memangsa hewan besar lainnya, misalnya unggas, rusa atau babi hutan.
Bahkan ada beberapa kasus serangan komodo terhadap manusia.[5]
Reproduksi[sunting | sunting sumber]
Sebagian besar kadal berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Telur kadal terdiri dari lapisan
luar berupa cangkang lunak yang kedap air (biasanya berwarna putih), kemudian ada dinding
dalam berupa selaput, serta zat puti-kuning telur, yang akan berubah menjadi individu kadal baru
apabila diinkubasi. Jenis kelamin pada kadal yang akan menetas sangat dipengaruhi suhu udara
di sekitarnya. Apabila suhu udara tinggi, telur tersebut akan berisi kadal jantan, sedangkan jika
sebaliknya (suhu udara rendah) akan menghasilkan kadal betina. Namun, batas suhu pasti akan
menghasilkan jantan atau betina, sampai saat ini masih diperdebatkan.[9]
Beberapa jenis kadal, sekitar 20% spesies, berkembangbiak dengan melahirkan (ovovivipar).
Biasanya, saat melahirkan, bagian tubuh yang keluar terlebih dahulu adalah ekor. Jenis kelamin
bayi kadal yang lahir dipengaruhi oleh suhu tempat ia akan dilahirkan. Seperti halnya kadal yang
bertelur, suhu yang tinggi akan neghasilkan lebih banyak jantan dan suhu yang rendah akan
menghasilkan lebih banyak betina. Beberapa jenis kadal bahkan dapat berkembangbiak tanpa
perkawinan samasekali (partenogenesis).
Sejauh ini, dikenal hanya ada dua jenis kadal yang gigitannya terbukti berbisa, yakni kadal
Gila dan kadal manik-manik Meksiko. Kedua jenis kadal yang berkerabat ini hidup di gurun
di Amerika Serikat bagian barat daya dan Meksiko utara. Meskipun banyak mitos dan legenda
tentang kedua makhluk tersebut dan ditemukannya fakta bahwa gigitan mereka bisa
menyebabkan luka yang serius, tetapi belum ada catatan atau informasi mengenai kematian
yang terjadi pada manusia akibat gigitan kedua kadal ini.
Penelitian di Australia beberapa waktu yang lalu menunjukkan adanya kemungkinan bahwa
beberapa jenis kadal, seperti iguana dan biawak, juga memiliki kelenjar bisa .[10] Walaupun, jika
dugaan ini benar, bisa ini diyakini tidak berpengaruh serius pada manusia, mengingat bahwa
bisa ini dikeluarkan kadal-kadal tersebut sedikit demi sedikit dari mulutnya melalui proses
mengunyah mangsanya, dan bukan disuntikkan sekaligus dalam jumlah besar sebagaimana
yang dilakukan ular berbisa.
Sebelumnya, diyakini bahwa pembengkakan dan iritasi yang terjadi akibat gigitan kadal-kadal itu
terjadi karena infeksi bakteri yang menyertai gigitan. Hal ini masih benar pada kebanyakan
kasus. Akan tetapi, penelitian di atas mengindikasikan kemungkinan pembengkakan itu terjadi
akibat masuknya bisa kadal. Lebih jauh, para ahli
yang mendukung penelitian ini mengajak untuk
meninjau kembali sistem klasifikasi kadal khususnya
terkait dengan perkembangan kelenjar bisa pada
kadal. Jika berhasil, penelitian ini dapat memperbaiki
pemahaman mengenai evolusi kadal dan ular, serta Kadal gurun Uma inornata
racun atau bisa yang dimiliki keduanya.[10]
Klasifikasi[sunting | sunting sumber]
Infraordo Iguania [sunting | sunting
[15]
sumber]
Biawak hijau, Varanus prasinus
Superfamilia Iguanidea:
Familia Corytophanidae
Familia Crotaphytidae
Familia Dactyloidae
Familia Hoplocercidae
Familia Iguanidae - golongan Iguana
Familia Leiocephalidae
Familia Leiosauridae
Familia Liolaemidae
Familia Opluridae
Familia Phrynosomatidae
Familia Polychrotidae
Familia Tropiduridae
Infraordo Gekkota [sunting | sunting sumber]
[15]
Familia Gekkonidae - golongan cecak dan tokek
Familia Carphodactylidae
Familia Diplodactylidae
Familia Eublepharidae
Familia Phyllodactylidae
Familia Sphaerodactylidae
Familia Pygopodidae - golongan kadal tanpa kaki
Infraordo Scincomorpha [sunting | sunting sumber]
[15]
Familia Cordylidae
Familia Gerrhosauridae
Familia Lacertidae - golongan kadal rumput
Familia Scincidae - golongan Skink dan Bengkarung
o Subfamilia Acontinae
o Subfamilia Egerniinae
o Subfamilia Eugongylinae
o Subfamilia Lygosominae
o Subfamilia Mabuyinae
o Subfamilia Sphenomorphinae
o Subfamilia Scincinae
Familia Xantusiidae
Superfamilia Gymnophthalmoidea (after Goicoechea et al. 2016)
Familia Alopoglossidae
Familia Gymnophthalmidae
Familia Teiidae
Infraordo Diploglossa [sunting | sunting sumber]
[15]
Familia Anguidae
o Subfamilia Anguinae - golongan kadal tanpa kaki
o Subfamilia Gerrhonotinae
Familia Diploglossidae
Familia Anniellidae - golongan kadal tanpa kaki
Familia Xenosauridae
Infraordo Dibamia [sunting | sunting sumber]
[15]
Familia Dibamidae
Infraordo Platynota [sunting | sunting sumber]
[15]
Familia Shinisauridae