Anda di halaman 1dari 45

Syi’ir

Tugas ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Nazhariat Al-Adab

Dosen Pengampu :

Ibu Dr. Rizqi Handayani, M.A.

Disusun Oleh :

Ayyun Afrahillaila (11200210000009)

Ghina Maysya Kamil (11200210000004)

Wafiq Azizah Ritonga (11200210000029)

Zahra Safira (11200210000031)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

BAHASA DAN SASTRA ARAB

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puisi adalah karya seni. Ia adalah karya estetis yang bermakna, yang
mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna 1. Sesuatu yang
mempunyai makna, tentu mempunyai fungsi pula. Horace mengatakan bahwa
puisi itu indah dan berguna (dulce et utile). Indah dalam arti ia puitis, bisa
membuat pembaca terharu, sedih, semangat, atau bahagia. Berguna dalam arti ia
memberikan pencerahan.
Puisi adalah kelahiran yang sempurna dari hati, pikiran dan khayal.
Meskipun selalu tampak keanihan-keanihan dan penyimpangan (distorting) dari
bahasa yang lazim dipergunakan, namun dengan keanihan itulah, puisi dapat
membebaskan dirinya dari keakraban dan kungkungan, sehingga ia mampu
menunjukkan realitas yang sebenarnya. Kelahirnya membuat rongsokan baru,
suasana baru, penciptaan baru (creating) pencerahan, dan revolusi pikiran, batin
dan diri.2
Puisi diciptakan dengan berbagai unsur bahasa dan estetika yang saling
melengkapi, sehingga puisi terbentuk dari berbagai makna yang saling bertautan.
Dengan demikian, pada hakekatnya puisi merupakan gagasan yang dibentuk
dengan susunan, penegasan dan gambaran semua materi dan bagian-bagian yang
menjadi komponennya dan merupakan kesatuan yang indah. Puisi memancarkan
seribu aura, memunculkan cahaya, dan menebar kesejukan dari dunia lain, yang
pembacanya mampu menundukkan perasaannya untuk selalu bernostalgia dengan
kata-kata yang terbingkai dalamnya.
Puisi lebih dari pada karya tulis lain merupakan sebuah otentik yang
mencakup banyak nilai di antara yang pokok nilai estetik dan etis. Puisi itu milik
Nurani manusia maka siapapun berhak menulisnya. Tiada batas dan sekat bagi
orang-orang yang ingin menuliskan nya, tidak pernah pandang bulu, pandang
1
Pradopo (1995:3)
2
Halimi (2001 : 2)
suku dan pandang latar belakang, mereka berhak menuliskan, mengalirkan
rangkaian kata-kata dengan seluruh semangat jiwa, hati dan pikiran mereka.
Tukang becak, guru, siswa, buruh bahkan kyiai pun berhak mengungkapkan
deraian kata dengan tetesantetesan tint pada dalam lembaran-lembaran kertas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Syi’ir, Karakteristik dan Ragam Syi’ir, Tema-
tema Syi’ir, dan Unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam Syi’ir?
2. Siapa saja Penyair Arab dari masa ke masa beserta karyanya?

C. Tujuan
1. Memahami Pengertian Syi’ir, karakteristik dan ragam syi’ir, tema-tema
syi’ir, Unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam syi’ir.
2. Mengetahui Penyair Arab dari masa ke masa beserta karyanya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Syi’ir

Puisi adalah jenis seni sastra, dan puisi dalam bahasa adalah ilmu. Secara
terminologi, tuturan berimbang sengaja bersajak Lahir Arab.3 dan penyelidik dari Para
penulis berkata: Puisi adalah pidato yang fasih, seimbang, berirama yang sering
mengungkapkan gambar sebuah imajinasi yang brilian.4 Ahmed Al-Shayeb, Muhammad
Katafi dan Izz Al-Din Ismail menjelaskan, dan membandingkan definisi puisi di Barat
dan Indonesia, bahwa puisi adalah ekspresi. Ide dan emosi penyair struktural dan
pengaturan pemusatan semua kekuatan linguistik, dari dalam.

Menurut etimologi kata syi’ir berasal dari bahasa Arab, yaitu sya’ara atau sya’ura,
yang artinya mengetahui dan merasakannya. Sedangkan secara terminologi, Ali Badri
mengatakan bahwa “syi’ir adalah suatu kalimat yang sengaja disusun dengan
menggunakan irama atau wazan Arab”.5 Dan menurut Ahmad Asy-Syayib, syi’ír atau
puisi Arab adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi
atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr) serta unsur
ekspresi rasa dan imajinasi yang harus dominan disbanding prosa.

Dalam kesusastraan Arab, syi’ír adalah satu bentuk puisi yang telah muncul sejak
zaman pra-Islam yang kemudian berkembang menjadi satu bentuk puisi yang popular
bagi orang Arab. Syi’ir Arab mempunyai persamaan irama pada ujung tiap-tiap baris.
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam syi’ir Arab ada lima macam yaitu ; kalimat /
bahasa syi’ir, irama / wazan syi’ir, sajak / qafiyah syi’ir, kesengajaan syi’ir, dan khayalan
atau Imajinasi. Syi’ir mencatat berbagai hal tentang tata karma, adat istiadat, agama dan
peribadatan serta keilmuan dan penampilannya itu dapat mempengaruhi perasaannya,
serta keberadaan syi’ir itu merupakan peninggalan dari peradaban yang erat pada
kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat. 6 Puisi lama atau syi’ir biasanya dibagi dan

3
Pengkhotbah bangsa-bangsa, fasilitator dalam ilmu prosodi, (Harena: Shaheed Al-Adeh Company, 1990
-), hlm., 8
4
Abu al-Lina, Masjid dalam Bahasa dan Media, (Beirut: Dar al-Mashriq, 1982 M), i. 18, hal 791
5
Ali Badri, Muhaadlaraatun Fi ‘Ilmai Al-Aruudl Wal-Qafiyah, (Cairo : Al-Jaami’ah AlAzhar, 1984), 4.
6
2 Ridwan Nur Kholis, Nilai – Nilai Karakter dalam Syi’ir Tanpa Waton ( Studi terhadap
teks Syi’ir Tanpa Waton ), Skripsi : 2013, 28.
dikategorikan berdasarkan bentuk dan isi dari syi’ir tersebut. Menurut bentuknya, puisi
Arab dibagi menjadi empat bagian yaitu ;

 Puisi Tradisional
 Puisi Mursal
 Puisi Bebas (hurr).

Dalam literature Arab, puisi tradisional sering disebut dengan puisi klasik
(qadim), atau puisi lazim / multazim (biasa/konvensional atau terikat aturan lama). Puisi
tradisional ini terikat prosodi / matra gaya lama atau arud (wazan / bahr) dan qafiyah,
yang secara enjambement (susunan baris) umunya dalam qasidah (dua baris sejajar). 7
Dalam hal ini arud adalah ilmu yang membahas benar dan tidaknya bahr (wazan) dan
perubahannya (varian) yang dipakai dalam suatu syi’ir (puisi Arab konvensional).
Sedangkan bahr adalah prosodi atau ritme /matra gaya yang jumlahnya banyak. Yang
terkenal di antaranya adalah matra atau bahr basit, tawil, rajz, kamil, madid, khafif,
wafer, mutadarik, hazaj, mutaqarib, dan lain-lain.8

Qafiyah adalah kesesuaian akhir baris dalam setiap bait puisi. Para ahli
mendefisikan bahwa penggunaan puisi terbagi menjadi dua, yaitu ; menitik beratkan pada
stuktur luar (bentuk) dan ada juga yang menitikberatkan pada struktur dalam (isi). Namun
struktur luar puisi harus memperhatikan diksi (pemilihan kata) untuk dapat melahirkan
efek estetika bahasa dan makna.Sedangkan yang dimaksud dengan struktur dalam puisi
adalah pesan atau makna imajinatif, maka emosional (perasaan), dan makna
logisnya.Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab modern, puisi pada umumnya
menggunakan kata konotatif dan simbolik.

Diperlukan atau wajib terkait dengan sistem lama. Puisi ini berhubungan dengan
lebar dan berat Dan laut dan sajak. Puisi bebas, dari segi bentuk, adalah format baru yang
dilihat sekelompok penyair muda berakhir setelah mereka bosan dan bosan dengan sistem
tradisional. puisi arab. Sebaliknya, mereka mempraktikkannya setelah masing-masing
dari mereka membuat beberapa puisi di cara tradisional. 9 Sama seperti puisi Arab yang
7
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab : Klasik Dan Modern, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada : 2012), 12 - 13
8
Chatibul Umam, Al-Muyassar Fi ‘ilm al-Arud, (Jakarta, Hikmah Syahid : 1990), 4
9
Dr. Ibrahim Aqis, M.4, Musik Puisi, (Universitas Kairo: Dar Al Uloom, Dr. T), P. 321.
fasih sekarang mengalami pengalaman puisi modern, atau puisi bebas seperti yang
mereka sebut, kita juga melihat puisi vernakular hari ini mencoba masuk ke dalam
pengalaman ini, dan mungkin beberapa orang percaya bahwa puisi modern tidak
memiliki kesulitan yang mereka lihat lebih banyak. daripada apa yang diwakili oleh
kontrol dan janji yang menjadi dasarnya. Puisi Arab adalah apa yang mendorong dan
mendorong mereka untuk masuk ke dalam upaya ini, dan penyair, seperti yang diyakini
beberapa orang, hanya perlu mengumpulkan kata-kata yang berputar di benaknya, dan
mereka datang dan pergi.

Di pikirannya, dan menulisnya di atas kertas tanpa batasan atau batasan, seperti
yang kita lihat sekarang untuk penyair Nabati menyederhanakan dalam menulis puisi
mereka, dan menggunakan kata-kata sehari-hari derajat, atau kata kerinduan seperti
beberapa menyebutnya, dan benar-benar larut bahkan dari kontrol kata-kata, keamanan
menempatkannya di tempat yang benar, dan ketidakpedulian Dalam menulisnya sesuai
kesepakatan, melepaskan semua abstraksi dari posisi kata-kata ini dari sintaksis, kita juga
melihatnya dengan cara yang mereka yakini, dan di mana mereka merumuskan puisi
mereka, mereka masuk ke dalam pengalaman puisi modern. 10 Romantisme, romantisme,
atau romansa semuanya berasal dari kekaguman, keheranan, kebaruan, kecerdasan, dan
ketegangan. Ini membawa makna yang luar biasa, tidak biasa, dan tidak biasa. Semangat
romantis dibedakan oleh kesiapannya yang konstan untuk menangkap yang baru dan
terbang ke cakrawala dunia dan menyelam ke kedalaman terdalamnya.

Doktrin ini mendesak pentingnya kebebasan dalam karya dan puisi dan prosa di
mana imajinasi itu indah, baik dari kesenangan atau dari kesedihan. Ini muncul di
Perancis pada akhir abad kedelapan belas dalam interaksi dengan doktrin menggoreng,
yaitu, Lamrartire (1899 - 1790) dan Victor Hugo (1810-1857) dan lain-lain.11

Nizar Qabbani lahir pada tahun 1923, "di Minaret of Shahem" di Damaskus. Area
merah memiliki pohon lemon, dan di tengah halaman adalah air mancur. Nizar Qabbani
dibesarkan dalam suasana romantis yang indah ini.

10
Abdullah Zakaria Al-Ansari, puisi Arab antara bahasa sehari-hari dan klasik, hal.137.
11
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab, Klasik dan Modern, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2007), h.
159-160
Dia pertama kali mulai menulis puisi tradisional dan kemudian pindah ke puisi
vertikal,12 dan berkontribusi pada pengembangan puisi Arab modern untuk sebagian
besar, sehingga Nizar dianggap sebagai pendiri sekolah puisi dan pemikiran, empat
koleksi pertamanya berhubungan dengan romantis. puisi. Diwan "Puisi dari Nizar
Qabbani" yang diterbitkan pada tahun 1956 merupakan titik balik dalam puisi Nizar,
karena Diwan ini termasuk puisi "Roti, Hashish dan Qamar", yang mengkritik keras
ketidakaktifan masyarakat Arab dalam pekerjaan diplomatik. Qabbani juga dibedakan
oleh kritik politiknya yang kuat. Di antara puisi politiknya yang paling terkenal adalah
"Margins on the Setback Book" 1967, yang membahas kekalahan orang-orang Arab di
tangan Israel pada kemunduran bulan Juni. Di antara karyanya yang paling penting
adalah "Cintaku [1961] Melukis dengan Kata-kata" (1966) dan "Puisi Cinta Arab" 1993).

Banyak perbedaan pendapat yang mengemukakan tentang asal-usul syair


Indonesia.Ini dikarenakan kekurangan bahan untuk dijadikan referensi dalam
membuktikan asal-usul syair Indonesia. Ada kemiripan pendapat antara Hooykaas dan
Marrison, bahwa asal-usul syair Indonesia berasal dari satu tulisan tua, yang terpahat
pada batu nisan karya Minye Tujuh di Aceh pada tahun 1380 M. Tulisan dalam batu
nisan tersebut menggunakan bahasa sansekerta yang sudah dikenali dalam kesusastraan
Jawa. Namun berbeda dengan Teeuw, Winsted, Brakel dan S. M. Naguib, bahwa asal-
usul syair Indonesia berasal dari puisi yang dikarang oleh Hamzah Fansuri pada abad ke
enam belas Masehi, dan beliau adalah seorang penulis syair yang pertama dalam
kesusastraan Indonesia. Melalui tulisan Hamzah Fansuri, unsur-unsur pemikiran dan seni
sastra dari Arab dan Persia telah diperkenalkan dalam kesusastraan Indonesia. Dari
kesusastraan sufi Arab dan Parsi inilah yang membantu Hamzah Fansuri dalam
mengubah puisi ke dalam bahasa Indonesia yang kemudian disebut dengan syair.13

Syair dalam kesustraan Indonesia memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

1. Satu bait terdiri dari empat baris


2. Setiap baris terdiri dari empat kata dan mempunyai 8 sampai 12 suku kata
12
Syair vertikal adalah dasar dari puisi Arab dan batasnya adalah kelanjutan dari semua jenis puisi yang
Anda kejar.Puisi Arab dibedakan oleh susunannya dari sekelompok bait, yang masing-masing terdiri dari
dua bait yang disebut yang pertama adalah al-Sadr dan yang kedua adalah al-Ajr.
13
IKAPI, Kesusastraan Indonesia Lama Bercorak Islam, (Jakarta ,Pustaka Al-Husna :
1989), 150
3. Memiliki kesamaan huruf di akhir masing – masing bait atau bersajak a-a-a-
a.6

Syair dalam kesusastraan Indonesia memiliki beberapa jenis diantaranya :

1. Syair Agama

Syair agama merupakan syair yang mengandung tema ajaran ilmu tasawuf
seperti yang telah diciptakan oleh Hamzah Fasuri pada abad ke enam belas.

2. Syair Romantis

Syair ini berbentuk naratif yang mengisahkan tentang cerita percintaan


biasanya syair ini sering dibacakan dengan berlagu sehingga dapat memberi
kesan yang menarik kepada pendengarnya.

3. Syair Sejarah

Syair ini banyak mengandung unsur-unsur cerita sejarah dan berisi tentang
peperangan.

4. Syair Kiasan

Syair kiasan adalah sejenis puisi yang mengandung kiasan bercorak simbolik
yang menggunakan perwatakan binatang yang bertujuan sebagai sindiran atau
kritikan dalam suatu peristiwa tertentu.

B.2 Ragam Syi’ir

Sejarah menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi lebih dahulu berkecimpung


dalam dunia nazham dari pada orang Hijaz.dengan demikian, pengalaman dan kemahiran
mereka telah memperkuat keberadaan kata syir yang berkaitan dengan kasidah atau
nyanyian. Berdasarkan sumber itu, orang-orang Arab dipandang kuat telah mengambil
kata syi`r dari orang Yahudi untuk menyebutkan istilah kasidah. Kemudian mereka
mengganti huruf ya` dalam kata ‫ شير‬dengan huruf`ain, maka jadilah kata syi`r (‫( شعر‬dan
selanjutnya kata ini dipergunakan pada pengertian syair. 14Secara umum Bagi orang Arab,
kata syi`r mempunyai arti tersendiri sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan
kebiasaan mereka. Dalam pandangan mereka, syi`r berarti pengetahuan atau kepandaian
(`ilm/fathanah), dan penyair itu sendiri disebut dengan al-fathin (cerdik pandai). Para ahli
`arudh mengatakan bahwa pengertian syi`r itu sama (muradif dengan nadzam. Mereka
mengungkapkan:

‫الشعر هو الكالم الفصيح الموزون المقفى المعبر غالبا عن صور الخيال البديع‬

/Assyi’ru huwa al-kalāmu al-faṢīḥu al-mauzūna al-muqaffā al mu’abbiru ghāliban


ʻan Ṣuwari alkhayāli al-badī’i/“ Syi’ir adalah kata-kata fasih yang berirama dan berqafiah
dan mengekspresikan bentuk-bentuk imajinasi yang indah.

Syair dari segi isinya menjadi tiga macam:

1. Syair Cerita/epic poetry/ syi`ru qishashi

Syair cerita/epic poetry/ syi`ru qishashi yaitu syair yang berupa kasidah panjang
yang menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah, kemudian disusun dalam cerita
kepahlawanan untuk dinyanyikan, contonya seperti Syahanamah al-firdaus, kisah orang
Persia yang terdiri dari 60 ribu bait.

2. Syair Lirik/lyric poetry/ syi`ru ghina’i

Syair Lirik/lyric poetry/ syi`ru ghina’i yaitu syair yang secara langsung
mengungkapkan perasaan, baik perasaan sedih maupun harapan dan lebih tepat untuk
menggambarkan kepribadian seseorang. Jenis syair ini biasanya dipergunakan untuk
tujuan memuji, meratap, merayu, mengejek dan sebagainya. Syair al-i’tirāf karya Abu
Nuwas merupakan salah satu syair lirik/ syi`ru ghina’i yang mengungkapkan perasaan
kesedihan dan penyesalannya terhadap dosa-dosa yang telah dilakukannya selama hidup.

3. Syair Drama/dramatic poetry/ syi`ru tamtsili

Syair Drama/dramatic poetry/ syi`ru tamtsili yaitu syair yang dibuat untuk
disaksikan di atas panggung, dan bersifat obyektif yang mengungkapkan perasaan, buah

14
Muzakki,20011:41
pikiran, dan imajinasinya sendiri. Syair ini menyerupai syair cerita yang masih
memerlukan peran aktor untuk mengungkapkan perasaan kepribadian yang berbeda-beda,
maka jenis syair ini menyerupai syair lirik. Keberadaan syair drama ini menggabungkan
dua syair yang ada, yaitu syair cerita dan syair lirik. Syair dalam bahasa Indonesia disebut
juga bentuk puisi yang tumbuh dalam masyarakat Indonesia (Melayu), syair dalam
kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Puisi salah satu genre
atau jenis sastra. secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima
membuat atau poesis pembuatan dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry.
Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang
telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran
suasana tertentu baik fisik maupun batiniah ( Aminuddin 2000:134). Salah satu bentuk
karya sastra yang kita kenal saat ini adalah puisi.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Sugono 2008:1112) puisi diartikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Luxemburg (1992:175) antara lain
menyebutkan puisi adalah teksteks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan
sebuah alur Puisi merupakan bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun
jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Bahasa sebagai medium, karya sastra
merupakan sistem semiotik dan ketandaan, yaitu system ketandaan yang mempunyai arti.

Winarni mengumpulkan pengertian puisi yang pada umumnya, puisi merupakan


pemikiran yang bersifat musikal, kata-kata disusun begitu rupa sehingga yang menonjol
adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan
orkestrasi bunyi. Puisi adalah perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan
atas diangankan.15 Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik
dan struktur batinnya16 Puisi merupakan struktur yang bermakna dan mempunyai system
tanda yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Puisi merupakan wacana
kebahasan yang mengatakan sesuatu dengan maksud yang lain atau secara tidak
langsung. Hal inilah yang membedakan puisi pada bahasa umumnya. Puisi mempunyai

15
Winarni:2014
16
Waluyo,1987 :25
cara yang khusus dalam membawa maknanya. Menganilisis puisi ini bertujuan
memahami makna puisi, menangkap makna puisi atau memberi makna kepada teks pusi.
Akan tetapi, sebelumnya perlu dikemukakan apa yang dimaksud dengan makna puisi.
Makna karya sastra atau puisi itu bukanlah semata-mata arti bahasanya (arti
denotatifnya), melainkan arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas arti, arti tambahan
(konotasi), daya liris, pengertian yang ditimbulkan oleh tanda-tanda kebahasaa atau
tanda-tanda lain yang ditimbulkan oleh konvensi sastra, misalnya sajak (rima, persamaan
bunyi), enjambement, baris sajak, homolog, tipografi, bahkan juga makna seni dan nilai
seninya17

B.3 Tema Syi’ir

Tema syi’ir terbagi menjadi :

1. Pujian (Madh)
Berisi pujian-pujian untuk seseorang ataupun sesuatu.
Contoh syi’ir madh dari al Nabighah kepada al Nu’man ibn al Mundzir:

‫الم تر أن هللا أعطاك سورة‬


‫ دونها يتذبذب‬,‫ترى كل ملك‬
Tidaklah engkau melihat, bahwa Allah telah memberikan kedudukan yang tinggi
kepadamu, sehingga dengan itu semua, engkau dapat menyaksikan semua raja yang
lebih rendah merasa tergoncang.

2. Satire (Hija)
Berisi untuk mengobarkan api peperangan, kemarahan dan kebencian
Contoh Syi’ir hija dari Ubaid ibn al Abrash:
‫نحن األلى فاجمع جمو عك ثم وجههم• الينا‬
Kamilah yang terbaik, maka kumpulkanlah pasukanmu

17
Pradopo,1999:281
Lalu hadapi kami

3. Romansa (Gazal)
Biasanya dilakukan oleh penyair pria, tentang cara pandang mereka
terhadap perempuan. Contoh syi’ir Gazal dari ‘Antarah ibn Syaddad
untuk kekasih:

ْ
‫رمت الفؤاد مليحة عذراء‬
‫بسهام لحظ ما لهن دواء‬
Gadis cantik nan rupawan itu memanah hatiku
Dengan Panah matanya yang tidak ada obatnya

4. Kebanggaan (Fakhr)
Hampir sama dengan Madh. Hanya fakhr ini lebih untuk ke diri sendiri
Contoh Syi’ir fakhr dari Shafiyyah binti Tsa’labah:

‫وكم من فارس أضحى بسيفى هشيم‬


‫الرأس مخضوب اليدين‬
Berapa banyak prajurit yang kubunuh dengan pedangku
Dengan kepala yang remuk da tangan yang terpenggal

5. Puisi Polemik (syiir al-Naqoid)

Puisi Al-Naqoid yaitu jenis puisi yang menggabungkan antara kebanggaan


(fakhr), pujian(madh), dan satire (haja’).

B.4 Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik

Unsur sastra terbagi dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intristik adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual
akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. unsur ekstrinsik adalah unsur yang
berada di luar karya sastra18. Seperti:

1. Kesiapan Naluri
Orang Arab dahulu dikenal sebagai penyair karena terdapat rasa sastra yang
kuat dalam diri mereka, keinginan untuk hidup bebas, dan posisi mereka yang
selalu berpindah-pindah. memiliki ciri yang khas, yaitu kesiapan naluri atau
insting yang kuat di bidang seni. Terlebih orang Romawi yang selalu
berhadapan dengan perang, politik dan sebagainya 19
2. Iklim
Perbedaan iklim mampu mempengaruhi jiwa seseorang dan aturan-aturan yang
dibuat dalam masyarakat. Iklim juga mempengaruhi etika dan pandangan hidup
yang akhirnya berdampak kepada imajinasi masyarakatnya, yzng tertuang
dalam karya sastra. 20

3. Karakteristik Seseorang
Seseorang yang berperadaban maju akan cenderung menggunakan bahasa yang
umum, sederhana, dan mudah dipahami dibandingkan dengan seseorang yang
hidup di pedalaman atau tertinggal oleh kemajuan, ada kecenderungan untuk
mengekspresikan karya sastranya dengan bahasa yang terperinci, transparan
dan sulit dipahami.

4. Peradaban
Sebuah gagasan yang dituangkan dalam karya sastra dipengaruhi oleh
kemajuan peradaban. , Ciri khas pengungkapan kata atau bahasanya juga
berbeda. Permasalahan ini dapat kita temui dalam karya sastrawan Arab
sebelum mengalami kemajuan dengan karya sastrawan Arab yang sudah
menjalin dan berinteraksi dalam peradaban dan keadaan sosial yang sudah

18
Nurgiantoro,1998 hal 23
19
Siminto, Pengantar Memahami Sastra, 2009, hlm.40
20
Siminto, Pengantar Memahami Sastra, 2009, hlm.40
dan berinteraksi dalam peradaban dan keadaan sosial yang sudah maju.

5. Ilmu Pengetahuan
Kemajuan ilmu pengetahuan mempunyai pengaruh kuat terhadap kapasitas
intelektual dan kekuatan rasa sastra para sastrawan.21

Dalam kajian sastra Arab disebutkan, bahwa sebuah ungkapan dapat


dikategorikan sebagai karya sastra, baik genre syair maupun genre prosa, apabila
ungkapan tersebut memenuhi empat unsur yaitu:

1. - ‫`العاطف ة‬/ Aṭifah/ Rasa 22

Rasa adalah salah satu unsur sastra yang mampu membuka atau menyingkap
tabir-tabir kehidupan melalui syi`r. Ada dua istilah yang oleh para sastrawan seringkali
disamakan dengan rasa,yaitu feeling dan emosi. Feeling ialah sikap sang penyair terhadap
pokok permasalahan atau obyeknya Sedangkan emosi adalah keadaan batin yang kuat,
yang memperhatikan kegembiraan, kesedihan, keharuan, atau keberanian yang bersifat
subyekif.

‫`العاط فة‬/ Aṭifah/ Rasa memiliki ukuran-ukuran sebagai berikut: 23

 ‫العاطفة صدق‬/ Shidq al-`Aṭifah/Kebenaran Rasa


Maksud kebenaran rasa itu adalah memberikan rasa nilai yang kekal dalam sebuah karya
sastra. Seperti rasa sedih, rasa gembira, rasa percaya diri, yang dirasakan dalam hati
sanubari pembaca atau penikmat sastra. Misalnya, syi`r Al-Nabighah ketika ia meratapi
kepergian saudaranya yang bernama Kulaib berikut ini:24

‫ دعوتك يا كليب فلم تجبني‬/Da’wutuka ya kullaib falam tujibni / Wahai kulaib aku
memanggilmu Mengapa engkau tidak menjawab
‫وكيف يجيبني البلد القفار‬/Wakaifa yūjibunī baladu qūffārū/ Bagaimana negeri yang
kering menjawabku
21
Siminto, Pengantar Memahami Sastra, 2009, hlm.42
22
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011: 75-89
23
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011: 76
24
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011: 76
‫ أجبني يا كليب خالك ذم‬/`ajibni ya kulaib khalaka jimmī/ Wahai kulaib jawablah
selain kamu tercela
‫ لقد فجعت بفر سها نزار‬/Laqod faja`at bifarisihi najarin/ Kabilah Nizar telah merasa pedih
karena penunggangnya.

Ungkapan syi`r Al-Nabighah merupakan ungkapan rasa duka cita yang dialami Al
Nabighah karena atas kepergian Kulaib, Kulaib merupakan seorang pahlawan yang
pantang mundur dalam menghadapi musuh untuk mempertahankan keharuman
kabilahnya, yaitu suku Nizar. Ketika Kulaib meninggal Nabighah dan seluruh penduduk
suku Nizar merasa sedih, karena mereka kehilangan seorang pahlawan yang gigih dan
pemberani, dan juga dikenal sebagai penunggang kuda yang lincah.

 ‫العاطفة قوة‬/ Quwah al-`Aṭifah/Kekuatan Rasa25


Kekuatan rasa itu adalah memiliki rasa yang kuat di dalam sebuah karya sastra. Seperti
rasa yang disampaikan dengan imajinasi yang tinggi. Seperti syi`ir AlMu`lawwith berikut
ini:26

‫ ومسح با أل ركان من هو مسح‬,‫ ولما قضينا من منى كل حجة‬/ walammā qaḍāyna min
minna kulla hajatin,wamasaha bīl`ārkāni man huwā masiha/Terhadap semua cita kami
telah meraih segalanya dan si pendusta melenyapkannya atas nama kemuliaan.
Ungkapan dalam syi`r al-Mu`lawwith yaitu terhadap semua cita kami merupakan
kekuatan rasa dalam syi`r al-Mu`lawwith yaitu dengan berusaha meraih segalanya
dengan menegakkan kebenaran dan kedamaian di tengah kehidupan masyarakat namun si
pendusta datang dan menghancurkan harapan yang menjadi cita-cita al-Mu`lawwith
bersama masyarakat yang setia kepadanya.
 ‫ العاطفة ثبت‬/ Tsabat al-`Aṭifah/ Kelanggenggan Rasa
Kelanggengan rasa merupakan memberikan rasa yang kuat pada diri seorang sastrawan
atau penyair selama ia berkarya. Hal ini dimaksudkan agar rasa tersebut tetap kuat dan

25
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011 :77
26
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011: 77
tetap abadi, tidak berubah di makan zaman, dalam situasi apapun, dan sampai kapanpun.
27

Misalnya, syi`r Ibnur-Rumi dalam memuji Ismail bin Bulbul:


‫ كما عال برسول هللا عدنان‬° •‫ و كم أب قد عال بابن ذراشرف‬/wa kam `abin qod `ala
bibnin ẕura syarafinºkama `ala birasulillahi adnan/Banyak sekali puncak kemuliaan
seorang ayah itu karena kemuliaan anaknya, seperti adnan mencapai puncak kemuliaan
karena kemuliaan Rasullah Saw

Ungkapan syi`r Ibnur-Rumi yang memberikan rasa yang kuat dan tidak berubah
dimakan zaman merupakan kelanggengan rasa karena Ibnur-Rumi mengekspresikan syi`r
tersebut menyaksikan kebahagiaan pada saat dia melihat bagaimana seorang ayah
mendidik atau Universitas Sumatera Utara mengajarkan seorang anak yang sholeh
sehingga anak tersebut menjadi mulia, yang saat ini kita mengetahui Nabi Muhammad
Saw adalah seorang ayah yang mulia hingga akhir zaman.
 ‫ العاطفة قوة‬/Quwah al-`Aṭifah/Kekuatan Rasa
Kemampuan sastrawan dalam mentrasformasikan kesan-kesan rasa yang beraneka ragam
rasa dalam jiwa pembaca,seperti rasa cinta, rasa semangat,rasa kagum,rasa simpati,rasa
bangga dan sebagainya. Misalnya, syi`r Hassan bin Tsabit saat ia meratapi kepergian
Nabi saw selamanya, syi`r nya berbunyi:
‫ والطيبو‬, ‫ في جنة عيون الحسد صلى االله ومن يحف بعرشة‬,‫يا رب فا جمعنا معا و نبينا‬
‫ على المبارك أحمد‬/Yā Rabbi fajima`ina ma`a wa nabīna, fī jannah `ayūna hasud ṣalullah
wa min yāhfi bi`arsah, waṭāyību `ala mubarak ahmad/Wahai Tuhan-ku kumpulkanlah
kami bersama bersama Nabi di dalam surga yang dapat memalingkan mata orang-orang
yang hasud.

Allah, dan orang yang mengelilingi arsy beserta segenap orang-orang yang baik
bersamasama menaburkan rahmat kepada orang yang diberkahi, yaitu Ahmad. Hassan
bin Tsabit dalam syi`r di atas memang merasakan kesedihan, karena ia ditinggal oleh
seseorang yang berprilaku dan berakhlaq mulia, seseorang yang menjadi uswatun
hasanah dalam meraih kesuksesan. Tetapi, di balik kesedihan yang di alaminya, Hassan
27
al-Amin, 2011: 72
sesungguhnya merasakan kebahagiaan yang tiada bandigannya. Karena dalam menata
kehidupannya, ia selalu dituntun oleh syari`atnya di mana ajaran-ajaran yang dibawanya
dapat menyelamatkan dan membahagiakan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Sebab itulah, Hassan memohon kepada Allah agar ia bisa berkumpul bersama Nabi saw
di dalam surga.
 ‫ العاطفة سمو‬/ Sumuw al-`Aṭifah/ Tingkat Rasa
Maksud dari tingkat rasa itu adalah rasa keindahan dalam sebuah karya sastra,
seperti keindahan gaya bahasa.
Seperti syi`r Ibn al-Mu`iz berikut ini:

‫ وأ ر حم القبح فأهواه‬,‫ أهيم با لحسن كما ينبغي‬/`uhim bīlḥasani kamā yabbaghi, wa


`arham al-qubh fa`āhawahū/ Aku mencintai kebaikan sebagaimana layaknya, dan aku
menyayangi kejelekan kemudian menyukainya.

Gaya bahasa syi`r Ibn al-Mu`iz al-qubh yaitu kejelekan tetapi yang dimaksud
adalah sebaliknya al-jamil yaitu keindahan. Maksudnya, al-Muiz menggambarkan
kejelekan sebagai keindahan dengan harapan, agar seseorang meyakini dan melakukan
perbuatan sebaliknya.
2. ‫ الخيال‬/khayal / Imajinasi

Imajinasi dalam unsur-unsur intrinsik ialah kata atau susunan kata-kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, dan merasakan seperti apa yang dialami oleh
penyair.
Salah satu contoh syi`ir khayal:

‫لعينى كل يوم منك حظ ͵ تحير منه فى أمر عج••اب حم••ا ل••ة ذاالحس••ام على حس••ام ͵ وم••و ق••ع‬
‫ ذاالسحاب على سحاب‬/li`āini kulla yāuminn mīnka ḥāẓzū, tāḥāyyarū mīnhū fīy `āmriin
`ujābiin ḥimalatū ẕalhūsami `ala ḥūsamiin, wamau qi`ū ẕassahabi `ala sahabiin/ Mataku
setiap hari berkesempatan memandangmu.
Dalam pada itu ada suatu pemandangan yang mengherankan, yaitu terbawanya
pedang ini di atas pedang, dan jatuhnya hujan ini di atas hujan 28. Salah satu syi`r yang
ditulis Amin merupakan imajinasi indrawi. indrawi ini dilakukan dengan memilih kata-
kata yang tidak nyata atau yang tidak langsung seperti mataku karena dalam setiap waktu
dia tidak pernah menyaksikan kepedihan hidup setelah dia melihat peperangan dengan
cepatnya pedang itu saling beradu dan banyaknya darah yang tumpah seperti jatuhnya
hujan dari langit. Imajinasi terbagi yaitu,

 ‫ر ابتكا خيل‬/ Khayal Ibtikari / Imajinasi kreatif


Khayal ibtikari atau imajinasi kreatif merupakan gambaran baru dalam sebuah
karya sastra yang disusun secara selektif dari beberapa unsur sebelumnya,bukan
sewenang-wenangnya (angan-angan), sesuai dengan alur yang prosedural dengan
pengertian tersusun secara rapi, seperti alur maju, yaitu dimulai dari awal cerita hingga
cerita selesai. Salah satu contoh khayal ibtikari:

‫ كان با لنار ما بالماء من بلل حزن و با لماء ما با لنار من ضرم‬/kana binnari ma


bilma`i min bilali. ḥuzni wa bilma`i ma binnari min ḍarmin/ Seakan-akan pada api
nan membara terdapat cairan air karena duka Dan pada air nan sejuk segar
terdapat jilatan api yang membakar.

Khayal Ibtikari dalam syi`ir di atas merupakan sebuah karya sastra disusun secara
selektif seperti dalam kenyataan api itu tidak terdapat air, dan pada air tidak terdapat api.
Namun dalam unsur sebelumnya syi`ir di atas hal air terdapat pada api dan hal api
terdapat pada air. Khayal tersebut dimaksudkan untuk menggambarakan betapa kacaunya
penduduk Persia sebab merasa kehilangan hidup dengan padamnya api sesembahan dan
kacaunya istana Kisra pada saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sampai-sampai
kondisi kejiwaan mereka mengalami hal yang tak wajar karena ketakutan dan
keputusasaan.

28
Amin, 2009:93
 ‫ليف تأ خيل‬/ Khayal Ta`lifi/ Imajinasi asosiatif

Khayal ta’lifi atau imajinasi asosiatif merupakan perpaduan antara pikiran dan
gambaran yang serasi pada satu perasaan yang benar.

‫ وبعد ما عاينوا في أفق من شهب منقضة وفق ما في األرض من صنم‬/wa ba`da ma aʻyuna fi
u`fki min ashbin. munqaḍati wafqu ma fi a`rdi min Ṣanamin/ Setelah mereka
menyaksikan bintang-bintang di ufuk berjatuhan Bersamaan di bumi ada kejadian-
kejadian berhala-berhala jatuh bergelimangan.

Khayal ta’lifi dalam syi`ir tersebut merupakan perpaduan pada peristiwa Maha
dahsyat di bumi yang dilihat dan dirasa oleh bangsa Persia (peristiwa padamnya api
sesembahan dan bintang-bintang yang melesat di angkasa/ peristiwa yang dilihat bangsa
Persia dan peristiwa penyebab mengapa api sesembahan yang telah lama tak pernah
padam / peristiwa yang dirasa oleh bangsa Persia, hanya dirasa oleh mereka sebab
mereka tak tahu penyebabnya apa, yang sebenarnya penyebab itu adalah kelahiran Nabi
Muhammad.

 ‫بيان خيل‬/ Khayal Bayani/ Imajinasi interpretative

Khayal bayani atau imajinasi interpretative merupakan mengekspresikan nuansa


alam yaitu keadaan alam semesta seperti tumbuhan, gunung,laut dan air. dengan gaya
bahasa sastra yang indah di buat oleh penyair.

‫ كالبحر يقذف للقريب جواهرا جودا ويبعث للبعيد سحائبا‬/kalbahri yaqẕifu


lilqarībi jawahiraan,judan wayabʻasu lilba`idi saha`iba/ kemurahannya bagaikan
laut yang memberi mutiara kepada orang yang dekat dan mengirimkan awan
kepada orang yang jauh.

Khayal bayani tersebut merupakan mengekspresikan nuansa alam seperti laut, dan
awan yang berarak dilangit yang memberikan kedamaian sehingga membuat orang
yang memandangnya teringat akan seseorang yang dekat dengannya dan kemurahan
hatinya bagaikan laut yang selalu memberikan mutiara kepada siapa saja yang dekat
dengannya.

3. ‫ الفكرة‬/ Fikrah/ gagasan

Gagasan disebut juga sebagai tema. Tema yang dimaksudkan di sini adalah
sebuah gagasan yang ingin di sampaikan penyair melalui syairnya. Berikut ini contoh
tema puisi. Tema Ketuhanan, puisi-puisi dengan tema KeTuhanan biasanya menunjukkan
“religious experience” atau pengalaman religi penyair.29 Betapa dalam rasa KeTuhanan
Amir Hamzah dalam sajak dibawah ini:

Doa

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,kekasihku?


Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan
panas payah terik.
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang pikir,
membaca angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar
bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

Bagaimana Kedalaman rasa ke Tuhanan Amir Hamzah yang menunjukkan


betapa erat hubungan antara penyair dengan Tuhan seperti Kata-kata dalam puisi diatas
yaitu kata Kekasihku, kursi-Mu, kata-Mu, cahaya-Mu adalah pengganti dari kata atau
tema Tuhan. Sehingga puisi tersebut syarat dengan ke Tuhanan. Penyair juga
menunjukkan bagaimana agar Tuhan mengisi seluruh kalbunya. Betapa sungguh-
sungguh sang penyair menyerahkan diri secara total, dapat kita rasakan secara nyata
dalam sajak ini( Waluyo 1991: 107-108 )

4. ‫ الصورة‬/ Shurah / bentuk

29
Yulianti, 2014 : 117
Bentuk adalah sarana, cara dan gaya dalam penyusunan dan pengaturan bagian-
bagian karangan, atau pola karya sastra yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk
mentransformasikan pikiran dan perasaannya kepada para pembaca.

B. Penyair Arab dari Masa ke masa beserta Karyanya

Pada umumnya para ahli sastra membagi sastra arab menjadi beberapa periode.
Diantaranya Sastra klasik: dari masa jahiliyah hingga berakhirnya daulah umayyah.
Sastra pertengahan: di awali jatuhnya daulah umayah sampai berdirinya daulah abbasiyah
132 H/750 M hingga muncul sampai abad 19. Dan Sastra modern: dari abad ke 19 sampai
sekarang.30Sastra pada zaman jahiliah merupakan cerminan bangsa Arab pada masa itu.
Ini dikarenakan sastrawan arab pada masa itu membuat suatu karya tidak lepas dari suatu
kejadian yang mereka alami atau yang mereka lihat. Puisi Arab merupakan kebanggaan
orang Arab pada masa jahili. Tak heran jika bahkan ketika seorang penyair lahir dari
suatu kabilah, ia akan disambut meriah bahkan dirayakan. Penyair Arab pada masa jahili
berlomba-lomba menciptakan puisi yang bagus dan indah hingga mampu masuk kedalam
Muallaqat as Sab’ah sebuah wadah di mana puisi terbaik yang masuk kedalam
Muallaqaat as sab’ah yang akan ditulis dengan tinta emas di atas kain mewah kemudian
digantungkan di dinding ka’bah. Hal demikian yang membuat puisi pada masa jahili
sangat diapresiasi dan tidak main-main persaingannya para penyair dalam menciptakan
karya. Tak hanya pada masa jahili, puisi Arab juga terus menerus mengalami perubahan
dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari masa ke masa. Tentunya di setiap
masa memiliki penyair yang tidak kalah hebatnya dalam membuat karya, oleh karenanya
di bawah ini akan diterangkan penyair Arab dari masa ke masa beserta contoh puisi yang
dibuatnya.

1) Periode Jahiliyah atau Pra Islam

Pada masa ini, sya’ir sangat penting bagi tiap-tiap kabilah. Merupakan kebanggan
tersendiri menjadi penyair dan seperti sudah keharusan bagi kerajaan memiliki penyair
kerajaan. Secara umum sastra Arab pada masa jahiliah bertujuan untuk: 1) kehidupan
suku badui, 2) menerangkan keadaan masa lampau. “Karya sastra pada masa ini memiliki
empat ciri khusus. 1) Penggunaan kata-kata lebih ditekankan pada makna asalnya. 2)
Kosakata yang digunakan banyak memiliki sinonim. 3) Penggunaan kata serapan di luar
bahasa arab sangat kurang. 4) Gaya bahasa dan kalimat yang diucapkan singkat padat dan
tidak dibuat-buat31. Bahasa dan kandungan dalam sya’ir jahiliyah sangat sederhana, jujur,
lugas dan juga sederhana. Tentu nilai sastra dalam sya’ir jahiliyah tetaplah tinggi,
menimbang emosi yang tetap terasa dan seakan mengenai sasaran siapapun yang
membacanya. Namun demikian, beberapa sya’ir jahiliyah sulit dipahami karena sangat
imajiner dan simbolis. Dari sudut gaya, sya’ir jahiliyah sangat mementingkan irama,

30
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 No. 1, Januari-Juni 2016, SOSIOLOGI DALAM SASTRA ARAB JAHILIAH
(Pendekatan Sosiologis dalam Karya Puisi An-Nabighoh Adz-Dzubyani), hal 109
31
Jhon, Esposito, 2001. Ensiklopedi dunia islammederen jilid 2, Bandung: Mizan
ritme, musik atau lagu, serta sajak (dikenal dengan nama qafiyah). Tetapi semua ini
dilakukan secara wajar, bukan dengan memaksakan mencari kata-kata hanya untuk
kepentingan ritme dan sajak.32

Sastra puisi Arab yang terkenal pada zaman jahiliah adalah puisi-puisi al-
Mu’allaqat. Dinamakan al-Mu’allaqat, karena puisi-puisi tersebut digantungkan pada
dinding kakbah.33

Para penyair zaman jahiliyah sangatlah banyak, diantaranya adalah Amru al-Qais,
Nabighah Adz-Dzibyani, dan Zuhair bin Abi Sulma.

1. Amru’ al- Qais


Ia bernama lengkap Amru’ Al-Qais ibn Hajar ibn Al-Haris ibn Amru
Al-kindi Al-Yamani. Tokoh yang tidak asing di era Sastra Arab Jahily.
Dilahirkan dari nasab yang mulia "Raja Hujur" bernisbat Al-Kindy, sebagian
dari kekuasaan Republik Yaman. Amru’ Al-Qais dilahirkan di daerah Najd
pada tahun 500 M.
Sejak kecil, ia hidup bergelimangan harta dan kemewahan dalam
tradisi kerajaan. Ia suka berfoya-foya dan bermain cinta hingga ia lupa
tugasnya sebagai pangeran. Melihat perilakunya, sang raja mulai merasa muak
dan jengah. Ia diusir dari istana Najd, dan dengan sepuas hati Imru al-Qais
kemudian mengembara ke berbagai wilayah. Bergumul dengan masyarakat
Badui dan berfoya-foya lagi.
Namun, talenta yang dimilikinya dalam bersya’ir sangat luar biasa, ia
bahkan dijuluki sebagai Al-Malik Al-Dhalil "Raja Segala Penyair". Di tengah
pengembaraannya, ia rajin menulis "al-adab al-'isyqy" atau sastra cinta dalam
bentuk puisi, risalah hati. Menulis syair "tasbib atau ghazal". Ia juga menulis
qasidah mahabbah di beberapa lembaran bait.
Saat pengembaraannya itu, ia didatangi oleh salah satu utusan
kerajaan, mengabarkan bahwa ayahnya telah terbunuh. Bagaimanapun Amru
al-Qais adalah pewaris tahta kerajaan ayahnya itu. Namun, mengingat rasa
32
Neldi Harianto,” Sosiologi dalam Sastra Arab Jahiliyah (Pendekatan Sosiologis dalam Karya Puisi An-
Nabighoh Adz-Dzubyani)”, , Tsaqafah dan Tarikh Vol.1 No.1, Januari-Juni 2016, hal.110.
33
Bahrum Bunyamin, Sastra Arab Jahili. (Yogyakarta: Adab Press), hal. 115.
sakit saat pengusirannya ditambah cintanya yang kandas bersama kekasih
“Unaizah”, membuatnya menuangkan segala perasaannya itu kedalam syair
berikut;

‫وليل كموج البحر مرج سدوله‬


‫علي بأنواع الهموم• ليبتلى‬
‫فقلت له لما تمطى بصلبه‬
‫وأردا أعجازا وناء بكلكل‬
‫أال أيها اليل الطويل أال أنجالى‬
‫بصبح وما اإلصباح منك بأمثل‬
"Di kala malam gulita bagai badai lautan tengah meliputiku dengan
berbagai macam keresahan untuk mengujiku (kesabaranku).”
“Di kala malam itu tengah memanjangkan waktunya, maka aku
katakan padanya.”
“Hai malam yang panjang, adakah gerangan yang menghalangimu
untuk berganti dengan pagi harinya? Ya, walaupun pagi hari itupun juga
belum tentu sebaik kamu."
Beberapa Karya-karya Amru’ Al-Qais juga diabadikan dalam
Mu’allaqat As-Sab’ah. Namun, saat ini mu’allaqat-mu’allaqat tersebut sudah
tidak ada lagi peninggalannya, karena Ketika Fathu Makkah (pembukaan kota
Makkah) pada zaman Nabi Muhammad terjadi, semua mu’allaqat tersebut
telah dibuang bersamaan dengan berhala-berhala yang berada di sekitaran
Ka’bah.

2. Nabighah adz- Dzibyani

Para penyair zaman jahiliyah sangatlah banyak, sebagaimana yang sudah


diceritakan sebelumnya yaitu Amru al’Qais, Amru al-Qais yang merupakan salah satu
dari tujuh penyair terbaik yang karyanya ditulis dalam Muallaqat As-Sab’ah,
kemudian Nabighah Adz-Dzibyani yang nama aslinya adalah Abu Umamah Ziyad bin
Muawiyah. Ia dipanggil Nabighah karena sejak muda sudah pandai bersyair. Kata
Nabighah sendiri berarti pandai bersyair. Karya-karyanya luar biasa. Ia seorang
penyair dari kabilah Dzubyan (Kabilah Dzubyan merupakan turunan dari kabilah Qais,
dan Qais adalah turunan dari kabilah Mudlar) yang menghabiskan hidupnya dengan
mondar-mandir antara kabilahnya dan dua istana kerajaan, Hirah dan Ghassan.
Memiliki penampilan yang menawan, cerdas, berbakat dan ia juga salah stu tokoh
terkemuka para penyair arab jahili dan dewan dewan juri dari pertunjukkan syair yang
ada di pasar Ukadz.

Berikut adalah salah satu sya’irnya:

‫ اء ذا طلعت لم يبد منهن كوكب‬# ‫فاءنك شمس و الملوك كواكب‬

Artinya: “Sesungguhnya engkau adalah matahari, sedangkan para raja


yang lain dalah bintang-bintang, bila kau terbit tak ada satu bintangpun yang berani
menampakan diri.”

3. Zuhair bin Abi Sulma

Zuhair bin Abi Sulma Rabi’ah bin Rayyah al-Muzani merupakan tokoh ketiga
yang termasuk pionir tingkat pertama penyair jahiliyah setelah Umru al-Qais dan
Nabighah34. Ayahnya yang bernama Rabi’ah berasal dari kabilah Muzainah. Banyak yang
mengira bahwa ia lahir di Gatafan bersama kabilah Bani Abdullah Gatafaniyah tapi tidak
demikian ia berasal dari Muzainah dan tumbuh di Gatafan.

Zuhair menikah dua kali, pertama dengan Ummu, yang disebutnya dalam
mu‟allaqat-nya. Kehidupan rumah tangganya bersama Ummu Aufa diakhiri dengan
perceraian setelah Ummu Aufa melahirkan anaknya dan kemudian meninggal semuanya.
Kedua dengan Kabsyah binti Amr al- al-Gatafaniyyah. Dari Kabsyah inilah ia
memperoleh keturunan yang kelak masuk Islam dan berprofesi sebagai penyair, Ka‘ab

34
Menurut Abu ‗Ubaidah ada 3 tingkatan penyair jahiliyah berdasarkan kemasyhurannya ; Tingkat
Pertama adalah Umru al-Qais, Zuhair, dan Nâbiĝah. Tingkatan kedua ditempati oleh al-A‘Syâ, Lubaid, dan
Ţurfah, dan pada tingkat ketiga ada ‗Antarah, ‗Urwah bin al-Ward, Duraid bin Śimmah, dan Marqasy al-
Akbar.
dan Bujair. Akan tetapi anaknya yang lain bernama Salim meninggal dunia sehingga
banyak menginspirasinya dalam puisi-puisi ratapannya.35

Lingkungan keluarga yang sebagian besar adalah penyair membuat Zuhair


memiliki jiwa kepenyairan sejak kecil. Ayahnya, Rabi;ah adalah seorang penyair, begitu
pula paman ayahnya, Basyamah bin al-Gadir, Ayah tirinya juga dikenal sebagai seorang
penyair Mudar yaitu Aus bin Hajar, demikian juga saudaranya Sulma dan Khansa. Puisi-
puisi Zuhair dikatakan seperti bahasanya para Nabi.36

Disebut demikian karena kesopanan kata-katanya dalam berpuisi. Puisinya


yang selalu bertemakan pujian menjadikannya mendapat apresiasi dari Umar bin Khatab :
Zuhair adalah penyair yang handal suka memuji dan tidak pernah mencela orang. Tidak
hanya itu dia tidak pernah mengikuti atau memakai kata-kata yang asing dan tidak pula
bertele-tele dalam syi‘irnya dan tidak pernah memuji seseorang yang dia belum tahu
sifat-sifatnya.37

Pada masa Amru al-Qais terdapat peperangan antara kabilah Bani Asad dan
Bani Gathfan. Pada masa Zuhair terdapat peristiwa perang antar suku, ‘Abs dan Zubyan,
yang terkenal dengan perang Dahis dan Gabra’ yang berlangsung hampir 40 tahun. Dari
peristiwa itulah ia terinspirasi untuk membuat puisi dan ia pun turut mengupayakan
perdamaian, sehingga menganjurkan kepada pemuka bangsa Arab mengumpulkan dana
untuk membayar tebusan yang dituntut oleh salah satu suku yang berperang berupa tiga
ribu unta. Puisi Mu’allaqat Zuhair bin Abi Sulma mencatat banyak peristiwa yang terjadi
dalam kehidupannya. Mulai dari kisah kehidupan berkeluarganya hingga peristiwa
perang. Berikut kutipan syair dari Zuhair:38

ْ ‫تُ َعفِّی ْالكلو ُم بال ِمَئين فَاصْ بَ َح‬


‫ت‬

35
Merry Choironi, “Membaca Puisi Mu’allaqah Zuhaer bin Abi Sulma dalam Kerangka Kekinian”, Alfaz
Vol.3 No.1 Januari-Juni 2015, hal.80.
36
Abî Abdillah al-Husain bin Ahmad al-Zawuznî, Syarh al-Mu’allaqat aas-sab’i, Beirut: Dar al-Ma‘rifah,
2004, h.107
37
Merry Choironi, “Membaca Puisi Mu’allaqah Zuhaer bin Abi Sulma dalam Kerangka Kekinian”, Alfaz
Vol.3 No.1 Januari-Juni 2015, hal.81.
38
Merry Choironi, “Membaca Puisi Mu’allaqah Zuhaer bin Abi Sulma dalam Kerangka Kekinian”, Alfaz
Vol.3 No.1 Januari-Juni 2015, hal.83-84.
‫يُنَ ِّج ُمهَا َم ْن ليس فيها بِ ُمجْ ِر ِم‬

ً‫يُنَ ِّج ُمهَا قَوْ ٌ•م لِقَوْ ٍم غ ََرا َمة‬

‫يَهَ ِر ْيقُوا بَ ْينَهُ ْم ِملْ َء ِمحْ َج ِم‬

‫فَاَصْ بَ َح يَجْ ِري فيهم من تِاَل ِد ُك ْم‬

‫ال ُمزَ نَِّ•م‬


ٍ َ‫َمغَانِ ُم َشتَّی ِم ْن اِف‬

ً‫ااَل اَ ْبلَ ِغ االَحْ اَل فَ َعنِّی ِر َسالَة‬

‫َو ُذ ْبيَانَ هَلْ ا ْق َس ْمتُْ•م ُك َّل ُم ْق َس ِم‬

‫فَاَل تَ ْكتُ ُم َّن هّللا َ َما فِی نُفُو ِس ُك ْ•م‬

‫لِيَ ْخفَی و َمهما يُ ْكت َِم هّٰللا ُ يَ ْعلَ ِم‬

ُ‫ت تَ َكالِ ْيفَ ْال َحيَا ِة َو َم ْن ي ِعش‬


ُ ‫سَِئ ْم‬

‫ك يَ ْسَأ ِم‬
َ ‫ثمانِ ْينَ َحوْ اًل اَل اَبَا ل‬

ِ ‫َواَ ْعلَ ُم َما فِی ْاليَوْ ِم َواالَ ْم‬


ُ‫س قَ ْبلَه‬

‫ولَ ِكنَّنِی• ع َْن ِع ْل ِم َما فی َغ ٍد ع َِم‬

Luka ditebus dengan ratusan unta sehingga mampu menjadi bintang bagi
mereka yang tidak berdosa.

Kaum yang menjadi bintang karena tebusan bagi kaum yang bertikai,
hingga tiada lagi pertumpahan darah (aliran darah dari pisau-pisau pemotong onta)

Sehingga mereka mewariskan beragam harta rampasan perang berupa


unta-unta bunting beserta anak-anaknya

Sampaikan pesanku pada mereka yang mengikat perjanjjan dengan kaum


Dzubyan, bukankah kalian telah bersumpah dengan sungguh-sungguh
Janganlah kamu mencoba menyembunyikan apa yang ada dalam hati,
Apapun yang kamu sembunyikan dariNya, Dia Maha Tahu

Aku bosan dengan beban hidup. Barang siapa yang hidup selama 80
tahun pasti merasa bosan

Aku tahu apa yang ada di hari ini dan hari kemarin, tetapi aku buta
dengan apa yang terjadi besok

2) Periode Shadr Al-Islam (masa kenabian)

Nabi sangat peka dengan keadaan bangsa Arab yang puisinya cenderung pada
permusuhan dan kekerasan. Karena itu, dalam beberapa kasus Nabi melarang puisi.
Namun jika puisi mempromosikan kearifan dan kebajikan, Nabi memujinya. Puisi
merupakan dīwān al-Arab, sumber kemulyaan dan kemegahan mereka. Kemudian
datang al-Qur’an yang mengajak pada tauḥīd dan berpegang pada keutamaan.
Kejadian ini sangat mengejutkan mereka, maka merekapun mulai memperhatikan,
merasakan dan meneliti kata-kata, gaya bahasa dan artiarti al-Qur’an. Sehingga
diantara mereka ada yang mencari- cari cara untuk melukainya dan ada yang percaya
dan mencari petunjuk-petunjuknya, kemudian orang-orang sesat menentangnya.39

Puisi pada zaman ṣadr al-Islam memiliki keistimewaan yang lebih


dibandingkan puisi pada zaman jahiliyah. Keistimewaan yang paling menonjol adalah
terpengaruhnya para penyair dengan makna, lafadh, susunan dan gaya bahasa al-
Qur’an dan Ḥadith serta menyandarkan pikiran-pikiran mereka pada ruh al-Qur’an.40

Berikut penyair pada era kenabian:

a) Hasan bin Tsabit


Hasan bin Tsabit adalah penyair yang sering dipuji Rasulullah karena
karyanya seringkali Membela Rasulullah dan menangkis hinaan dan celaan orang-
orang Quraisy. Bagi orang-orang Quraisy sendiri syair Hasan ibarat pedang yang
akan menghunus aib dan cacat mereka sehingga mereka diam membisu tak bisa
menjawab apa-apa.
39
M. Yunus, “SASTRA (PUISI) SEBAGAI KEBUDAYAAN BANGSA ARAB,” hal. 14.
40
M. Yunus, “SASTRA (PUISI) SEBAGAI KEBUDAYAAN BANGSA ARAB,” hal.6
Pernah pada suatu masa ia membela Nabi dari hinaan dan kritik yang
dilontarkan oleh orang-orang Quraisy, hingga Aisyah berkata, aku mendengar
Rasulullah bersabda kepada Hasan “sesungguhnya Ruhul Qudus selalu
mendukungmu selama kamu membela Allah dan RasulNya” dan Aisyah juga
mendengar lagi Rasulullah bersabda, “Hasan mengkritik mereka dan mereka
terdiam tanpa mampu membalas.
Hasan berkata,
‫ط َع ْينِی‬ ُّ َ‫ك لَ ْم تَ َر ق‬ َ ‫َواَحْ َسنُ ِم ْن‬
‫َواَجْ َم ُل منكَ ل ْم تَلِ ِد ْالنِّ َسا ُء‬

ٍ ‫ُخلِ ْقتَ ُمبَ َّراً ِم ْن ُك ِّل َع ْي‬


‫ب‬
‫ك قَ ْد ُخلِ ْقتَ َك َما تَ َشٓا ُء‬
َ َّ‫َكاَن‬
“Tak pernah ada mata yang
pernah melihat Manusia setampan dirimu

“Tak ada perempuan yang melahirkan Manusia seelok rupamu


Engkau diciptakan bersih dari segala noda Seakan-akan engkau
menciptakan dirimu Sebagaimana kehendakmu”

b) Ka’ab bin Zuhair


Ka’ab bin Zuhair adalah anak lelaki dari seorang penyair besar yang puisi-
puisinya masuk dalam antologi puisi Muallaqat, Zuhair bin Abi Salma. Ia masuk
islam pada saat Fathu Makkah (Penaklukan Makkah oleh Umat Islam).
Sebelumnya Ka’ab bin Zuhayr merupakan penyair yang seringkali menyerang dan
melakukan pembunuhan karakter terhadap Rasulullah melalui syair-syairnya.
Namun saat sudah bersyahadat di depan Rasulullah, kini ia menjadi pengarang
kata-kata pujian kepada Nabi Muhammad dalam “Banat Su’ad” (anak-anak
Su’ad) dan al- Hutayd yang tidak ada bandingannya dalam mengarang satire atau
sindiran. Masa kemuslimannya dihabiskan Ka’ab untuk menyebarkan dakwah
Islam, yang sebagiannya ia sampaikan dalam bentuk sya’ir. Beliau juga pencipta
burdah pertama kali yang dikenal dengan nama Banat Suad li Ka’ab bin Zuhair
bin Abi Salma.
Salah satu sya’irnya:
‫كنت ٓاملُه الَ ْالفِيَنَّكَ انّی َع ْنكَ َم ْش ُغو ٌل‬ُ ‫وقال ُكلُّ خَ ليل‬
‫ك اِنّی عنك مشغغو ُل‬ َ َّ‫ كنت ٓا ُملُهُ ال اَ ْل ِهين‬- ‫وقال كلُّ صديق‬
‫فقلت خلَّوا طريقی ال ابالكم فك ّل ما ق ّدر الرحمنُ مفعو ُل‬
ُ

Dan dia berkata:"setiap kawan – yang aku harap bisa menolong tidak
menyibukkanmu sesungguhnya aku sibuk mengingatmu
Aku katakan biarkanlah aku bebas tidak menjadi beban kalian segala
yang telah ditakdirkan yang Maha pengasih akan terjadi41

c) ‘Abdulllah Ibn al-Rawaha

Ia bernama lengkap Abdullah bin Rawaha bin Tsa’labab al-Anshary al-


Khazraji. Panggilannya Abu Muhammad. Paman daripada Nu’man bin Basyir.
Wafat pada tahun 8 Hijriah'. Ia dikenal sebagai penulis sekaligus penyair yang
lancar, untaian syair-syairnya meluncur dari lidahnya dengan kuat dan indah
didengar. Semenjak masuknya ke dalam Islam, kemampuannya itu dibaktikan
untuk mengabdi bagi kejayaan Islam. Berikut syairnya sewaktu Rasulullah sedang
thawaf fi Baitullah pada “umrah qadla”, Abdullah ibn Rawalah berada di muka
beliau sambil membaca syair dari rajaznya:

“Oh Tuhan, kalaulah tidak karena Engkau,

niscaya tidaklah kami akan mendapat petunjuk,

41
Taufiq A Dardiri dkk, “BUNGA RAMPAI, DINAMIKA KAJIAN ILMU-ILMU ADAB DAN BUDAYA”, Pesan-pesan
qasidah “Banat Su’ad” Karya Ka’ab bin Zuhair, Februari 2015, hal. 88
tidak akan bersedeqah dan Shalat!

Maka mohon diturunkan sakinah atas kami

dan diteguhkan pendirian kami jika musuh datang

menghadang.

Sesuhgguhnya orang-orang yang telah aniaya terhadap kami,

biIa mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang".

3) Periode Bani Umayah


Periode umayah adalah periode yang paling gencar dengan sastra sya’irnya,
Pada masa bani Umayah terdapat banyak golongan-golongan muncul dalam Islam
diantaranya adalah Syi’ah dan Khowarij dan pengikut Abdullah bin Zubair dan lain-
lain. Keadaan sedemikian itu menyebabkan posisi sya’ir justru menjadi penyambung
lidah sesuai dengan tujuan dari tiap-tiap golongan Islam tersebut. Apalagi pada zaman
bani Umayah, Khalifah memberikan kebebasan kepada para penyair untuk
mengekspresikan bentuk sya’irnya masing-masing.42
Para khalifah bani Umayah sangat memberikan perhatian kepada para penyair
sehingga banyak memberikan fasilitas yang cukup memadai demi untuk memperkuat
politik mereka. Dalam memegang pemerintahan pada masa itu, para khalifah sengaja
memecah belah antara penyair dengan jalan memberikan fasilitas yang berbeda antara
42
Amin Nasir,” Bahasa Arab Era Klasik dan Modern”, a Vol. 6 No. 1 Januari - Juni 2014, hal 38.
yang satu dengan yang lainnya bagi mereka yang pro dan kontra dengan
pemerintahan. Terdapat jenis syair baru pada masa ini, seperti munculnya aliran
politil, mazhab-mazhabagama, fanatisme kesukuan dan kebangsaan telah melahirkan
jenis-jenis puisi baru, yaitu 1) Puisi politik, 2) Puisi pertikaian individual, dan 3) Puisi
cinta vulgar dan lembut.
Pada masa ini terdapat banyak sekali penyair namun yang pasti dibahas oleh
berbagai referensi adalah tiga penyair besar masa itu, yaitu al- Farazdaq, Jarir dan al-
Akhtal. Ketiganya hidup semasa bahkan terlibat dalam dialog-satiris dalam puisi-puisi
hija’. Pada masa ini tentunya banyak sekali perubahan dan perkembangan dalam
bahasa dan sastra, terdapat beberapa faktor diantaranya adalah:
1. Munculnya aliran-aliran politik dan sekte-sekte agama yang berimplikasi
pada rekruitmen penyair sebagai pembela keyakinan bagi masing-masing
kelompok.
2. Banyak peperangan dan fitnah yang terjadi seantero negeri.
3. Perhatian khalifah yang begiru besar terhadap puisi.
4. Menghidupkan kembali fanatisme kesukuan. Masing-masing suku
mengunggulkan diri sendiri dengan puisi “fakhr” dan menjatuhkan lainnya
dengan puisi satire.
5. Adanya politik azaz manfaat antara khalifah dan para penyair.
6. Munculnya majelis-majelis kritik sastra

Berikut biografi singkat tentang penyair pada masa bani Umayyah beserta
karya syairnya:

a) Al- Akhtal

Al-Akhtal bernama lengkap Abu Malik Ghiyas bin Ghaus al-Taghliby al-
Nasrani (beragama kristen), lahir di Utara Siria. Kepiawaiannya dalam bersyair sUdah
tampak sejak kecil dan kerika sudah besar ia disebut-sebut sebagai penyair yang selalu
menang dalam perang tanding puisi ejekan (hija’ atau satire).

‫ عند التفارط إيراد وال صدر‬# ‫أما كليب بن يربوع فليس لهم‬
‫ وهم بغيب وفي عمياء ما شعروا‬# ‫مخلفون ويقضي الناس أمرهم‬

Sedangkan Kulaib dari Yarbu’, tidaklah mereka memiliki keunggulan

Mereka ditinggalkan dan orang lainlah yang melaksanakan urusannya,

sementara mereka tidak ada dan dalam keadaan buta,

sayang sekali mereka tidak merasa.

b) Jarir bin Attiyah

Jarir bernama lengkap Jarir bin Atiyyah bin Khathfy. Lahir di Yamamah di
tengah-tengah lingkungan para penyair pada masa pemerintahan Usman bin Affan.
Berasal dari keluarga yang miskin dalam lingkungan masyarakat Badui. Ketika kecil
dia sudah mampu mengalahkan penyair kaumnya yang menghina keluarganya.
Puisinya mengalir ringan dan mudah diresapi juga dipahami oleh masyarakat awam
pada umumnya.

Salah satu syairnya Jarir sebagai berikut;

‫ أيهم العبيد؟‬:‫ وتيما قلت‬# ‫وكنت إذا لقيت عبيد تيم‬

‫ وسيدهم وإن كرهوا مسود‬# ‫لئيم العالمين يسود تيما‬

Bila anda bertemu budak belian dan sahayanya, anda akan bertanya;
manakah yang budak belian,

Orang yang memimpin para budak adalah yang paling hina di alam
semesta, bagaimanapun, tuannya, walaupun mereka membenci menyebutnya, mereka
juga adalah budak (yang diperintah).

c) Al-Farazdaq

Al-farazdaq bernama lengkap Abu Firas bin Gholib lahir di Yamamah


(Arab Timur), suatu tempat dekat Basrah pada masa akhir pemerintahan Umar bin
Khattab. Al-Farazdaq sangat ahli dalam berpuisi sejak usia masih kecil, puisinya
dinilai kaya dengan ungkapan-ungkapan indah, tapi puisinya terkenal memiliki
kedalaman makna serta cenderung mengikuti puisi Jahiliyah yang murni. Para ahli
sastra dan bahasa memuji al-Farazdaq dengan sebuah kalimat: “Kalau bukan karena
puisi al-Farazdaq, maka akan hilanglah 1/3 bahasa Arab”.

Berikut salah satu potongan bait puisi Al-Farazdaq:

‫ ألنت المعني يا جرير• المكلف‬# ‫فإنك إذا تسعى لتدرك دارما‬

‫ بربق وعير ظهره متفرق‬# •‫تطلب من عند النجوم• وفوقها‬

‫ وعرض لئيم للمخازي موقف‬# ‫أتى لجرير رهط سوء أذلة‬

Maka sesungguhnya bila engkau berusaha untuk tahu sampai ke akar-

akarnya,

niscaya engkau terbalik wahai Jarir yang penuh beban,

Engkau meminta pada bintang dan yang di atasnya dengan tali dan garis

sementara punggungnya tercerai

Jarir memiliki sifat keserakahan dan kehinaan,

harga diri yang nista sangat cocok bagi orang yang mencari kehinaan.

4) Periode Bani Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah mulai pada pemerintahan Abu al-Abbas as-Saffah


(132 H) dan diakhiri dengan jatuhnya Kota Baghdad di tangan orang-orang
Mongol pada 656 H.1 Dinasti Abbasiyah memiliki tingkat intelektual yang tinggi
dan mereka mencapai sukses yang besar. Banyak penyair, ahli bahasa, penafsir,
sejarawan, ahli ilmu bumi, dan dokter yang berasal dari kelompok ini. Mereka
memakai Bahasa Arab sebagai alat untuk mengungkapkan kemampuan
intelektual mereka, sehingga Bahasa Arab berkembang dengan pesat.
Perkembangan Bahasa Arab ini berhubungan dengan kesusastraan pada zaman
itu. Sastra Arab mengalami masa keemasannnya di bawah Dinasti Abbasiyah.43

Selama periode ini perkembangan bahasa dan sastra Arab tetap mendapat
perhatian. Lapangan kehidupan di masa pemerintahan Abbasiah, lebih makmur
dan maju, ilmu pengetahuan Islam banyak digali di zaman ini. Maka kerajaan
Bani Abbasiah besar sekali jasanya untuk kemajuan peradaban dunia Islam.
Berkat kemajuan yang diperoleh tersebut, rakyatnya dapat bergembira dengan
hasil cocok tanam mereka dan kemegahan kota Baghdad sebagai ibu kota
kerajaannya. Sampai saat ini terkenal sebagai salah satu tempat kejayaan
kebudayaan Islam. Ibukota kerajaan itu menjadi tempat tujuan penyair. Para
penyair tersebut saling berlomba untuk mendapatkan kesenangan dari raja
dengan jalan menjadi dan mengagungkannya. Kebolehan seperti itu akan
mendapat pujian pula dari rakyat.44

Pada masa Abbasiyah, masyarakat Kota Arab sudah berasimilasi dengan


orang awam dan berbaur dengan cara bekerja di lapangan seperti perindustrian,
pertanian, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang beraneka ragam. Disamping itu
masyarakat Arab sudah bercampur dengan orang-rang asing yang masuk ke
wilayah Arab bahkan berbesan dan bertetangga, mereka benar-benar
berkecimpung dalam peradaban dan kemodernan. Sebagian besar penduduk Arab
menekuni bidang bahasa, adat istiadat, cara berfikir, sehingga hal ini berpengaruh
kuat dalam bidang bahasa baik puisi maupun prosa. Maka pada masa ini
munculah istilah arabisasi, menggali hukum syari’at dari kitab suci al-Quran
dan menyusun ilmu bahasa Arab untuk menjamin keutuhan bahasa Arab
khususnya al- Quran.
43
Anwar G Chejne, The Arabic Language: Its Role In History, (Minnesota: University of
Minnesota Press, 1969), hlm. 78-80.
44
Amin Nasir,” Bahasa Arab Era Klasik dan Modern”, a Vol. 6 No. 1 Januari - Juni 2014, hal 39-40.
Salah satu penyair yang terkenal pada masa Abbasiyah adalah Abu Nawas
di mana kita mungkin sudah seringkali kita ketahui pada waktu kecil, dan tak
jarang juga sebagian dari kita pasti sudah mendengar syair-syair beliau. Sebelum
beranjak kepada syairnya, kita mengenal terlebih dahulu tentang Abu Nawas itu
sendiri.
Abu Nawas bernama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami, beliau
adalah seorang pujangga dan penyair sastra Arab klasik yang sangat terkenal. Dia
lahir pada tahun 145 H atau 747 M di kota Ahvaz Persia atau Iran. Namanya juga
sering dikaitkan dengan kisah terkenal “1001 Malam”. Sejak kecil Abu Nawas
adalah seorang anak yatim, ibunya hanya bekerja sebagai pencuci kain wol dan
seorang wanita Persia bernama Jalban. Ayahnya adalah Hani al- Hakam dan dia
bekerja sebagai anggota militer Marwan II. Kemudian ia membawa Abu Nawas
ke kota Basrah, Irak dan di sanakah ia belajar banyak ilmu-ilmu pengetahuan
baru.

Abu Nawas selama hidupnya belajar berbagai ilmu, seperti ilmu hadits,
Sastra Arab, dan Al-Qur’an dari berbagai tokoh terpelajar lainnya. Ia juga pandai
dalam membuat sajak-sajak yang sarat akan nilai spiritual serta keadilan dan
kemanusiaan. Dahulu gaya bahasa Abu Nawas sangatlah kasar, kemudian ia
bertemu dengan Walibah bin Habab al-Asadi di mana hal ini menjadikan gaya
bahasa Abu Nawas lebih halus. Selanjutnya ia pergi ke Kufah dan hidup bersama
orang-orang Arab Badui yang bertujuan untuk memperhalus serta memperdalam
bahasa Arab. Berikut syair yang terkenal dengan sebutan al-I’tirof doa Abu
Nawas:

‫ َواَل اَ ْق َوى َعلَى النَّاِر ْال َج ِحيم‬# ‫س اَ ْهاًل‬


ِ ْ‫ْت لِ ْلفِرْ دَو‬
ُ ‫اِلَ ِهى لَس‬
Wahai Tuhanku, hamba tak pantas menjadi penghuni syurga.
Namun, hamba pun tak sanggup menjadi penghuni neraka.

ِ ْ‫ك غَافِ ُر ال ُذنُو‬


‫ب ال َع ِظي ِْم‬ َ َّ‫ فَِإن‬# •‫فَهَبْ لِى تَوْ بَةً َوا ْغفِرْ ُذنُوْ بِي‬
Terimalah tobat-tobat hamba dan ampunilah dosa-dosa hamba.
Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun atas segala dosa yang
hamba perbuat.

‫ فَهَبْ لِي تَوْ بَةً يَا َذا ْال َجاَل ِل‬# ‫ال‬
ِ ‫ُذنُوْ بِى ِم ْث ُل اَ ْعدَا ِد ال ِّر َم‬
Dosa-dosa hamba bagaikan tumpukan pasir.
Terimalah tobat hamba, wahai yang Maha Mulia.

‫الى‬ ْ َ‫ َو َذ ْنبِي زَ اِئ ٌد َك ْيف‬# ‫َو ُع ْم ِرى نَاقِصٌ فِي ُك ِّل يَوْ ٍم‬
ِ ‫اختِ َم‬
Sementara umur hamba kian hari kian berkurang.
Dan dosa hamba kian bertambah, bagaimana mungkin hamba mampu
memikulnya.

ِ ْ‫الذنُو‬
َ‫ب َوقَ ْد َدعَاك‬ َ ‫صي َأتَا‬
ُّ ِ‫ ُمقِ ًّرا ب‬# ‫ك‬ ِ ‫ِإلَ ِهى َع ْب ُدكَ ال َعا‬
Wahai tuhanku, hamba-Mu yang penuh dengan dosa ini, kini
menghadap-Mu memohon ampunan.

ْ ‫ َوِإ ْن ت‬# ‫فَِإ ْن تَ ْغفِرْ فََأ ْنتَ لِ َذاكَ اَ ْه ٌل‬


َ‫َط ُر ْد فَ َم ْن نَرْ جُوْ ِس َواك‬
Jika Engkau mengampuni, pantaslah karna Engkau maha pengampun.
Namun, jika Engkau menolak permohonan hamba, kepada siapa hamba
berharap selain Engkau.45

5) Periode Abad Pertengahan


Kehancuran kota Baghdad, menyebabkan hancurnya pusat ilmu pengetahuan
umat Islam. Penyerbuan tentara Mongolia ke Baghdad yang dipimin oleh Hulagu Khan
menyebabkan banyaknya para ilmuan islam meningal dunia dan sebagian penyair ada
yang lari ke Syam dan Kairo, maka pada akhirnya kedua kota ini menjadi pusat Islam
dan bahasa Arab. Perkembangan syair di masa ini sangat lemah. Kegairahan penyair

45
Noersinta Pawestri, Syair Doa Abu Nawas - Al I'tiraf, Lengkap dengan Terjemahannya, diakses dari
https://jogja.tribunnews.com/2020/11/26/syair-doa-abu-nawas-al-itiraf-lengkap-dengan-terjemahannya?
page=3, pada tanggal 04 September 2021, Pukul 19.00.
untuk mencipta jauh berkurang dari masa sebelumnya . Bait-bait syair pada masa itu
hanya ditujukan untuk mendekatkan diri pada khaliq dan bahkan sampai ada yang
menjadian al- Quran hanya sebagai obat dan jimat, sehingga makna yang terkandung
dalam al-Quran menjadi tabu dan tidak berkembang.46

Berikut salah satu sya’ir pada masa abad pertengahan


a) Karya Umar Al-Khayyam

‫السحر‬
ِ ‫صوْ تًا هَاتِفًا فی‬ ُ
َ ‫سمعت‬
‫نادی من الغيب غفاة البشر‬
‫هبوا امألوا كأس المنى‬
‫كأس العمر كفُ القَدر‬
َ ‫قبل أن تمأل‬

“Kudengar sebuah bisikan di tengah malam,


memanggil-mangil kealpaan manusia, dari balik kegaiban bangkit dan
penuhilah gelas karunia
Sebelum cawan usia segera dituangi oleh tapak suratan”

6) Periode Modern

Pada akhir abad XVIII ketika bangsa Arab di bawah pemerintahan Daulat
Utsmaniyah keadaannya sangat lemah. Bangsa Eropa setelah melihat keadaan ini,
kembali mengulangi ekspansinya ke Timur Tengah. Mereka datang tidak dengan
kekerasan tetapi kedatangan ini dengan dalih untuk menyebarkan ilmu
pengetahuan dan memperluas roda perdagangan. Pemerintahan berikutnya yang
jatuh kepada Muhammad Ali (yang semula diangkat oleh Sultan Usmani menjadi
Gubernur Mesir) berusaha untuk menerima kebudayaan Barat dan hasil ilmu
pengetahuan Barat, Ali tidak lagi mementingkan pemerintah dan pembangunan,
maka perkembangan di bidang sastra berkurang. Dua abad kemudian barulah

46
Amin Nasir,” Bahasa Arab Era Klasik dan Modern”, a Vol. 6 No. 1 Januari - Juni 2014, hal 22.
muncul lagi karya sastra Arab yang baru, dan para penyair menyesuaikan diri
dengan keadaan zaman modern, mereka mulai melepaskan diri dari ciri khas
klasik, namun keterikatannya masih ada. Keistimewaan syair modren ini lebih
mementingkan isi dari pada sampiran, bahasanya mudah dan sesuai dengan
keadaan.47
Pada masa ini munculah Penulisan prosa berupa cerita-cerita pendek
modern dalam bahasa Arab, demikian juga novel dan drama, yang baru dimulai
pada akhir abad lalu. Belakangan ini bentuk puisi juga mengalami perubahan
yang cukup besar. Puisi-puisi Arab modern sudah banyak yang tidak terikat lagi
pada gaya lama yang dikenal dengan ‘Ilm al-’Arūd. Meskipun sebagian penyair
dewasa ini senang juga menciptakan puisi bebas, tetapi masih banyak juga yang
bertahan dengan gaya lama kendati tidak lagi terikat pada persyaratan tertentu,
seperti penyair Mahmud Ali Taha (w.1949). Puisi-puisinya sangat halus,
romantis, tetapi sangat religius. Beberapa pengamat menganggapnya banyak
terpengaruh oleh romantisme Perancis abad ke- 19, terutama Lamartine. Mungkin
sudah terdapat jarak antara penyair ini dan penyair- penyair modern semi-klasik
sebelumnya, seperti Ahmad Syauqi atau Hafidz Ibrahim (1872-1932) yang
dipandang sebagai penyair-penyair besar.

Berikut adalah penyair Arab pada masa modern:


a) Karya Nizar Qabbani

‫ أحبك‬:‫سأقول• لك‬
‫حين تنتهي كل لغات العشق القديمة‬
‫ أو يفعلونه‬..‫فال يبقي للعشاق شيء يقولونه‬
‫عندئذ ستبدأ مهمتي‬
‫في تغيير حجارة هذا العالم‬
‫وفي• تغيير هندسته‬
‫شجرةً بعد شجرة‬

47
Amin Nasir,” Bahasa Arab Era Klasik dan Modern”, a Vol. 6 No. 1 Januari - Juni 2014, hal 41-42.
‫وكوكباً• بعد كوكب‬
‫وقصيدةً يعد قصيدة‬

Hendak kukatakan kepadamu: aku mencintaimu


kala seluruh bahasa asmara yang purba kini tiada
hingga tak ada sedikit pun yang tersisa dari ungkapan atau tindakan para pencinta
kala itu pula kewajibanku akan bermula
untuk mengubah bebatuan alam semesta
untuk mengubah arsitektur-arsitektur bangunannya
pohon demi pohon
bintang-gemintang
dan puisi demi puisi48

b) Karya Nazik Al-Malaikah49

‫أنا‬

‫اللي ُل يسا َ ُل من انا‬

‫ق االَسو ُد‬ ُ ‫انا َسرُّ هُ القَل‬


ُ ‫ق العمي‬

‫اناصمتُهُ المتمرِّ ُد‬

ُ ّ‫قن‬
‫عت كنهي بالسكون‬

48
Moh Husain, Puisi-Puisi Nizar Qabbani: Hendak Kukatakan Kepadamu: Aku Mencintaimu, diakses dari
https://sastraarab.com/2019/09/15/puisi-puisi-nizar-qabbani-hendak-kuatakan-kepadamu-aku-
mencintaimu/, pada tanggal 04 September 2021, Pukul 20.00
49
N. S. Rohmah, “Nazik al-Malaikah: Aku,” diakses dari sastraarab.com,.
https://sastraarab.com/2020/01/31/nazik-al-malaikah-aku/, pada tanggal 04 September 2021, Pukul 23.00
‫ْ‬
‫بالظنون‬ ‫ُ‬
‫ولففت قلبي‬

‫وبقيت ساهمةً هنا‬


‫ُ‬

‫ْ‬
‫القرون‬ ‫ارنو وتسالني‬

‫انا من اكون؟‬

‫وخيا وغاب‬

‫والريح تسأل من أنا‬

‫أنا روحها الحيران أنكربي• الزمان‬

‫أنا مثلها في ال مكان‬

‫تبقى نسير وال انتهاء‬

‫نبقى غمر وال بقاء‬

‫فإذا بلغنا المنحنى‬

‫خلناه خاتمة الشقاء‬

‫فإذا قضاء‬

‫والدهر يسأل من أنا‬

‫أنا مثله جبارة أطوي عصور‬

‫وأعود أمنځها التشوز‬

‫أنا أحلق الماضي البعيد‬

‫من فتنة األمل الرغيد‬

‫وأعود أدفئه أنا‬


‫ألصوغ• لي أمسًا جديد‬

‫عده جليد‬

‫والذات تسأل من أنا‬

‫أنا مثلها حيرى أحدق في ظالم‬

‫ال شيء يمنحني السالم‬

‫أبقى أسائل والجواب‬

‫سيظل يحجبه سراب‬

‫وأظل أحسبه دنا‬

‫فإذا وصلت إليه ذاب‬

Aku
“Malam bertanya siapakah aku
akulah yang melangkah dengan resah dalam kedalaman malam akulah
diam yang berontak
kusimpan rahasiaku dengan diam

kuselimuti hatiku dengan curiga


dan di sini, aku tersiksa sebagai tawanan denting masa bertanya dan
menatapku siapakah sebenarnya aku
angin pun bertanya siapakah aku
akulah jiwanya yang kebingungan dan diingkari waktu aku seperti dia,
tiada bertempat tinggal
kami terus melangkah tiada henti kami terus berjalan tiada bertepi
dan ketika kami sampai di tikungan jalan
kami mengira ini jalan penghabisan dari semua nestapa, ternyata ruang
angkasa waktu bertanya siapakah aku
aku seperti dia yang perkasa menggulung usia
dan kembali akan mengembalikan hari kebangkitan untuknya
kucipta masa lalu yang terbebas dari godaan harapan yang melenakan
lalu kubur ia kembali untuk menempahari-hari kemarin yang baru
dan hari-hari esok yang beku diri ini bertanya siapakah aku
aku seperti dia, bingung dan terkepung dalam kegelapan tak ada yang
dapat memberiku kedamaian
aku tetap menjadi pertanyaan dan jawaban
dan tetap akan tersembunyi dalam fatamorgana aku masih mengira ia
begitu dekat
ternyata ketika aku sampai kepadanya, aku meleleh memudar dan sirna”

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sya’ir adalah seni yang menggunakan bahasa sebagai media. Bahasa sendiri
terdiri dari rangkaian kata. Seriap kata pada hakekatnya adalah sebuah simbol yang penuh
dengan makna dan intensi tersembunyi. Sya’ir mengalami perubahan dan perkembangan
dari masa ke masa. Para penyair pun masih tetap eksis dalam mengembangkan sya’ir.
Sya’ir yang sekarang bisa kita nikmati saat ini telah mengalami perubahan dan perbaikan
serta perkembangan dari zaman pra-Islam hingga kini. Ketika mempelajari Sastra Arab
dan Sejarahnya seakan kita sedang diajak kembali pada masa itu, mengingat berbagai
macam kisah, konflik dan keindahan yang dituangkan dalam karya sastra berupa Sya’ir
menjadi semangat sendiri bagi para pejuang Sastra untuk mendalaminya.

B. Saran

Segala Puji bagi Allah atas Karunia dan Rahmatnya kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Harap kami adalah kebaikan selalu menyertai kita semua dan tentunya kita
semua bisa melek terhadap Sastra Arab dan sejarahnya. Harap makalah ini membantu
semua yang sedang mencari segala yang menyangkut tentang syair itu sendiri. Mohon
maaf makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu menerima segala macam kritik
dan saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Muzakki. 2011. Pengantar Teori Sastra Arab. Malang:UIN-Maliki Press.


Al-Iskandari, Ahmad dan Musthafa Inani. 1992. Al- Wasith fi Al-Adab Al-‘Arabi wa
Tarikhih. Kairo: Dar Al-Ma’arif.

‘Izzudin, Isma’il, al-Adab wa Fununuhu: Dirasah wa Naqd, Kairo: Dar al-Fikr, 1968,
Cetakan ke-4.

Buana, C. (2014). Simbol-simbol keagamaan dalam syair jahiliyah.

Choironi, M (2015). MEMBACA PUISI MU’ALLAQAH ZUHAER BIN ABISULMA


DALAM KERANGKA KEKINIAN, 3 (1), 80-84.

Dardiri A T, dkk, (2015). Bunga Rampai Dinamika Kajian Ilmu-Ilmu Adab dan Budaya.

Anda mungkin juga menyukai