Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puisi adalah karya seni. Ia adalah karya estetis yang bermakna, yang
mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna 1. Sesuatu yang
mempunyai makna, tentu mempunyai fungsi pula. Horace mengatakan bahwa
puisi itu indah dan berguna (dulce et utile). Indah dalam arti ia puitis, bisa
membuat pembaca terharu, sedih, semangat, atau bahagia. Berguna dalam arti ia
memberikan pencerahan.
Puisi adalah kelahiran yang sempurna dari hati, pikiran dan khayal.
Meskipun selalu tampak keanihan-keanihan dan penyimpangan (distorting) dari
bahasa yang lazim dipergunakan, namun dengan keanihan itulah, puisi dapat
membebaskan dirinya dari keakraban dan kungkungan, sehingga ia mampu
menunjukkan realitas yang sebenarnya. Kelahirnya membuat rongsokan baru,
suasana baru, penciptaan baru (creating) pencerahan, dan revolusi pikiran, batin
dan diri.2
Puisi diciptakan dengan berbagai unsur bahasa dan estetika yang saling
melengkapi, sehingga puisi terbentuk dari berbagai makna yang saling bertautan.
Dengan demikian, pada hakekatnya puisi merupakan gagasan yang dibentuk
dengan susunan, penegasan dan gambaran semua materi dan bagian-bagian yang
menjadi komponennya dan merupakan kesatuan yang indah. Puisi memancarkan
seribu aura, memunculkan cahaya, dan menebar kesejukan dari dunia lain, yang
pembacanya mampu menundukkan perasaannya untuk selalu bernostalgia dengan
kata-kata yang terbingkai dalamnya.
Puisi lebih dari pada karya tulis lain merupakan sebuah otentik yang
mencakup banyak nilai di antara yang pokok nilai estetik dan etis. Puisi itu milik
Nurani manusia maka siapapun berhak menulisnya. Tiada batas dan sekat bagi
orang-orang yang ingin menuliskan nya, tidak pernah pandang bulu, pandang
1
Pradopo (1995:3)
2
Halimi (2001 : 2)
suku dan pandang latar belakang, mereka berhak menuliskan, mengalirkan
rangkaian kata-kata dengan seluruh semangat jiwa, hati dan pikiran mereka.
Tukang becak, guru, siswa, buruh bahkan kyiai pun berhak mengungkapkan
deraian kata dengan tetesantetesan tint pada dalam lembaran-lembaran kertas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Syi’ir, Karakteristik dan Ragam Syi’ir, Tema-
tema Syi’ir, dan Unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam Syi’ir?
2. Siapa saja Penyair Arab dari masa ke masa beserta karyanya?
C. Tujuan
1. Memahami Pengertian Syi’ir, karakteristik dan ragam syi’ir, tema-tema
syi’ir, Unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam syi’ir.
2. Mengetahui Penyair Arab dari masa ke masa beserta karyanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Syi’ir
Puisi adalah jenis seni sastra, dan puisi dalam bahasa adalah ilmu. Secara
terminologi, tuturan berimbang sengaja bersajak Lahir Arab.3 dan penyelidik dari Para
penulis berkata: Puisi adalah pidato yang fasih, seimbang, berirama yang sering
mengungkapkan gambar sebuah imajinasi yang brilian.4 Ahmed Al-Shayeb, Muhammad
Katafi dan Izz Al-Din Ismail menjelaskan, dan membandingkan definisi puisi di Barat
dan Indonesia, bahwa puisi adalah ekspresi. Ide dan emosi penyair struktural dan
pengaturan pemusatan semua kekuatan linguistik, dari dalam.
Menurut etimologi kata syi’ir berasal dari bahasa Arab, yaitu sya’ara atau sya’ura,
yang artinya mengetahui dan merasakannya. Sedangkan secara terminologi, Ali Badri
mengatakan bahwa “syi’ir adalah suatu kalimat yang sengaja disusun dengan
menggunakan irama atau wazan Arab”.5 Dan menurut Ahmad Asy-Syayib, syi’ír atau
puisi Arab adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi
atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr) serta unsur
ekspresi rasa dan imajinasi yang harus dominan disbanding prosa.
Dalam kesusastraan Arab, syi’ír adalah satu bentuk puisi yang telah muncul sejak
zaman pra-Islam yang kemudian berkembang menjadi satu bentuk puisi yang popular
bagi orang Arab. Syi’ir Arab mempunyai persamaan irama pada ujung tiap-tiap baris.
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam syi’ir Arab ada lima macam yaitu ; kalimat /
bahasa syi’ir, irama / wazan syi’ir, sajak / qafiyah syi’ir, kesengajaan syi’ir, dan khayalan
atau Imajinasi. Syi’ir mencatat berbagai hal tentang tata karma, adat istiadat, agama dan
peribadatan serta keilmuan dan penampilannya itu dapat mempengaruhi perasaannya,
serta keberadaan syi’ir itu merupakan peninggalan dari peradaban yang erat pada
kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat. 6 Puisi lama atau syi’ir biasanya dibagi dan
3
Pengkhotbah bangsa-bangsa, fasilitator dalam ilmu prosodi, (Harena: Shaheed Al-Adeh Company, 1990
-), hlm., 8
4
Abu al-Lina, Masjid dalam Bahasa dan Media, (Beirut: Dar al-Mashriq, 1982 M), i. 18, hal 791
5
Ali Badri, Muhaadlaraatun Fi ‘Ilmai Al-Aruudl Wal-Qafiyah, (Cairo : Al-Jaami’ah AlAzhar, 1984), 4.
6
2 Ridwan Nur Kholis, Nilai – Nilai Karakter dalam Syi’ir Tanpa Waton ( Studi terhadap
teks Syi’ir Tanpa Waton ), Skripsi : 2013, 28.
dikategorikan berdasarkan bentuk dan isi dari syi’ir tersebut. Menurut bentuknya, puisi
Arab dibagi menjadi empat bagian yaitu ;
Puisi Tradisional
Puisi Mursal
Puisi Bebas (hurr).
Dalam literature Arab, puisi tradisional sering disebut dengan puisi klasik
(qadim), atau puisi lazim / multazim (biasa/konvensional atau terikat aturan lama). Puisi
tradisional ini terikat prosodi / matra gaya lama atau arud (wazan / bahr) dan qafiyah,
yang secara enjambement (susunan baris) umunya dalam qasidah (dua baris sejajar). 7
Dalam hal ini arud adalah ilmu yang membahas benar dan tidaknya bahr (wazan) dan
perubahannya (varian) yang dipakai dalam suatu syi’ir (puisi Arab konvensional).
Sedangkan bahr adalah prosodi atau ritme /matra gaya yang jumlahnya banyak. Yang
terkenal di antaranya adalah matra atau bahr basit, tawil, rajz, kamil, madid, khafif,
wafer, mutadarik, hazaj, mutaqarib, dan lain-lain.8
Qafiyah adalah kesesuaian akhir baris dalam setiap bait puisi. Para ahli
mendefisikan bahwa penggunaan puisi terbagi menjadi dua, yaitu ; menitik beratkan pada
stuktur luar (bentuk) dan ada juga yang menitikberatkan pada struktur dalam (isi). Namun
struktur luar puisi harus memperhatikan diksi (pemilihan kata) untuk dapat melahirkan
efek estetika bahasa dan makna.Sedangkan yang dimaksud dengan struktur dalam puisi
adalah pesan atau makna imajinatif, maka emosional (perasaan), dan makna
logisnya.Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab modern, puisi pada umumnya
menggunakan kata konotatif dan simbolik.
Diperlukan atau wajib terkait dengan sistem lama. Puisi ini berhubungan dengan
lebar dan berat Dan laut dan sajak. Puisi bebas, dari segi bentuk, adalah format baru yang
dilihat sekelompok penyair muda berakhir setelah mereka bosan dan bosan dengan sistem
tradisional. puisi arab. Sebaliknya, mereka mempraktikkannya setelah masing-masing
dari mereka membuat beberapa puisi di cara tradisional. 9 Sama seperti puisi Arab yang
7
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab : Klasik Dan Modern, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada : 2012), 12 - 13
8
Chatibul Umam, Al-Muyassar Fi ‘ilm al-Arud, (Jakarta, Hikmah Syahid : 1990), 4
9
Dr. Ibrahim Aqis, M.4, Musik Puisi, (Universitas Kairo: Dar Al Uloom, Dr. T), P. 321.
fasih sekarang mengalami pengalaman puisi modern, atau puisi bebas seperti yang
mereka sebut, kita juga melihat puisi vernakular hari ini mencoba masuk ke dalam
pengalaman ini, dan mungkin beberapa orang percaya bahwa puisi modern tidak
memiliki kesulitan yang mereka lihat lebih banyak. daripada apa yang diwakili oleh
kontrol dan janji yang menjadi dasarnya. Puisi Arab adalah apa yang mendorong dan
mendorong mereka untuk masuk ke dalam upaya ini, dan penyair, seperti yang diyakini
beberapa orang, hanya perlu mengumpulkan kata-kata yang berputar di benaknya, dan
mereka datang dan pergi.
Di pikirannya, dan menulisnya di atas kertas tanpa batasan atau batasan, seperti
yang kita lihat sekarang untuk penyair Nabati menyederhanakan dalam menulis puisi
mereka, dan menggunakan kata-kata sehari-hari derajat, atau kata kerinduan seperti
beberapa menyebutnya, dan benar-benar larut bahkan dari kontrol kata-kata, keamanan
menempatkannya di tempat yang benar, dan ketidakpedulian Dalam menulisnya sesuai
kesepakatan, melepaskan semua abstraksi dari posisi kata-kata ini dari sintaksis, kita juga
melihatnya dengan cara yang mereka yakini, dan di mana mereka merumuskan puisi
mereka, mereka masuk ke dalam pengalaman puisi modern. 10 Romantisme, romantisme,
atau romansa semuanya berasal dari kekaguman, keheranan, kebaruan, kecerdasan, dan
ketegangan. Ini membawa makna yang luar biasa, tidak biasa, dan tidak biasa. Semangat
romantis dibedakan oleh kesiapannya yang konstan untuk menangkap yang baru dan
terbang ke cakrawala dunia dan menyelam ke kedalaman terdalamnya.
Doktrin ini mendesak pentingnya kebebasan dalam karya dan puisi dan prosa di
mana imajinasi itu indah, baik dari kesenangan atau dari kesedihan. Ini muncul di
Perancis pada akhir abad kedelapan belas dalam interaksi dengan doktrin menggoreng,
yaitu, Lamrartire (1899 - 1790) dan Victor Hugo (1810-1857) dan lain-lain.11
Nizar Qabbani lahir pada tahun 1923, "di Minaret of Shahem" di Damaskus. Area
merah memiliki pohon lemon, dan di tengah halaman adalah air mancur. Nizar Qabbani
dibesarkan dalam suasana romantis yang indah ini.
10
Abdullah Zakaria Al-Ansari, puisi Arab antara bahasa sehari-hari dan klasik, hal.137.
11
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab, Klasik dan Modern, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2007), h.
159-160
Dia pertama kali mulai menulis puisi tradisional dan kemudian pindah ke puisi
vertikal,12 dan berkontribusi pada pengembangan puisi Arab modern untuk sebagian
besar, sehingga Nizar dianggap sebagai pendiri sekolah puisi dan pemikiran, empat
koleksi pertamanya berhubungan dengan romantis. puisi. Diwan "Puisi dari Nizar
Qabbani" yang diterbitkan pada tahun 1956 merupakan titik balik dalam puisi Nizar,
karena Diwan ini termasuk puisi "Roti, Hashish dan Qamar", yang mengkritik keras
ketidakaktifan masyarakat Arab dalam pekerjaan diplomatik. Qabbani juga dibedakan
oleh kritik politiknya yang kuat. Di antara puisi politiknya yang paling terkenal adalah
"Margins on the Setback Book" 1967, yang membahas kekalahan orang-orang Arab di
tangan Israel pada kemunduran bulan Juni. Di antara karyanya yang paling penting
adalah "Cintaku [1961] Melukis dengan Kata-kata" (1966) dan "Puisi Cinta Arab" 1993).
1. Syair Agama
Syair agama merupakan syair yang mengandung tema ajaran ilmu tasawuf
seperti yang telah diciptakan oleh Hamzah Fasuri pada abad ke enam belas.
2. Syair Romantis
3. Syair Sejarah
Syair ini banyak mengandung unsur-unsur cerita sejarah dan berisi tentang
peperangan.
4. Syair Kiasan
Syair kiasan adalah sejenis puisi yang mengandung kiasan bercorak simbolik
yang menggunakan perwatakan binatang yang bertujuan sebagai sindiran atau
kritikan dalam suatu peristiwa tertentu.
الشعر هو الكالم الفصيح الموزون المقفى المعبر غالبا عن صور الخيال البديع
Syair cerita/epic poetry/ syi`ru qishashi yaitu syair yang berupa kasidah panjang
yang menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah, kemudian disusun dalam cerita
kepahlawanan untuk dinyanyikan, contonya seperti Syahanamah al-firdaus, kisah orang
Persia yang terdiri dari 60 ribu bait.
Syair Lirik/lyric poetry/ syi`ru ghina’i yaitu syair yang secara langsung
mengungkapkan perasaan, baik perasaan sedih maupun harapan dan lebih tepat untuk
menggambarkan kepribadian seseorang. Jenis syair ini biasanya dipergunakan untuk
tujuan memuji, meratap, merayu, mengejek dan sebagainya. Syair al-i’tirāf karya Abu
Nuwas merupakan salah satu syair lirik/ syi`ru ghina’i yang mengungkapkan perasaan
kesedihan dan penyesalannya terhadap dosa-dosa yang telah dilakukannya selama hidup.
Syair Drama/dramatic poetry/ syi`ru tamtsili yaitu syair yang dibuat untuk
disaksikan di atas panggung, dan bersifat obyektif yang mengungkapkan perasaan, buah
14
Muzakki,20011:41
pikiran, dan imajinasinya sendiri. Syair ini menyerupai syair cerita yang masih
memerlukan peran aktor untuk mengungkapkan perasaan kepribadian yang berbeda-beda,
maka jenis syair ini menyerupai syair lirik. Keberadaan syair drama ini menggabungkan
dua syair yang ada, yaitu syair cerita dan syair lirik. Syair dalam bahasa Indonesia disebut
juga bentuk puisi yang tumbuh dalam masyarakat Indonesia (Melayu), syair dalam
kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Puisi salah satu genre
atau jenis sastra. secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima
membuat atau poesis pembuatan dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry.
Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang
telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran
suasana tertentu baik fisik maupun batiniah ( Aminuddin 2000:134). Salah satu bentuk
karya sastra yang kita kenal saat ini adalah puisi.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Sugono 2008:1112) puisi diartikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Luxemburg (1992:175) antara lain
menyebutkan puisi adalah teksteks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan
sebuah alur Puisi merupakan bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun
jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Bahasa sebagai medium, karya sastra
merupakan sistem semiotik dan ketandaan, yaitu system ketandaan yang mempunyai arti.
15
Winarni:2014
16
Waluyo,1987 :25
cara yang khusus dalam membawa maknanya. Menganilisis puisi ini bertujuan
memahami makna puisi, menangkap makna puisi atau memberi makna kepada teks pusi.
Akan tetapi, sebelumnya perlu dikemukakan apa yang dimaksud dengan makna puisi.
Makna karya sastra atau puisi itu bukanlah semata-mata arti bahasanya (arti
denotatifnya), melainkan arti bahasa, suasana, perasaan, intensitas arti, arti tambahan
(konotasi), daya liris, pengertian yang ditimbulkan oleh tanda-tanda kebahasaa atau
tanda-tanda lain yang ditimbulkan oleh konvensi sastra, misalnya sajak (rima, persamaan
bunyi), enjambement, baris sajak, homolog, tipografi, bahkan juga makna seni dan nilai
seninya17
1. Pujian (Madh)
Berisi pujian-pujian untuk seseorang ataupun sesuatu.
Contoh syi’ir madh dari al Nabighah kepada al Nu’man ibn al Mundzir:
2. Satire (Hija)
Berisi untuk mengobarkan api peperangan, kemarahan dan kebencian
Contoh Syi’ir hija dari Ubaid ibn al Abrash:
نحن األلى فاجمع جمو عك ثم وجههم• الينا
Kamilah yang terbaik, maka kumpulkanlah pasukanmu
17
Pradopo,1999:281
Lalu hadapi kami
3. Romansa (Gazal)
Biasanya dilakukan oleh penyair pria, tentang cara pandang mereka
terhadap perempuan. Contoh syi’ir Gazal dari ‘Antarah ibn Syaddad
untuk kekasih:
ْ
رمت الفؤاد مليحة عذراء
بسهام لحظ ما لهن دواء
Gadis cantik nan rupawan itu memanah hatiku
Dengan Panah matanya yang tidak ada obatnya
4. Kebanggaan (Fakhr)
Hampir sama dengan Madh. Hanya fakhr ini lebih untuk ke diri sendiri
Contoh Syi’ir fakhr dari Shafiyyah binti Tsa’labah:
Unsur sastra terbagi dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intristik adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual
akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. unsur ekstrinsik adalah unsur yang
berada di luar karya sastra18. Seperti:
1. Kesiapan Naluri
Orang Arab dahulu dikenal sebagai penyair karena terdapat rasa sastra yang
kuat dalam diri mereka, keinginan untuk hidup bebas, dan posisi mereka yang
selalu berpindah-pindah. memiliki ciri yang khas, yaitu kesiapan naluri atau
insting yang kuat di bidang seni. Terlebih orang Romawi yang selalu
berhadapan dengan perang, politik dan sebagainya 19
2. Iklim
Perbedaan iklim mampu mempengaruhi jiwa seseorang dan aturan-aturan yang
dibuat dalam masyarakat. Iklim juga mempengaruhi etika dan pandangan hidup
yang akhirnya berdampak kepada imajinasi masyarakatnya, yzng tertuang
dalam karya sastra. 20
3. Karakteristik Seseorang
Seseorang yang berperadaban maju akan cenderung menggunakan bahasa yang
umum, sederhana, dan mudah dipahami dibandingkan dengan seseorang yang
hidup di pedalaman atau tertinggal oleh kemajuan, ada kecenderungan untuk
mengekspresikan karya sastranya dengan bahasa yang terperinci, transparan
dan sulit dipahami.
4. Peradaban
Sebuah gagasan yang dituangkan dalam karya sastra dipengaruhi oleh
kemajuan peradaban. , Ciri khas pengungkapan kata atau bahasanya juga
berbeda. Permasalahan ini dapat kita temui dalam karya sastrawan Arab
sebelum mengalami kemajuan dengan karya sastrawan Arab yang sudah
menjalin dan berinteraksi dalam peradaban dan keadaan sosial yang sudah
18
Nurgiantoro,1998 hal 23
19
Siminto, Pengantar Memahami Sastra, 2009, hlm.40
20
Siminto, Pengantar Memahami Sastra, 2009, hlm.40
dan berinteraksi dalam peradaban dan keadaan sosial yang sudah maju.
5. Ilmu Pengetahuan
Kemajuan ilmu pengetahuan mempunyai pengaruh kuat terhadap kapasitas
intelektual dan kekuatan rasa sastra para sastrawan.21
Rasa adalah salah satu unsur sastra yang mampu membuka atau menyingkap
tabir-tabir kehidupan melalui syi`r. Ada dua istilah yang oleh para sastrawan seringkali
disamakan dengan rasa,yaitu feeling dan emosi. Feeling ialah sikap sang penyair terhadap
pokok permasalahan atau obyeknya Sedangkan emosi adalah keadaan batin yang kuat,
yang memperhatikan kegembiraan, kesedihan, keharuan, atau keberanian yang bersifat
subyekif.
دعوتك يا كليب فلم تجبني/Da’wutuka ya kullaib falam tujibni / Wahai kulaib aku
memanggilmu Mengapa engkau tidak menjawab
وكيف يجيبني البلد القفار/Wakaifa yūjibunī baladu qūffārū/ Bagaimana negeri yang
kering menjawabku
21
Siminto, Pengantar Memahami Sastra, 2009, hlm.42
22
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011: 75-89
23
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011: 76
24
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011: 76
أجبني يا كليب خالك ذم/`ajibni ya kulaib khalaka jimmī/ Wahai kulaib jawablah
selain kamu tercela
لقد فجعت بفر سها نزار/Laqod faja`at bifarisihi najarin/ Kabilah Nizar telah merasa pedih
karena penunggangnya.
Ungkapan syi`r Al-Nabighah merupakan ungkapan rasa duka cita yang dialami Al
Nabighah karena atas kepergian Kulaib, Kulaib merupakan seorang pahlawan yang
pantang mundur dalam menghadapi musuh untuk mempertahankan keharuman
kabilahnya, yaitu suku Nizar. Ketika Kulaib meninggal Nabighah dan seluruh penduduk
suku Nizar merasa sedih, karena mereka kehilangan seorang pahlawan yang gigih dan
pemberani, dan juga dikenal sebagai penunggang kuda yang lincah.
ومسح با أل ركان من هو مسح, ولما قضينا من منى كل حجة/ walammā qaḍāyna min
minna kulla hajatin,wamasaha bīl`ārkāni man huwā masiha/Terhadap semua cita kami
telah meraih segalanya dan si pendusta melenyapkannya atas nama kemuliaan.
Ungkapan dalam syi`r al-Mu`lawwith yaitu terhadap semua cita kami merupakan
kekuatan rasa dalam syi`r al-Mu`lawwith yaitu dengan berusaha meraih segalanya
dengan menegakkan kebenaran dan kedamaian di tengah kehidupan masyarakat namun si
pendusta datang dan menghancurkan harapan yang menjadi cita-cita al-Mu`lawwith
bersama masyarakat yang setia kepadanya.
العاطفة ثبت/ Tsabat al-`Aṭifah/ Kelanggenggan Rasa
Kelanggengan rasa merupakan memberikan rasa yang kuat pada diri seorang sastrawan
atau penyair selama ia berkarya. Hal ini dimaksudkan agar rasa tersebut tetap kuat dan
25
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011 :77
26
Ahmad al-Syaib. Muzakki, 2011: 77
tetap abadi, tidak berubah di makan zaman, dalam situasi apapun, dan sampai kapanpun.
27
Ungkapan syi`r Ibnur-Rumi yang memberikan rasa yang kuat dan tidak berubah
dimakan zaman merupakan kelanggengan rasa karena Ibnur-Rumi mengekspresikan syi`r
tersebut menyaksikan kebahagiaan pada saat dia melihat bagaimana seorang ayah
mendidik atau Universitas Sumatera Utara mengajarkan seorang anak yang sholeh
sehingga anak tersebut menjadi mulia, yang saat ini kita mengetahui Nabi Muhammad
Saw adalah seorang ayah yang mulia hingga akhir zaman.
العاطفة قوة/Quwah al-`Aṭifah/Kekuatan Rasa
Kemampuan sastrawan dalam mentrasformasikan kesan-kesan rasa yang beraneka ragam
rasa dalam jiwa pembaca,seperti rasa cinta, rasa semangat,rasa kagum,rasa simpati,rasa
bangga dan sebagainya. Misalnya, syi`r Hassan bin Tsabit saat ia meratapi kepergian
Nabi saw selamanya, syi`r nya berbunyi:
والطيبو, في جنة عيون الحسد صلى االله ومن يحف بعرشة,يا رب فا جمعنا معا و نبينا
على المبارك أحمد/Yā Rabbi fajima`ina ma`a wa nabīna, fī jannah `ayūna hasud ṣalullah
wa min yāhfi bi`arsah, waṭāyību `ala mubarak ahmad/Wahai Tuhan-ku kumpulkanlah
kami bersama bersama Nabi di dalam surga yang dapat memalingkan mata orang-orang
yang hasud.
Allah, dan orang yang mengelilingi arsy beserta segenap orang-orang yang baik
bersamasama menaburkan rahmat kepada orang yang diberkahi, yaitu Ahmad. Hassan
bin Tsabit dalam syi`r di atas memang merasakan kesedihan, karena ia ditinggal oleh
seseorang yang berprilaku dan berakhlaq mulia, seseorang yang menjadi uswatun
hasanah dalam meraih kesuksesan. Tetapi, di balik kesedihan yang di alaminya, Hassan
27
al-Amin, 2011: 72
sesungguhnya merasakan kebahagiaan yang tiada bandigannya. Karena dalam menata
kehidupannya, ia selalu dituntun oleh syari`atnya di mana ajaran-ajaran yang dibawanya
dapat menyelamatkan dan membahagiakan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Sebab itulah, Hassan memohon kepada Allah agar ia bisa berkumpul bersama Nabi saw
di dalam surga.
العاطفة سمو/ Sumuw al-`Aṭifah/ Tingkat Rasa
Maksud dari tingkat rasa itu adalah rasa keindahan dalam sebuah karya sastra,
seperti keindahan gaya bahasa.
Seperti syi`r Ibn al-Mu`iz berikut ini:
Gaya bahasa syi`r Ibn al-Mu`iz al-qubh yaitu kejelekan tetapi yang dimaksud
adalah sebaliknya al-jamil yaitu keindahan. Maksudnya, al-Muiz menggambarkan
kejelekan sebagai keindahan dengan harapan, agar seseorang meyakini dan melakukan
perbuatan sebaliknya.
2. الخيال/khayal / Imajinasi
Imajinasi dalam unsur-unsur intrinsik ialah kata atau susunan kata-kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, dan merasakan seperti apa yang dialami oleh
penyair.
Salah satu contoh syi`ir khayal:
لعينى كل يوم منك حظ ͵ تحير منه فى أمر عج••اب حم••ا ل••ة ذاالحس••ام على حس••ام ͵ وم••و ق••ع
ذاالسحاب على سحاب/li`āini kulla yāuminn mīnka ḥāẓzū, tāḥāyyarū mīnhū fīy `āmriin
`ujābiin ḥimalatū ẕalhūsami `ala ḥūsamiin, wamau qi`ū ẕassahabi `ala sahabiin/ Mataku
setiap hari berkesempatan memandangmu.
Dalam pada itu ada suatu pemandangan yang mengherankan, yaitu terbawanya
pedang ini di atas pedang, dan jatuhnya hujan ini di atas hujan 28. Salah satu syi`r yang
ditulis Amin merupakan imajinasi indrawi. indrawi ini dilakukan dengan memilih kata-
kata yang tidak nyata atau yang tidak langsung seperti mataku karena dalam setiap waktu
dia tidak pernah menyaksikan kepedihan hidup setelah dia melihat peperangan dengan
cepatnya pedang itu saling beradu dan banyaknya darah yang tumpah seperti jatuhnya
hujan dari langit. Imajinasi terbagi yaitu,
Khayal Ibtikari dalam syi`ir di atas merupakan sebuah karya sastra disusun secara
selektif seperti dalam kenyataan api itu tidak terdapat air, dan pada air tidak terdapat api.
Namun dalam unsur sebelumnya syi`ir di atas hal air terdapat pada api dan hal api
terdapat pada air. Khayal tersebut dimaksudkan untuk menggambarakan betapa kacaunya
penduduk Persia sebab merasa kehilangan hidup dengan padamnya api sesembahan dan
kacaunya istana Kisra pada saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sampai-sampai
kondisi kejiwaan mereka mengalami hal yang tak wajar karena ketakutan dan
keputusasaan.
28
Amin, 2009:93
ليف تأ خيل/ Khayal Ta`lifi/ Imajinasi asosiatif
Khayal ta’lifi atau imajinasi asosiatif merupakan perpaduan antara pikiran dan
gambaran yang serasi pada satu perasaan yang benar.
وبعد ما عاينوا في أفق من شهب منقضة وفق ما في األرض من صنم/wa ba`da ma aʻyuna fi
u`fki min ashbin. munqaḍati wafqu ma fi a`rdi min Ṣanamin/ Setelah mereka
menyaksikan bintang-bintang di ufuk berjatuhan Bersamaan di bumi ada kejadian-
kejadian berhala-berhala jatuh bergelimangan.
Khayal ta’lifi dalam syi`ir tersebut merupakan perpaduan pada peristiwa Maha
dahsyat di bumi yang dilihat dan dirasa oleh bangsa Persia (peristiwa padamnya api
sesembahan dan bintang-bintang yang melesat di angkasa/ peristiwa yang dilihat bangsa
Persia dan peristiwa penyebab mengapa api sesembahan yang telah lama tak pernah
padam / peristiwa yang dirasa oleh bangsa Persia, hanya dirasa oleh mereka sebab
mereka tak tahu penyebabnya apa, yang sebenarnya penyebab itu adalah kelahiran Nabi
Muhammad.
Khayal bayani tersebut merupakan mengekspresikan nuansa alam seperti laut, dan
awan yang berarak dilangit yang memberikan kedamaian sehingga membuat orang
yang memandangnya teringat akan seseorang yang dekat dengannya dan kemurahan
hatinya bagaikan laut yang selalu memberikan mutiara kepada siapa saja yang dekat
dengannya.
Gagasan disebut juga sebagai tema. Tema yang dimaksudkan di sini adalah
sebuah gagasan yang ingin di sampaikan penyair melalui syairnya. Berikut ini contoh
tema puisi. Tema Ketuhanan, puisi-puisi dengan tema KeTuhanan biasanya menunjukkan
“religious experience” atau pengalaman religi penyair.29 Betapa dalam rasa KeTuhanan
Amir Hamzah dalam sajak dibawah ini:
Doa
29
Yulianti, 2014 : 117
Bentuk adalah sarana, cara dan gaya dalam penyusunan dan pengaturan bagian-
bagian karangan, atau pola karya sastra yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk
mentransformasikan pikiran dan perasaannya kepada para pembaca.
Pada umumnya para ahli sastra membagi sastra arab menjadi beberapa periode.
Diantaranya Sastra klasik: dari masa jahiliyah hingga berakhirnya daulah umayyah.
Sastra pertengahan: di awali jatuhnya daulah umayah sampai berdirinya daulah abbasiyah
132 H/750 M hingga muncul sampai abad 19. Dan Sastra modern: dari abad ke 19 sampai
sekarang.30Sastra pada zaman jahiliah merupakan cerminan bangsa Arab pada masa itu.
Ini dikarenakan sastrawan arab pada masa itu membuat suatu karya tidak lepas dari suatu
kejadian yang mereka alami atau yang mereka lihat. Puisi Arab merupakan kebanggaan
orang Arab pada masa jahili. Tak heran jika bahkan ketika seorang penyair lahir dari
suatu kabilah, ia akan disambut meriah bahkan dirayakan. Penyair Arab pada masa jahili
berlomba-lomba menciptakan puisi yang bagus dan indah hingga mampu masuk kedalam
Muallaqat as Sab’ah sebuah wadah di mana puisi terbaik yang masuk kedalam
Muallaqaat as sab’ah yang akan ditulis dengan tinta emas di atas kain mewah kemudian
digantungkan di dinding ka’bah. Hal demikian yang membuat puisi pada masa jahili
sangat diapresiasi dan tidak main-main persaingannya para penyair dalam menciptakan
karya. Tak hanya pada masa jahili, puisi Arab juga terus menerus mengalami perubahan
dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari masa ke masa. Tentunya di setiap
masa memiliki penyair yang tidak kalah hebatnya dalam membuat karya, oleh karenanya
di bawah ini akan diterangkan penyair Arab dari masa ke masa beserta contoh puisi yang
dibuatnya.
Pada masa ini, sya’ir sangat penting bagi tiap-tiap kabilah. Merupakan kebanggan
tersendiri menjadi penyair dan seperti sudah keharusan bagi kerajaan memiliki penyair
kerajaan. Secara umum sastra Arab pada masa jahiliah bertujuan untuk: 1) kehidupan
suku badui, 2) menerangkan keadaan masa lampau. “Karya sastra pada masa ini memiliki
empat ciri khusus. 1) Penggunaan kata-kata lebih ditekankan pada makna asalnya. 2)
Kosakata yang digunakan banyak memiliki sinonim. 3) Penggunaan kata serapan di luar
bahasa arab sangat kurang. 4) Gaya bahasa dan kalimat yang diucapkan singkat padat dan
tidak dibuat-buat31. Bahasa dan kandungan dalam sya’ir jahiliyah sangat sederhana, jujur,
lugas dan juga sederhana. Tentu nilai sastra dalam sya’ir jahiliyah tetaplah tinggi,
menimbang emosi yang tetap terasa dan seakan mengenai sasaran siapapun yang
membacanya. Namun demikian, beberapa sya’ir jahiliyah sulit dipahami karena sangat
imajiner dan simbolis. Dari sudut gaya, sya’ir jahiliyah sangat mementingkan irama,
30
Tsaqofah & Tarikh Vol. 1 No. 1, Januari-Juni 2016, SOSIOLOGI DALAM SASTRA ARAB JAHILIAH
(Pendekatan Sosiologis dalam Karya Puisi An-Nabighoh Adz-Dzubyani), hal 109
31
Jhon, Esposito, 2001. Ensiklopedi dunia islammederen jilid 2, Bandung: Mizan
ritme, musik atau lagu, serta sajak (dikenal dengan nama qafiyah). Tetapi semua ini
dilakukan secara wajar, bukan dengan memaksakan mencari kata-kata hanya untuk
kepentingan ritme dan sajak.32
Sastra puisi Arab yang terkenal pada zaman jahiliah adalah puisi-puisi al-
Mu’allaqat. Dinamakan al-Mu’allaqat, karena puisi-puisi tersebut digantungkan pada
dinding kakbah.33
Para penyair zaman jahiliyah sangatlah banyak, diantaranya adalah Amru al-Qais,
Nabighah Adz-Dzibyani, dan Zuhair bin Abi Sulma.
Zuhair bin Abi Sulma Rabi’ah bin Rayyah al-Muzani merupakan tokoh ketiga
yang termasuk pionir tingkat pertama penyair jahiliyah setelah Umru al-Qais dan
Nabighah34. Ayahnya yang bernama Rabi’ah berasal dari kabilah Muzainah. Banyak yang
mengira bahwa ia lahir di Gatafan bersama kabilah Bani Abdullah Gatafaniyah tapi tidak
demikian ia berasal dari Muzainah dan tumbuh di Gatafan.
Zuhair menikah dua kali, pertama dengan Ummu, yang disebutnya dalam
mu‟allaqat-nya. Kehidupan rumah tangganya bersama Ummu Aufa diakhiri dengan
perceraian setelah Ummu Aufa melahirkan anaknya dan kemudian meninggal semuanya.
Kedua dengan Kabsyah binti Amr al- al-Gatafaniyyah. Dari Kabsyah inilah ia
memperoleh keturunan yang kelak masuk Islam dan berprofesi sebagai penyair, Ka‘ab
34
Menurut Abu ‗Ubaidah ada 3 tingkatan penyair jahiliyah berdasarkan kemasyhurannya ; Tingkat
Pertama adalah Umru al-Qais, Zuhair, dan Nâbiĝah. Tingkatan kedua ditempati oleh al-A‘Syâ, Lubaid, dan
Ţurfah, dan pada tingkat ketiga ada ‗Antarah, ‗Urwah bin al-Ward, Duraid bin Śimmah, dan Marqasy al-
Akbar.
dan Bujair. Akan tetapi anaknya yang lain bernama Salim meninggal dunia sehingga
banyak menginspirasinya dalam puisi-puisi ratapannya.35
Pada masa Amru al-Qais terdapat peperangan antara kabilah Bani Asad dan
Bani Gathfan. Pada masa Zuhair terdapat peristiwa perang antar suku, ‘Abs dan Zubyan,
yang terkenal dengan perang Dahis dan Gabra’ yang berlangsung hampir 40 tahun. Dari
peristiwa itulah ia terinspirasi untuk membuat puisi dan ia pun turut mengupayakan
perdamaian, sehingga menganjurkan kepada pemuka bangsa Arab mengumpulkan dana
untuk membayar tebusan yang dituntut oleh salah satu suku yang berperang berupa tiga
ribu unta. Puisi Mu’allaqat Zuhair bin Abi Sulma mencatat banyak peristiwa yang terjadi
dalam kehidupannya. Mulai dari kisah kehidupan berkeluarganya hingga peristiwa
perang. Berikut kutipan syair dari Zuhair:38
35
Merry Choironi, “Membaca Puisi Mu’allaqah Zuhaer bin Abi Sulma dalam Kerangka Kekinian”, Alfaz
Vol.3 No.1 Januari-Juni 2015, hal.80.
36
Abî Abdillah al-Husain bin Ahmad al-Zawuznî, Syarh al-Mu’allaqat aas-sab’i, Beirut: Dar al-Ma‘rifah,
2004, h.107
37
Merry Choironi, “Membaca Puisi Mu’allaqah Zuhaer bin Abi Sulma dalam Kerangka Kekinian”, Alfaz
Vol.3 No.1 Januari-Juni 2015, hal.81.
38
Merry Choironi, “Membaca Puisi Mu’allaqah Zuhaer bin Abi Sulma dalam Kerangka Kekinian”, Alfaz
Vol.3 No.1 Januari-Juni 2015, hal.83-84.
يُنَ ِّج ُمهَا َم ْن ليس فيها بِ ُمجْ ِر ِم
ك يَ ْسَأ ِم
َ ثمانِ ْينَ َحوْ اًل اَل اَبَا ل
Luka ditebus dengan ratusan unta sehingga mampu menjadi bintang bagi
mereka yang tidak berdosa.
Kaum yang menjadi bintang karena tebusan bagi kaum yang bertikai,
hingga tiada lagi pertumpahan darah (aliran darah dari pisau-pisau pemotong onta)
Aku bosan dengan beban hidup. Barang siapa yang hidup selama 80
tahun pasti merasa bosan
Aku tahu apa yang ada di hari ini dan hari kemarin, tetapi aku buta
dengan apa yang terjadi besok
Nabi sangat peka dengan keadaan bangsa Arab yang puisinya cenderung pada
permusuhan dan kekerasan. Karena itu, dalam beberapa kasus Nabi melarang puisi.
Namun jika puisi mempromosikan kearifan dan kebajikan, Nabi memujinya. Puisi
merupakan dīwān al-Arab, sumber kemulyaan dan kemegahan mereka. Kemudian
datang al-Qur’an yang mengajak pada tauḥīd dan berpegang pada keutamaan.
Kejadian ini sangat mengejutkan mereka, maka merekapun mulai memperhatikan,
merasakan dan meneliti kata-kata, gaya bahasa dan artiarti al-Qur’an. Sehingga
diantara mereka ada yang mencari- cari cara untuk melukainya dan ada yang percaya
dan mencari petunjuk-petunjuknya, kemudian orang-orang sesat menentangnya.39
Dan dia berkata:"setiap kawan – yang aku harap bisa menolong tidak
menyibukkanmu sesungguhnya aku sibuk mengingatmu
Aku katakan biarkanlah aku bebas tidak menjadi beban kalian segala
yang telah ditakdirkan yang Maha pengasih akan terjadi41
41
Taufiq A Dardiri dkk, “BUNGA RAMPAI, DINAMIKA KAJIAN ILMU-ILMU ADAB DAN BUDAYA”, Pesan-pesan
qasidah “Banat Su’ad” Karya Ka’ab bin Zuhair, Februari 2015, hal. 88
tidak akan bersedeqah dan Shalat!
menghadang.
biIa mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang".
Berikut biografi singkat tentang penyair pada masa bani Umayyah beserta
karya syairnya:
a) Al- Akhtal
Al-Akhtal bernama lengkap Abu Malik Ghiyas bin Ghaus al-Taghliby al-
Nasrani (beragama kristen), lahir di Utara Siria. Kepiawaiannya dalam bersyair sUdah
tampak sejak kecil dan kerika sudah besar ia disebut-sebut sebagai penyair yang selalu
menang dalam perang tanding puisi ejekan (hija’ atau satire).
عند التفارط إيراد وال صدر# أما كليب بن يربوع فليس لهم
وهم بغيب وفي عمياء ما شعروا# مخلفون ويقضي الناس أمرهم
Jarir bernama lengkap Jarir bin Atiyyah bin Khathfy. Lahir di Yamamah di
tengah-tengah lingkungan para penyair pada masa pemerintahan Usman bin Affan.
Berasal dari keluarga yang miskin dalam lingkungan masyarakat Badui. Ketika kecil
dia sudah mampu mengalahkan penyair kaumnya yang menghina keluarganya.
Puisinya mengalir ringan dan mudah diresapi juga dipahami oleh masyarakat awam
pada umumnya.
Bila anda bertemu budak belian dan sahayanya, anda akan bertanya;
manakah yang budak belian,
Orang yang memimpin para budak adalah yang paling hina di alam
semesta, bagaimanapun, tuannya, walaupun mereka membenci menyebutnya, mereka
juga adalah budak (yang diperintah).
c) Al-Farazdaq
akarnya,
Engkau meminta pada bintang dan yang di atasnya dengan tali dan garis
harga diri yang nista sangat cocok bagi orang yang mencari kehinaan.
Selama periode ini perkembangan bahasa dan sastra Arab tetap mendapat
perhatian. Lapangan kehidupan di masa pemerintahan Abbasiah, lebih makmur
dan maju, ilmu pengetahuan Islam banyak digali di zaman ini. Maka kerajaan
Bani Abbasiah besar sekali jasanya untuk kemajuan peradaban dunia Islam.
Berkat kemajuan yang diperoleh tersebut, rakyatnya dapat bergembira dengan
hasil cocok tanam mereka dan kemegahan kota Baghdad sebagai ibu kota
kerajaannya. Sampai saat ini terkenal sebagai salah satu tempat kejayaan
kebudayaan Islam. Ibukota kerajaan itu menjadi tempat tujuan penyair. Para
penyair tersebut saling berlomba untuk mendapatkan kesenangan dari raja
dengan jalan menjadi dan mengagungkannya. Kebolehan seperti itu akan
mendapat pujian pula dari rakyat.44
Abu Nawas selama hidupnya belajar berbagai ilmu, seperti ilmu hadits,
Sastra Arab, dan Al-Qur’an dari berbagai tokoh terpelajar lainnya. Ia juga pandai
dalam membuat sajak-sajak yang sarat akan nilai spiritual serta keadilan dan
kemanusiaan. Dahulu gaya bahasa Abu Nawas sangatlah kasar, kemudian ia
bertemu dengan Walibah bin Habab al-Asadi di mana hal ini menjadikan gaya
bahasa Abu Nawas lebih halus. Selanjutnya ia pergi ke Kufah dan hidup bersama
orang-orang Arab Badui yang bertujuan untuk memperhalus serta memperdalam
bahasa Arab. Berikut syair yang terkenal dengan sebutan al-I’tirof doa Abu
Nawas:
فَهَبْ لِي تَوْ بَةً يَا َذا ْال َجاَل ِل# ال
ِ ُذنُوْ بِى ِم ْث ُل اَ ْعدَا ِد ال ِّر َم
Dosa-dosa hamba bagaikan tumpukan pasir.
Terimalah tobat hamba, wahai yang Maha Mulia.
الى ْ َ َو َذ ْنبِي زَ اِئ ٌد َك ْيف# َو ُع ْم ِرى نَاقِصٌ فِي ُك ِّل يَوْ ٍم
ِ اختِ َم
Sementara umur hamba kian hari kian berkurang.
Dan dosa hamba kian bertambah, bagaimana mungkin hamba mampu
memikulnya.
ِ ْالذنُو
َب َوقَ ْد َدعَاك َ صي َأتَا
ُّ ِ ُمقِ ًّرا ب# ك ِ ِإلَ ِهى َع ْب ُدكَ ال َعا
Wahai tuhanku, hamba-Mu yang penuh dengan dosa ini, kini
menghadap-Mu memohon ampunan.
45
Noersinta Pawestri, Syair Doa Abu Nawas - Al I'tiraf, Lengkap dengan Terjemahannya, diakses dari
https://jogja.tribunnews.com/2020/11/26/syair-doa-abu-nawas-al-itiraf-lengkap-dengan-terjemahannya?
page=3, pada tanggal 04 September 2021, Pukul 19.00.
untuk mencipta jauh berkurang dari masa sebelumnya . Bait-bait syair pada masa itu
hanya ditujukan untuk mendekatkan diri pada khaliq dan bahkan sampai ada yang
menjadian al- Quran hanya sebagai obat dan jimat, sehingga makna yang terkandung
dalam al-Quran menjadi tabu dan tidak berkembang.46
السحر
ِ صوْ تًا هَاتِفًا فی ُ
َ سمعت
نادی من الغيب غفاة البشر
هبوا امألوا كأس المنى
كأس العمر كفُ القَدر
َ قبل أن تمأل
6) Periode Modern
Pada akhir abad XVIII ketika bangsa Arab di bawah pemerintahan Daulat
Utsmaniyah keadaannya sangat lemah. Bangsa Eropa setelah melihat keadaan ini,
kembali mengulangi ekspansinya ke Timur Tengah. Mereka datang tidak dengan
kekerasan tetapi kedatangan ini dengan dalih untuk menyebarkan ilmu
pengetahuan dan memperluas roda perdagangan. Pemerintahan berikutnya yang
jatuh kepada Muhammad Ali (yang semula diangkat oleh Sultan Usmani menjadi
Gubernur Mesir) berusaha untuk menerima kebudayaan Barat dan hasil ilmu
pengetahuan Barat, Ali tidak lagi mementingkan pemerintah dan pembangunan,
maka perkembangan di bidang sastra berkurang. Dua abad kemudian barulah
46
Amin Nasir,” Bahasa Arab Era Klasik dan Modern”, a Vol. 6 No. 1 Januari - Juni 2014, hal 22.
muncul lagi karya sastra Arab yang baru, dan para penyair menyesuaikan diri
dengan keadaan zaman modern, mereka mulai melepaskan diri dari ciri khas
klasik, namun keterikatannya masih ada. Keistimewaan syair modren ini lebih
mementingkan isi dari pada sampiran, bahasanya mudah dan sesuai dengan
keadaan.47
Pada masa ini munculah Penulisan prosa berupa cerita-cerita pendek
modern dalam bahasa Arab, demikian juga novel dan drama, yang baru dimulai
pada akhir abad lalu. Belakangan ini bentuk puisi juga mengalami perubahan
yang cukup besar. Puisi-puisi Arab modern sudah banyak yang tidak terikat lagi
pada gaya lama yang dikenal dengan ‘Ilm al-’Arūd. Meskipun sebagian penyair
dewasa ini senang juga menciptakan puisi bebas, tetapi masih banyak juga yang
bertahan dengan gaya lama kendati tidak lagi terikat pada persyaratan tertentu,
seperti penyair Mahmud Ali Taha (w.1949). Puisi-puisinya sangat halus,
romantis, tetapi sangat religius. Beberapa pengamat menganggapnya banyak
terpengaruh oleh romantisme Perancis abad ke- 19, terutama Lamartine. Mungkin
sudah terdapat jarak antara penyair ini dan penyair- penyair modern semi-klasik
sebelumnya, seperti Ahmad Syauqi atau Hafidz Ibrahim (1872-1932) yang
dipandang sebagai penyair-penyair besar.
أحبك:سأقول• لك
حين تنتهي كل لغات العشق القديمة
أو يفعلونه..فال يبقي للعشاق شيء يقولونه
عندئذ ستبدأ مهمتي
في تغيير حجارة هذا العالم
وفي• تغيير هندسته
شجرةً بعد شجرة
47
Amin Nasir,” Bahasa Arab Era Klasik dan Modern”, a Vol. 6 No. 1 Januari - Juni 2014, hal 41-42.
وكوكباً• بعد كوكب
وقصيدةً يعد قصيدة
أنا
ُ ّقن
عت كنهي بالسكون
48
Moh Husain, Puisi-Puisi Nizar Qabbani: Hendak Kukatakan Kepadamu: Aku Mencintaimu, diakses dari
https://sastraarab.com/2019/09/15/puisi-puisi-nizar-qabbani-hendak-kuatakan-kepadamu-aku-
mencintaimu/, pada tanggal 04 September 2021, Pukul 20.00
49
N. S. Rohmah, “Nazik al-Malaikah: Aku,” diakses dari sastraarab.com,.
https://sastraarab.com/2020/01/31/nazik-al-malaikah-aku/, pada tanggal 04 September 2021, Pukul 23.00
ْ
بالظنون ُ
ولففت قلبي
ْ
القرون ارنو وتسالني
انا من اكون؟
وخيا وغاب
فإذا قضاء
عده جليد
Aku
“Malam bertanya siapakah aku
akulah yang melangkah dengan resah dalam kedalaman malam akulah
diam yang berontak
kusimpan rahasiaku dengan diam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sya’ir adalah seni yang menggunakan bahasa sebagai media. Bahasa sendiri
terdiri dari rangkaian kata. Seriap kata pada hakekatnya adalah sebuah simbol yang penuh
dengan makna dan intensi tersembunyi. Sya’ir mengalami perubahan dan perkembangan
dari masa ke masa. Para penyair pun masih tetap eksis dalam mengembangkan sya’ir.
Sya’ir yang sekarang bisa kita nikmati saat ini telah mengalami perubahan dan perbaikan
serta perkembangan dari zaman pra-Islam hingga kini. Ketika mempelajari Sastra Arab
dan Sejarahnya seakan kita sedang diajak kembali pada masa itu, mengingat berbagai
macam kisah, konflik dan keindahan yang dituangkan dalam karya sastra berupa Sya’ir
menjadi semangat sendiri bagi para pejuang Sastra untuk mendalaminya.
B. Saran
Segala Puji bagi Allah atas Karunia dan Rahmatnya kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Harap kami adalah kebaikan selalu menyertai kita semua dan tentunya kita
semua bisa melek terhadap Sastra Arab dan sejarahnya. Harap makalah ini membantu
semua yang sedang mencari segala yang menyangkut tentang syair itu sendiri. Mohon
maaf makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu menerima segala macam kritik
dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
‘Izzudin, Isma’il, al-Adab wa Fununuhu: Dirasah wa Naqd, Kairo: Dar al-Fikr, 1968,
Cetakan ke-4.
Dardiri A T, dkk, (2015). Bunga Rampai Dinamika Kajian Ilmu-Ilmu Adab dan Budaya.