Disusun oleh :
KELAS PBA-2C
2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sastra merupakan hal yang sangat digemari oleh orang Arab Jahiliyyah, dan
sastra merupakan budaya masyarakat badui. Menurut pandangan bangsa Arab puisi
atau syair merupakan puncak keindahan dalam sastra, sebab syair itu adalah suatu
bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal.
Karena itu, bangsa Arab lebih menyukai syair dibandingkan dengan hasil sastra
lainnya.
Apabila dibandingkan antara karangan-karangan ataupun kuliah dan khutbah,
maka yang dapat berpengaruh lebih dahulu dihati seseorang adalah gubahan syair.
Karena gubahan syair itu dapat langsung dirasakann dalam hati walaupun tidak
dipikirkan terlebih dahulu. Disini dapat kita ketahui dengan jelas bahwa bangsa Arab
lebih menyukai syair daripada bentuk prosa lainnya. Walaupun pada masa jahiliyyah
banyak sastrawan Arab, tetapi islam pada zaman ini memberikan pengaruh yang
mendalam terhadap perkembangan sastra. Al-Quran merupakan firman Allah swt.
Yang dalam ilmu sastra tidak ada yang menandinginya, dan ini sudah diakui oleh
sastrawan Arab pada masa itu. Kehidupan masyarakat Jahiliyyah dengan karya-karya
sastra yang sangat besar. Dan ini merupakan prestasi bangsa Arab Jaahiliyyah dalam
dunia sastra.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian syair?
2. Bagaimana lahirnya syair?
3. Siapa saja tokoh-tokoh syair Arab dan karyanya?
C. TUJUAN MASALAH
1. Memahami pengertian syair.
2. Mengetahui perjalanan lahirnya syair.
3. Mengetahui tokoh-tokoh syair Arab dan karyanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SYAIR
Kita seringkali mendengar istilah tersebut dalam buku-buku sejarah
kebudayaan bangsa Arab terutama pra Islam. Secara etimologis, istilah tersebut
diambil dari asal kata bahasa Arab يشعر – شعرا – شعورا- شعرyang berarti mengetahui,
merasakan, sadar, mengomposisi, atau mengubah sebuah syair. Sedangkan menurut
Jurji Zaidah, syair berarti nyanyian (Al-Ghina’), lantunan (Insyadz), atau melagukan
(Tartil). Asal kata ini telah hilang dari bahasa Arab, namun masih ada dalam bahasa
lain seperti syuur dalam bahasa Ibrani yang berarti suara, nyanyian, melantunkan lagu.
Dari sumber kata syair adalah ( شيرsyir) yang berarti kasidah atau nyanyian-nyanyian
yang terdapat dalam kitab taurat juga menggunakan nama ini.1
Bagi orang Arab, kata syair memiliki arti tersendiri sesuai dengan
pengetahauan, kemampuan, dan kebiasaan mereka. Dalam pandangan mereka, syi’ir
berarti pengetahuan, kemampuan, dan kebiasaan mereka. Karena syi’ir mempunyai
arti kepandaian dan pengetahuan, maka pelakunya dikenal dengan al-Fathin (cerdik,
pandai). Pendapat ini ada kemiripan dengan pengertian poet dalam bahasa Yunani
yang artinya membua atau mencipta. Poet berarti pencipta melalui imajinasinya, atau
orang yang berpengliatan tajam, atau orang suci, sekaligus filosofis, negarawan, guru,
dan menebak kebenaran yang metafisik.
Secara terminolog, dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa syair adalah
ucapan atau susunan kata yang fasih yang terkait dengan rima (pengulangan bunyi)
dan matra (unsur irama yang berpola tetap) dan biasanya mengungkapkan imajinasi
yang indah dan berkesan memikat. Dalam bahasa Melayu/Indonesia, satu koplet syair
biasanya terdiri dari empat baris yang berakhiran sama yaitu a,a,a,a. Sementara Ibnu
Rasyiq lebih mempertegas adanya unsur kesengajaan, sebagaimana ia berkata:
“Sesungguhnya syiir terdiri dari empat hal, yaitu lafaz, wazan, makna, dan qafiah. Ini
batasan syiir, karena ada sebuah ungkapan yang berirama dan berqafiah tetapi tidak
dapat dikatakan syiir, karena tidak dibuat-buat dan tidak dimaksud syiir seperti Al-
Quran dan Hadits Nabi.”2 Jadi puisi adalah untaian kata-kata berirama yang terikat
pada wazan, bahr, dan qafiah tertentu. Pada masa ini, puisi harus mempunyai
pemilihan kata atau diksi dan imajinasi yang kuat supaya terciptanya suatu karya puisi
yang abadi, mempunyai bentuk ungkapan yang mengesankan dan mendalam bagi
mereka. Disamping itu puisi harus mencerminkan keadaan masyarakat pada waktu itu
supaya ada nilai yang melekat dihati mereka dan menjadi puisi yang populer dan
dikenang sepanjang masa.
Jenis-jenis syair pada masa Jahiliyah3 :
1 Ahmad Muzakki, Kesusastraan Arab; Pengantar Teori dan Terapan, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2006), hal. 41
2 Wargadinata, Wildana dan Fitriani, Laily, Sastra Arab dan Lintas Budaya, (Malang:UIN Malang Press, 2008),
hal. 25
3 http://ukonpurkonudin.blogspot.co.id/2010/12/puisi-syair-jahiliah-sebagai.html
1. Al-Madh puisi pujian. Puisi jenis ini biasanya digunakan untuk memuji
seseorang dengan segala sifat dan kebesaran yang dimilikinya seperti
kedermawanan, keberanian maupun tingginya kepribadian akhlak seseorang
yang dipujinya.
2. Al-Hija’ puisi cercaan puisi ini digunakan untuk mengejek atau mencaci
seorang musuh dengam menyebutkan keburukan musuh, baik itu untuk
mengejek individu musuhnya maupun kabilahnya.
3. Al-Fakhr puisi membangga. Puisi jenis ini biasanya digunakan untuk
berbangga-bangga dengan segala jenis kelebihan dan keunggulan yang
dimiliki oleh suatu kaum. Pada umumnya puisi ini digunakan untuk
kemenangan dan kemenangan seseorang atau kabilah dalam peperangan.
4. Al-Hamaasah puisi semangat yakni puisi ini digunakan untuk
membangkitkan semangat dan membakar emosi pasukannya ketika ada
suatu peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu motivasi dalam
hidup untuk berjuang.
5. Al-Ghozal tasybih adalah jenis puisi yang didalamnya ber isi tentang
ungkapan cinta bagi sang kekasih biasanya menyebutkan tentang wanita
dan kecantikannya bahkan tempat tinggalnya ataupun segala sesuatu yang
berhubungan dengan kisah percintaan mereka.
6. Al-I’tidzar puisi permohonan maaf. Puisi seperti ini biasanya digunakan
untuk mengajukan udzur dan alasan dalam suatu perkara dengan jalan
mohon maaf dan mengakui kesalahan yang telah ia perbuat.
7. Ar-Ritsa’ puisi belasungkawa, puisi ini digunakan untuk mengingat jasa
seseorang yang sudah meninggal dunia.
8. Al-Washf merupakan sebuah jenis puisi yang bisanya digunakan untuk
menggambarkan suatu kejadian dengan penggambaran alam. Biasanya puisi
seperti ini memberikan suatu gambaran ataupun penjelasan perhadap
sesuatu dengan sangat simbolistik dan ekspresionistik seperti
menggambarkan jalannya perang, keindahan alam dll.
B. LAHIRNYA SYAIR
Keadaan bangsa Arab pada masa sebelum Islam datang dikenal suka
berperang, berfoya-foya dan menyembah berhala akan tetapi mereka dikenal cukup
luas karena keahliannnya dalam bidang sastra. Mereka sangat terkenal karena bahasa
dan syairnya. Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sejarah panjang sesuai
dengan kekayaan yang didapat sampai saat ini. Bahasa Arab yang sekarang kita tahu
adalah kerabat dekat dengan bahasa semitik, misalnya aqqad/babylonia, aram,
nabatea, ibrabi, feonisia, dan dialek kanaan lainnya. Dari sebagian banyak bahasa
semitik pada waktu itu hanya bahasa Arablah yang masih bertahan sampai sekarang.
Sastra merupakan gambaran kehidupan yang ditulis oleh seseorang (katib)
seorang penyair dalam suatu kejadian dengan bentu kalimat, baik itu berupa motivasi,
pujian untuk diri sendiri, pujian untuk orang lain gambaran tentang masyarakat yang
ia jumpai, keindahan-keindahan alam, dan problematika kehidupan. Hingga pada
akhirnya karya-karya itu menjadi sebuah novel, qosidah, puisi, lagu, drama, dan
sebagainya.4
Syair pada waktu itu adalah bagian dari kehidupan orang-orang Arab pra
Islam. Apa yang menjadi aktifitas orang-orang pra Islam pada waktu itu menjadi
sebuah manifestasi yang begitu banyak yang diabadikan didalam puisi. Oleh
karenanya, tema-tema yang ada pada waktu itu berkisar hanya pada kegiatan sehari-
hari mereka, terutama yang paling banyak menjadi tema adalah tentang kesukuan.
Syair pada waktu itu bisa menjadi sebuah senjata yang bisa membuat hasrat manusia
berdebar, tersanjung, dan memuji sehingga orang yang mendengarkannya merasa
terbuai.5
Bahkan fanatisme orang-orang Arab yang masih akut sekali kesukuannya
menjadi hal paling penting dalam bentuk suatu syair pada waktu itu. Semangat
kepahlawanan ditunjukkan didalam puisi bukan bukan tak lain untuk menyemangati
orang-orang yang akan ikut berperang. Tema dari syair-syair orang Arab pra Islam
menurut Ismail Al-Faruqi terjadi karena disebabkan oleh adanya dua keadaan yang
sangat beragam, yakni hedonisme dan romantisisme. Hedonisme artinya, bahwa
mereka hanya mengejar kehidupan yang bersifat nisbi, mereka tidak terlalu percaya
akan adanya hari pembalasan dan menikmati kehidupan, mengejar kehidupan adalah
tujuan mereka. Sementara romantisisme mungkin lebih pada bagaimana mereka
mengagungkan seseorang prihal keadaan perang yang terus menerus atau
kepahlawanan dalam suku mereka. Inilah mungkin yang menjadi asbabun nuzul dari
salah satu ayat dalam Al-Quran tentang penyair dan ihwalnya.6
Puisi (syair) dalam masa Jahiliyyah mempunyai kedudukan sangat tinggi
dalam peradaban mereka, tidak hanya pada masa Jahiliyyah tetapi pada masa Islam,
pada masa khaifah dan daulah Islamiyah sampai sekarang puisi mempunyai tempat
Artinya: “sesungguhnya engkau adalah matahari, sedangkan para raja yang lain
dalah bintang-bintang, bila kau terbit tak ada sayu bintangpun yang berani
menampakan diri.”
3. Zuhair bin Abu Sulma. Ia berasal dari bani Ghathafan dan dibesarkan dari
keluarga penyair. Sejak kecil penyair ini belajar syair dari pamannya sendiri
yang bernama Basyamah bin Shadir dn Aus bin Hujur. Karena itu, penyair ini
telah terkenal sejak masa kecil. Selai bakatnya sudah muncul dari mud,
penyair ini disenangi oleh segenap kaumnya karena kepribadian dan budi
pekertinya yang tinggi. Beliau sangat terkenal dengan kata-kata syairnya,
imajinasi dan pemikirannya banyak menggunakan kata-kata hikmat dan
pemikiran yang matang, dan banyak orang yang menjadikan syairnya sebagai
contoh hikmat dan pemikiran kebijaksanaan, sehingga tidak aneh jika
pendapatnya selalu diterima oleeh kaumnya. Berikut merupakan salah satu
syair karya dari Zuhair bin Abi Sulma:
ثمانين حوال الأبالك يسأم# سئمت تكاليف الحياة ومن يعش
ولكننى عن علم ما في غد عم# واعلم ما في اليوم وألمس قبله
تمته ومن تهتئ يعمرفيهرم# رأيت المنايا خبط عشواء من تصب
يفره ومن اليتق الشتم يشتم# ومن يجعل المعروف من دون عرضه
اء لى مطمئن البراليتجمجم# ومن يوف ال يذمم ومن يهد قلبه
واء ن يرق اسباب السماء بسلم# ومن هاب اسباب المنايا ينلنه
يكن حمده ذما عليه ويندم# ومن يجعل المعروف في غير أهله
اء ذا هو أبد ما يقول من الفم# ألن لسان مرء مفتاح قلبه
فلم يبق اءال صورة اللحم والدم# لسان الفتى نصف ونصف فؤاده
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada masa Jahiliyyah, masyarakat Jahiliyyah memiliki jenis karya sastra berupa syair.
Syair adalah ucapan atau susunan kata yang fasih yang terikat dengan rima (pengulangan
bunyi) dan mantra (unsur irama yang berpola tetap) dan biasanya mngungkapkan imajinasi
yang indah dan berkesan memikat. Lahirnya syair berasal dari kebiasaan aktifitas orang-
orang Arab yang menjadi sebuah manifestasi yang begitu banyak diabadikan didalam puisi.
Sehingg syair pada waktu itu merupakan senjata yang bisa membuat hasrat manusia berdebar,
tersanjung dan memuji orang agar orang yang mendengarkannya merasa terbuai. Pada masa
ini puisi haruslah mempunyai pemilihan kata atau diksi dan imajinasi yang kuat supaya
teerciptanya karya puisi yang abadi, mempunyai bentuk ungkapan yang mengesankan bagi
mereka. Karakteristik sastra Jahiliyyah dapat dilihat dari segi makna yaitu jujur, ringkas,
sederhana, dan romantis.
Banyak karya syair yang terkenal dan bagus pada zaman itu, tetapi penyair Arab yang
kualitas syairnya tingkat pertama adalah Umrul Qais, Nbighah Adz Zibyany, dan Zuhair bin
Abi Sulma.
DAFTAR PUSTAKA