Makalah ini ditunjukkan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Syi’ir Aroby
Dosen Pengampu:
Titi Farhanah, M.Ag, Ph.D.
Disusun Oleh:
Muhammad Sulthan Nadhif Al Maliki
11200210000149
2022
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut pandangan bangsa Arab, Syair merupakan puncak keindahan dalam sastra,
sebab syair itu adalah suatu bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan
keindahan daya khayal, karena itu bangsa Arab lebih menyenangi syair dibandingkan dengan
hasil satra lainnya. Karya sastra adalah hasil kegiatan kreatif sebuah karya seni yang bentuk
dan ekspresinya imajinatif. Lebih jauh lagi, sastra merupakan cermin yang mencerminkan
sistem gagasan dan nilai, serta menggambarkan apa yang diinginkan dan apa yang ditolak
oleh masyarakat.
Sastra merupakan refleksi lingkungan budaya dan merupakan satu teks dialektis
antara pengarang dan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu
sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Sehubungan dengan ini Kata sastra
dari kata-kata yang berkembang maknanya dengan seiring perkembangan kehidupan bangsa
Arab dari masa ke masa menuju suatu peradaban. Terdapat perbedaan makna hingga
munculahdefenisi yang digunakan hingga saat ini , yaitu perkataan yang indah dan jelas,
dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka yang mengucapkan atau mendengarnya baik
berupa syair maupun natsr atau prosa.
Tujuan
A. Pengertian Syair
Sya’ir secara etimologi dari kata sya’ara-yas’uru atau sya’ron( شعر – يشعر أو
عرًا444 )شyang berarti mengetahui atau merasakannya.Sedangkan secara istilah
(terminologi) Menurut Abdul Hamid sebagaimana dikutip oleh Inrevolzon dalam
bukunya bahwasanya sastra terbagi menjadi dua yaitu; Prosa ( )النثرdan Puisi () شعر.
Prosa adalah kalimat yang indah yang tidak memiliki wazan (timbangan) dan
qofiyah (irama). Seperti khutbah, surat, wasiat, hikmah, novel, dan cerpen. Sedangkan
yang dimaksud dengan Puisi adalah kalimat yang memiliki wazan (timbangan) dan
kofiyah (irama).1
Menurut Khotib Umam Syair adalah ungkapan yang sengaja mengikuti wazan orang
arab yang disebut ‚kalam‛ atau kata-kata pilihan yang dimengerti, sedangkan wazan
adalah ungkapan yang keluar secara beraturan, dan ‚qosdan‛ atau menyengaja artinya
mengikuti wazan (timbangan) yang ditetapkan orang arab.2
Menurut sastrawan arab syair adalah kata-kata fasih yang berirama dan berqofiyah
yang mengekspresikan bentuk-bentuk imajinasiyang indah. Menurut Ahli Arud
dijelaskan bahwa sesungguhnya sya’ir sama seperti ‚Nadzam‛ adalah perkataan yang
sengaja mengikuti wazan atau timbangan orang arab.
1
Drs. Indrfulzun, Tarikh Adab. (Paris: Universitas Islam Negeri Raden Fattah. 2007), h.
5-4
2
Khotib Al-Umam, Fi Ulumil ‘Arudh (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 1992), h. 8
B. Syair Madiih ( Pujian )
Puisi ini biasa digunakan untuk memuji seseorang dengan segala sifat dan kebesaran
yang dimilikinya seperti kedermawanan, keberanian maupun tingginya kepribadian ahlak
seseorang yang dipujinya3. Puisi dengan tujuan untuk pujian pada masa ini berupa pujian
yang benar didalamnya terdapat pemuliaan para pahlawan beserta penjelasan sifat-sifat
yang dimilikinya. Secara umum pendorongnya bukanlah semata-mata untuk mencari
harta dan hadiah, akan tetapi berupa kekaguman akan kepahlawanan. Seperti sya’ir
Nabighah yang memuji Raja Nu’man:
bintang, apabila matahari terbit maka bintang-bintang yang lain tidak mampu
menampakan diri"
Penyair Arab sering membuat dan menggunakan syair pujian nya untuk memuji
seseorang yang ia kagumi dengan akhlak nya, kebaikannya, kedermawanannya, sama
seperti syair ghazal, syair madiih atau pujian merupakan salah satu bentuk ekspresi
emosional mereka. Bahkan pada zaman Rasullah SAW para penyair pujian arab sering
menggunakan nya untuk memuji Rasullah SAW. Oleh karena itu Syair pujian banyak
dikenal dan terkenal di Jazirah Arab.
Syiir Madh, puisi jenis ini adalah tema universal yang ada pada setiap masa dan puisi
jenis ini mulai berkembang dari masa ke masa yang mengkhususkan pada pujian dan
qasidah – qasidah untuk seseorang yang dipuji tersebut.
C. Karakteristik
3
Puisi (syair ) Jahiliah Sebagai orisinilitas peradaban bangsa Arab - SASTRA ARAB BLOG
(ukonpurkonudin.blogspot.com)
Syair pujian Arab adalah jenis syair yang diciptakan oleh para penyair Arab untuk
mengekspresikan pujian dan rasa hormat terhadap orang lain. Syair ini umumnya
berisi tentang keindahan dan kemuliaan tempat, orang, atau hal yang dikagumi. Syair
pujian Arab menggunakan kemampuan retorik untuk meningkatkan efek dan
menggunakan kata-kata yang indah untuk menyampaikan pesan. Syair ini berisi
tentang penggambaran yang indah dan luas dengan menggunakan konsep metafor dan
simbol. Syair ini juga umumnya memiliki keselarasan dan keseimbangan penting,
karena itu memiliki struktur yang kompleks. Syair pujian Arab menggunakan rima,
alur, dan ritme yang khas, dan menggunakan bahasa yang kuat untuk menyampaikan
pesan dengan efektif.
Dia adalah Abu Abdullah Ahmed bin Muhammad Al-Taghlabi yang biasa disebut
Ibnu al Khiyat,(450 – 517) beliau lahir di kota Damaskus tahun 450 H dari seorang
penjahit yang terkenal dengan garis keturunannya. Dia adalah salah satu putra biasa
dari orang-orang Damaskus. Kemudian beliau kemudian berhijrah ke Hamat, Hilb dan
Tripoli, disana Ibnu al-Khiyat memuji para gubernur. Di Damaskus beliau selalu
bertemu di semua negara Arab oleh penyair dari kalangan anak-anak rakyat jelata,
karena budaya Arab-Islam selalu membuka pintunya, seperti yang ditunjukkan oleh
para syekh di masjid-masjid kepada semua orang, tua dan muda, dan masjid-masjid
besar termasuk perpustakaan yang penuh dengan buku-buku dalam setiap ilmu
pengetahuan dan setiap seni, serta buku-buku Penyair, yang memungkinkan para
pemuda di setiap negara Arab untuk dibekali dengan berbagai budaya ilmiah dan
sastra, dan untuk menciptakan di antara mereka para sarjana yang tak terhitung
jumlahnya. , penulis dan penyair.4
4
Syauqi Dhaif, 06,عصر الدول واإلمارات الشام
oleh Tâch, saudara Sultan Alp Arslan. Artinya, kehidupan di Damaskus sangat buruk
sejak tahun 460 hingga Tish meruntuhkannya, yang membuat banyak penduduknya
beremigrasi darinya ke negara lain di Levant. Di antara mereka yang berhijrah darinya
pada saat itu adalah Ibn al-Khayyat, yang masih muda, dan dia memalingkan
wajahnya ke arah Hama, dan dia mendelegasikan seorang pangeran di sana bernama
Muhammad ibn Malik, yang membawanya dekat dengannya dan mengambil dia
sebagai juru tulisnya, jadi dia dikenal sebagai Ibn al-Khayyat sebagai juru tulis karya
sastra.5
KESIMPULAN
Sastra adalah kata indah yang diungkapkan dari perasaan yang lahir dari lubuk hati
yang paling dalam. Sastra Arab memang begitu luar biasa dan peka terhadap waktu.
Kehadiran Al Quran telah melumpuhkan karya sastra Arab di zaman jahiliyah. Hal ini
membuktikan bahwa tidak ada karya sastra yang ditulis dan dikarang oleh sastrawan pada
zaman Jahiliyah yang mampu menandingi keindahan kalimat dan kata di dalamnya.
Namun, penulis Arab terus mengekspresikan emosi mereka melalui sastra.
Puisi ini biasa digunakan untuk memuji seseorang dengan segala sifat dan kebesaran
yang dimilikinya seperti kedermawanan, keberanian maupun tingginya kepribadian ahlak
seseorang yang dipujinya . Puisi dengan tujuan untuk pujian pada masa ini berupa pujian
yang benar didalamnya terdapat pemuliaan para pahlawan beserta penjelasan sifat-sifat
yang dimilikinya. Secara umum pendorongnya bukanlah semata-mata untuk mencari harta
dan hadiah, akan tetapi berupa kekaguman akan kepahlawanan. Dimana ada karya,
disitulah ada pencipta atau penulis karya nya. Adapun tokoh-tokoh yang banyak
menciptakan karya-karya Syiir Madh, seperti Zuhair bin Abi Sulma , Ibn Al Khiyat,
Husen bin Huzaifah, dll.