Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tujuan makalah ini dibuat untuk meningkatkan pemahaman tentang
Ta’rif Mu’allaqat, Pasar-Pasar Sastra, dan Karakteristik Syair Jahili. Makalah ini ditujukan
memenuhi tugas Bapak Ahmad Syaikhu.

Semoga makalah ini memberi manfaat bagi pembaca maupun pengarang, sehingga Saya
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini Saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang Saya miliki sangat
kurang. Oleh karena itu, Saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jauh sebelum diturunkannya Al-Qur'an sebagai karya sastra tertinggi di muka
bumi ini, bangsa Arab pra-Islam lewat budayanya telah mengenal tradisi penulisan puisi,
pelantunannya, dan penghargaan yang agung terhadapnya. Saking getolnya gubah-
menggubah syair dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lahirlah semboyan
asy-syi’ru diwanul arab (puisi adalah rumah bagi bangsa Arab) yang menganggap bahwa
puisi-puisi buah pena sang penyair yang ditulis ulang merupakan bentuk puncak
peradaban dan warisan budaya berharga bangsa Arab.
Di samping kentalnya budaya seni menulis dan seni berpuisi ternyata hal ini tidak
dibarengi dengan kondisi perilaku dan etika yang berjalan. Tak ayal jika label “kaum
jahiliyah” disematkan bagi mereka. Pemaknaan kata jahiliyah sebelum Islam datang tidak
diartikan sebagai jahala-yajhilu (bodoh) sebagaimana kebalikan kata dari alima-ya’lamu
(mengetahui). Dinamakan demikian karena menggambarkan karakter orang Arab yang
penuh dengan kemarahan, kedendaman, dan lemahnya moral berkelakuan bukan
bertumpu pada olah akal mereka akan ilmu pengetahuan.
Banyak orang Arab meyakini, orang yang lihai mencipta puisi dan melisankanya
mempunyai kedudukan dan pangkat yang begitu dihormati di lingkungannya. Selain
kemujuran yang didapat bagi sang penyair secara personal, fungsi puisi juga mampu
berpengaruh dalam cakupan yang cukup luas. Pasalnya puisi mampu menjadi sarana
menyampaikan ilmu, kebijaksanaan, dan pengalaman yang berada di luar logika
pengetahuan manusia.
Sejarah mencatat ada peristiwa besar dalam kehidupan bangsa Arab perihal
capaian peradaban di bidang kesusastraan. Peristiwa ini umum disebut Al-Muallaqat,
merupakan amsal penganugerahan nobel sastra di zaman sekarang ini. Gubahan syair
pada zaman jahiliyah datang kepada kita dulunya lewat tradisi lisan (karena memang
kebanyakan dari mereka buta huruf), terkecuali beberapa lembar syair-syair terpilih yang
memang diperintahkan untuk ditulis dengan tinta emas guna digantungkan di dinding
Ka'bah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Mu’allaqat?
2. Siapakah nama tokoh-tokoh Penyair pada Masa Jahiliyah? Sebutkan!
3. Ada berapakah pasar sastra yang paling terkenal pada zaman Jahiliyyah? Sebutkan!
4. Ada berapakah karakteristik syair jahiliyah? Sebutkan!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami dan memperluas pengetahuan apa itu Mu’allaqat
2. Untuk mengetahui nama-nama penyair yang terkenal pada masa jahiliyah
3. Untuk mengetahui pasar-pasar seni yang paling terkenal dan membuat masyarakat
Jahiliyyah melangsungkan festival seni selama 20 hari
4. Untuk mengetahui karakteristik syair jahiliyah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Mu’allaqat (Syair)
Perjalanan sastra Arab sudah dimulai sejak masa Jahiliah atau bahkan
sebelumnya. Hampir semua buku menyebutkan sastra Arab dimulai dari masa Jahiliah,
namun demikian tidak ada yang dapat menjelaskan titik masanya. Hal itu terjadi karena
sastra sudah muncul jauh sebelum sastra Arab menjadi sebuah kajian ilmu.
Dalam khazanah kebudayaan Arab klasik, tradisi penulisan puisi dan penghargaan
terhadapnya sangat diagungkan. Sehingga lahir sebuah jargon yang terkenal di dalam
masyarakat “Asy-syi’ru Diwanul Arab” (puisi adalah rumah bagi bangsa Arab). Dari
jargon tersebut lahir sebuah asumsi bahwa puisi-puisi yang ditulis ulang dan dinisbahkan
sebagai karya para penyair di kalangan mereka dapat diposisikan sebagai menara
peradaban.
Karya sastra itulah yang menjadi titik awal sejarah sastra Arab. Adalah menjadi
hal yang masuk akal bila kemudian kitab suci al-Quran (kalamullah yang memiliki nilai
sastra tinggi) diturunkan setelah masyarakat Arab melewati peradaban sastra yang
panjang dan luhur.

Pada zaman jahiliyah ka'bah digantungi oleh sya'ir-sya'ir para pujangga yang biasa
dikenal dgn nama ''mu'allaqat''. Mu'allaqat secara bahasa memiliki makna sesuatu yang
digantungkan dan yg dimaksud disini adalah sejumlah kumpulan syair-syair terbaik dari
tujuh penyair Arab terkenal, pada masa pra-islam (Jahiliyyah).

Pada zaman jahiliyah ka'bahh dipenuhi dengan syair-syair yang digantung pada
dinding-dindingnya, sehingga semua orang yang melakukan thawaf dapat mengetahui
sekaligus membacanya.

Buku syair-syair Arab pra-Islam: Al-Muallaqat yang diterjemahkan oleh Bahcrum


Bunyamin dan Hamdy Salas merupakan buku terjemahan pertama dalam bahasa
Indonesia. Selain berisi terjemahan syair-syair, buku setebal 84 halaman itu juga
dilengkapi dengan profil para penyar-penyairnya sekaligus seperti :
1. Umru Ul-Qais (penyair mabuk dari lembah ke lembah)
2. Tarafah bin Abid (penyair bengal yang dipenggal kepalanya)
3. Harits bin Khillizah (penyair lepra dengan wajah bertudung)
4. Amru bin Kultsum (penyair hero yang membunuh sang raja)
5. Zuhair bin Abi Sulma (penyair budiman di tengah perang)
6. Antarah bin Syaddad (penyair legendaris dalam cinta), dan
7. Labid bin Rabiah (penyair jalanan yang hidup di dua zaman).
Tetapi, sebagian ulama sastra mengatakan bahwa penyair-penyair terkenal
tersebut berjumlah 10 orang, dengan 3 penyair lainya yaitu: Nabaghoh, a'sya dan
ubaid bin al abrosh.

B. Pasar Sastra
Pada zaman dahulu, Masyarakat Jahiliyyah sering mengadakan fastival sastra
secara periodik. Ada festival sastra mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Mereka juga
membuat apa yang sekarang disebut dengan pasar seni. Di pasar seni ini para pujangga
saling unjuk kemampuan dalam bersastra.
Di antara pasar sastra yang paling terkenal pada zaman Jahiliyyah adalah :
1. Pasar Dzu al-Majaz, yang terletak di daerah Yanbu', dekat Sagar (kini termasuk
wilayah Madinah).
2. Pasar seni Dzu al-Majinnah di sebelah barat Mekkah.
3. Pasar seni ‘Ukadz yang terletak di timur Mekkah, antara Nakhlah dan Tha'if

Di tiga tempat inilah masyarakat Jahiliyyah melangsungkan festival seni selama 20


hari, sejak bulan Dzulqaidah. Di pasar ‘Ukadz para penyair berlomba mendendangkan
karya-karya mereka di depan dewan juri yang terdiri dari sejumlah pujangga yang telah
memiliki reputasi. Karya-karya puisi yang dinyatakan sebagai yang terbaik akan ditulis
dengan tinta emas di atas kain yang mewah, kemudian akan digantungkan di dinding
Ka'bah.

C. Karakteristik Syair Jahiliyah


1. Syair zaman Jahili sangat memiliki kekuatan dalam psikologis mereka, sering
digunakan untuk mengobarkan semangat juang di masa perang, orasi suatu kelompok,
tetapi sekaligus dapat menciptakan perdamaian tatkala ada dua pihak yang bertikai.

2. Keunggulan syair pada zaman ini adalah kekuatan bahasa yang kokoh, matang, padat,
kaidah bahasa arab yang kuno (pada saat itu masyarakat jahiliyah menggunakan
bahasa Arab kuno "al-Arabiyah al-Qadimah"), aspek keindahan bahasa yang tinggi
(di dalamnya terdapat aspek balaghah terdiri atas majaz, tasybih, dan isti'arah) dan
pemaknaan kata perkatanya begitu luas.

3. Salah satu ciri yang mencolok dari Syair zaman ini, tidak adanya unsur agama yang
masuk dalam syair, belum ada penggunaan istilah-istilah agama, tidak ada puji-pujian
pada Tuhan, sangat berbeda dengan syair setelah zaman ini yang mulai banyak
menggunakan istilah-istilah keagamaan dan ketuhanan.

Karya sastra pada periode jahiliyah menggambarkan keadaan hidup masyarakat


dikala itu, dimana mereka sangat fanatik dengan kabilah atau suku mereka, sehingga
syair-syair yang muncul tidak jauh dari pembanggaan terhadap kabilah masing-masing.
Begitu juga dengan khutbah yang kebanyakan berfungsi sebagai pembangkit semangat
berperang membela kabilahnya, namun demikian karya-karya sastra pada periode
Jahiliyah juga tidak luput dari nilai-nilai positif yang dipertahankan oleh Islam seperti
hikmah dan semangat juang. Hampir seluruh syair-syair dan khutbah pada masa jahiliyah
diriwayatkan dari mulut ke mulut kecuali yang termasuk kedalam Al-Mu’allaqat, hal ini
disebabkan masyarakat jahiliyah sangat tidak terbiasa dengan budaya tulis menulis, pada
umumnya syair-syair jahiliyah dimulai dengan mengenang puing-puing masa lalu yang
telah hancur, berbicara tentang hewan-hewan yang mereka miliki dan menggambarkan
keadaan alam tempat mereka tinggal. Beberapa kosa kata yang terdapat dalam karya-
karya sastra jahiliyah sulit dipahami karena sudah jarang dipakai dalam bahasa arab saat
ini.

Syair Jahiliyyah adalah syair-syair yang ada pada zaman jahiliyyah yaitu zaman
sebelum adanya Islam1. Melihat kondisi sosial masyarakat Arab pada zaman jahiliyyah
dapat dipastikan bahwa judul-judul yang selalu tampak pada syair ataupun prosa mereka
condong kepada lingkungan social mereka yang kental dengan aroma peperangan seperti
keberanian dalam peperangan, anjuran untuk berperang, menuntut balas. Terkadang
judul-judul yang ada pada syair-syair dan prosa-prosa mereka adalah berbentuk pujian,
pembelaan, dan sifat-sifat kehewanan, langit hujan dan lain-lain.2
1
Ahmad Husain az-Ziyat, Tarîkh Al-Adab Al-Arabî (Hal. 13)
2
Abdullah Hadziq, Studi Sastra Sekitar Beberapa Mutiara qashidah Karya Tujuh Penyair Terkenal Zaman Jahiliyyah
(Hal. 3-4)
Syair merupakan sebuah wadah khusus bagi bangsa Arab untuk mengungkapkan
sesuatu yang berkaitan dengan keseharian mereka juga perhatian mereka terhadap para
hakim yang disyairkan. Bahkan mereka memberikan penghargaan dengan memasang
tujuh dari qasidah-qasidah yang dipilih dari syair-syair lama, mereka menulisnya dengan
tinta emas dan memasangnya di Ka’bah, dan diantara yang dipasang ialah: Imroul Qois,
Zuhair, dan yang lain-lain diantara tujuh penyair terkenal yang disebut dengan al-
Mu’allaqat.
Orang pertama yang mengumpulkan Mu’allaqat dalam sebuah buku-buku syair
khusus adalah Hammad ar-Rawiyah. Dan Ashhabul Mu’allaqat yang diriwayatkan
olehnya ialah: Imroul Qois, Thurfah ibn al- ‘Abdi, Zuhair ibn Abi Salmy, Labid ibn
Rabi’ah al-‘Amiry, Umar ibn Kultsum as-Tsaghlaby, ‘Anatroh ibn Syaddad, Harits ibn
Halzah.3

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

3
Abdullah Hadziq, Studi Sastra Sekitar Beberapa Mutiara qashidah Karya TujuhPenyair Terkenal Zaman Jahiliyyah
(Hal. 9-17)
 Mu’allaq atau mu’allaqat adalah puisi Arab jahiliyah yang sangat panjang dan indah
serta diucapkan oleh para penyair dalam berbagai kesempatan dan tema. Puisi karya
terbaik berhak mendapatkan kehormatan dimana nama penyair dan teks puisinya
ditulis dengan tinta emas dan digantungkan di dinding Ka’bah. Begitu indahnya
sampai-sampai lembaran-lembaran puisi laksana perhiasan yang dikalungkan pada
seorang wanita. Contohnya seperti Mu’allaqah Imri al-Qais dan Mu’allaqah Zuhai bin
Abu Salma
 Nama tokoh-tokoh penyair pada zaman Jahiliyah :
1. Umru Ul-Qais
2. Tarafah bin Abid
3. Harits bin Khillizah
4. Amru bin Kultsum
5. Zuhair bin Abi Sulma
6. Antarah bin Syaddad, dan
7. Labid bin Rabiah
 Di antara pasar seni yang paling terkenal pada zaman Jahiliyyah yang masyarakat
Jahiliyyah melangsungkan festival seni selama 20 hari, sejak bulan Dzulqaidah :
1. Pasar Dzu al-Majaz
2. Pasar seni Dzu al-Majinnah
3. Pasar seni ‘Ukadz

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat untuk tugas kami tentang Mu’allaqat, Pasar-
Pasar Seni, dan Karakteristik Syair Jahiliyah. Dan tak lupa pula kami meminta
kepada pembaca yang budiman untuk senantiasa memberi saran serta kritik dan masukan
dan kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.

Anda mungkin juga menyukai