PROGRAM PASCASARJANA
2022
KARYA SASTRA YANG BERMUTU (ASY’AR MU’ALLAQAT) DI
ZAMAN PRA ISLAM
A. PENDAHULUAN
Kondisi geografis dan etnis menjadi faktor yang cukup dominan bagi
perkembangan sastra pada masa awal sejarah sastra Arab yaitu pada masa
jahiliyah. Menurut Juzif al-Hasyim dalam bukunya al-Mufid, ada banyak
faktor yang mempengaruhi perkembangan sastra Arab, yaitu: iklim dan
tabiat alam, ciri khas etnik, peperangan faktor kemakmuran dan kemajuan,
agama, ilmu pengetahuan, politik, dan interaksi dengan beragai bangsa dan
budaya.
Menurut Khalil Abdul Karim, ada dua macam pasar jazirah Arab,
yaitu pasar umum dan pasar khusus atau lokal (Mahalliah), atau pasar
luar dan pasar dalam.
Ukaz adalah contoh pasar dalam yang paling terkenal. Pasar ini
dimulai sejak tanggal 1-20 Dzul Qa’dah. Kemudian pasar majannah,
yang dimulai sejak tanggal 20-30 Dzul Qa’dah, sedangkan pasar Dzul
Majaz dimulai pada awal bulan Dzul Qa’dah sampai tanggal 8, saat hari
tarwiyah, dimana sejak itu ibadah haji besar dimulai. Kemudian pasar
Khaibar yang dilaksanakan setelah musim haji sampai pada akhir bulan
Muharram.
b. Ayyam al-‘Arab
Hampir seluruh syair dan khutbah yang ada pada masa jahiliyah
diriwayatkan dari mulut ke mulut kecuali yang termasuk ke dalam Al-
Mu’allaqât, hal ini disebabkan karena masyarakat Arab jahiliyah tidak
terbiasa dengan budaya tulis menulis. Pada umumnya syair-syair jahiliyah
dimulai dengan mengenang puing-puing masa lalu yang telah hancur,
berbicara tentang hewan-hewan yang mereka miliki dan menggambarkan
keadaan alam tempat mereka tinggal. Beberapa kosa kata yang terdapat dalam
karya-karya sastra jahiliyah sulit dipahami karena sudah jarang dipakai dalam
bahasa Arab saat ini.
بأمَث ِل
ْ ك َ اح ِمْن
ُ صَب
ْ صْبٍح َومَا ْالِإ
ُ ِب * الطِوْي ُل أَالَانْ َجلِى
َّ أال أيُّهاَ اللَّْي ُل
Hai malam yang panjang, gerangan apakah yang menghalangiku untuk
berganti dengan pagi harinya? Ya walaupun pagi hari itupun juga belum
tentu akan sebaik kamu
ِسَأم
ْ ك َي
َ ََثَمانِْيَن َحْوًلا لَا أًَبال * ش
ْ ِحَيِاة َومَْن َيع
َ ف ْال
َ ت َتَكِالْي
ُ َسِئْم
“Aku jenuh dengan beban-beban hidup dan barangsiapa hidup
Selama delapan puluh tahun –tidak ada bapak untukmu- pasti jenuh
لكن َِّني عَْن ِعْلِم مَا ِفي غٍَد َعِم
ِ َو * س َقْبَلُه
ِ َْوَأْعَلُم مَا ِفى الَْيْوِم وَْالَأم
Aku mengetahui apa yang terjadi di hari ini dan kemarin
Akan tetapi aku tidak mengetahui apa yang terjadi esok
سَّلِم
ُ اء ِب
ِ السَم َ وَاِ ْن َيْر َق َأْسَب
َّ اب * ُاب الَْمَنَايا يََنْلَنه
َ اب َأْسَب
َ َوَمْن َه
Barangsiapa takut kepada sebab-sebab kematian niscaya ia
mendapatkannya
Walaupun dia meraih sebab-sebab langit dengan tangga
اس ُتعَْلِم
ِ َّخَفى عََلى الن
ْ َُوَلْو َخِالَها ت * ئ مِْن َخِلْيَقٍة
ٍ َِوَمْهَما تَُكْن ِعْنَد ْامر
Apapun tabiat yang dimiliki seseorang
Walaupun dia mengiranya samar bagi manusia, ia diketahui
ِالدم
َّ حِم َو
ْ الل
َّ َُفَلْم َيْبَق ِإَّلا صُْوَرة * ف ُفَؤِادِه
ٌ ص
ْ ف َوِن
ٌ ْان الَْفَتى ِنص
ُ سَ ِل
Lidah seseorang adalah separuh dan separuhnya lagi adalah hatinya
Selain itu hanyalah bentuk tulang dan daging”
ِج
ار َ حُّيْوَن ِم ْن نُْؤ ِوي َوَأْح
َ اذا ُت
َ َ' م * ِالدار
َّ حُّيوا ِلُنْعٍم ِدمَْنَة
َ َُعْوُجْوا ف
Berhentilah kalian untuk menyapa, menyalami, sungguh indah reruntuhan
perkampungan, apa yang kalian salami adalah timbunan tanah dan
bebatuan
ب مََوِار
ِ ْاح ِبهَاِبى التُّر
ِ الرَي
ِّ جُ ُهْو * َأْقَوى وََأْقفََر ِمْن ُنْعٍم وََغَّيرَُه
Tanah lenggang, sepi dari binatang liar, dan telah diubah oleh hembusan
badai serta hujan yang datang dan perg
ِ ات َأْخَب
ار ُ َالدُار َلْو َكَّلمَْتَنا ذ
َّ َو * جَمْتدَُار ُنْعٍم َما تَُكِّلُمَنا
َ َْفاسَْتع
Reruntuhan rumah yang indah, demikian asing, membisu tak mau
berbicara pada kami, dan reruntuhan rumah itu, andai ia mau berbicara
pada kami, pasti ia punya banyak cerita”
C. PENUTUP
Asy’ar al-Mu’allaqat atau karya sastra yang bermutu ialah kasidah panjang
yang indah yang diucapkan oleh para penyair jahiliyah dalam berbagai
kesempatan dan tema. Sebagian al-Mu’allaqat ini diabadikan dan ditempelkan di
dinding-dinding Ka’bah pada masa jahiliyah. Dinamakan al-Mu’allaqat (kalung)
karena indahnya puisi-puisi tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan oleh
seorang wanita.
Haeruddin, Karakteristik Sastra Arab pada Masa Pra-Islam, Jurnal NADY AL-
ADAB | Volume 12, Nomor 1, Februari 2016
Manshur, Fadlil Munawwar, Perkembangan Sastra Arab dan Teori Sastra Islam,
(Yogyakarta: 2011)
Wargadinata, Wildana dan Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya,
(Malang: UIN Malang Press, 2008)
Yunus, Moch., Sastra (Puisi) sebagai Kebudayaan Bangsa Arab, dalam INZAH
Online Journal Volume 1, HUMANISTIKA : Jurnal Keislaman, Probolinggo
1 Juni 2015