Anda di halaman 1dari 14

NAZHARIYAH ADAB

ALIRAN-ALIRAN SASTRA MODERN

PEMAKALAH:

ULVA MARSELA 11180210000009

EKA DEWI MUTIARA 11180210000019

NITA SITI QODARIAH 11180210000085

DOSEN PENGAMPU:

RIZQI HANDAYANI, M.A

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018/2019
A. PENDAHULUAN
Sastra adalah bagian dari entitas budaya yang praktiknya tercemin dalam
karya-karya sastra. Semua kebudayaan dan peradaban di dunia mengalami suatu
periode perubahan yang mendalam, termasuk kebudayaan dan peradaban bangsa
Arab dengan segala totalitasnya. Para penulis Arab telah banyak mewarnai
peradaban manusia dengan keahlian dan kecakapan khas mereka dalam bersastra.1
Karya sastra dalam bahasa Arab senantiasa berkembang kajiannya seiring dengan
kemajuan zaman dan pola pikir masyarakat modern sehingga tidak terjadi
kejumuan pada analisa hasil karyanya.2
Pada awal perkembangan sastra arab modern, marak terjadi gelombang
migrasi orang-orang arab ke negara lain, seperti ke wilayah Amerika, Australia dan
Eropa. Tidak hal itu cukup menimbulkan dilema seperti: apakah sastra arab itu
identik dengan karya sastra orang arab saja, atau karya sastra arab yang dihasilkan
oleh orang non-arab ataukah karya sastra orang arab yang tinggal di negara non
arab.3 Dari kejadian ini muncul lah aliran-aliran sastra, seperti aliran sastra Al
muhafidzun, aliran sastra Diwan, dan aliran sastra Diaspora atau Mahjar. Aliran-
aliran tersebut yang akan dibahas dimakalah ini.
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Nadzariyah Adab dan untuk menambah wawasan serta pengetahuan
pembaca.

B. PEMBAHASAN

a. Aliran Sastra Neo Klasik (Al Muhafidzun)


Fenomena kemunculan dan pemikiran gerakan neoklasik memiliki peranan
penting dalam sejarah Arab modern, sebagaimana halnya gerakan yang sama
terjadi dalam kebudayaan Barat. Apabila neoklasik dalam kebudayaan Barat

1
Fadlil Munawwar Manshur, “Sejarah Perkembangan Kesustaraan Arab Klasik dan Modern”,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2007. h. 1
2
Choir Rosyidi dan Mohammad Arif Setyabudi, “Pembelajaran Sastra Arab (Al- Adab Al-‘Arabi)”,
Jurnal Al Ta’dib, Vol. 4 No. 2, 2015. h. 193
3
Mufidatul Ilmi Muyassarah dkk, “Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern (‘Ashr Al-Hadits)”,
Malang: Universitas Negeri Malang, 2012. h. 1

1
berorientasi menghidupkan sastra Yunani dan Latin kuno, maka neoklasik Arab
berkeinginan untuk membangkitkan kembali keindahan puisi Abbasiyah seperti
puisi Abu Nawas, Abu Tamam, Ibnu Rumi, al-Mutanabbi dan al-Buhturi.
Aliran Neo Klasik puisi Arab juga disebut al-Muhafizun. Pelopor aliran ini
adalah Mahmud Sami al-Barudi dan Ahmad Syauqi. Aliran ini muncul sebagai
reaksi atas kedatangan Napoleon ke Mesir pada tahun 1798, yang menandai
masuknya banyak melakukan inovasi pada teknik pengungkapkan puisi. Namun
demikian, al-Barudi berhasil menghidupkan kembali unsur subjektivitas dalam
berpuisi yang telah lama ditinggalkan dalam tradisi puisi Arab saat itu.
Al-Barudi membawa kembali style, bentuk dan musikalitas puisi Arab pada
masa keemasannya, bukan untuk taklid buta atau larut dalam romantisme
kejayaan penyair masa lampau.
Adapun motivasi awal yang membangkitkan aliran ini adalah mengangkat
dan mengukuhkan eksistensi dan karakteristik budaya Arab untuk melawan
kekuatan asing, Barat. Gerakan yang dipelopori oleh al-Barudi dan Syauqi ini
disambut dan didukung para sastrawan lain di Mesir seperti Hafizh Ibrahim,
Ismail Sobri, dan Ali al-Jarim.4
Aliran Neo Klasik umumnya masih memelihara kaidah puisi Arab secara
kuat, misalnya keharusan menggunakan wazan dan qafiyah, jumlah katanya
sangat banyak, ushlubnya sangat kuat, tema nya masih mengikuti masa
sebelumnya dan adanya perpindahan dari satu topik ke topik lainnya dalam satu
qosidah.
Ada beberapa karakteristik dari aliran ini:
 Para penyair mengangkat tema-tema puisi Arab klasik serta mengusung
tema-tema baru dengan cara merespon tuntutan zamannya seperti tema
patriotisme dan tema-tema sosial.
 Ada beberapa penyair yang mengakui pola qasidah Klasik dengan
meletakkan atlal dan ghazal di awal, namun ada juga yang mengabaikan

4
Siti Maryam, “Historisitas Aliran Neo-Klasik Dalam Kesusastraan Arab”, Jurnal Al-Irfan Vol.1
No.1, 2019. h. 129-130

2
pembukaan semacam ini sehingga dalam puisinya tampak ada kesatuan
tematik seperti puisi Ahmad Syauqi dan Hafiz Ibrahim.
 Larik tetap merupakan kesatuan makna dan seni, sedangkan qasidah
semacam ini belum mewujudkan satu kesatuan struktur karya yang
otonom.
 Referensi qasidahnya adalah kamus puisi Arab Klasik, tetapi ada juga
beberapa penyair yang mengenal kata-kata baru dan realitas kehidupan
yang ada.
 Aspek didaktis5 dan etis sangat mendominasi.
 Sejumlah penyair mencoba menandingi puisi-puisi populer Arab Klasik
dan meniru tema, metrik dan rimanya.6

Contoh Karya Aliran Neo Klasik:

5
Bersifat mendidik (dilihat di https://kbbi.web.id/index.php?w=Didaktis)
6
Taufiq A Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Jurnal Addabiyyat, Vol X No.2, 2011. h.
291-292

3
Syair di atas adalah karya Al-Barudy ketika di pengasingan, Sarandib.
Dalam renungannya dia masih memiliki semangat yang juang tinggi dan terus
berkobar di dadanya. Dia tidak menyesali pengasingannya, karena baginya
membela Negara adalah sebuah kewajiban. Peristiwa ini semakin membuatnya
bersabar dan mengerti akan arti kehidupan yang fana ini.7

7
Siti Maryam, “Historisitas Aliran Neo-Klasik Dalam Kesusastraan Arab”, Jurnal Al-Irfan Vol.1
No.1, 2019. h. 136-139

4
b. Aliran Sastra Diwan
Istilah al-Diwan dikenal pada tahun 1921 yaitu dari ad-diwan fi al-adab wa
an-naqd. penyebutan aliran ini bersangkutan dengan adanya pamflet terseut
yang menjadi media berkembangnya sastra Arab. Diwan pun sering disebut
antologi karena sebagai tempat berkumpulnya karya sastra para tokoh.
Kelompok ini dipelopori tiga sastrawan, yaitu Abd al-Rahman Syukri (1889-
1958), Abbas Mahmud al-‘Aqad (1889-1964), dan Ibrahim Abd al-Qadir al-
Mazini (1890-1949). Al-Aqqad dikenal sebagai pemimpin aliran Diwan. Aliran
ini menulis puisi Modern dan menyampaikan kritikan kepada penyair-penyair
yang lebih terdahulu seperti Ahmad Syauqi dan Hafiz Ibrahim lewat kitab al-
Diwān. Aliran ini telah membawa perkembangan yang cukup berarti bagi
perpuisian Arab, meskipun dalam banyak hal masih bergantung pada aliran
romantik yang dikembangkan Khalil Mutran dan banyak dipengaruhi oleh
romantisme sastra Inggris. Akan tetapi, dengan konsep-konsepnya, mereka telah
membawa puisi Arab pada bentuk dan citra yang lain, baik dari Mutran maupun
neo-klasik.
Ada beberapa yang menjadi ciri pembaruan al-Diwan secara umum
diantaranya ialah: memberi tekanan pada kesatuan struktur puisi, menolak
adanya pola kesatuan qāfiyah atau qāfiyah tunggal, lebih menekankan pada
variasi dan qāfiyah yang bebas, dan yang jauh lebih ditekankan lagi adalah
makna. Tidak jarang kelompok Diwan ini juga memasukkan pemikiran-
pemikiran filsafat pada puisi-puisinya. Kecenderungan ini telah menandai
terjadinya perpisahan positif dari tradisi Neo-klasik menuju era baru aliran
romantik dalam puisi Arab Modern. Sedangkan pembaharuan dalam topiknya
diantaranya, khususnya dalam hal yang menyangkut tentang masyarakat dan
kehidupan, adanya pembaharuan dalam deskripsi dan majaz-nya, serta adanya
pengaruh aliran simbolis dalam kesusastraan Arab, dimana para sastrawan atau
penyair menggunakan simbol-simbol sebagai sarana pengungkapan perasaan
dan pikiran mereka.

5
Aliran diwan ini bertopang pada dua hal utama, yaitu kritik teoritis, praktis,
dan pandai dalam menciptakannya (inventif). Dalam aspek kritik, mereka
mengajukan pikiran-pikiran baru, antara lain yaitu: esensi dan hal-hal yang
terkait dengan puisi kejujuran atau kebenaran artistik, dan lain-lain. Struktur
keindahan puisi dan beragam anasirnya seperti bahasa, imajinasi, musik, nada,
pandangan, dan tema-tema atau ide-ide yang terkait.8
Al-Diwan sebagai antologi puisi ditulis penuh dengan kasidah-kasidah
patriotik, politik, dan curhatan hati. Untuk kasidah tentang cinta, biasanya
mengekspresikan pengalaman pribadi seputar cinta, kenangan masa
kecil,sejarah zamannya, impian-impian manusia, keadaan sosial dan derita
masyarakat masanya.9
Kelompok Diwan sesungguhnya merupakan antitesis dari aliran Neo-
Klasik. Kelompok ini melakukan kritikan tajam terhadap aliran Neo-Klasik
dalam salah satu karyanya. Sejumlah kritik yang mereka ajukan antara lain:
a. Al-Tafakfuk, yaitu puisi-puisi yang dihasilkan aliran Neo-Klasik dinilai
tidak memiliki kesatuan tema.
b. Al-Ihalah, yaitu upaya yang dilakukan Neo-Klasik justru membuat
makna puisi menjadi rusak karena berisikan sesuatu yang bombastis,
tidak realistis, dan tidak masuk akal.
c. Al-Taqlid, yaitu puisi-puisi Neo-Klasik tidak lebih dari pengulangan apa
yang sudah dilakukan para sastrawan Arab sebelumnya dengan cara
membolak-balikkan kata dan makna.
d. Para pengusung Neo-Klasik dinilai memiliki kecenderungan yang lebih
mementingkan eksistensi (al-I’rad) daripada substansi karya yang
dihasilkan.
e. Aliran Neo-Klasik dikritik karena banyak mengumpulkan tauriyah,
kinayah, dan jinas.

8
Ridwan, “Menelusuri Jejak Kesusastraan Arab Kontemporer”, Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2013. h. 16
9
Komentar Artikel: Aliran sastra Arab Neo-Klasik
(https://www.kompasiana.com/komentar/ukonpurkonudin/5500da75a333119f6f512661/aliran-
sastra-arab-neoklasik)

6
Kelompok Diwan lebih menonjolkan sanggahan terhadap Neo-Klasik yang
muncul terlebih dahulu, maka sesungguhnya lebih tepat dikatakan kelompok ini
sebagai aliran kritikus daripada sebagai penyair dalam upaya mereka memberi
perubahan yang berarti bagi perkembangan dan apresiasi sastra. Terlepas dari
itu, kelompok Diwān memang memiliki karakteristik sendiri yang
membedakannya dengan kelompok sastra Arab Modern lainnya. Karakteristik
itu antara lain: mempertahankan kejelasan, kesederhanaan, keindahan bahasa
puisi yang tenang, mengambil segala macam sumber untuk memperluas dan
memperdalam persepsi dan sensitivitas rasa penyair, tema-tema yang diangkat
dalam karya-karya kelompok ini berkaitan dengan persoalan-persoalan
kontemporer seperti humanisme, nasionalisme, dan arabisme. Karya-karya yang
dihasilkan juga banyak dipengaruhi romantisme dan model kritik Inggris.10
Contoh karya sastra dari aliran ini seperti, Ibrahim Al-khatib yang ditulis pada
tahun 1930.

c. Aliran Sastra Diaspora (Al Mahjar)


a) Pengertian Sastra Arab Diaspora
Al Mahjar berasal dari kata hajara yang artinya berpindah ke tempat lain
atau menetap. Diaspora juga berasal dari bahasa Yunani yang berarti
penyebaran.11 Dapat ditarik kesimpulan bahwa sastra diaspora atau mahjar
ialah sastra yang muncul dari orang yang melakukan emigran12 dan menetap
disuatu negara kemudian ia menciptakan karya sastra.
Diaspora merujuk pada kehidupan masyarakat di tanah asing yang jauh
dari tanah asalnya. Secara kultural mereka masih memiliki ikatan dengan
identitas leluhur di tanah asalnya.13 Hal ini tidak terbatas pada orang-orang

10
Taufiq A. Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Jurnal Adabiyyat Vol. X, No.2,
Desember 2011
11
Mufidatul Ilmi Muyassarah dkk, “Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern (‘Ashr Al-Hadits)”,
Malang: Universitas Negeri Malang, 2012. h. 9
12
Perpindah penduduk negara lain ke negara tertentu untuk menetap (dilihat di
https://kbbi.web.id/index.php?w=Imigran)
13
Peni Adji, “Sastra Diaspota Indonesia : Karya Imrigan Indonesia di amerika tahun 2010-an”,
Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Vol 12 No.1, 2018. h. 3

7
yang melakukan imigran ke Amerika, tetapi termasuk juga warga keturunan
imigran yang lahir dan besar di Amerika baik kedua orang tuanya atau salah
satunya saja.14 Sastra Arab diaspora merupakan hasil akulturasi dua budaya
(Timur-Barat) bahkan alkuturasi multikultur yang ditopang oleh kekuatan
ruhani dan daya imajinasi sastrawan diaspora.15
b) Sejarah perkembangan sastra Arab diaspora
Imigrasi orang Arab ke Amerika terjadi puncaknya pada tahun 1880-1924
an. Kebanyakan dari mereka berusia mulai dari kanak-kanak hingga usia tiga
puluh lima tahun dan dari berbagai profesi. Penyebaran masyarakat Arab ke
wilayah Amerika terjadi 2 gelombang: pertama, berlangsung pada tahun 1870-
an hingga perang dunia II, para imigrasi pada gelombang ini kebanyakan
berasal dari negara Suriah dan Lebanon yang mayoritas agama Kristen. Kedua,
berlangsung pada perang dunia II hingga sekarang, para imigran ini datang dari
berbagai penjuru Arab, terutama wilayah Palestina, Lebanon, Suriah, Mesir,
Irak, dan Yaman yang mayoritas beragama Islam.16
c) Faktor-faktor terjadinya diaspora Arab
Beberapa alasan terjadinya diaspora Arab, karena mereka ingin
mendapatkan kebebasan politik, bebas mekespresikan pikiran dalam bentuk
karya sastra yang di dalam negerinya dilarang karena kekuasaan Turki
Utsmani,17 berkomunikasi dengan para misionaris yang memberikan harapan
baru dalam kehidupan, mencari penghidupan yang lebih baik, kecenderungan
penduduk Arab Syam(Syiria)yang suka bermigrasi.18
d) Karakteristik karya sastra diaspora
Karakteristik sastra diaspora diantaranya:

14
Mufidatuk Ilmi Muyassaah, “Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern (‘Ashr Al-Hadits)”, h. 9
15
Taufiq A Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Jurnal Addabiyyat, Vol X No.2, 2011. h.
299
16
Mufidatul Ilmi Muyassarah dkk, “Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern (‘Ashr Al-Hadits)”,
Malang: Universitas Negeri Malang, 2012. h. 9-10
17
Choir Rosyidi dan Mohammad Arif Setyabudi, “Pembelajaran Sastra Arab (Al- Adab Al-‘Arabi)”,
Jurnal Al Ta’dib, Vol. 4 No. 2, 2015. h. 197
18
Mufidatul Ilmi Muyassarah dkk, “Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern (‘Ashr Al-Hadits)”. h.
11

8
 Campuran dari unsur dinamis spiritualitas Timur dan romantisme
Barat;
 Penuh nada kerinduan pada tanah air;
 Keluhan atas perasaan terasing di tempat baru;
 Concern terhadap masalah-masalah politik dan sosial tanah air.19
 Pemahaman, kemahiran, pengetahuan dan emosinya yang baik
terhadap bahasa asing;
 Pengaruh kebebasan, kemajuan budaya, sosial, politik negeri yang baru
ditempatinya;
 Pengetahuan dan kajiannya yang luas tentang karya klasik arab, serta
pengalaman kulturnya.20
e) Sarana pengembangan sastra diaspora (al mahjar)
Orang-orang Arab berusaha untuk selalu mengenang negeri, budaya, dan
bahasanya melalui karya sastranya. Dengan latar belakang pengalaman sosial,
spiritual, dan tercampurnya budaya timur dan budaya barat mereka mempunyai
rasa tersendiri dalam menciptakan karyanya walaupun komunitas terbatas di
negara rantau.21 Maka mereka membuat kelompok untuk tetap bisa
mengembangkan karyanya. kelompok-kelompok tersebut diantaranya:
 Al-Rabitah al-Qalamiyah atau Liga Pena
Al-Rabitah al-Qalamiyah atau Liga pena ini berdiri pada tahun 1920 di
New York, Amerika Utara yang di ketuai oleh Gibran Kahlil Gibran,
kelompok baru ini bertujuan memodernisasi sastra Arab secara umum dan
mempromosikan ide baru kepada para penulis Timur Tengah22 Sastrawan
dalam kelompok ini diantaranya adalah Gibran Kahlil Gibran (1882-1931),
Nu’aimah (1889), Iliya Abu Madhi (1894-1957), Nasib Aridah (1887-1946)

19
Taufiq A Dardiri, “Perkembangan Puisi Arab Modern”, Jurnal Addabiyyat, Vol X No.2, 2011. h.
299
20
Mufidatul Ilmi Muyassarah dkk, h. 11
21
Mufidatul Ilmi Muyassarah dkk, “Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern (‘Ashr Al-Hadits)”,
Malang: Universitas Negeri Malang, h. 10
22
Choir Rosyidi dan Mohammad Arif Setyabudi, “Pembelajaran Sastra Arab (Al- Adab Al-‘Arabi)”,
Jurnal Al Ta’dib, Vol. 4 No. 2, 2015. h. 197

9
Abd Al masih Hadad (1890-1963).23 Puisi-puisi mereka dipublikasikan lewat
harian al-Sa’ah milik Abdu al-Masih Haddad dan majalah al-Funūn milik
Nasib.24
 Al-‘Ushbah al-Andalusiyah atau Liga Andalusia
Al-‘Ushbah al-Andalusiyah atau Liga Andalusia ini berdiri pada tahun
1933 di Sao Paolo Brazil, Amerika Selatan oleh Syukrullah al-Jarr. Mereka
cenderung melestarikan sastra Arab dengan mempertimbangkan aspek diksi
dan penggunakan bahasa sesuai kaidahnya. Sastrawan dalam kelompok ini
diantaranya Syukrullah al-Jarr, Mikhail al-Maluf, Rasyid al-Khuri, Ilyas
Farhat dan Najib Yakub dll. Kelompok ini telah menerbitkan majalah yang
terkenal dengan nama Majalah al-Usbah.25
Salah satu contoh karya sastra sastrawan diaspora
Karya Iliya Abu Madhi dengan judul sajaknya “al-Masâ”

Awan berlari di angkasa yang luas bagaikan larinya orang-orang yang


ketakutan
Matahari tampak bersinar keemasan di belakangnya bagaikan surban di
kening

23
Ridwan, “Menelusuri Jejak Kesusastaraan Arab Kontemporer”, Yogyakarta: UIN Negeri Sunan
Kalijaga, 2013, h. 16
24
Choir Rosyidi dan Mohammad Arif Setyabudi, “Pembelajaran Sastra Arab (Al- Adab Al-‘Arabi)”,
h. 197
25
Mufidatul Ilmi Muyassarah dkk, “Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern (‘Ashr Al-Hadits)”, h.
12

10
Laut tenang membisu bagaikan zahid yang khusuk berdoa
Akan tetapi kedua matamu tampak lesu menatap angkasa yang jauh
Salma ….. apa yang sedang engkau pikirkan?
Salma ….. apa yang sedang engkau impikan?26

C. KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas kita dapat Tarik kesimpulan, bahwa sastra Arab berkembang
seiring dengan berkembangnya zaman. Sastra Arab modern pun mncul dengan
beberapa aliran. Diantaranya: Pertama, aliran neo klasik (al Muhafidzun) motivasi
bangkitnya aliran ini adalah mengangkat dan mengukuhkan eksistensi dan
karakteristik budaya Arab untuk melawan kekuatan asing, Barat. Gerakan yang
dipelopori oleh al-Barudi dan Syauqi. Kedua, aliran diwan dipelopori oleh Abd al-
Rahman Syukri, Abbas Mahmud al-‘Aqad, dan Ibrahim Abd al-Qadir al-Mazini.
Aliran ini adalah antitesis dari aliran neo klasik dan sering mengkritik karya sastra
sastrawan neo klasik, sehingga kelompok ini sering disebut sebagai aliran kritik
atau dengan kata lain dapat dikatakan para pengusung aliran ini sebagai aliran
kritikus daripada sebagai sastrawan atau penyair dalam upaya mereka memberi
perubahan yang berarti bagi perkembangan dan apresiasi sastra . Ketiga, aliran
diaspora, aliran ini dipelopori oleh Gibran Kahlil Gibran (Al-Rabitah al-
Qalamiyah) dan Syukrullah al-Jarr (Al-‘Ushbah al-Andalusiyah), dan aliran ini
merupakan aliran dari sastrawan yang melakukan emigran dan menetap di negara
tersebut. Aliran ini sudah tidak lagi memperhatikan wazan dan qafiyah, karena
sudah dipengaruhi oleh kebudayaan barat.

26
Hanik Mahliatussikah, “Pembelajaran Apresiasi Sajak “Al-Masâ`” Karya Sastrawan Arab
Diaspora Iliya Abu Madhi (Sebuah Studi Sastra Berdasarkan Teori Moody)”, Prosiding Konferensi
Nasional Bahasa Arab II, Malang: Universitas Negeri Malang, 2016. h. 531 & 534

11
DAFTAR PUSTAKA

Adji, Peni. 2018. Sastra Diaspora Indonesia : Karya Imrigan Indonesia di amerika
tahun 2010-an. Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Vol 12 No.1.
https://e-journal.usd.ac.id/index.php/Arabia/article/download/1737/1357
[diakses 26 Oktober 2019 Pukul 08.57]

A Dardiri, Taufiq. 2011. Perkembangan Puisi Arab Modern. Jurnal Addabiyyat,


Vol X No.2.
https://www.researchgate.net/publication/332110371_PERKEMBANGAN_
PUISI_ARAB_MODERN [diakses 26 Oktober 2019 Pukul 08.32]

Mahliatussikah, Hanik. 2016. Pembelajaran Apresiasi Sajak “Al-Masâ`” Karya


Sastrawan Arab Diaspora Iliya Abu Madhi (Sebuah Studi Sastra
Berdasarkan Teori Moody). Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab II.
Malang: Universitas Negeri Malang.
http://download.garuta.ristekdikti.go.id/article.php?article=1062476&val=1
5919&title=PEMBELAJARAN%20%20APRESIASI%20SAJAK%20AL-
MAS%20KARYA%20SASTRAWAN%20ARAB%20DIASPORA%20ILI
YA%20ABU%20MAHDI%20%20Sebuah%20Study%20Sastra%20Berdas
arkan%20Teori%20Moody [diakses 26 Oktober 2019 Pukul 08.20]

Maryam, Siti. 2019. Historis Aliran Neo-Klasik Dalam Kesusastraan Arab. Jurnal
Al-Irfan Vol. 01 No.01.
https://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/alirfani/article/download/
3388/2507 [diakses 28 Oktober 19.35]

Munawwar Manshur, Fadlil. 2007. Sejarah Perkembangan Kesustaraan Ara Klasik


dan Modern. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
https://repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_K
ESUSASTARAAN_ARAB_KLASIK_DAN_MODERN-Fadlil.pdf [diakses
26 Oktober 2019 Pukul 08.25]

Muyassarah, Mufidatul Ilmi dkk. Sejarah Sastra Arab Pada Masa Modern (‘Ashr
Al-Hadits). 2012. Malang: Universitas Negeri Malang.
https://www.academia.edu/6860265/SEJARAH_SASTRA_ARAB_PADA_
MASA_MODERN_ASHR_AL_HADITS_UNIVERSITAS_NEGERI_MA
LANG_FAKULTAS_SASTRA_JURUSAN_SASTRA_ARAB [diakses 26
Oktober 2019 Pukul 08.16]

Ridwan. 2013. Menelusuri Jejak Kesusastaraan Arab Kontemporer. Yogyakarta:


UIN Negeri Sunan Kalijaga.
https://www.scribid.com/doc/127073839/Menelusuri-Jejak-Kesusastraan-
Arab-Kontemprer [diakses 28 Oktober 2019 Pukul 19.33]

Rosyidi, Choir dan Mohammad Arif Setyabudi. 2015. Pembelajaran Sastra Arab
(Al- Adab Al-‘Arabi). Jurnal Al Ta’dib, Vol. 4 No. 2.

12
https://ejournal.unhasy.ac.id/index.php/al-tadib/article/view/30/30 [diakses
26 Oktober 2019 Pukul 08.32]

dilihat di https://kbbi.web.id/index.php?w=Imigran

13

Anda mungkin juga menyukai