Disusun oleh :
M. Kamal Fathoni
Muhammad Rujaya
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam, senandung nada sholawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad saw beserta para sahabat, dan
semoga kesjahteraan selalu berlimpah kepada beliau dan para pengikutnya.
Sejalan dengan itu semua, maka dengan segala kemampuan yang kami miliki
dengan berbagai usaha yang kami lakukan dalam pembuatan makalah Tarikh Al-Adab
ini. Tak ada gading yang tak retak, oleh sebab itu kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karenanya sudilah
kiranya sahabat-sahabat dan dosen pembimbing memberikan teguran positif yg bisa
memperbaiki makalah kami ini semoga Allah meridhoi usaha kami dan mencatat sebagai
amal sholeh. Dan kepada para pembaca yang telah sudi memberi pembetulan dan
teguran, sebelumnya kami ucapkan terima kasih.
Akhirnya kepada Allah kita kembali, kesempurnaan hanya miliknya dan kepadaNya kami memohon ampunan.
Hormat Kami
BAB II
PEMBAHASAN
) , , (
A. Keadaan Sastra Pada Masa Abbasiyah
Masa Bani Abbasiyah sering disebut-sebut sebagai Masa Keemasan Islam, pada
masa ini geliat intelektual dan perkembangan peradaban Islam mencapai puncaknya
termasuk kajian tentang sastra pada masa ini juga mengalami perkembangan, hal itu
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adanya dukungan dari pemerintah untuk
mengembangan kegiatan intelektual, salah satu bentuk apresiasi pemerintah adalah
dengan di dirikannya lembaga penerjemahan Darul Hikmah. Namun hal lain yang perlu
dicatat ialah bahwa pada masa ini banyak terjadi kekeliruan berbahasa di tengah
masyarakat akibat pergumulan yang kuat bangsa Arab dengan bangsa Ajam (non Arab).
B. Ciri Umum Sastra Pada Masa Abbasiyah
Terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara masa abbasiyah dengan masamasa sebelumnya khususnya masa umawi, diantaranya adalah :
1. Tujuan pengungkapan sastra dan orientasi syair mengalami perluasan.
2. Bahasa, pada masa ini mengalami kemunduran karena asimilasi bangsa arab
dengan ajam yang berpengaruh terhadap kualitas kebahasaan serta sering terjadi
kesalahan bahasa.
3. perluasan wilayah kajian sastra yang tidak hanya pada wilayah syair tetapi juga
prosa sehingga memunculkan karya-karya novel, buku-buku sastra, riwayat dan
hikayat, serta munculnya genre baru .
gembira, suka cita, dan berita. Para penyair yang dipandang sebagai tokoh dalam puisi
jenis ini adalah Abu Firas al-Hamdani (932-968) dengan kumpulan puisinya yang
terkenal Diwan Abi Firas yang diterbitkan pertama kali tahun 1873, dan al-Mutanabbi
yang terkenal dengan kumpulan puisinya Diwan al-Mutanabbi.
2.
Asy-Syir al-Ratsai, adalah puisi hiburan yang diungkapkan oleh penyair ketika
meratapi seseorang yang telah meninggal. Di antara sastrawan yang dianggap tokoh
dalam puisi jenis ini adalah al-Muahhil (w. 531) dengan kumpulan puisinya yang
terkenal Ratsauh li Akhihi Kulaib (Ratapannya kepada Saudaranya Kulaib), dan Abu
Jazrah Jarir bin Atiyah (653-7330 dengan kumpulan puisinya yang terkenal Diwan Jarir
fi al-Madh wa ar-Ratsa (Kumpulan Puisi Jarir tentang Sanjungan dan Ratapan).
3.
seseorang atau kelompok tertentu. Yang dianggap sebagai tokoh dalam jenis puisi ini
ialah Antarah bin Syaddad (w. 615) dengan kumpulan puisinya yang terkenal Diwan
Antarah fi al-Fakhr wa al-Hamasah wa al-Gazal (Kumpulan Puisi Antara Tentang
Kebanggaan, Semangat, dan Sajungan).
Adapun asy-Syir al-Hikami atau asy-Syir at-Talimi adalah puisi yang berisikan
pendidikan atau pengajaran. Yang dianggap tokoh dalam jenis puisi ini ialah Zuhair bin
Abi Sulma (530-627) dengan karyanya al-Hauliyyat, Labib bin Rabiah (560-661) yang
terkenal dengan karyanya Hikmah ar-Ratsa (Mutiara-Mutiara Ratapan), Addi bin Zaid
(w.
604)
yang
terkenal
dengan
puisi
Hikam
(Kata-Kata
Mutiara)
dan Zuhdiyyat (Kezuhudan), Abu al-Ala al-Maarri (973-1058) yang terkenal dengan
karyanya al-Luzumiyyat (Kebutuhan)
dan Risalah
al-GufranLamiyah
ibn
al-
Wardi (Ratapan Ibnu al-Wardi), dan Nasif al-Yaziji (1800-1871) dengan puisinya yang
terkenal Diwan Syir Nasif. (Risalah Pengampunan).
D. Tujuan Syiir
Setiap syiir mempunyai tujuan masing-masing sesuai dengan masanya. Di masa
Abbasiyyah ini pun, syiir memiliki beberapa tujuan layaknya syiir di masa yang jahili
dan shodrul Islam. Adapun tujuan-tujuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a)
Al Washfu
Penyairnya: Abu Ubadah al- Walid yang masyhur dengan nama: Buhturi.
Contoh:
b)
Al Madhu
Penyairnya: Abu Thoyyib Ahmad Ibn Husain, masyhur dengan nama Mutanabbi.
Contoh:
c)
Al Ghozal
Penyairnya: Abbas Ibn Ahnaf.
Contoh:
d)
e)
Menceritakan Kezuhudan
Penyairnya: Ismail Ibn al- Qasim, masyhur dengan Abu al- Atahiyah.
Contoh:
f)
KESIMPULAN
Pada masa pemerintaha bani Abbasiyah, puisi (Syir) terbagi atas dua bagian,
yaitu asy-Syir al-Ginai dan asy-Syir al-Hikami atau asy-Syir at-Talimi. Asy-Syir alGinai merupakan puisi hiburan yang berisi ungkapan perasaan sang penyair. Sedangkan
asy-Syir al-Hikami atau asy-Syir at-Talimi adalah puisi yang berisikan pendidikan
atau pengajaran.
Puisi . Asy-Syir al-Ginai terdiri dari tiga bagian yaitu :
Asy-Syir al-Ratsai, yaitu puisi hiburan yang diungkapkan oleh penyair ketika
meratapi seseorang yang telah meninggal.