Anda di halaman 1dari 17

Makalah surat al-kaafirun dan surat yunus

Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, karena tanpa-Nya mustahil
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai bahan pembelajaran kami, dalam mengenal lebih jauh tentang
agama islam. Terlebih ini adalah tugas dari guru yang harus kami kerjakan dan harus kami
selesaikan. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan banyak manfaat,
khususnya bagi kami, dan umumnya bagi semua yang membaca makalah ini.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, kepada orang
tua kami yang selalu mendoakan kami, dan kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, yang tak bisa kami sebutkan satu persatu tetapi tidak
mengurangi rasa hormat kami.
Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah tiada gading yang tak retak, atau sepandaipandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata.
Bogor, Agustus 2010
penyusun

Daftar Isi

Halaman judul
Kata pengantari
Daftar
isi..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makalah...1
1.2 Maksud Dan Tujuan..1
1.3 Rumusan Masalah.1
1.4 Metode Penelitian.1
BAB II PEMBAHASAN SURAT AL-KAFIRUN DAN SURAT YUNUS
2.1 Surat Al-Kafirun Dan Terjemahan..1
2.2 Tajwid Dan Arti Perkata.2
2.3 Penjelasan Dan Isi Kandungan...4
2.4 Surat Yunus Dan Terjemahan.9
2.5 Tajwid Dan Arti Perkata9
2.6 Penjelesan Dan Isi Kandungan.11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan13
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makalah
Agama islam adalah agama terbesar di dunia, banyak dari kehidupan kita ini, sudah
tertera di al-quran. Maka dari itu setiap perbuatan kita harus berpatokan terhadap al-quran
dan hadits Rasulullah SAW. Maka inilah yang menjadi latar belakang kami dalam
penyusunan makalah ini. Dalam pencarian jati diri menjadi manusia muslim sejati, oleh
karena itu kami sangat senang sekali ketika diberi tugas seperti ini karena dapat member
pengetahuan lebih tentang agama islam.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan kami dalam pembuatan makalah ini yaitu, memberi
pandangan tentang agama islam yang telah kami dapatkan dari berbagai sumber. Dan
bertujuan memberi pengetahuan bagi pembaca yang membaca makalah kami, dengan tidak
langsung kami telah berbagi ilmu kepada para pembaca.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa masalah yaitu :
Tentang arti perkata surat al-kafirun dan surat yunus

Tajwid yang terkandung dalam surat al-kafirun dan surat yunus


Penjelasan dan isi kandungan yang terdapat dalam surat al-kafirun dan surat yunus

1.4 Metode Penelitian


Dalam pembuatan makalah ini kami melakukan penelitian dengan menggunakan metode
internet, dengan mengunjungi situs tentang surat al-kafirun dan surat yunus. Kami juga
mereferensi buku paket Pendidikan Agama Islam (PAI).

BAB II
PEMBAHASAN SURAT AL-KAFIRUN DAN SURAT YUNUS
2.1 Surat Al-Kafirun Dan Terjemahan

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,


2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
2.2 Tajwid Dan Arti Perkata
Tajwid :

= Mad jaiz munfasil (setelah huruf mad ada huruf hamzah yang berbentuk alif dan
dalam lain kalimat, panjangnya 5 harkat)

= Mad arid (karena ada huruf mad bertemu huruf mati berhenti dalam bacaan)
= Ikhfa (karena nun mati bertemu dengan huruf ta, salah satu huruf ikhfa)

= Idam mutajanisain (tanda sukun huruf dal menghadapi huruf ta berharakat,


keduanya itu sama makhrajnya dan lain sifatnya)

= Qalqalah qubra (huruf dal berharakat sukun karena wakaf)


Arti perkata :

= Katakanlah
= Hai orang-orang kafir
= Aku tidak akan menyembah
= Apa yang kamu sembah
= Dan kamu bukan
= Penyembah (Tuhan)
= Yang aku sembah
= Dan aku tidak pernah

= Menjadi penyembah
= Apa yang kamu sembah
= Dan kamu tidak pernah
= Menjadi penyembah
= Yang aku sembah
= Untukmulah agamamu
= Dan untukkulah agamaku
2.3 Penjelasan Dan Isi Kandungan
Surat al-kaafirun terdiri dari 6 ayat, termasuk golongan surat-surat makiyyah, diturunkan
sesudah surat al-maaun. Dinamai Al-Kaafirun diambil dari perkataan al-kaafirun yang
terdapat pada ayat pertama surat ini. Pokok isinya :
Pernyataan bahwa tuhan yang disembah Nabi Muhammad S.A.W. dan pengikut-pengikutnya
bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad S.A.W. tidak akan
menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir. Tidak ada toleransi dalam hal
keimanan dan peribadatan.

Disebutkan bahwa sebab turunnya (sababun nuzul) surat ini adalah bahwa, setelah melakukan
berbagai upaya untuk menghalang-halangi dakwah Islam, orang-orang kafir Quraisy akhirnya
mengajak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkompromi dengan mengajukan tawaran
bahwa mereka bersedia menyembah Tuhan-nya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
selama satu tahun jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersedia ikut menyembah
tuhan-tuhan mereka selama satu tahun. Maka Allah sendiri yang langsung menjawab tawaran
mereka itu dengan menurunkan surat ini (lihatatsar riwayat Ath-Thabrani, Ibnu Jarir, dan
Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas ra). Keutamaan Surat Ini Disebutkan dalam beberapa
riwayat bahwa, nilai surat ini setara dengan seperempat Al- Quran. Diantaranya riwayat dari
Ibnu Umar yang menyebutkan bahwa, Rasulullah shallallahu alaihi wasallambersabda, Qul
huwaLlahu ahad setara dengan sepertiga Al- Quran, dan Qul yaa ayyuhal kaafiruun setara
dengan seperempat Al-Quran (HR Ath- Thabrani).
Dalam banyak riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
biasa membaca Surat Al-Kafirun dan Surat Al-Ikhlas dalam berbagai macam shalat,
diantaranya dalam dua rakaat shalat sunnah fajar (HR Muslim dari Abu Hurairah ra), shalat
sunnah badiyah maghrib (HR Ahmad, Tirmidzi, Nasa-i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari
Ibnu Umar ra), shalat sunnah thawaf (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah ra), dan shalat witir
(HR Al-Hakim dari Ubay bin Kaab ra).
Beberapa riwayat juga menyebutkan disunnahkannya membaca Surat Al-Kafirun
sebelum tidur, diantaranya hadits riwayat Naufal bin Muawiyah Al-Asyjai, dimana beliau
meminta diajari sebuah bacaan yang sebaiknya dibaca sebelum tidur. Maka Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda, Bacalah Qul yaa ayyuhal kaafirun sampai akhir surat,
lalu langsung tidurlah sesudah itu, karena sesungguhnya surat tersebut adalah penolakan
terhadap kesyirikan. (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Al- Baihaqi dan

lain-lain) Kandungan Umum Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama.
Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhiduluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar
penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang
dilakukan oleh orang-orang kafir. Dan karena kedua kandungan makna ini begitu urgen dan
mendasar sekali, sehingga ditegaskan dengan berbagai bentuk penegasan yang tergambar
secara jelas di bawah ini.
Pertama, Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam untuk
memanggil orang-orang kafir dengan khi tab (panggilan) Yaa ayyuhal kafirun (Wahai
orang-orang kafir), padahal Al-Quran tidak biasa memanggil mereka dengan cara yang
vulgar semacam ini. Yang lebih umum digunakan dalam Al-Quran adalah khi tab semacam'
Ya a ayyuhan naas' (Wahai sekalian manusia) dan sebagainya.
Kedua, pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam untuk menyatakan secara tegas, jelas dan terbuka kepada mereka, dan tentu
sekaligus kepada setiap orang kafir sepanjang sejarah, bahwa beliau (begitu pula ummatnya)
sama sekali tidak akan pernah (baca: tidak dibenarkan sama sekali) menyembah apa yang
disembah oleh orang-orang kafir.
Ketiga, pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam untuk menegaskan juga dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang kafir pada
hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula kita
pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek- praktek
peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya. Mereka baru
boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka sudah masuk ke dalam
agama Islam.

Keempat, Allah lebih menegaskan hal kedua dan ketiga diatas dengan melakukan
pengulangan ayat, dimana kandungan makna ayat ke-2 diulang dalam ayat ke-4 dengan
sedikit perubahan redaksinash, sedang ayat ke-3 diulang dalam ayat ke-5 dengan redaksi nash
yang sama persis. Adanya pengulangan ini menunjukkan adanya penafian atas realitas
sekaligus larangan yang bersifat total dan menyeluruh, yang mencakup seluruh waktu (yang
lalu, kini, yang akan datang dan selamanya), dan mencakup seluruh bentuk dan macam
peribadatan.
Kelima, Allah memungkasi dan menyempurnakan semua hal diatas dengan penegasan
terakhir dalam firman-Nya: Lakum diinukum wa liya diin (Bagi kalian agama kalian dan
bagiku agamaku). Dimana kalimat penutup yang singkat ini memberikan sebuah penegasan
sikap atas tidak bolehnya pencampuran antara agama Islam dan agama lainnya. Jika Islam ya
Islam tanpa boleh dicampur dengan unsur-unsur agama lainnya dan demikian pula
sebaliknya. Ayat ini juga memupus harapan orang-orang kafir yang menginginkan kita untuk
mengikuti dan terlibat dalam peribadatan-peribadatan mereka. Lakum Diinukum Waliya
Diin Ayat pamungkas yang merupakan ringkasan dan kesimpulan seluruh kandungan surat
Al- Kaafiruun ini, secara umum semakna dengan firman Allah yang lain dalam QS. Yunus
[10]: 41, dan mungkin juga QS. Al-Qashash [28]: 55, serta yang lainnya. Dimana semuanya
berintikan pernyataan dan ikrar ketegasan sikap setiap orang beriman terhadap setiap orang
kafir, tanpa adanya sedikitpun toleransi, kompromi dan pencampuran, jika terkait secara
khusus tentang masalah dan urusan agama masing-masing, yakni yang meliputi aspek aqidah,
ritual ibadah dan hukum.
Namun demikian dari sisi yang lain, jika kita renungkan, surat inipun dari awal
sampai akhir, sebenarnya juga mengandung makna sikap toleransi Islam dan kaum muslimin
terhadap agama lain dan pemeluknya. Yakni berupa sikap pengakuan terhadap eksistensi

agama selain Islam dan keberadaan penganut-penganutnya. Meskipun yang dimaksud


tentulah sekadar pengakuan terhadap realita, dan sama sekali bukan pengakuan pembenaran.
Dan hal itu didukung oleh pernyataan yang menegaskan bahwa, tidak boleh ada pemaksaan
untuk masuk agama Islam, apalagi agama yang lain, yakni dalam firman Allah: Laa ikraaha
fiddiin (QS. Al-Baqarah [2]: 256). Dan hal itu lebih dikuatkan lagi dengan dibenarkannya
kaum mukminin bergaul, berhubungan, berinteraksi dan bekerjasama dengan kaumkaf irin
dalam berbagai bidang kehidupan umum, seperti bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi,
bisnis dan perdagangan, politik, pemerintahan dan kenegaraan, dan lain-lain. Yang jelas
semua bidang selain bidang khusus agama yang mencakup masalah aqidah, ritual ibadah dan
hukum.
Nah bahwa ada dua sikap terkait pola hubungan antara ummat Islam dan ummat lain
tersebut, haruslah dipahami secara benar dan proporsional, baik oleh kaum muslimin maupun
juga oleh kaum non muslimin, agar tidak terjadi kerancuan-kerancuan, atau pencampuranpencampuran, atau bahkan pembalikan-pembalikan sikap, sebagaimana yang sering terjadi
selama ini. Yakni bahwa, dalam bidang-bidang kehidupan umum, dibenarkan seorang
mukmin bersikap toleransi dengan berinteraksi dan bahkan bekerjasama dengan anggota
masyarakat non mukmin. Namun khusus di bidang urusan agama yang terkait masalah
aqidah, ritual ibadah dan hukum, sikap tegaslah yang harus ditunjukkan, seperti yang telah
dijelaskan diatas.
Sebagai penutup, berikut ini poin-poin kesimpulan umum dari kandungan makna
surat Al- Kaafiruun, khususnya kalimat pamungkasnya: Lakum diinukum waliya diin:
(1) Secara umum Islam memberikan pengakuan terhadap realita keberadaan agamaagama

lain dan penganut-penganutnya. Disamping dari kalimat "Lakum diinukum waliya diin",
makna tersebut juga diambil firman Allah yang lain seperti "Laa ikraaha fid-diin", yang
berarti Islam mengakui adanya kebebasan beragama bagi setiap orang, dan bukan kebebasan
mengganggu, mempermainkan atau merusak agama yang ada.
(2) Dan karenanya, Islam membenarkan kaum muslimin untuk berinteraksi dengan
ummat-ummat non muslim itu dalam bidang-bidang kehidupan umum.
(3) Namun di saat yang sama Islam memberikan ketegasan sikap ideologis
berupabaraa atau penolakan total terhadap setiap bentuk kesyirikan aqidah, ritual ibadah
ataupun hukum, yang terdapat di dalam agama-agama lain.
(4) Maka tidak boleh ada pencampuran antara Islam dan agama-agama lain dalam
bidang- bidang aqidah, ritual ibadah dan hukum.
(5) Begitu pula antar ummat muslim dan ummat kafir tidak dibenarkan saling
mencampuri urusan-urusan khusus agama lain.
(6) Kaum muslimin dilarang keras ikut-ikutan penganut agama lain dalam keyakinan
aqidah, ritual ibadah dan ketentuan hukum agama mereka.
(7) Ummat Islam tidak dibenarkan melibatkan diri dan bekerja sama dengan penganut
agama lain dalam bidang-bidang yang khusus terkait dengan keyakinan aqidah, ritual ibadah
dan hukum agama mereka.
2.4 Surat Yunus Dan Terjemahan

.

Terjemahan aya :
Diantara mereka ada orang-orang yang beriman kepada al-quran, dan diantaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya, Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang
orang yang berbuat kerusakan. (40)
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah! Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri
terhadap apa yang kamu kerjakan. (41) (Q.S Yunus 40-41)
2.5 Tajwid dan Arti Perkata
Tajwid :

= izhar (karena nun mati bertemu dengan huruf ta)


= idam bilagunnah (karena nun mati bertemu dengan huruf lam)

= ikhfa (karena nun mati bertemu dengan huruf kaf)
= mad wajib muttasil (karena mad menghadapi huruf hamzah dalam satu kalimat)

= mad arid (karena adanya huruf mad bertemu huruf mati berhenti /waqaf dalam
bacaan)
Arti perkata :

= Dan, diantara mereka


= Ada orang-orang beriman
= Kepadanya (Al-quan)
= Dan, diantara mereka
= Ada (pula) orang-orang yang tidak beriman

= kepadanya (Al-quran)
= Dan Tuhanmu
= Lebih mengetahui
= Tentang orang-orang yang berbuat kerusakan
= Dan jika mereka mendustakan kamu
= Maka katakanlah

= Bagiku pekerjaanku
= Dan bagimu pekerjaanmu
= Kamu berlepas diri
= Terhadap apa yang aku kerjakan
= Dan aku pun berlepas diri
= Terhadap apa yang kamu kerjakan
2.6 Penjelasan Dan Isi Kandungan
Surah Yunus (Arab: , Ynus, "Nabi Yunus") adalah surah ke-10 dalam al-qur'an. Surah
ini terdiri atas 109 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah kecuali ayat 40, 94, 95, yang
diturunkan pada di Madinah.
Sebagian besar surah Yunus tergolong Makkiyah, yang turun sebelum Muhammad hijrah ke
Madinah kecuali ayat 40, 94, dan 95 yang termasuk Madaniyyah. Dalam penggolongan
surah, surah Yunus termasuk kategori surah Al-Mi'un, yaitu surah-surah Al-Qur'an yang
ayatnya berjumlah seratusan karena surah ini terdiri dari 109 ayat. Namun ada juga yang
berpendapat surah ini termasuk golongan surah as-Sab'ut Thiwal atau "Tujuh Surah yang
Panjang".[1] Dalam mushaf Utsmani, surah ini merupakan surah ke-51 yang diturunkan
setelah surah Al-Isra', surah ke-17 dalam al-Qur'an dan sebelum surah Hud, surah ke-11.[2]
Seluruh isi surah ini masuk ke dalam Juz 11 dan diletakkan setelah surah At-Taubah dan

sebelum surah Hud. Surah ini terdiri atas 11 ruku'. Sedangkan topik utama yang dibahas
dalam surah ini meliputi masalah akidah, iman kepada Allah, kitab-kitab dan rasul-Nya, serta
Hari kebangkitan dan pembalasan. Surah Yunus diawali dengan ayat Mutasyabihat Ali Lam
Ra dan diakhiri dengan ayat yang membahas perlunya mengikuti aturan Allah dan bersabar
baik dalam ketaatan maupun musibah. Surah ini dinamakan Yunus merupakan sebuah
simbolikal dan bukan berarti surah ini berisi kisah Yunus. Bahkan, kisah terpanjang dalam
surah ini adalah kisah Musa dan Bani Israil dengan Fir'aun yaitu pada ayat 75 hingga 93.
Hanya ayat ke-98 dari surah inilah yang menyebut kata "Yunus". Menurut pengamatan
Khalifah, ayat 98 merupakan bagian terpenting dari surah ini.[3]
Isi kandungan dari surat yunus ini adalah sebagai berikut :
Ada dua golongan umat manusia yaitu ada yang beriman terhgadap al-quran dan
golongan yang mendustakan al-quran
Allah SWT Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang yang beriman dan bertakwa
dan sebaliknya Allah SWT juga Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang yang
tidak beriman
Kepada orang yang beriman dan bertakwa Allah SWT akan memberikan haknya yaitu
surga, begitu juga sebaliknya.
Dalam menghadapi oran-orang yang tidak beriman yang mendustakan kebenaran
kerasulan Nabi Muhammad SAW hendaknya orang yang beriman harus berpendirian
teguh dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW betul-betul Rasul Allah yang terakhir.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari seluruh materi yang telah disajikan bahwa kita tidak boleh mencampur
adukan agam islam dengan agama lain dan itu tidak bisa ditoleransi apalagi dalam hal
keimanan (akidah) dan peribadatan. Namun dalam pergaulan bermasyarakat umat muslim
dan non muslim hendaknya saling menghormati dan menghargaidan saling bekerja sama
dalam urusan dunia demi terciptanya keamanan, kedamain, dan kesejahteraan bersama. Dasn
pada surat yunus menjelaskan bahwa manusia itu terbagi dua golongan, golongan yang
pertama ialah golongan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, Nabi Muhammad
SAW, dan kepada kitab suci al-quan, golongan yang kedua adalah golongan orang-orang
yang tidak beriman dan mendustakan Allah SWt, Nabi Muhammad SAW, dan kepada kitab
suci al-quran.

Daftar pustaka
Anonim, http://id.wikipedia.org/w/index ,Dikunjungi 20 Agustus 2010.
Syamsuri. H. Drs. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XII. Jilid 3. Jakarta. PT.
Gelora Aksara Pratama.
DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA. Jajasan penyelenggara
penterdjemah/pentafsir Al-Quran 1969. Djakarta. JAMUNU.

Anda mungkin juga menyukai